Anda di halaman 1dari 37

JASON MONET BERBICARA

                                    (1938-Sampai
Sekarang)

 PENDAHULUAN:
 ==============

 Lahir di Inggris, Jason


pernah tinggal di
 beberapa negara termasuk
Malta dan
 Australia. Sejak tahun 1989
dia tinggal
 di Ubud, Bali, 4 tahun lebih
lama dari
 Donald Friend. Kalau
Friend tinggal Jason at work on the painting Sun Bleached
 di Sanur, Monet lebih Sawah
memilih Ubud,
 sebuah perkampungan
seniman,
 sebagai tempat tinggalnya.
Kualifikasi
 seninya didapat dari
Christopher Wren
 Technical School dan
London School
 of Printing and Graphic Art.
Dia hidup
 sepenuhnya untuk melukis,
membuat
 patung, dan menggambar
dengan
 pengabdian yang kuat, yang Sun Bleached Sawah, West Bali, 2001
terinspirasi
 dari warna dan objek Asia
Tenggara.
 Gaya lukisannya
bermacam-macam,
 dari ekspresionisme,
Coloris dan
 realisme dengan garis-garis
yang kuat.
 Karyanya sudah banyak
dipamerkan
 dalam pameran-pameran  Oil on canvas, 90 x 110cm
internasional  
 dan sudah banyak yang
terjual di Bali.
 Untuk melihat karya-karya
Jason Monet
 dengan warna-warnanya
yang menarik,
 silakan kunjungi

 www.jasonmonet.com.
 

AWAL MULA SENI, PENJUALAN, KERJA SAMPINGAN


DAN HUBUNGAN:
=====================

CHRIS: Kapan anda menentukan bahwa kehidupan seni adalah


kehidupan
yang anda inginkan?
JASON: Saya sudah mulai menggambar sejak kecil. Saya suka binatang.
Kami tinggal di apatemen kecil di London dan tidak bisa memelihara
binatang.
Hanya kodok yang boleh saya pelihara. Saya suka kodok dan katak. Untung,

Museum Sejarah Nasional sangat dekat dengan rumah kami.


Sejak umur tujuh tahun saya sering pergi ke Museum itu dan mulai
menggambar binatang,
tulang-kerangkanya dsb, serta membuat katalognya, karena saya sangat
sayang dengan binatang.
Agak terlambat mulainya. Saya tidak tertarik dengan apapun selain
menggambar.
Dari sejak kecil saya sudah bisa menangkap karakter seseorang.
Saya bisa menangkap bagaimana karakter seseorang,  bukan untuk
dibuat supaya menjadi gambar yang manis. Dari permulaan sampai sekarang

saya tidak suka membuat ‘gambar yang manis’, saya mencoba untuk
menangkap
apa yang ada menurut kemampuan saya.
 

 Di Commercial Art School kami


mempunyai
 seorang guru gambar model yang luar
biasa.
 Sudah menjadi keharusan untuk kami
 menggambar model 5 atau 6 kali
seminggu.
 Untuk aspek menggambarnya kami
banyak
 menggambar pemandangan seperti
jalan-jalan
 di London, setengah hari di British
Museum,
 mencontoh motif-motif permadani dan
lukisan
 dinding dari Mesir dan sebagainya. Itu
semua
 berhubungan dengan Seni Komersil. French Charlie, 2001
 Periode yang berharga untuk latihan  Oil on canvas, 70 x 50cm
 menggambar dengan kedisiplinan yang  
 sangat ketat. Untung saya tidak belajar
 Seni Murni.

 Saya mulai melukis di Inggris, ketika


saya
 menjadi tentara melukis mural. Saya
belajar
 seni komersil sebelum menjadi tentara.
 Ada rangsangan untuk mulai melukis
lagi.
 Kemudian saya bekerja sebagai asisten
manajer
 di Hotel-Club dan pada waktu-waktu
senggang
 saya melukis mural dan pemandangan.
 Waktu itu, tahun 1961, saya sudah
berumur
 21 tahun. Dan sejak itu saya
mencurahkan
 seluruh hidup saya hanya untuk
melukis.
 

CHRIS: Apakah keluarga anda mendukung pilihan anda itu?

JASON: Ya. Mendukung sekali. Luar biasa walaupun mereka tidak


mengerti.
Akhirnya waktu saya ikut dalam grup pameran, dan ibu saya ditanya, yang
mana
yang dia paling suka, dia pilih yang absrtak. Saya tidak melukis abstrak jadi
dia
benar-benar tidak mengerti yang saya lakukan. Tapi dia tahu bahwa ini
adalah keinginan saya.
Ibu dan kakak-kakak saya sangat mendukung.

CHRIS: Kapan anda menjual karya pertama anda?


JASON: Oh! Ya! Hal komersil. Saya membuat gambar hitam-putih untuk
sebuah
stan pameran di London. Seingat saya, saya dibayar 12 pound.
Gambar dokter bedah sedang melakukan operasi, yang diperbesar, hitam-
putih,
yang besar sekali. Baru pada waktu saya menjadi tentara, saya mulai
menjual
gambar-gambar yang saya buat di Sekolah Seni. 
CHRIS: Bagaimana sulitnya menjual
 karya-karya anda waktu itu?
 JASON: Lucunya, karya-karya saya
yang
 terbaik, saya buat di London masa
sulit dimana
 kadang-kadang saya tidak makan
sampai dua
 atau tiga hari. Waktu itu saya sudah
beristri dan
 punya satu anak laki-laki. Ada kalanya
kami
 tidak mampu untuk membeli bawang
dan
 hanya bisa makan kentang rebus
selama
 seminggu. Kemudian teman saya
memberi
 sayur kol, musim dingin sangat sulit Albert with Indonesian Cigar,
untuk 2000
 menjual lukisan. Saya kuatir sekali  Oil on canvas, 70 x 50cm
waktu itu.  
 Saya harus pergi ke pengadilan Old
Bailey
 karena belum membayar uang sewa
selama
 tujuh bulan. Untungnya, saya bisa
membuat
 pameran di apartemen saya dan
mengundang
 pemilik rumah. Dan dia membeli
sebuah lukisan
 salah satu rumahnya yang bisa
melunasi semua
 hutang saya. Untung sekali.
 Waktu saya tidak punya uang, yang
bisa saya
 lakukan hanya melukis. Apa lagi yang
bisa saya
 lakukan? Jadi saya tuangkan
semuanya.
 Saya harus melupakan kekuatiran.
 Saya sampai jatuh sakit memikirkan
itu,
 kesehatan saya buruk sekali.
 

