Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Riba

Pengertian Riba

Al-qur’an memakai kata riba untuk bunga. Dalam kamus riba adalah kelebihan atau
peningkatan atau surplus. Pada dasarnya riba adalah sejumlah uang yang dituntut atas uang
pokok yang dipinjamkan sebagai perhitungan waktu selama uang tersebut dipergunakan.
Perhitungan ini terdiri atas tiga unsur yaitu, tambahan atas uang pokok, tarif tambahan yang
sesuai dengan waktu, pembayaran sejumlah tambahan yang menjadi syarat dalam tawar-
menawar.

Seluruh transaksi yang termasuk dalam kategori di atas maka itu termasuk dalam
kategori riba.

Kategori riba

1. Riba Al-buyu’
Biasanya berhubungan dengan penjualan dan transaksi. Kategori riba ini terbagi
menjadi dua yaitu, riba Al-fadl dan riba An-nasa. Riba Al-fadl ini berupa memberikan
tambahan dari salah satu dua barang yang ditukar(diperjualbelikan) yang sama
jenisnya. Sedangkan riba An-nasa terjadi ketika transaksi item rabawi tidak dilakukan
di tempat terjadinya transaksi sebelum berpisah atau tangan-ketangan. Item yang
termasuk ribawi dalam hadits meliputi, emas dengan emas, perak dengan perak
karena barang-barang ini sama-sama berharga, dan sya’ir dengan sya’ir, gandung
dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, karena barang-barang
ini sama-sama ditakar dan untuk dimakan.
2. Riba Al-qurdh
Riba ini adalah kategori yang terlibat langsung dalam hutang. Riba ini terdiri atas riba
An-Nasi’ah, yang mana riba ini mengacu pada waktu yang diberikan kepada
peminjam untuk membayar. Nasi’ah berarti menunda, nabi Muhammad SAW. pernah
menyebutkan bahwa tidak ada riba kecuali nasi’ah. Penundaan maksudnya disini
adalah ketika ‘si peminjam tidak dapat membayar uang pokok bersama tambahannya
pada saat jatuh tempo, saat itu pula ia diberi perpanjangan waktu, tetapi jumlah
pinjamannya pun menjadi berlipat ganda.”
Ayat Al-qur’an dan hadits nabi menyebutkan 2 aspek institusi riba:

1. riba tidak menambaah harta kekayaan, bahkan sebaliknya

2. sesungguhnya riba itu mengurangi harta kekayaan baik secara materi maupun moral.

Suku bunga yang tinggi (atau suku bunga yang positif sekalipun) akan menurunkan
pertumbuhan proses produksi serta kekayaan. Sedangkan suku bunga yang rendah akan
merangsang pertumbuhn kekayaan.

Menurut Imam Razi mengenai pendapatnya tentang larangan bunga dalam islam
adalah sebagai berikut :

a. Melahap kekayaan orang lain


b. Menghancurkan nilai-nilai moral
c. Menimbulkan kebencian dan niat jahat
d. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin
e. Kreditor, profesi yang memalukan, karena di hadapan masyarakat ia dianggap musuh
dan parasit bukan seorang teman atau dermawan.

Pada sekarang ini bunga bank memenuhi definisi riba. Adapun bunga yang paling
buruk yang serentak dicela oleh seluruh agama dan para filsuf adalah usury. Karena usury ini
adalah bunga yang berlebihan, pengertian usury dalam kamus oxford adalah “Praktik
meminjamkan uang dengan suku bunga yang berlebih-lebihan, terutama bunga itu lebih besar
dari apa yang telah dibolehkan atau ditetapkan oleh hukum.”

Anda mungkin juga menyukai