Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI

NAMA : ANJASDIR
NIM : D021171021

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
GOWA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki bagi
penduduk suatu Negara. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik
Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib
menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan) dan mengupayakan
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi penduduk. Kewajiban dimaksud
mencakup kewajiban menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang.
Untuk bisa melaksanakan kewajiban tersebut secara efektif, maka
Negara wajib menguasai sumber daya alam untuk digunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat (UUD 1945 pasal 33 ayat 3).
Ketahanan pangan terdiri dari tiga sub sistem utama yaitu
ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan, sedangkan status gizi merupakan
outcome dari ketahanan pangan. Ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan
merupakan sub sistem yang harus dipenuhi secara utuh. Salah satu subsistem
tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai
ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat
nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan
pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Di
Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari:
(1) Tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya;
(2) Aman;
(3) Merata; dan
(4) Terjangkau.
Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat
lebih dipahami sebagai berikut:
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat,
protein, lemak vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat
bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari
kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang
harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Status gizi
(Nutritional status ) adalah outcome ketahanan pangan yang merupakan
cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi ini diukur
dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya
maka masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah
bagaimana hubungan gizi dan ketahanan pangan.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini dibuat adalah untuk mengetahui
bagaimana hubungan gizi dan ketahanan pangan.

1.4 Kajian Pustaka


Menurut UU No. 7 Tahun 1996, Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.Sedangkan
Ketahanan Pangan adalah : kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti
“makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia.
Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal/ tubuh.
Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
BAB II
METODE PENYUSUNAN
Makalah ini merupakan kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitataif yang disusun berdasarkan literatur sumber tulisan berupa buku,
jurnal dan artkel yang berkaitan tentang hubungan ketahanan pangan dan status gizi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kabupaten Paser Kalimantan timur dengan luas wilayah 11.603,94 Km2
yang terdiri dari 10.851,18 Km2 luas daratan dan 752,76 Km2 adalah luas
perairan, Berpenduduk 256.312 jiwa, dengan kerapatan penduduk 22,09
jiwa/Km2.
Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi
empat sub-sistem, yaitu: (i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang
cukup untuk seluruh penduduk, (ii) distribusi pangan yang lancar dan merata,
(iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi
seimbang, yang berdampak pada (iv) status gizi masyarakat . Dengan demikian,
sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya menyangkut soal produksi,
distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan regional),
tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat rumah
tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama anak dan
ibu hamil dari rumah tangga miskin. Meskipun secara konseptual pengertian
ketahanan pangan meliputi aspek mikro, namun dalam pelaksanaan sehari-hari
masih sering ditekankan pada aspek makro yaitu ketersediaan pangan. Agar
aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam dokumen ini digunakan istilah
ketahanan pangan dan gizi.
Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem ketahanan
pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti
banyak diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan
yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa
seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan
pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu
tingkat kesejahteraan manusia.
Untuk Kabupaten Paser ini sendiri salah satu indicator tingkat kesehatan
masyarakat adalah status gizi balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser, jumlah balita usia 1-4 tahun di tahun 2013 adalah sebanyak
24.804 balita. Sebanyak 12.437 balita yang melakukan kunjungan atau
penimbangan pada fasilitas layanan kesehatan dan sisanya 49,86% tidak
melakukan penimbangan. Dari hasil tersebut ditemukan sebanyak 743 balita
kekurangan energy protein (KEP) total dan sebanyak 128 balita mengalami
KEP nyata. Hal ini menandakan bahwa butuh perhatian serius daripemerintah
untuk menekan angka KEP tersebut.
Tingkat kemiskinan dari hasil survey social ekonomi nasional (Susenas)
tahun 2013 yaitu 7,94% dengan tingkat kesempatan kerja (TKK) 90,75%
Jumlah pemotongan ternak tahun 2013 yaitu sapi 2.495 ekor, kerbau 97
ekor, kambing 2.427 ekor, domba 18 ekor, ayam ras 2.172.244 ekor, ayam
buras 970.832 ekor, itik 4.982 ekor. Produksi telur lokal ayam buras 5.705.491
butir, itik 132.288 butir.
Produksi perikanan tahun 2013 Perikanan laut 10.123 ton, perairan
umum 180 ton, tambak 9.463,7 ton, kolam 36,1 ton, keramba 6,5 ton, rumput
laut 412,9 ton.