CHRIS: Sebagai seniman, apakah anda harus bekerja sampingan untuk


membiayai hidup anda?
JASON: Waktu itu tahun 1963, saya benar-benar tidak punya uang dan
harus bekerja sampingan.
Saya beruntung bisa mendapat pekerjaan sebagai manager Jazz Cellar, di
sebuah club yang
bernama Establishment Club yang dijalankan oleh Peter Cooke dan Dudley
Moore. Bukan main.
Ada banyak artis dan pelukis. Saya bertemu Jack Lemmon, Peter O'Toole,
Eartha Kitt,
Francis Bacon, Michael Caine. Semuanya langganan disana. Saya bisa
berteman dengan mereka,
bagus sekali. Saya juga menjual gambar-gambar saya disana, mungkin satu
minggu satu gambar. 

Waktu saya berumur tiga puluh tahun, ini adalah periode yang sulit.
Waktu umur duapuluhan saya masih banyak semangat dan gairah.
Semuanya masih baru. Saya merasa terangsang oleh kehidupan.
Pada waktu itu saya tidak mau tahu yang lainnya. Orang bilang ketidak-
mau-tahuan
itu membahagiakan, untuk apa menjadi bijaksana. Tapi saya tidak merasa
bertanggung jawab
karena saya masih muda. Waktu seseorang baru menginjak usia dua
puluhan, menikah
dan punya anak, harus bayar sewa rumah, dsb harus bekerja untuk memberi
makan keluarga.
Kemudian ada ketidak-cocokan dengan istri. Semua ini akan mempengaruhi
karya seseorang.
Ini mempengaruhi saya, tapi untuk beberapa orang seperti Picasso tidak,
dia terus berkarya seumur hidupnya. Dia bilang kepada orang-orang yang
menghalangi kreatifitasnya, “Hei, kamu! Keluar! Keluar sana!”
 
 BERPISAH DENGAN
KARYA
 ANDA:
 ========================

 CHRIS: Waktu anda menjual sebuah


lukisan,
 apakah sulit untuk berpisah dengan
karya
 anda itu?
 JASON: Tidak pernah, sampai kira-kira
empat
 tahun yang lalu. Karena ini yang
pertama kali saya
 mampu untuk tidak menjual. Oleh
sebab itu Banana Trees, 1992
 jangan biarkan ini sampai terjadi. Saya  Oil on canvas, 1X2 m
lihat
 karya-karya saya dulu yang sudah saya
jual,
 dan saya menyesal. Tapi dalam hal lain
saya
 senang orang-orang ini membeli lukisan
saya
 karena paling tidak lukisan itu akan
dipelihara.
 Saya tidak bisa memelihara semua
lukisan saya
 karena tidak ada cukup tempat disini,
 dan mungkin bisa menjadi rusak.
 Waktu seseorang membelinya,
 diberi pigura dan digantung di tembok
 rumahnya, paling tidak aman disana.
 Teman saya yang tinggal di Hollywood
membeli
 beberapa lukisan minyak dan pastel
saya.
 Saya bermimpi untuk bisa
melakukannya lagi.
 Saya ingin mempunyai kebebasan
seperti dulu.
 Dan itu karya buatan saya. Sekarang
semuanya
 sudah hilang. 

 CHRIS: Anda punya foto-foto lukisan


anda?
 JASON: Akhir-akhir ini? Ya. Saya
selalu punya
 terlalu banyak barang, jadi sangat sulit
untuk
 mengatalog semuanya.
 

PERJALANAN DAN SENIMAN:


=======================

CHRIS: Anda pernah tinggal di West Indies (7 bulan). Malta (4 tahun),


Australia (2 tahun lebih) dan sekarang di Bali selama 15 tahun lebih.
Apakah sulit untuk seorang seniman melakukan perjalanan sambil
melukis?

JASON: Waktu Augustus John pergi ke West Indies, lukisannya mengalami


kegagalan
karena dia harus merubah paletnya ke palet West Indies. Sangat sulit dan
lama untuk
seseorang merubah warna paletnya. Seperti juga Claude Monet, dia pergi
dan melukis
di London dengan menggunakan palet Perancisnya. Itu bukan warna-warna
palet Inggris.
Saya pergi ke West Indies, cat minyak masih baru untuk saya, tapi saya
sangat bersemangat
bisa menggunakan warna-warna mentah seperti van Gogh. Dia tidak belajar
melukis, jadi dia
hanya melukis dengan paletnya sendiri, masih segar.

Saya ke Australia dan mencoba melukis disana, tetapi warna palet disana
terlalu pucat.
Sebenarnya disana saya melukis beberapa pemandangan tapi saya tidak
suka,
seperti tidak ada kontras antara sinar dan bayangan, supaya lukisan itu bisa
menarik
saya harus berbohong, tapi itu juga berarti membohongi diri saya sendiri.
Saya harus mempergelap atau mempercerah warna untuk membuatnya lebih
kontras.
Saya tidak bisa membohongi lukisan saya.

