Anda di halaman 1dari 3

Analisis dan Pembahasan

Titrasi adalah cara menganalisis pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara
tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain.

Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran warna yaitu tidak berwarna
sampai merah muda pudar , yakni apabila tak berwarna berarti sifatnya asam dan jika berwarna merah
ungu berarti basa. Jika larutan sudah ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna
paling awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat larutan
menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir titrasi.

 Percobaan ke-1
pada percobaan pertama kami menggunakan larutan C2H2O4 yaitu asam lemah dititrasi
dengan NaOH yaitu basa lemah dan menghasilkan persamaan sebagai berikut :
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

1. Titrasi ke -1
Langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke
dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator
berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 5,1 ml
dan warnanya merah muda keunguan.
2. Titrasi ke -2
Langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 4 tetes penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke
dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator
berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 4,9
ml dan warnanya merah muda keunguan.
3. Titrasi ke-3
Langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 tetes penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke
dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator
berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 5,0
ml dan warnanya merah muda keunguan.

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat
(sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa kuat). Pada pembuatan larutan standar natrium
hidroksida indikator yang digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator fenophtalein
digunakan dalam percobaan ini karena fenophtalein tak berwarna dengan pH antara 8,3-10,0 akan
mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekivalen.
Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah yang konstan
dari warna asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekivalen.
Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 5 mL yang dihitung dari rata-rata 3 kali
percobaan. Dan di dapat rata-rata konsentrasi NaOH .......................M
 Percobaan ke -2
Pada percobaan kedua kami menggunakan asam kuat dan basa kuat. Yaitu HCl dan NaoH.
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 ml dititrasi dengan
NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
1. Titrasi ke-1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 tetes penoftalin.
NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi
setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
volume titrasinya 6,4 ml dan warnanya merah muda keunguan.

2. Titrasi ke - 2
HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2
tetes penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan
menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 5,9 ml dan warnanya ungu muda.
3. Titrasi ke- 3
HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2
tetes penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan
menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 6,3 ml dan warnanya merah muda
pudar .

 Percobaan ke-3
Pada percobaan kedua kami menggunakan asam kuat dan basa kuat. Yaitu HCl dan NaoH.
Namun , menggunakan indikator alami yaitu kunyit . Dalam percobaan titrasi yang kami
lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 ml dititrasi dengan NaOH kemudian di tetesi indikator
kunyit 2 tetes.
1. Titrasi ke-1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 tetes ekstrak
kunyit . NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai,
dan didapatkan volume titrasinya 6,0 ml dan warnanya coklat muda.

2. Titrasi ke - 2
HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2
tetes ekstrak kunyit . NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian
dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik
akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 6,1 ml dan warnanya
coklat muda.
3. Titrasi ke- 3
HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2
tetes ekstrak kunyit . NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian
dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik
akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 6,2 ml dan warnanya
coklat muda.

Hasil praktikum diuji menggunakan kunyit warnanya berubah menjadi coklat muda . Hal ini
menunjukkan sampel A merupakan larutan basa. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa dari larutan
ekstrak kunyit yang berwarna kuning akan berubah menjadi jingga kecoklatan dalam larutan basa
(Djoko, 2006 : 56). Perubahan warna yang terjadi saat menggunakan indicator alami tidak selalu
mutlak namun dapat mendekati warna tersebut. Sampel A diuji dengan lakmus merah berubah
menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa sampel A merupakan larutan yang bersifat basa. Karena
sesuai dengan literatur menurut Chang (2009 : 298) bahwa kertas lakmus merah ditambahkan larutan
yang bersifat basa, maka akan menjadi berwarna biru. Saat diuji dengan lakmus biru tetap berwarna
biru hal ini juga sesuai dengan teori kertas lakmus biru akan tatap biru pada larutan yang bersifat basa.
Diperkuat juga saat dicocokkan dengan trayek indikator menunjukkan pH = 9. 2. Sampel B
Berdasarkan hasil praktikum sampel B saat diuji menggunakan kunyit warnanya berubah menjadi
kuning. Hal ini menunjukkan sampel B merupakan larutan netral. Hal ini sesuai dengan dasar teori
bahwa dari larutan ekstrak yang berwarna kuning pekat (mendekate oranye), akan berubah menjadi
kuning jernih dalam suasana asam dan berwarna merah bata dalam suasana basa (Evans, 1998).

Anda mungkin juga menyukai