3.2 Pembahasan
Lebih dari 50 persen penduduk Kabupaten Paser Kalimantan Timur
memilih usaha tani sebagai mata pencaharian pokoknya dengan kegiatan
utama perkebunan pertanian. dari sisi potensi SDM, Kabupaten Paser telah
melahirkan banyak sarjana pertanian memiliki banyak sarjana pertanian yang
dapat diandalkan untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian.
Kondisi alam yang merupakan areal batu kapur dan lahan gambut
sehingga tidak cocok untuk tanaman holtikultura menjadi andil kelangkaan
pangan dan holtikultura menambah parah kondisi pangan yang berhubungan
erat dengan pemenuhan gizi.
Hal ini berakibat pada pemenuhan kebutuhan pangan tergantung dari
disrtibusi luar daerah terutama pulau Jawa dan Sulawesi. Apa bila hal ini tidak
ada pemecahannya maka dapat berakibat pada gagalnya ketahanan pangan.
Program ketahanan pangan dimulai dari evaluasi status gizi masyarakat
diikuti dengan tingkat konsumsi, persediaan dan produksi pangan; bukan
sebaliknya. Status gizi masyarakat yang baik ditunjukkan oleh keadaan tidak
adanya masyarakat yang menderita kelaparan dan gizi kurang. Keadaan ini
secara tidak langsung menggambarkan akses pangan dan pelayanan sosial
yang merata dan cukup baik. Sebaliknya, produksi dan persediaan pangan
yang melebihi kebutuhannya, tidak menjamin masyarakat terbebas dari
kelaparan dan gizi kurang. Tujuan dari ketahanan pangan harus diorentasikan
untuk pencapaian pemenuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, dan ketahanan pangan nasional. Berjalannya sistem
ketahanan pangan tersebut sangat tergantung pada dari adanya kebijakan dan
kinerja sektor ekonomi, sosial dan politik. Kebijakan pemerintah dalam aspek
ekonomi, sosial maupun politik sangat perpengaruh terhadap ketahanan
pangan. Pemerintah.
Menurut hasil rilis Kaltim Post 2014 menyatakan bahwa Pemerintah
Kabupaten Paser menetapkan lahan pertanian berkelanjutan (LP2B) dalam
peraturan daerah (Perda) Kabupaten Paser. Yaitu mempertahankan areal lahan
sawah existing (yang ada) seluas 4.167,78 Ha sebagai lahan berkelanjutan.
Memasukkan lahan areal existing 4.167,78 Ha dan potensi (Rice Food Estate)
seluas 30.947,82 Ha dalam rancangan tata ruang wilayah Kabupaten Paser,
dengan demikian menjadi total 35.116,60 Ha. Dengan tingkat produksi
harapan, padi sawah 37.087 ton dan 13.603 ton, padi ladang 8.706 ton, kedelai
190 ton dan 242 ton, ubi kayu 3.042 ton. Selain itu juga pencapaian dibidang
peternakan produksi daging sapi potong 17.943 ekor pada tahun 2014 menjadi
23.106 tahun 2018. Selanjutnya mengembangkan komoditas penunjang
penyedia daging, yakni kerbau, kambing, babi, ayam ras, ayam buras, dan itik.
Selain itu Upaya yang dilakukan yaitu perbaikan imprastruktur jalan dan
pelabuhan laut untuk memperlancar distribusi holtikultura dari luar daerah.
BAB IV
KESIMPULAN
Program ketahanan pangan dimulai dari evaluasi status gizi masyarakat diikuti
dengan tingkat konsumsi, persediaan dan produksi pangan;
Status gizi masyarakat yang baik ditunjukkan oleh keadaan tidak adanya
masyarakat yang menderita kelaparan dan gizi kurang. Keadaan ini secara tidak
langsung menggambarkan akses pangan dan pelayanan sosial yang merata dan cukup
baik. Pemerintah Kabupaten Paser perlu perhatian serius untuk menurunkan angka
KEP.
Produksi dan persediaan pangan yang melebihi kebutuhannya, tidak menjamin
masyarakat terbebas dari kelaparan dan gizi kurang.
Tujuan dari ketahanan pangan harus diorentasikan untuk pencapaian
pemenuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan
ketahanan pangan nasional. Berjalannya sistem ketahanan pangan tersebut sangat
tergantung pada dari adanya kebijakan dan kinerja sektor ekonomi, sosial dan politik.
Dengan Tingkat kemiskinan dari hasil survey social ekonomi nasional (Susenas)
tahun 2013 yaitu 7,94% dengan tingkat kesempatan kerja (TKK) 90,75% ternyata
masih belum menjamin pemenuhan gizi masyarakat yang berarti masih perlu
pembenahan bidang ekonomi.
Untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan swasembada pangan, banyak
kendala yang sebenarnya merupakan kedala internal yang mestinya bisa diselesaikan
oleh pemerintah. Lahan pertanian yang terbatas adalah masalah internal kita, dapat
diatasi dengan melakukan reformasi agraria secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Syahrir Ika. 2014. Kedaulatan Pangan dan Kecukupan Pangan Negara Wajib
Mewujudkannya. Rubrik Edukasi Fiskal.
Sudirja, Rija. Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Kebijakan Pengelolaan
Lahan Pertanian Pangan1. Jurusan Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya
Lahan - Makalah Seminar Regional. Fakultas Pertanian UNPAD

Anda mungkin juga menyukai