Yang saya lakukan adalah, pertama saya oleskan minyak linseed pada kertas
gambar saya.
Kalau saya menggambar dengan pastel, maka ini berubah menjadi cat
minyak,
karena pastel adalah pigmen murni. Untuk menjadi cat minyak, pastel yang
baik
dicampur dengan minyak linseed supaya bisa menghasilkan warna-warna
yang menarik
tapi tidak terlalu cerah bercahaya.
Di San Francisco pastel, bukan cat minyak. Sama dengan di Malta bahkan
Australia.
Walaupun disana anda menggunakan cat minyak, selalu ada saja yang salah.
Di Australia refleksi cahaya terbenamnya matahari hampir membuat mata
saya buta.
Bunga-bunga disana warnanya mengerikan, terlalu merah.
 
 CHRIS: Kemudian anda
tinggal
 berbarapa tahun di
Bali!
 JASON: Di Bali, kadang-
kadang waktu
 saya mengendarai mobil,
warna sawahnya
 sangat memukau. Setiap
kali lewat terasa
 seperti baru pertama kali.
Saya selalu
 senang melihatnya.
 Jadi saya harus
melukisnya. Waktu Lake Batur, 1997
pertama  Oil on canvas, 90 x 110cm
 kali saya ke Bali selama 2
bulan, saya
 membuat 40 lukisan.
Saya di kebun saja,
 tidak  kemana-mana.
Hanya melukis.
 Warna-warna yang indah
dan
 keanehan-keanehan yang
asing.
 Itu juga keistimewaan
Bali, keunikan
 kebudayaan, desa-desa
dan gaya hidupnya,
 sangat kreatif. Saya selalu
bangun tidur
 dengan semangat untuk
melukis. Kalau di
 Inggris dan Australia kita
harus mencari
 inspirasi untuk melukis,
di Bali terlalu
 banyak pilihan
objek sehingga sulit untuk
 tahu yang mana yang
harus dimulai dulu.
 Setiap pagi saya bangun
dan membuka
 jendela dan menyerapi
semua yang
 saya lihat. Saya senang
disini. Tanaman
 yang saya lihat dan
cahaya yang masuk
 melalui jendela kamar
saya sudah cukup
 untuk membuat
saya gembira sepanjang
 hari. Itu saja, rasanya
sudah cukup.
 

Keuntungan praktis bagi seniman yang hidup di Bali adalah biaya hidup
yang mudah terjangkau.
Lebih murah dari tempat-tempat lain di dunia kecuali untuk bahan-bahan
melukis yang berkualitas.
Entah bagaimana seseorang bisa mampu menjadi seniman murni di Inggris
tanpa harus menjadi
seniman komersil.

 CHRIS: Karena mempunyai


banyak
 seniman, apakah tempat ini
baik untuk
 seni?

 JASON: Bukan hanya itu


alasannya.
 Sejujurnya, saya tidak suka
 
terlalu banyak
 seniman amatir yang hanya Fishing Boats, 1995
berlagak menjadi  Charcoal on paper, 40 x 90cm
 seniman. Ada banyak orang  
datang, dua bulan
 disana dan sudah menjadi
‘seniman’ padahal
 sebelumnya mereka belum
pernah melukis.
 Mereka menyebut diri
mereka sendiri sebagai
 ‘seniman’. Kalau Anda bisa
memainkan
 ‘God Save The Queen’
dengan satu jari di
 Piano, tidak akan ada yang
bilang bahwa
 anda adalah seorang musisi,
tapi kalau
 dalam dunia lukisan, ini
banyak terjadi.

 Bali mempunyai ‘Komunitas


Seni’ yang besar.
 Kadang-kadang terlalu
banyak seniman sampai
 terasa menyesakkan. Semua
orang bebicara
 tentang seni, mengubek-ubek
soal seni.
 Sekarang karya-karya
lukisan, desain atau
 ukiran yang dilakukan orang
disini kebanyakan
 adalah tiruan dari Barat.
Barang-barang yang
 diekspor kebanyakan desain
dari Barat atau
 tiruan dari barang-barang
Meksiko atau Afrika.
 Sangat menyedihkan. Ini
semua karena mudah
 dijual; tidak ada
hubungannya dengan seni.
 Kerajinan tangan sudah
menjadi industri dan
 keadaannya makin lama
makin buruk. Banyak
 yang sudah diolah dengan
mesin dan banyak
 pengulangan.
 Sangat sulit untuk
menemukan barang yang
 benar-benar bagus.
Semuanya hanya untuk
 konsumsi turis. Saya tahu
seseorang yang
 pesan dua ribu kucing kayu
dalam satu desain.
 Itu banyak sekali.

Orang Bali masih mempunyai kemampuan. Kadang-kadang mengherankan


kebanyakan
kerajinan tangan itu dikerjakan oleh anak-anak usia 12 tahun. Mereka masih
memiliki naluri
yang kuat tentang binatang. Saya pernah menggunakan mereka untuk
membantu saya
membuat binatang-binatang dari bambu. Walaupun mereka belum pernah
mengerjakan
karya seperti ini tapi mereka cepat bisa.

Suatu waktu saya pernah menyarankan untuk membuat kompetisi mematung


di Ubud.
Tapi orang Bali tidak mau melakukan itu karena terlalu banyak rasa iri.
Terlalu banyak main belakang.
Terlalu banyak korupsi. Belum tentu yang terbaik yang menang.
Sangat sulit untuk membuat kompetisi yang adil.

CHRIS: Pada tahun 1980, saya ingat cerita Arie Smit, ada satu kontainer
berisi
lukisan dari‘Young Artist School’ yang dikirim ke Italy.
JASON: Waktu pertama kali saya ke sana, saya menyewa sebuah tempat
yang letaknya
persisi di depan sekolah itu. Saya pikir “Wah! Bagus sekali. Saya bisa beli
bahan-bahan
dan mendapatkan model dari sana.” Tetapi sekolah itu sangat miskin. Tidak
ada model disana;
tidak ada bahan-bahan karena mereka kebanyakan menggunakan tinta, air
dan semacam bubuk warna.
Mereka diajarkan untuk menggambar sapi, pohon dan orang secara meniru.
Semuanya diajarkan untuk meniru walaupun ada tiruan yang bagus sekali.

