Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat


yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini,
tak lupa pula shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada ibu Ida
Ermiana, M.Pd dan Husniati, M.Pd selaku dosen pembimbing
Matakuliah Kajian dan Analisis Kurikulum SD yang berkenan
membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat
waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh


dari kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca
untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik
khususnya.

Mataram, 12 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan..................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................1
C. Tujuan Pembelajaran..........................................................1

BAB II Pembahasan..................................................................2

A. Komponen-Komponen Kurikulum........................................2

BAB III Penutup........................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................16
B. Saran...................................................................................16

Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang paling penting pada suatu bangsa, karena
dapat menentukan nasib dari bangsa itu sendiri pada masa mendatang. Oleh
karena itu pendidikan tidak lepas dari kurikulum yang mencetak siswa-siswanya.
Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar mengajar di
dunia pendidikan dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
berhasil tidaknya suatu pendidikan, tentu akan sangat tergantung pada
kurikulum. Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa
dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis
ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi


yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum.
Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentral atau pusat kegiatan
pendidikan, maka di dalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi
yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya
kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Setiap
komponen yang menyususn kurikulum saling berhubungan satu sama lain,
sehingga dalam proses pengembangan kurikulum harus memproleh perjatian
yang sama besarnya. Komponen-komponen tersebut yaitu komponen tujuan, isi,
metode, serta komponen evaluasi yang akan dibahas lebih mendalam lagi
mengenai komponen-komponen kurikulum pada makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasajakah Komponen-Komponen Kurikulum?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Komponen-Komponen Kurikulum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

TUJUAN

EVALUASI ISI

METODE

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh


empat komponen, yaitu: komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi
pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen
harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang
membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen
lainnya, maka sistem kurikulum juga akan terganggu. Adapun pengertia dari
komonen-komponen tersebut, yaitu:

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.


Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat
atau sistem nilai yang di anut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan
menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat atau
sistem nilai yang di anut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan
yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat
yang Pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
misi dan visi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap
mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat


umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi
empat yaitu :

2
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

b. Tujuan Institusional (TI)

c. Tujuan Kurikuler (TK)

d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum


dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Artinya, setiap lembaga atau penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal mamupun nonformal.
Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal
sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang.

Tujuan Pendidikan Nasional merupakan sumber dan pedoman dalam


usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional
yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan
Institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
misalnya standar kompetensi Pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang
pendidikan tinggi.

Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefiniskan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan
suatu bidangs studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan Kurikuler
juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung

3
dan diarahkan untuk mencapai tujuan Institusional. Contoh tujuan kurikuler
adalah tujuan bidang studi Matematika di SD, tujuan pelajaran IPS di SLPT, dan
sebagainya. Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi,
tujuan kurikuler tergambarkan pada standar isi setiap mata pelajaran atau bidang
studi yang harus dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan. Dalam klasifikasi
tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau yang sekarang lebih populer dengan
tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang paling khusus.

Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan Kurikuler, dapat


didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk
memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum
guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai
mengikuti pelajaran.

Menurut Bloom, dalam buku yang sangat terkenal Taxsonomy of


Educational Objectives yang terbit pada 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan
yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga
domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Domain Kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan


kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat
dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri
dari enam tingkatan yaitu :

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan


kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajari
(recall). Kemampuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang
paling rendah. Kemampuan dalam bidang pengetahuan ini dapat berupa :
pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus, misalnya mengetahui
tentang terminologi atau istilah-istilah yang dinyatakan dalam simbol-
simbol tertentu baik verbal maupun nonverbal ; pengetahuan tentang
fakta, misalnya kemampuan untuk mengingat tokoh proklamator
Indonesia, mengingat tanggal dan tahun sumpah pemuda, mengingat
deskripsi tentang suatu teori dan sebagainya. Pengetahuan mengingat
fakta semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang

4
lebih tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/prosedur atau cara suatu
proses tertentu,misalnya kemampuan untuk mengungkapkan suatu
gagasan, kemampuan untuk mengurutkan langkah-langkah tertentu,
kemampuan untuk menggolongkan atau mengategorikan sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu dan sebagainya.

2) Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek


atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin
terjadi manakala di dahului oleh sejumlah pengetahuan (knowledge).
Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan.
Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan
dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, ataupun
kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan Menerjemahkan yakni
kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu.
Contohnya, menerjemahkan sandi atau simbol ke dalam kalimat lain yang
memiliki arti yang sama. Pemahaman menafsirkan sesuatu, contohnya
menafsikan grafik, bagan, atau gambar. Sedangkan pemahaman
ekstrapolasi, yakni kemampuan untuk melihat di balik yang tersirat atau
tersurat, atau kemampuan untuk melanjutkan atau memprediksi sesuatu
berdasarkan pola yang sudah ada.

