(1938-Sampai
Sekarang)
PENDAHULUAN:
==============
www.jasonmonet.com.
saya tidak suka membuat ‘gambar yang manis’, saya mencoba untuk
menangkap
apa yang ada menurut kemampuan saya.
Waktu saya berumur tiga puluh tahun, ini adalah periode yang sulit.
Waktu umur duapuluhan saya masih banyak semangat dan gairah.
Semuanya masih baru. Saya merasa terangsang oleh kehidupan.
Pada waktu itu saya tidak mau tahu yang lainnya. Orang bilang ketidak-
mau-tahuan
itu membahagiakan, untuk apa menjadi bijaksana. Tapi saya tidak merasa
bertanggung jawab
karena saya masih muda. Waktu seseorang baru menginjak usia dua
puluhan, menikah
dan punya anak, harus bayar sewa rumah, dsb harus bekerja untuk memberi
makan keluarga.
Kemudian ada ketidak-cocokan dengan istri. Semua ini akan mempengaruhi
karya seseorang.
Ini mempengaruhi saya, tapi untuk beberapa orang seperti Picasso tidak,
dia terus berkarya seumur hidupnya. Dia bilang kepada orang-orang yang
menghalangi kreatifitasnya, “Hei, kamu! Keluar! Keluar sana!”
BERPISAH DENGAN
KARYA
ANDA:
========================
Saya ke Australia dan mencoba melukis disana, tetapi warna palet disana
terlalu pucat.
Sebenarnya disana saya melukis beberapa pemandangan tapi saya tidak
suka,
seperti tidak ada kontras antara sinar dan bayangan, supaya lukisan itu bisa
menarik
saya harus berbohong, tapi itu juga berarti membohongi diri saya sendiri.
Saya harus mempergelap atau mempercerah warna untuk membuatnya lebih
kontras.
Saya tidak bisa membohongi lukisan saya.
Yang saya lakukan adalah, pertama saya oleskan minyak linseed pada kertas
gambar saya.
Kalau saya menggambar dengan pastel, maka ini berubah menjadi cat
minyak,
karena pastel adalah pigmen murni. Untuk menjadi cat minyak, pastel yang
baik
dicampur dengan minyak linseed supaya bisa menghasilkan warna-warna
yang menarik
tapi tidak terlalu cerah bercahaya.
Di San Francisco pastel, bukan cat minyak. Sama dengan di Malta bahkan
Australia.
Walaupun disana anda menggunakan cat minyak, selalu ada saja yang salah.
Di Australia refleksi cahaya terbenamnya matahari hampir membuat mata
saya buta.
Bunga-bunga disana warnanya mengerikan, terlalu merah.
CHRIS: Kemudian anda
tinggal
berbarapa tahun di
Bali!
JASON: Di Bali, kadang-
kadang waktu
saya mengendarai mobil,
warna sawahnya
sangat memukau. Setiap
kali lewat terasa
seperti baru pertama kali.
Saya selalu
senang melihatnya.
Jadi saya harus
melukisnya. Waktu Lake Batur, 1997
pertama Oil on canvas, 90 x 110cm
kali saya ke Bali selama 2
bulan, saya
membuat 40 lukisan.
Saya di kebun saja,
tidak kemana-mana.
Hanya melukis.
Warna-warna yang indah
dan
keanehan-keanehan yang
asing.
Itu juga keistimewaan
Bali, keunikan
kebudayaan, desa-desa
dan gaya hidupnya,
sangat kreatif. Saya selalu
bangun tidur
dengan semangat untuk
melukis. Kalau di
Inggris dan Australia kita
harus mencari
inspirasi untuk melukis,
di Bali terlalu
banyak pilihan
objek sehingga sulit untuk
tahu yang mana yang
harus dimulai dulu.
Setiap pagi saya bangun
dan membuka
jendela dan menyerapi
semua yang
saya lihat. Saya senang
disini. Tanaman
yang saya lihat dan
cahaya yang masuk
melalui jendela kamar
saya sudah cukup
untuk membuat
saya gembira sepanjang
hari. Itu saja, rasanya
sudah cukup.