Tetapi alasan guru-guru dari Eropah seperti Walter Spies, Bonnet atau Arie
Smit
dalam menggunakan warna-warna tertentu itu adalah karena warna dan cat
minyak sangat mahal.

CHRIS: Desainnya Walter Spies untuk pemandangan dan bayangannya


yang
gelap itu telah banyak ditiru. Apakah anda pikir orang Bali itu sangat
pintar
dalam menyerap pengaruh dan meniru?
JASON: Ya, Walter Spies sebenarnya adalah seorang ilustrator, seorang
desainer yang
membuat sesuatu lebih dramatis. Yang sekarang kita sebut seni Grafis.
Dalam seni Grafis
yang anda lakukan adalah menonjolkan sesuatu. Yang dia lakukan hanyalah
sekedar untuk
mendapatkan sensasi. Saya tidak begitu. Ada objek saya mencoba untuk
mengabadikannya
sebaik mungkin dan tidak mencoba untuk membuat objek itu menjadi
berlebihan.

Di Indonesia, banyak pelukis muda yang mencoba untuk meniru atau kena
pengaruh
aliran-aliran impresionisme atau ekspresionisme. Akibat pengaruh dari luar
yang demikian besar,
akhirnya bukan mereka sendiri pencipta lukisannya. Mereka hanya mencari
sesuatu yang baru.
Di Bali ada banyak sekali pelukis seperti itu..

Hanya beberapa seniman yang bisa melihat dan membuat sesuatu yang baru
seperti Picasso.
Saya pikir dia seorang yang jenius. Seperti juga Leonardo Da Vinci atau
Rembrandt. Mereka hebat.
Sangat sulit untuk menemukan orang-orang seperti itu.

CHRIS: Waktu anda harus keluar dari Bali untuk visa kadang-kadang
anda pergi
ke Sarawak. Kenapa?
JASON: Saya bisa merasa nyaman di Bali. Tapi saya juga bisa bosan kalau
terus melukis
pemandangan yang sama. Kadang-kadang saya memerlukan lingkungan
yang lain, yang berbeda.
Cahaya di Sarawak sangat berbeda. Perasaannya juga berbeda. Tidak banyak
persamaan antara
Bali dan Sarawak. Disana ada perasaan seperti di dalam hutan, kelebatan
hutanya terasa,
seperti ikut tumbuh dengan warna dan pohon-pohon besar. Di Bali perasaan
seperti itu
sudah banyak menghilang.
GALERI DAN PENJUALAN:
 ======================

 CHRIS: Ada berapa banyak galeri di


Bali?
 JASON: Ratusan. Tapi belum ada yang
mempunyai
 pencahayaan yang baik. Ok. Begini cara
galeri-galeri
 ini bekerja. Supir pembelinya mendapat
10%, agen
 yang punya mobil dapat 20%, galeri
dapat 30%,
 dan senimannya sendiri kalau beruntung
bisa
 mendapat 40%.
Komang in Interior, 1998
 Di sebelah rumah saya ada seorang  Pastel on paper, 70 x 50cm
seniman yang
 melukis secara kodian. Dia bisa
membuat 10
 lukisan sehari, dijemur di bawah sinar
matahari,
 walaupun sebenarnya ini tidak baik
untuk cat minyak.
 Dia menjual lukisannya ke Galeri
seharga Rp 25.000.
 Suatu hari dia bilang kepada saya
“Sudah cukup!”
 Dia mendengar bahwa galeri menjual
lukisannya
 seharga Rp 250.000. Supaya pemilik
galeri bisa
 membangun galerinya yang seperti
istana itu mereka
 banyak merugikan seniman dan kadang-
kadang
 sangat menjengkelkan. Jadi pelukis ini
tidak mau
 menjual lukisannya ke galeri itu lagi.
Tapi karena
 dia bukan penjual yang pintar akhirnya
dia kembali
 lagi ke galeri itu. Galerinya sendiri tidak
peduli.
 Karena ada banyak seniman yang mau
dan bisa
 menggantikan dia.
 

Ada lagi seorang seniman asing yang tinggal disini, kalau anda pergi ke
galerinya dan bertanya
“Ada lukisan ini atau itu” mereka akan bilang “Saya rasa ada.” Mereka pergi
ke belakang dan ada
banyak disana. Teman dari seniman itu pernah bilang kepada saya bahwa dia
menggunakan mal
dari kulit supaya bisa lebih cepat dan bisa memproduksi lebih banyak. Ha
ha!

CHRIS: Kalau seorang seniman terlau banyak menghasilkan lukisan,


apakah harga lukisannya akan turun?
JASON: Kalau seniman itu baik seperti Picasso tidak peduli berapa banyak
lukisannya.
Seperti van Gogh, Rembrandt atau Leonardo Da Vinci, harga tidak akan
terpengaruh.
 
 MENGGAMBAR DAN
 MELUKIS:
 =========================

 CHRIS: Perbedaan antara


menggambar
 dan melukis cat minyak?
 JASON: Saya percaya bahwa saya
bisa
 menggambar sebuah gedung. Saya
yakin saya
 bisa menggambar sebuah perahu
dan perahu
 itu akan jadi, dan saya tahu ini akan
kelihatan
 bagus karena ini hanyalah
menggunakan
 garis-garis yang sederhana. Tapi
dengan Made, 2000
 cat minyak, kadang-kadang kalau  Oil on canvas, 70 x 50cm
sudah selesai,
 hasilnya jelek.

 Seniman yang baik bisa berhasil


karena
 gambarannya bagus. Seseorang
pernah bilang
 kepada saya “Menggambar itu
mudah.”
 Saya jengkel dan bilang “Itu tidak
benar!”
 Dia bilang lagi “Mengapa itu
mudah, karena
 anda bisa belajar untuk menjadi
penggambar!”

