Anda di halaman 1dari 2

Nama : Indah Nur Wahyuni

Nim : Po.71.31.1.17.014

TUGAS ADVOKASI

ADVOKASI PELAYANAN GIZI MASYARAKAT DI TINGKAT KABUPATEN

Untuk seorang akademisi bidang gizi dan ahli gizi, advokasi harus dilakukan mengingat
dukungan penentu kebijakan pelaksananya tidaklah signifikan menyangkut masalah-masalah
gizi yang kian banyak di negara kita. Advokasi sendiri ditujukan kepada penentu kebijakan
dengan upaya persuasif untuk memperoleh dukungan dan kepedulian dari para pemegang
kebijakan terkait gizi. Kemudian muncul pertanyaan, mengapa perlu advokasi bidang gizi?
Design advokasi ini mencakup stakeholders dan para pemegang kebijakan, melalui
komunikasi aktif, pendekatan politik, dan media, kegiatan advokasi ini dapat dilakukan. Cara
pandang dan pemahaman mengenai permasalahan gizi, komitment terhadap kesehatan
masyarakat adalah informasi kunci untuk menarik dukungan dari legislatif dan eksekutif.

     Gizi merupakan aspek terpenting dari Indeks Pembangunan Manusia, para practitioner
menempat gizi sebagai pondasi dari beberapa bidang seperti pendidikan, kesehatan, politik,
sosial, ekonomi, gender, dan hak-hak asasi. Dengan peranan gizi yang multi dimensi dan
lintas sector, maka seharusnya dukungan untuk bidang gizi ini besar. Berdasarkan data Hasil
Pemantauan Status Gizi 37% Anak Stunting (Pendek). Di Indonesia, banyak pihak yang
belum mengetahui pentingnya gizi bagi kehidupan, gizi seringkali masih kalah prioritas jika
dibandingkan dengan bidang ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Oleh karena itu, jika ingin
meningkatkan tingkat IPM Indonesia di mata dunia, diperlukan kesadaran dari semua pihak
dan semua sector serta upaya khusus untuk menopang penanganan masalah gizi.

      Bercermin dari fakta diatas, maka salah satu upaya khusus untuk mencapai itu semua
adalah dengan melakukan upaya pendekatan-pendekatan yang persuasif, komunikatif, dan
inovatif, serta memperhatikan setiap segmen sasaran perbaikan. Sehubungan dengan itu
semua, advokasi gizi kepada semua pihak terkait sangatlah dibutuhkan terutama kepada
penentu kebijakan, berbagai sector, dan lembaga perwakilan rakyat. Salah satu bahan yang
dapat dijadikan rujukan atau informasi agar penentu kebijakan tertarik dan peduli adalah
meyakinkan bahwa gizi merupakan hak asasi manusia, dan investasi bagi negara karena
dengan meningkatkan status gizi, IPM bisa meningkat sehingga kualitas SDM negara juga
tinggi. Dengan adanya dukungan dari penentu kebijakan dan masyarakat, tentunya gizi tidak
lagi di anak tirikan, sehingga tahap demi tahap banyak orang dapat sadar akan pentingnya
aspek gizi ini.

      Perlu diketahui bersama bahwa tujuan umum kegiatan advokasi gizi ini tidak lain adalah
untuk memperoleh dukungan dan komitmen dalam upaya perbaikan gizi masyarakat yang
merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang wajib dipenuhi baik berupa kebijakan
yang pro rakyat, dana, bantuan sarana dan prasarana, kemudahan, tindakan riil, dan segala
bentuk dukungan sesuai kondisi yang ada. Adapun target yang ingin dicapai yakni kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi, penyediaan anggaran untuk program gizi, perubahan
perilaku masyarakat menuju gizi seimbang, perbaikan status gizi masyarakat, dan komitmen
para pengambil keputusan untuk bersama-sama memecahkan masalah gizi di Indonesia.
Advokasi kepada pihak yang menentang juga diperlukan untuk meminimalisir adanya konflik
kepentingan dan politik diantara pihak-pihak yang potensial untuk itu.
     Untuk melihat keberhasilan advokasi ini, ada beberapa indicator yakni output berupa
keterlibatan, dukungan dan kesinambungan yang diberikan oleh sasaran advokasi yang
diimplementasikan kedalam action, dukungan dana, sarana, dan kemudahan. Salah satu
contoh keberhasilan advokasi gizi ini adalah dukungan anggaran APBD untuk pembangunan
Rumah Pemulihan Gizi, dan pembangunan BPP GAKY.

Anda mungkin juga menyukai