Keuntungan praktis bagi seniman yang hidup di Bali adalah biaya hidup
yang mudah terjangkau.
Lebih murah dari tempat-tempat lain di dunia kecuali untuk bahan-bahan
melukis yang berkualitas.
Entah bagaimana seseorang bisa mampu menjadi seniman murni di Inggris
tanpa harus menjadi
seniman komersil.
CHRIS: Pada tahun 1980, saya ingat cerita Arie Smit, ada satu kontainer
berisi
lukisan dari‘Young Artist School’ yang dikirim ke Italy.
JASON: Waktu pertama kali saya ke sana, saya menyewa sebuah tempat
yang letaknya
persisi di depan sekolah itu. Saya pikir “Wah! Bagus sekali. Saya bisa beli
bahan-bahan
dan mendapatkan model dari sana.” Tetapi sekolah itu sangat miskin. Tidak
ada model disana;
tidak ada bahan-bahan karena mereka kebanyakan menggunakan tinta, air
dan semacam bubuk warna.
Mereka diajarkan untuk menggambar sapi, pohon dan orang secara meniru.
Semuanya diajarkan untuk meniru walaupun ada tiruan yang bagus sekali.
Tetapi alasan guru-guru dari Eropah seperti Walter Spies, Bonnet atau Arie
Smit
dalam menggunakan warna-warna tertentu itu adalah karena warna dan cat
minyak sangat mahal.
Di Indonesia, banyak pelukis muda yang mencoba untuk meniru atau kena
pengaruh
aliran-aliran impresionisme atau ekspresionisme. Akibat pengaruh dari luar
yang demikian besar,
akhirnya bukan mereka sendiri pencipta lukisannya. Mereka hanya mencari
sesuatu yang baru.
Di Bali ada banyak sekali pelukis seperti itu..
Hanya beberapa seniman yang bisa melihat dan membuat sesuatu yang baru
seperti Picasso.
Saya pikir dia seorang yang jenius. Seperti juga Leonardo Da Vinci atau
Rembrandt. Mereka hebat.
Sangat sulit untuk menemukan orang-orang seperti itu.
CHRIS: Waktu anda harus keluar dari Bali untuk visa kadang-kadang
anda pergi
ke Sarawak. Kenapa?
JASON: Saya bisa merasa nyaman di Bali. Tapi saya juga bisa bosan kalau
terus melukis
pemandangan yang sama. Kadang-kadang saya memerlukan lingkungan
yang lain, yang berbeda.
Cahaya di Sarawak sangat berbeda. Perasaannya juga berbeda. Tidak banyak
persamaan antara
Bali dan Sarawak. Disana ada perasaan seperti di dalam hutan, kelebatan
hutanya terasa,
seperti ikut tumbuh dengan warna dan pohon-pohon besar. Di Bali perasaan
seperti itu
sudah banyak menghilang.
GALERI DAN PENJUALAN:
======================
Ada lagi seorang seniman asing yang tinggal disini, kalau anda pergi ke
galerinya dan bertanya
“Ada lukisan ini atau itu” mereka akan bilang “Saya rasa ada.” Mereka pergi
ke belakang dan ada
banyak disana. Teman dari seniman itu pernah bilang kepada saya bahwa dia
menggunakan mal
dari kulit supaya bisa lebih cepat dan bisa memproduksi lebih banyak. Ha
ha!
Dengan melukis dua dimensi itu sangat sulit untuk merubah sesuatu.
Saya tidak tahu apakah anda pernah memperhatikan saya melukis, saya
selalu merubah warna mencoba supaya kontrasnya benar; mencoba untuk
mendapatkan cahaya dan bayangan sangat sulit sekali.
Saya sendiri satu kali merasakan dari lukisan saya, seorang wanita Polandia
yang sedang duduk.
“Aduh! Saya bisa lakukan ini. Saya bisa merasakan apa yang ada
dibelakangnya.”
Inilah pertama kali saya membuat lukisan seperti ini. Seperti di Nirwana
rasanya.
CHRIS: Lord Kenneth Clarke bilang tentang Monet: “Objek lukisan itu
tidak penting.