 Sebenarnya bisa, kalau anda ingin


belajar
 menggambar dan tekun
menjalaninya.
 Anda bisa belajar, sebenarnya ini
seperti
 pekerjaan tangan. Tetapi dengan
menggunakan
 perasaan, bakat alami seseorang
dan kejujuran.
 Untuk menjadi seorang pelukis
yang baik ada
 sesuatu yang membuatnya berbeda,
ada
 kejujuran disana, saya tidak tahu
apa itu.
 

CHRIS: Lukisan yang baik adalah pemahaman tentang warna yang


istimewa
yang tidak semua orang miliki.
JASON: Yah! Claude Monet mulai pada umur 16 tahun dengan menjual
karikatur di Le Hauvre.
Van Gogh ternyata juga seorang penggambar yang baik. Sangat jarang
dijumpai penggambar yang
baik seperti mereka. Kalau melukis itu lain cerita; aneh, seperti bidang yang
berbeda.
Hampir seperti mematung dan melukis. Ada perbedaan besar antara
menggambar dan melukis.

CHRIS: Apa yang membuat anda tertarik dengan membuat patung?


JASON: Sebenarnya ide membuat patung ini membosankan; tapi lebih
mudah membuat
patung daripada melukis. Jauh lebih mudah. Awalnya, sebelum saya mulai
membuat patung,
saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa membuat patung dari busa
saya tidak tahu dan tidak mengerti. Sekarang semuanya seperti alami untuk
saya. Sebuah patung sepertinya bisa berbicara “Saya jelek, lepaskan saya,
saya jelek, lepaskan saya, saya salah, saya tidak seimbang, lepaskan saya.”
Karya itu akan bilang apa yang harus anda lakukan mematung itu mudah
karena tiga dimensi.
Dan dia terus berbicara, terus berbicara.

Dengan melukis dua dimensi itu sangat sulit untuk merubah sesuatu.
Saya tidak tahu apakah anda pernah memperhatikan saya melukis, saya
selalu merubah warna mencoba supaya kontrasnya benar; mencoba untuk
mendapatkan cahaya dan bayangan sangat sulit sekali.

SENIMAN DALAM KENIKMATAN SENI:


===============================

CHRIS: Melukis adalah merubah kenyataan dari tiga dimensi menjadi


dua dimensi.
Senimannya membuang satu dimensi kenyataan. Bagaimana menurut
anda?
JASON: Suatu saat saya melihat sesuatu dan saya terharu. Ada lukisan
Claude Monet di
London sebuah jambangan bunga, dan anda bisa merasakan udara di
belakangnya.
Anda seakan bisa meraba, memegang dan mengeluarkannya dari lukisan itu.

Saya sendiri satu kali merasakan dari lukisan saya, seorang wanita Polandia
yang sedang duduk.
“Aduh! Saya bisa lakukan ini. Saya bisa merasakan apa yang ada
dibelakangnya.”
Inilah pertama kali saya membuat lukisan seperti ini. Seperti di Nirwana
rasanya.

Kadang-kadang saya melukis perahu mengalami banyak kesulitan.


Lalu waktu saya mundur dan melihat dari jarak jauh, saya menjadi takut
melihatnya.
Di saat yang lain, saya berbalik dan, “Yah! Inilah yang saya cari. Ada
sesuatu didalamnya”
dan kembali bersemangat. Rasanya seperti orang lain yang melukis, ada
keajaiban yang
mengendalikan. Tidak tahu apa yang dilakukan dan bagaimana hasilnya.
Itu adalah kenikmatan yang jarang terjadi! Anda bisa bilang, “Bagaimana
ini?”
 
 FAVORIT DALAM
DUNIA
 SENI:
 =====================

 CHRIS: Siapa seniman favorit


anda?
 JASON: Saya bilang Picasso,
Picasso,
 Picasso. Picasso terus menerus
berkembang.
 Tidak hanya enerjinya saja.
Waktu dia
 berumur 77 tahun, rupanya dia Marilyn,1998
masih  Oil on canvas,145 x 135cm
 melukis rata-rata 4 lukisan per
hari. Itu
 adalah keajaiban, anda bisa
melihat akan
 kemana dia itu,
keberlimpahannya, dan bisa
 berbicara tanpa kata-kata. Bahwa
sebuah
 lukisan berhak untuk lahir asalkan
jujur,
 asalkan bagus, dasarnya asalkan
jujur.

 Kalau dia menemukan sebuah


objek,
 lalu dua, tiga, empat bahkan
sepuluh tahun
 kemudian, orang masih bisa
menikmatinya;
 dia terus mengembangkannya
lebih jauh lagi
 untuk mendapatkan kenikmatan
yang lebih
 dalam. Misalnya ada jutaan cara
untuk
 menggambar seekor kucing.
(Kadang-kadang
 saya membuat ukiran atau patung
kucing,
 kemudian karena bosan, saya
rubah.
 Tetapi saya selalu kembali lagi ke
kucing.
 Karena kucing adalah binatang
yang
 mengagumkan).

 Sampai akhir hayatnya pada umur


hampir 90
 tahun, menurut saya karya-karya
Picasso
 terus berkembang dan
berkembang.
 Itulah keistimewaannya.

 Omong-omong, Museum Modern


Art di
 New York, menurut saya adalah
yang terbaik.
 Bukan hanya memiliki karya
seniman-seniman
 yang terbaik, juga karena
memiliki karya-karya
 terbaik dari seniman-seniman itu.
Siapapun
 kuratornya, dia jenius!
 