3) Penerapan (Aplication)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,


prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan
merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan
kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari
seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide, dan lain sebagainya
ke dalam situasi baru yang konkret. Perilaku yang berkenaan dengan
kemampuan penerapan ini misalnya kemampuan memecahkan suatu
persoalan dengan menggunakan rumus, dalil, atau hukum tertentu. Disini
tampak jelas, seseorang akan dapat menguasai kemampuan menerapkan
manakala didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta
atau konsep tertentu.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menguaraikan atau memecah


suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta
hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan

5
pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai
oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan
menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh
karena itu, biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian tujuan
pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.

5) Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian-


bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan
tema, rencana, atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi
yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis
mampu menguraikan menjadi bagian-bagian,maka sintesis merupakan
kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang
utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis,merupakan kemampuan
dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi
baru.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif.


Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap
sesuatu berdasarkan maksud dan kriteria tertentu. Dalam tujuan ini,
terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan
berbagai pertimbangan dengan ukuran-ukuran tertentu, misalkan
memberikan keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik, buruk,
indah, jelek, dan sebagainya. Untuk dapat memiliki kemampuan
memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya.

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan,


pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat
rendah, sedangkan tiga tingkatan berikutnya, yaitu analisis, sintesis, dan
evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi.

b. Domain Afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.


Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain
kognitif. Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu
objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan (1964) dalam bukunya Taxonomy of Educational
Objectives : Affective Domain, domain afektif memiliki tingkatan yaitu :

6
1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang


terhadap gejala, kondisi, keadaan, atau suatu masalah. Seseorang
memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala
mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi, yang diamatinya itu.
Akhirnya, mereka memiliki kemampuan untuk mengarahkan segala
perhatiannya terhadap objek itu.

2) Merespons

Merespons atau menanggapi ditujukkan oleh kemampuan untuk


berpatisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,
kemauan untuk membantu orang lain, dan sebagainya. Respons biasanya
diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan kesadaran, setelah itu baru dilakukan dengan penuh
kegembiraan dan kepuasan.

3) Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan untuk memberi


penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.
Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu
seperti menerima adanya kebebasan atau persamaan hak antara laki-laki
dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan
akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran
yang diyakininya dengan aktivitas.

4) Mengorganisasi

Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan


dengan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu,
termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan
ini terdiri dari mengonseptualisasi nilai, yaitu memahami unsur-unsur
abstrak dari suatu nilai yang telah dimiliki dengan nilai-nilai yang datang
kemudian; serta mengorganisasi suatu sistem nilai, yaitu
mengembangkan suatu sistem nilai yang saling berhubungan antara yang
atas dengan yang lainnya.

5) Karakterisasi Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem


nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang

7
dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafat) hidup serta dijadikan
pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

c. Domain Psikomotor

Domain Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan


keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk ke dalam
domain ini :

1) Persepsi (perception)
2) Kesiapan (set)
3) Meniru (Imitation)
4) Membiasakan (Habitual)
5) Menyesuaikan (Adaptation)
6) Menciptakan (Organization)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu


yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh
seseorang sesuai dengan sikapnya. Oleh karena itu, dalam kemampuan
mempersepsi terkandung kemampuan internalisasi nilai yang didasarkan pada
proses pengorganisasian intelektual yang selanjutnya akan membentuk
pandangan seseorang. Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk
melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direflesikan dengan perilaku-
perilaku khusus, misalnya tergambar dari motivasinya, kemauan, partisipasi serta
kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-


gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak
selamanya diikuti oleh pemahaman pentingnya serta makna gerakan yang
dilakukannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menirukan bunyi bahasa seperti
yang dicontohkannya, atau gerakan-gerakan motorik lainnya. Membiasakan
adalah kemampuan seseorang untuk mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu
tanpa melihat contoh. Kemampuan habitual adalah sudah merupakan
kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang
dilakukannya itu masih seperti pola yang ada. Baru pada tahapan berikutnya,
yaitu kemampuan beradaptasi gerakan atau kemampuan itu disesuaikan dengan
keadaan situasi dan kondisi yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah
tahap mengorganisasikan, yakni kemampuan seseorang untuk berkreasi dan
mencipta suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan
kemampuan, yang tergambar dari kemampuannya menghasilkan sesuatu yang
baru.