Sensasi cahayanyalah yang benar-benar penting.”
JASON: Dia benar sekali. Kemampuan Monet adalah melukiskan suasana.
Bagaimana seseorang bisa melukiskan suasana? Orang ini bekerja seperti
orang gila.
Saya melihat lukisan kecil Monet, saya seperti ingin memasukkan tangan
saya kedalam
air untuk merasakan kedinginannya. Bantalan jerami yang dia lukis, hampir
bisa dirasakan
cahaya mataharinya di muka anda. Itulah hebatnya Monet, karena dia bisa
melukiskan
suasana dengan baik.
CHRIS: Ada sesuatu yang dikatakan oleh teman anda Francis Bacon
“Paksa terus, lakukan sejauh mungkin.”
JASON: Dulu saya mempunyai seorang guru yang hebat; kami
mengaguminya.
Dia selalu bilang “Jangan melebihi kemampuan sendiri dalam melakukan
sesuatu.”
Lalu saya bertemu dengan Francis Bacon (seniman terkenal dari Inggris),
saya bilang ada
sesuatu yang mengganggu saya. Dia tanya “Apa itu?” Saya bilang “Guru
saya selalu bilang.
Jangan melebihi kemampuan sendiri dalam melakukan sesuatu. Seseorang
akan berkembang
apabila dia terus bekerja dan bekerja dan bekerja.” Bacon bilang, “Bukan
begitu!
Anda harus melakukan sebaliknya, lampaui kemampuan anda. Usahakan
sekeras-kerasnya.
Lakukan semuanya.”
Seperti apa yang dilakukan Bacon,
itulah
mengapa dia hebat. Dengan Francis
Bacon,
anda bisa mendengar teriakan dari
kanvasnya.
Anda benar-benar bisa mendengarnya.
Bagi saya,
itulah tanda seorang seniman yang
hebat.
CHRIS: Saya tidak tahu apa perbedaan antara ilustrasi dan lukisan yang
baik?
JASON: Saya juga tidak tahu. Mungkin ilustrsi yang baik dibuat dengan
pikiran sedangkan
lukisan yang baik dibuat dengan perasaan dan keberanian. Seseorang
merasakan,
lalu sepenuh hati melakukannya. Tanpa sedikitpun konsekuensi
intelektualitasnya.
Akal tidak diperlukan.
Ada yang berkomentar bahwa lukisan saya belum selesai, bahwa saya
seharusnya begini
atau begitu. Saya rasa kalau saya ingin mengabadikan sesuatu, saya lakukan
dengan seluruh
kemampuan terbaik saya itu sudah cukup. Untuk saya, kalau saya ikuti
kemauan atau keinginan
mereka berarti saya membunuh lukisan saya sendiri. Waktu saya melukis,
secara mental saya
berada di atas awan, didunia antah berantah.dan sesudah itu, waktu saya
menganalisa lukisan,
saya tidak berada di tempat itu lagi; saya di alam pemikiran yang berbeda,
perbaiki ini dan itu.
Inilah yang saya takutkan. Kadang-kadang malah bisa merusak.
Anda bisa bilang, “Tiang yang disana itu seharusnya makin ke atas makin
mengecil.”
Tapi dalam lukisan, itu tidak harus, karena kejanggalan itulah yang
membuatnya menjadi lukisan.
Kalau diperbaiki malah jadi rusak. Anda tidak tahu itu. Lukisan itu berhak
untuk lahir. Bisa berdiri
sendiri sedangkan pelukisnya hanya sebagai alat yang membuatnya. Dia
hanya alat.
Dalam melukis, seniman menggunakan pikiran bawah sadarnya, tidak
melalui kesadarannya.
JASON: Saya setuju dengan itu karena waktu saya berumur 58 tahun saya
merasa seperti
saya sudah selesai dengan masa belajar saya. Rasanya aneh. Saya merasa
percaya diri untuk
melakukan apa saja. Bukan berarti saya mengetahui segalanya. Juga bukan
berarti saya tidak
akan belajar lagi. Untuk membangun kepercayaan diri, membutuhkan waktu
yang lama.