CHRIS: Lord Kenneth Clarke bilang tentang Monet: “Objek lukisan itu
tidak penting.
Sensasi cahayanyalah yang benar-benar penting.”
JASON: Dia benar sekali. Kemampuan Monet adalah melukiskan suasana.
Bagaimana seseorang bisa melukiskan suasana? Orang ini bekerja seperti
orang gila.
Saya melihat lukisan kecil Monet, saya seperti ingin memasukkan tangan
saya kedalam
air untuk merasakan kedinginannya. Bantalan jerami yang dia lukis, hampir
bisa dirasakan
cahaya mataharinya di muka anda. Itulah hebatnya Monet, karena dia bisa
melukiskan
suasana dengan baik.  

CHRIS: Ada sesuatu yang dikatakan oleh teman anda Francis Bacon
“Paksa terus, lakukan sejauh mungkin.”
JASON: Dulu saya mempunyai seorang guru yang hebat; kami
mengaguminya.
Dia selalu bilang “Jangan melebihi kemampuan sendiri dalam melakukan
sesuatu.”
Lalu saya bertemu dengan Francis Bacon (seniman terkenal dari Inggris),
saya bilang ada
sesuatu yang mengganggu saya. Dia tanya “Apa itu?” Saya bilang “Guru
saya selalu bilang.
Jangan melebihi kemampuan sendiri dalam melakukan sesuatu. Seseorang
akan berkembang
apabila dia terus bekerja dan bekerja dan bekerja.” Bacon bilang, “Bukan
begitu!
Anda harus melakukan sebaliknya, lampaui kemampuan anda. Usahakan
sekeras-kerasnya.
Lakukan semuanya.”
 
 Seperti apa yang dilakukan Bacon,
itulah
 mengapa dia hebat. Dengan Francis
Bacon,
 anda bisa mendengar teriakan dari
kanvasnya.
 Anda benar-benar bisa mendengarnya.
Bagi saya,
 itulah tanda seorang seniman yang
hebat.

 Salah satu seniman terbesar yang saya


cintai
 adalah Matisse, terutama karya-karya
awalnya;
 bukan yang terakhir karena karya-
karya
 terakhirnya sangat membosankan, Oriental Ginger, 2000
desain sampah.  Oil on canvas, 70 x 50cm
 Dia hanya melakukan itu supaya bisa
 menghasilkan uang. Sangat jelek,
warna-warnanya
 datar, seperti yang anda bisa lihat
disekolah seni
 pertama dimana anda harus
menempelkan
 kertas-kertas berwarna di papan seperti
kolase.
 Saya tidak tertarik sama sekali.

 Lalu ada Rembrandt. Saya pikir tidak


ada seniman
 Inggris yang bisa menyamai
Rembrandt.
 Tidak ada yang bisa menyamai Van
Gogh.
 Atau seniman-seniman Belanda
lainnya seperti
 Vermeer, Van Eyck, Van Dyke,
Bruegel,
 orang-orang itu. Padahal penduduk
Belanda
 hanya seperempat dari penduduk di
Inggris
 malah kurang.

 Banyak orang Inggris yang menjadi


penulis,
 puisi dan ilustrator yang hebat. Hogart
itu hebat!
 James Gilray, Ronald Searle, Ralph
Steadman
 juga hebat. Kalau seseorang bertanya
sekarang,
 “Siapa seniman favorit anda?” Saya
bilang,
 “Steadman? Dia hebat!” Inggris selalu
 mempunyai ilustrator yang hebat
kartunis yang
 baik. Di Perancis Daumier ilustrator
favorit saya.
 

INTELEKTUALITAS DAN KARYA SENI:


==============================

CHRIS: Saya tidak tahu apa perbedaan antara ilustrasi dan lukisan yang
baik?

JASON: Saya juga tidak tahu. Mungkin ilustrsi yang baik dibuat dengan
pikiran sedangkan
lukisan yang baik dibuat dengan perasaan dan keberanian. Seseorang
merasakan,
lalu sepenuh hati melakukannya. Tanpa sedikitpun konsekuensi
intelektualitasnya.
Akal tidak diperlukan.
Ada yang berkomentar bahwa lukisan saya belum selesai, bahwa saya
seharusnya begini
atau begitu. Saya rasa kalau saya ingin mengabadikan sesuatu, saya lakukan
dengan seluruh
kemampuan terbaik saya itu sudah cukup. Untuk saya, kalau saya ikuti
kemauan atau keinginan
mereka berarti saya membunuh lukisan saya sendiri. Waktu saya melukis,
secara mental saya
berada di atas awan, didunia antah berantah.dan sesudah itu, waktu saya
menganalisa lukisan,
saya tidak berada di tempat itu lagi; saya di alam pemikiran yang berbeda,
perbaiki ini dan itu.
Inilah yang saya takutkan. Kadang-kadang malah bisa merusak.

Anda bisa bilang, “Tiang yang disana itu seharusnya makin ke atas makin
mengecil.”
Tapi dalam lukisan, itu tidak harus, karena kejanggalan itulah yang
membuatnya menjadi lukisan.
Kalau diperbaiki malah jadi rusak. Anda tidak tahu itu. Lukisan itu berhak
untuk lahir. Bisa berdiri
sendiri sedangkan pelukisnya hanya sebagai alat yang membuatnya. Dia
hanya alat.
Dalam melukis, seniman menggunakan pikiran bawah sadarnya, tidak
melalui kesadarannya.

 CHRIS: Apakah anda bisa


berhenti ketika
 anda mencapai kejujurannya?

 JASON: Waktu saya melukis itu,


begini,
 apapun bisa terjadi, bisa hujan,
bisa terjadi apa
 saja. Pada tahap ini saya berusaha
untuk
 secepat mungkin supaya bisa Padang Bai, 2000
diterima.  Oil on canvas, 90 x 140cm
 Baru saja saya keluarkan satu
lukisan besar,
 enam orang Bali yang sedang
berdiri,
 yang saya buat tahun ‘96 dan
belum selesai,
 tapi sudah bisa diterima. Tidak
saya kutak-kutik
 dan tidak saya sentuh. Lukisan-
lukisan perahu
 yang saya buat beberapa hari yang
lalu, saya
 gugup sekali waktu
melakukannya.
 Saya berpikir, “Apakah ini benar?
 Saya melukis perahu lagi. Hey!
Tunggu dulu.
 Saya bisa membuat yang lebih
baik.
 Lihat, bukan main panasnya. Lihat
berapa
 biaya sewa mobil. Lihat ini lihat
itu.
 Apakah ada gunanya? Tentu ada.
 Lakukan saja itu, tidak apa-apa.”
 Jadi tidak perlu dipikirkan terlalu
jauh.
 Lakukan saja. 