8
2. Komponen Isi/Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan


pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut
semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu
seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang diprogramkan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Isi yang
dimaksud biasanya berupa bidang-bidang studi, misalnya, Matematika, Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, Fisika dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan
dengan jenis dan jenjang pendidikan yang ada di suatu lembaga pendidikan. Isi
program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.
Isi kurikulum terdiri dari dua kelompok besar, yaitu jenis-jens bidang
studi yang diajarkan dan isi masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis
bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional, atau dapat dikatakan jenis
bidang studi ditetapkan untuk mencapai tujuan institusional. Untuk itu, bidang
studi masing-masing jenis dan jenjang sekolah akan berbeda. Pada tingkat SD
misalnya, jenis dan isi bidang studinya akan berbeda dengan SMP, SMA, dan
SMK. Muatan SD akan berbeda dengan MI, seperti halnya muatan SMP, SMA,
dan SMK pun tidak sama persis dengan MTs, MA, dan MAK.
Isi masing-masing bidang studi ditentukan berdasarkan tujuan
instruksional. Sebenarnya isi program suatu bidang studi yang diajarkan inilah
yang dinamakan isi kurikulum itu, yang biasanya disebut silabus. Silabus
biasanya dijajabarkan ke dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok
bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran merupakan dasar
pengambilan bahan dalam segala kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak
guru. Berikut ini adalah contoh Isi/Ruang lingkup Kurikulum 2006 (Standar Isi).
 Mata Pelajaran IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
c. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

9
d. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
 Mata Pelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.
b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.
c. Sistem Sosial dan Budaya.
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Sedangkan kurikulum 2013 untuk SD/MI terdiri dari Kompetensi Inti,


Kompetensi Dasar dan Indikator berupa tematik terpadu yang mendukung
pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sehingga mata pelajaran
yang satu dengan yang lain terpadu dalam tema. Mata pelajaran dikembangkan
dari kompetensi.

3. Komponen Metode atau Strategi

Strategi dan metode merupakan komponen ketig adalam pengembangan


kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan
idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka
tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Stategi meliputi rencana, metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. T. Rakajoni (1989)
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran


merupakan rencana tindakan (ranglaiankegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan suatu strategi barusampai pada proses penyusunan rencana kerja belum
sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam


kegiatannyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan
metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, bias terjadi satus trategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bias digunakan
metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.

10
Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of
operation achieving something,sedangkan metode adalaha way in achieving something.

Menurut Rowntree (1974), strategi pembelajaran dapat dibagiatas: Strategi


Exposition danStrategi Discovery Learning; sertaStrategi Groups dan Individual
Learning. Dalam exploisition, bahan ajar sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga
siswa tinggal menguasai saja. Oleh sebab itu, metode yang banyak digunakan dalam
strategi ini adalah metode ceramah. Melalui metode ceramah siswa dituntut untuk
menguasai materi pelajaran yang diceramahkan. Dengan demikian, strategi ini lebih
bersifat strategi yang berorientasi pada penguasaan isi pelajaran. Dalam discovery
learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi siswa
diharapkan dapat beraktivitas secara penuh, mencari dan mengumpulkan informasi,
membandingkan, menganalisis dan sebagainya. Oleh karena itu, metode yang lebih
banyak digunakan dalam strategi ini adalah metode pemecahan masalah.

Melalui metode ini siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, tetapi juga bagaimana menggunakan potensi berpikirnya untuk memecahkan
suatu persoalan. Oleh sebab itu, strategi ini lebih berorientasi kepada proses belajar
(process oriented). Strategi pembelajaran individual dan kelompok, lebih menekankan
bagaimana desain pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang belajar. Apabila siswa
belajar secara kelompok bersama-sama, mempelajari bahan yang sama, oleh guru yang
sama, tanpa memperhatikan perbedaan minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki
siswa, maka strategi pembelajaran ini dinamakan strategi pembelajaran kelompok
(group learning, atau yang dikenal dengan system klasikal. Sedangkan, manakala
pembelajaran didesain dengan pola pembelajaran yang memperhatikan kemampuan
dasar siswa, kecepatan belajar, bahkan memerhatikan minat dan bakat siswa secara
penuh, maka strategi pembelajaran individual, siswa dapat maju sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya masing-masing.