Sebelum itu, tidak punya rasa percaya diri saya hanya berusaha untuk
kembali ke semangat
usia dua puluhan saya. Saya mau mendapatkan itu kembali. Setelah berumur
65 atau berapa saja,
seseorang akan merindukan masa kanak-kanaknya, keasikan dalam
menemukan sesuatu yang
baru yang bisa menambah pengetahuannya untuk bisa menjadi seseorang
seperti Picasso
(kalau beruntung) mau mengembalikan keberlimpahan dan kesegaran itu
lagi. Tapi sayangnya,
sekarang sudah terlalu banyak perhitungan.
CHRIS: Anda melihat warna hijau di bawah warna itu? Mungkin warna
hijau itu berasal dari masa mudanya yang tertinggal di dalam bambu tua
itu.
JASON: Yah! Ada hijau olive dengan sentuhan merah cerah. Warna-
warnanya ada disana.
Tidak pernah bisa mendapat warna polos alami langsung dari tabung cat
seperti warna putih
di papan ini. Jadi tidak pernah hanya ‘putih’ saja. Mata seorang seniman bisa
menangkap warna
lain di dalam sebuah warna. Warna yang kaya, tidak lugu. Sungguh!
CHRIS: Apakah cat minyak harus ditunggu kering dulu sebelum bisa
dilapisi?
JASON: Kalau saya tidak puas dengan campuran warna, langsung saya
hapus, cat lagi di
atasnya untuk mendapatkan efek campuran warna. Warna-warna di palet
saya makin lama
makin terbatas. Saya menggunakan banyak warna yang saya dapatkan
dengan mencampur.
Tapi itu hanya karena kita ini manusia. Saya membuat patung setiap hari.
Untuk melukis cat minyak, suasana batin saya harus benar-benar istimewa.
CHRIS: Menurut anda
bagaimana dengan
penggunaan Akrilik? Akan
bisa tahan
lama?
JASON: Sejujurnya saya tidak
tahu apakah bisa
tahan lama. Tapi itu warna-
warna plastik!
Bagi saya terasa dan kelihatan
seperti plastik.
Untuk mendapatkan warna yang
benar, kurang
kedalamannya. Sulit untuk
mendapatkan warna
yang benar. Dengan cat minyak,
saya bisa The Triangle of Sleep,1996,
mencampur warna di palet saya. Oil on canvas, 145 x 135cm
Dengan
Akrilik tidak bisa, karena warna-
warnanya
terlalu datar.
Akrilik bisa dicampur, tetapi
tidak bisa
mendapatkan warna yang
berkarakter, tidak
bisa mencapai kedalamannya,
tidak bisa
mendapatkan kekuatannya. Ini
karena
dasarnya air. Seperti
membandingkan cat
emulsi dengan cat minyak, cat
rumah yang
dasarnya air dengan cat minyak.
Cat yang
berdasarkan air itu bagus waktu
masih baru
tapi setelah beberapa waktu akan
kelihatan mati.
Cat minyak yang baik seperti
minuman anggur
yang baik; warnanya makin lama
makin kaya.
Sangat mengherankan suatu kali
saya membuat
lukisan dan saya tidak percaya.
Warnanya
semakin lama semakin bagus.
Dengan cat
minyak, harus dicari merek yang
baik, dan
hanya menggunakan yang
terbaik kalau anda
benar-benar mau. Banyak orang
yang
menyebut dirinya ‘seniman’
tidak terlalu kuatir
tentang hal itu. Mereka hanya
mau menjual
lukisannya saja. Mereka tidak
peduli, asal bisa
menjual lukisannya.
====================
PUISI
TIGA PERAHU
oleh Chris James Wee
Tiga perahu…kamu, aku dan dia
Kini bersandar di teluk
Santubong yang sedang
dilanda angin topan
Tiga nyawa mendengarkan
derunya suara badai Photo of boats and Jason at work on the
tropis painting
Dan suara benturan benda-benda Three Confiscated Boats
yang beradu
didalamnya
Karena alam yang berpatri, esok
akan hilang dari
pandangan hari ini
Sekarang, kita hanya menunggu
kanvas
yang akan menyingkap entah apa
yang diutarakan.