 CHRIS: Jadi ada perbedaan


antara
 keaslian dan masterpiece?

 JASON: Itulah yang terjadi. Tidak


bisa
 direncanakan. Anda berdoa. Anda
pertaruhkan
 semuanya. Tapi kadang-kadang
situasi atau
 lingkungan tidak mendukung; atau
anda berada
 di jalur yang salah. Ada kalanya,
suatu kejadian
 membuat anda melakukan sesuatu
yang
 istimewa.
 

SENIMAN YANG BERANJAK TUA:


===========================

CHRIS: John Berger menulis “Pelukis memerlukan waktu untuk


berkembang
dan secara perlahan membuka selubung keistimewaannya. Saya pikir,
tidak ada
satupun contoh dari seorang pelukis atau pematung yang kematangan
dan
keasliannya tidak berkembang sejalan dengan usianya. Belinni,
Michaelangelo,
Titian, Tintorello, Poissin, Rembrandt, Goya, Turner, Degas, Cezenne,
Monet,
Matisse semuanya menghasilkan karya-karya terbesar mereka setelah
melewati
usia 65 tahun.” Anda setuju dengan itu?

JASON: Saya setuju dengan itu karena waktu saya berumur 58 tahun saya
merasa seperti
saya sudah selesai dengan masa belajar saya. Rasanya aneh. Saya merasa
percaya diri untuk
melakukan apa saja. Bukan berarti saya mengetahui segalanya. Juga bukan
berarti saya tidak
akan belajar lagi. Untuk membangun kepercayaan diri, membutuhkan waktu
yang lama.
Sebelum itu, tidak punya rasa percaya diri saya hanya berusaha untuk
kembali ke semangat
usia dua puluhan saya. Saya mau mendapatkan itu kembali. Setelah berumur
65 atau berapa saja,
seseorang akan merindukan masa kanak-kanaknya, keasikan dalam
menemukan sesuatu yang
baru yang bisa menambah pengetahuannya untuk bisa menjadi seseorang
seperti Picasso
(kalau beruntung) mau mengembalikan keberlimpahan dan kesegaran itu
lagi. Tapi sayangnya,
sekarang sudah terlalu banyak perhitungan.
 

 BAIK DAN BURUKNYA


ARAH
 SENI MODERN:
 
==========================
=

 CHRIS: Apakah kita harus


berharap bahwa seni
 modern itu adalah campuran dari
lukisan dengan
 TV, media cetak dan fotografi?

 JASON: Masalahnya begini, siapa


saja yang
Simone, 2000
 mengerjakan lukisan cat minyak
 Oil on canvas, 110 x 90cm
(bukan melukis
 
 foto atau cat lainnya) akan berbeda
cara
 melakukannya.
 Pemandangan yang sama akan
dikerjakan dengan cara
 yang berbeda, warna yang berbeda,
bentuk yang
 berbeda, goresan kuas yang berbeda,
semuanya
 berbeda itulah yang membuat arena
lukisan.

 Yang membuat lukisan lebih


menarik daripada foto
 adalah lukisan itu buatan tangan.
Untuk menjadi
 fotografer yang baik harus
mempunyai imajinasi yang
 baik, seperti juga pelukis yang baik.
Tetapi menurut
 pangalaman saya, kalau saya melihat
sebuah
 pemandangan yang menggairahkan,
saya ambil
 fotonya, belum puas rasanya. Kalau
saya melihat
 sebuah pemandangan yang
menggairahkan,
 lalu saya lukis. Nah, baru saya puas.
 
MELIHAT WARNA DAN
  
 TEHNIK LAIN:
 =======================
=

 CHRIS: Kritikus Lord Kenneth


Clarke
 mengkritik lukisan katedralnya
Monet
 sebagai lukisan jeruk dengan
es krim
 vanilla diatasnya.
 JASON: Tidak benar itu!
Apabila Clark itu
 seorang pelukis, yang Terraces, West Bali, 1997
kenyataannya bukan. Oil on canvas, 90 x 110cm
 Saya tidak tahu apakah dia
melukis atau pernah
 mencoba melukis, semakin
banyak melukis
 semakin bisa melihat lapisan
warna di dalam
 warna. Seperti melihat warna
merah jambu,
 lalu muncul merahnya. Juga ada
lapisan
 warna- warna di dalam sebuah
warna.

 Anda lihat, warna dasar bambu


ini adalah hijau
 dan di atasnya coklat kekuning-
kuningan.
 Cat dasarnya tetap hijau. Kalau
ditaruh cat
 coklat kekuning-kuningan
langsung di atas
 kanvas putih tidak akan bagus
kelihatannya.
 Jadi harus hijaunya dulu karena
itu adalah
 lapisan dasarnya.

CHRIS: Anda melihat warna hijau di bawah warna itu? Mungkin warna
hijau itu berasal dari masa mudanya yang tertinggal di dalam bambu tua
itu.
JASON: Yah! Ada hijau olive dengan sentuhan merah cerah. Warna-
warnanya ada disana.
Tidak pernah bisa mendapat warna polos alami langsung dari tabung cat
seperti warna putih
di papan ini. Jadi tidak pernah hanya ‘putih’ saja. Mata seorang seniman bisa
menangkap warna
lain di dalam sebuah warna. Warna yang kaya, tidak lugu. Sungguh! 