Siswa yang cepat belajar, akan cepat pula menyelesaikan program


pembelajaran, sedangkan siswa yang lambat, akan lambat pula dalam menyelesaikan
program pendidikannya. Dengan demikian, siswa yang cepat belajar tidak akan
terhambat oleh siswa yang lambat belajar. Demikian juga siswa yang lambat belajar
tidak akan merasa tergusur oleh siswa yang cepat belajar. Kesempatan untuk maju cepat
menyelesaikan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-
masing siswa ini tidak dimiliki oleh strategi pembelajaran klasikal. Sebab dalam strategi
ini siswa cepat belajar bersama-sama dengan siswa yang lambat, sehingga waktu yang
digunakan untu menyelesaikan program pembelajaran pun akan sama. Strategi atau
metode berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan
.strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat
dari setiap kegiatan, atau pun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa biasa
dinamakan student centered, sedangkan strategi yang berpusat pada guru dinamakan
teacher centered. Strategi yang bagaimana yang dapat digunakan sangat tergantung
kepada tujuan dan materi kurikulum.

11
4. Komponen Evaluasi

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (


Olivia,1988 ) .Proses tersebut meliputi perencanaan . implementasi , dan evaluasi
. Meruuk pada pendapat tersebut ,maka evaluasi merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum . Melalui evaluasi dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum , sehingga dapat diajdikan bahan
pertimbangann apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak , dan
bagian-bagian mana yang harus disempurnakan . Evaluasi merupakan komponen
untuk melihat efektivitas pencapaian tuuan .Dalam konteks kurikulum, evaluasi
dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tuuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriver
(1967 ) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi
formatif.

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tuuan dapat


dikelompokkan ke dalam dua enis, yaitu tes dan nontes.

a. Tes

Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek


kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil tes biasanya diolah
secara luantitatif. Proses pelakasanaan tes hasil belajar dilakukan setelah selesai
satu caturwulan atau semester dinamakan tes sumatif .Hal ini disebabkan hasil
dari tes itu diganakan untuk menilai keberhasilan siswaa dalam proses
pembelajaran sebagai bahan untuk mengisi buku kemauan belajar ( nilai raport ).
Sedangkan tes yang dilakasankan setelah proses belajar mengajar atau mungkin
setelah selesai satu pokok bahasan dinamakan tes formatif, karena fungsinya
bukan untuk melihat keberhasilan siswa akan tetapi digunakan sebagai umpan
balik untuk perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

1) Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi

Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua
kriteria, yaitu kriteria validitasi dan reliabitasi.Tes sebagai suatu alat ukur
dikatakan memiliki tingkat validitasi seanadainya dapat mengukur yang
hendak diukur. Misalnya seandainya guru ingin mengukur tingkat
keterpahaman siswa mengenai mata pelajaran ‘’A’’ maka soal-soal tes
harus berisikan item-item tentang ‘’A’’, bukan soal-soal yang berisi ‘’B
‘’, seandainya guru ingin mengukur kemampuan siswa dalam
mengoperasikan suatu produk teknologi, maka alat yang digunakan

12
adalah tes keterampilan menggunakan produk teknologi tersebut. Tidak
dikatakan tes memiliki tingkat validitasi seandainya yang hendak diukur
kemahiran mengoperasikan sesuatau, tetapi yang digunakan adalah tes
tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep.

Tes memiliki tingkat reliabilitas atau atau keandalan jika tes


tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten . Misalnya, jika
suatu tes diberikan kepada kelompok siswa, kemudian diberikan lagi
kepada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda, maka
hasilnya akan relative sama. Ada beberapa teknik untuk menentukan
tingkat realibilitas tes. Pertama, dengan tes –retes,yaitu dengan
mengorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang
kedua . Kedua, dengan mengorelasikan hasil testing antara item ganjil
dengan item genap ( idd-even method). Ketiga, dengan memecah hasil
testing menjadi dua bagian , kemudian keudanya dikorelasikan.

2) Jenis-jenis Tes

Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis.Berdasarkan


jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok
dan tes individual. Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap
sejumlah siswa secara bersama-sama; sedangkan tes individual adalah tes
yang dilakukan kepada seorang siswa secara perorangan . Dilihat dari
cara penyusunanya, tes juga dapat dibedakan menjadi tes buatan guru dan
tes standar.

Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang


dibutuhkan oleh guru bersangkutan . Misalnya untuk mengumpulkan
informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang
diajarnya,atau untuk melihat efektivitas proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan . Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memerhatikan
tingkat validitas dan tingkat reliabitas. Hal ni disebabkan , tes buatan guru
hanya mencakup materi yang terbatas. Tes standar adalah tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan
kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memperediksi keberhasilan
belajar siswa pada masa yang akan datang . Tes standar biasanya
digunakan untuk kepentingan seleksi, misalnya seleksi mahasiswa
baru,seleksi untuk pegawai , dan sebagianya. Sebagai tes yang berfungsi
untuk mengukur kemampuan, maka suatu tes standar harus memiliki
derajat validitas dan realibilitas melalui serangkaian uji coba, serta
memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang tinggi.

