TINJAUAN PUSTAKA
4.3 Diagnosis
Pemeriksaan foto polos cross-table lateral dilakukan pada pasien dengan malforasi
anorektal tanpa fistel dan mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan, dengan cara yang
digambarkan pada gambar 3.1. Tatalaksana lanjutan pada pasien neonatus perempuan dengan
malforasi anorektal tanpa fistel sama dengan pasien neonatus laki-laki; apabila ada keadaan
penyulit yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anorektoplasti pada neonatus, kolostomi
dapat dilakukan terlebih dahulu dan terapi definitif dilakukan beberapa bulan setelahnya.
Kolostomi
Gambar 7. Kolostomi yang ideal pada neonatus dengan malformasi anorektal letak tinggi.
Hingga saat ini kolostomi yang dianggap ideal dalam tatalaksana malformasi
anorektal adalah divided descending colostomy.4 Hal ini disebabkan karena kolostomi ini
memungkinkan terjadinya dekompresi yang adekuat, dan segmen kolon distal non-fungsional
yang pendek namun tidak mengganggu proses pull-through pada tahap terapi definitif.4
Kolostomi pada kolon desendan atau sigmoid juga dianggap lebih menguntungkan dibanding
dengan kolostomi transversal, karena proses pembersihan kolon distal pada proses kolostomi
menjadi lebih mudah. Pada pasien dengan fistel rektouretra, seringkali urin mengalami arus
balik dan masuk ke dalam kolon. Kolostomi pada lokasi yang lebih proksimal membuat
waktu transit urin dalam kolon menjadi lebih lama dan memungkinkan terjadinya absorbsi
dari urin, menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. 4 Loop colostomy memungkinkan
masuknya feses dari stoma proksimal ke distal, dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi,
dilatasi rektal, dan impaksi feses. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah kolostomi pada
rektosigmoid bagian bawah - proses ini membuat segmen distal menjadi terlalu pendek dan
sulit untuk dimobilisasi pada proses pull through.4
Gambar 8. Kolostomi pada bagian bawah rektosigmoid. Segmen distal menjadi terlalu pendek dan
menghambat mobilisasi rektum pada proses terapi definitif.
Sebanyak 90% malformasi anorektal pada neonatus laki-laki dapat diperbaiki dengan
melakukan PSARP tanpa membuka rongga abdomen, meski tatalaksana pada setiap kasus
memiliki perbedaan tergantung pada variasi anatomis pasien.4 Dilatasi pada rektum umumnya
lebih jarang terjadi apabila operasi dilakukan pada usia dini dan dilakukan kolostomi yang
adekuat. Pada pasien dengan kolostomi, PSARP dilakukan setelah pemeriksaan distal
kolostogram untuk menentukan lokasi pasti dari fistel dan rektum - melakukan proses ini
tanpa kolostogram meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada vesika seminalis, prostat,
uretra dan inervasi kandung kemih.4
Proses PSARP pada pasien malformasi anorektal dengan fistel rektovesika melibatkan
seluruh tubuh bagian bawah dari pasien dan operasi dilakukan dengan laparoskopi. Bidang
diseksi dimulai pada peritoneum di sekitar rektum distal untuk kemudian dilanjutkan ke arah
distal. Bidang diseksi harus tetap berada di dinding rektum hingga mencapai kandung
kemih.4 Bidang komunis dari kandung kemih dan rektum kemudian dibebaskan dan bagian
fistel pada kandung kemih diligasi atau dijahit. 4 Pembuluh darah yang meperdarahi rektum
distal kemudian dibebaskan sehingga segmen rektum yang terbebas cukup panjang untuk
kemudian dilakukan penarikan hingga ke daerah perineum. Pembuatan kolostomi yang terlalu
distal dapat menghambat proses mobilisasi rektum pada tahap ini. Saat rektum telah
dibebaskan, kanula dengan trokar tumpu dilewatkan melalui perineum, anterior dari os
coccyx. Rektum distal kemudian ditahan dan diposisikan sedemikian rupa di tengah sfinkter.
Fiksasi dilakukan dengan penjahitan di empat kuadran, dengan tiga jahitan tambahan di
antara setiap dua jahitan. 4
Gambar 9. Bidang diseksi pada PSARP (kiri), proses penjahitan pada anoplasti (kanan, A) dan penjahitan
subkutikuler (kanan, B).
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 11th ed. Lippincott Williams and
Wilkins Inc. 2011. p.302-16
2. The Digestive System. In: Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human. 9th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier. 2013.
3. Pena A, Levitt MA. Anorectal Malformations. In .Grosfeld JL,O’Neill JA, Fonkalsrud
EW, Coran AG. Pediatric Surgery.6th ed. Mosby Elsevier Inc. 2006. p1566-73
4. Pena A, Levitt MA. Imperforate Anus and Cloacal Malformations. In Holcomb GW,
Murphy JP. Ashcraft’s Pediatric Surgery. 5th ed. Elsevier Inc. 2010. p468-84