CHRIS: Apakah cat minyak harus ditunggu kering dulu sebelum bisa
dilapisi?
JASON: Kalau saya tidak puas dengan campuran warna, langsung saya
hapus, cat lagi di
atasnya untuk mendapatkan efek campuran warna. Warna-warna di palet
saya makin lama
makin terbatas. Saya menggunakan banyak warna yang saya dapatkan
dengan mencampur. 

CHRIS: Apa yang ada di palet anda sekarang ini?

JASON: Masih terlalu banyak merahnya. Masih terlalu banyak hijaunya.


Empat merah dan empat hijau. Dengan hijau, saya mengunakan banyak sap
green,
saya juga menggunakan veridian. Tetapi belum lama ini saya menemukan
bahwa
di iklim tropikal ini warna veridian sangat cocok kalau dicampur dengan sap
green
dan olive green. Entah apa yang bisa saya lakukan tanpa Indian yellow untuk
mempercerah
dan membuat lebih menonjol. Warna-warna yang tidak saya pakai di tropis
ini adalah
warna-warna mati seperti coklat, saya harus campur atau indigo saya harus
campur
dengan warna lain.

CHRIS: Bagaimana dengan percobaan, dan persiapan menggambar


dengan
percobaan?
JASON: Waktu seseorang membuat percobaan, dia hanya membuat sampah!

Tapi itu hanya karena kita ini manusia. Saya membuat patung setiap hari.
Untuk melukis cat minyak, suasana batin saya harus benar-benar istimewa.
 
 CHRIS: Menurut anda
bagaimana dengan
 penggunaan Akrilik? Akan
bisa tahan
 lama?
 JASON: Sejujurnya saya tidak
tahu apakah bisa
 tahan lama. Tapi itu warna-
warna plastik!
 Bagi saya terasa dan kelihatan
seperti plastik.
 Untuk mendapatkan warna yang
benar, kurang
 kedalamannya. Sulit untuk
mendapatkan warna
 yang benar. Dengan cat minyak,
saya bisa The Triangle of Sleep,1996,
 mencampur warna di palet saya. Oil on canvas, 145 x 135cm
Dengan
 Akrilik tidak bisa, karena warna-
warnanya
 terlalu datar.
 Akrilik bisa dicampur, tetapi
tidak bisa
 mendapatkan warna yang
berkarakter, tidak
 bisa mencapai kedalamannya,
tidak bisa
 mendapatkan kekuatannya. Ini
karena
 dasarnya air. Seperti
membandingkan cat
 emulsi dengan cat minyak, cat
rumah yang
 dasarnya air dengan cat minyak.
Cat yang
 berdasarkan air itu bagus waktu
masih baru
 tapi setelah beberapa waktu akan
kelihatan mati.
 Cat minyak yang baik seperti
minuman anggur
 yang baik; warnanya makin lama
makin kaya.
 Sangat mengherankan suatu kali
saya membuat
 lukisan dan saya tidak percaya.
Warnanya
 semakin lama semakin bagus.
Dengan cat
 minyak, harus dicari merek yang
baik, dan
 hanya menggunakan yang
terbaik kalau anda
 benar-benar mau. Banyak orang
yang
 menyebut dirinya ‘seniman’
tidak terlalu kuatir
 tentang hal itu. Mereka hanya
mau menjual
 lukisannya saja. Mereka tidak
peduli, asal bisa
 menjual lukisannya.
 

CHRIS: Sebuah lukisan dimulai dengan jarak antara objek dengan


pelukisnya,
berapa jauhnya?
JASON: Tergantung berapa besar gairahnya. Waktu saya menggambar
model,
saya duduk dekat sekali dengan modelnya. Saya mau merasakan
karakternya.
Saya tidak bisa menggambar dari jarak yang terlalu jauh. Membosankan
mencoba
untuk menangkap perasaan yang sama tapi dari jarak jauh. Saya perlu
perasaan
seakan bisa meraba objeknya, seperti membuat patung. Kalau terlalu jauh,
sukar
untuk merasakannya. Objeknya harus kelihatan seperti menangis kalau
sedang dilukis.

                                    ====================

PUISI

TIGA PERAHU
oleh Chris James Wee 
 Tiga perahu…kamu, aku dan dia
 Kini bersandar di teluk
Santubong yang sedang
 dilanda angin topan
 Tiga nyawa mendengarkan
derunya suara badai Photo of boats and Jason at work on the
 tropis painting
 Dan suara benturan benda-benda Three Confiscated Boats
yang beradu
 didalamnya
 Karena alam yang berpatri, esok
akan hilang dari
 pandangan hari ini
 Sekarang, kita hanya menunggu
kanvas
 yang akan menyingkap entah apa
yang diutarakan.

 Warna masing-masing perahu


yang bernyanyi
 lantang, selepas bertualang
 Dimana Chelsea, Perth dan
Fukioku kampung
 halaman…
 Jauh dari pantai yang berbatu di
teluk Santubong
 Kamu bilang “Kulaksanakan ini
karena aku mau”
 “Ya, karena ini mengangkat arti-
arti hidup tertentu”
 kataku “Ini kulakukan demi
kamu” dia bilang
 Kita semua melakukan ini demi
seni…melukis,
 menulis dan drama.

 Hanya menunggu kanvas sidang


pengadilan hari ini
 Dan kemungkinan berhasil demi
dewa seni.
 Sebuah kanvas untuk tiga
perahu…yang dulu
 pernah mengapung
 Sekarang terdampar di teluk
Santubong
 Warna memudar seperti kelapa
tua yang hijau  
 kecoklatan atau daun palem yang
coklat terbakar,
 dipanggang matahari
 dalam singkatnya perjalanan
alam pada waktu
 senggang kita
 saat kita di Borneo, yang penuh
berawan.
 
 
Three Confiscated Boats, Sarawak, Kuching, 2000
 Oil on canvas, 122 x 91cm
 

Anda mungkin juga menyukai