13
Dilihat dari pelaksanaanya, tes dapat dibedakan menjadi tes
tertulis,tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis atau sering juga disebut
tes tulisan adalah tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab
sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua cara jenis tes yang
termasuk ke dalam tes tulisan ini,yaitu tes esei dan tes objektif. Tes esei
adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan
secara terbuka, yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang
disusunnya sendiri. Tes esei dapat menilai proses mental.

siswa terutama dalam hal kemampuan menyusun jawaban secara


sistematis, kesanggupan menggunakan bahasa lain dan sebagainya.Tes
objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban
yang sudah ditentukan . Misalnya bentuk tes benar-salah (BS), tes pilihan
ganda (multiple choice), menjodohkan ( matching), dan bentuk
melengkapi (completion). Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan
bahasa secara lisan.Tes ini bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa.
Melalui bahasa secara verbal, penilai dapat mengetahui secara mendalam
pemahaman siswa tentang sesuatu yang dievaluasi, yang bukan hanya
pemahaman tentang konsep, akan tetapi bagaimana aplikasinya serta
hubungannya dengan konsep lain, bahkan penilai juga dapat mengungkap
informasi tentang pendapat dan pandangan mereka tentang sesuatu yang
dievaluasi sedikit, serta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi
mendalam. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan . Tes ini
cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan
seseorang mengenai sesuatu.Contohnya, memperagakan suatu alat dan
sebagainya.

b. Nontes

Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunkan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap , minat, dan motivasi. Ada berbagai jenis nontes
sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala
penilaian.

1) Observasi

Observasi adalah teknik penilain dengan mengamati tingkah laku


pada situasi tertentu . Ada dua jenis observasi, yaitu obseravsi partisipatif
dan nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang
dilakukan dengan menempatkan observasi sebagai bagian dimana
observasi itu dilakukan . Misalnya ketika observasi ingin mengumpulkan
infirmasi bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, maka sambil

14
melakukan pengamatan ,observasi juga merupakan bagian dari peserta
diskusi. Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang dilakukan
dengan cara observasi murni sebagai pengamat. Artinya, observasi dalam
melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari kegiatan itu, akan
tetapi ia berperan semata-mata hanya sebagai pengamat saja.Oleh sebab
itu, salah satu kelemahan observasi nonpartisipatif adalah kecenderungan
yang diobservasi untuk berperilaku dibuat-buat sangat tinggi.

2) Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang


diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancara , yaitu
wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. Dikatakan
wawancara langsung manakal pewawancara melakukan komunikasi
dengan subjek yang ingin dievaluasi.Sedangkan wawancara tidak
langsung dilakukan manakala pewawancara ingin mengumpulkan data
subjek melalui perantara. Misalnya, ketika ingin mengumpulkan
informasi tentang kebiasaan siswa dalam belajar, maka dikatakan
wawancara langsung apabila wawancara dilakukan dengan siswa yang
bersangkutan , sedangkan manakala wawancara dilakukan dengan orang
tua siswa yang bersangkutan dikatakan wawancara tidak langsung.

3) Studi Kasus

Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam


periode tertentu secara teru menerus .Misalnya, ingin mempelajari
bagaimana sikap dan kebiasaan siswa tertentu dalam belajar Bahasa
Inggris di dalam kelas selama satu semester.

4) Skala Penilaian

Skala penilaian atau biasa disebut rating scale merupakan salah


satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari
ujung negatif sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut
penilai tinggal membubuhi tanda centang.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen


tertentu.Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu: komponen
tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen
evaluasi. Manakala salah satu komponen yang membentuk system kurikulum
terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka system
kurikulum juga akan terganggu.

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.


Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat
atau system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan
menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan . Dalam skala mikro,
tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah sertatujuan-tujuan
yang lebih sempit, seperti setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut
semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa.
Strategi atau metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memilki peran yang
sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian
tujuan. Dalam kontek skurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Evaluasi sebagai alat untuk ,melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

B. Saran

Dalam kesempatan ini kami berusaha memahami, kurikulum adalah


sarana untuk mencapai tujuan pendidikandan kami saranakan alngkah baiknya
kalau kurikulum ini dipahami oleh semua orang yang berkiprah dalam dunia
pendidikan khususnya golongan pendidik dari tingkat Sekolah Dasar sampai
PerguruanTinggi, dengan cara apapun mereka memahaminya agar pendidikan di
lingkungan kita bias berjalan lebih baik dan optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembangan MKDK. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:


Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Ermiana, Ida. 2015. Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum SD. Mataram:


Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram.

17

Anda mungkin juga menyukai