OLEH :
1
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL LAPORAN AKHIR
PERANCANGAN GEDUNG LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN
SUMATERA SELATAN
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan Proposal Laporan Akhir yang
berjudul Perancangan Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
Sumatera Selatan tepat pada waktu yang ditetapkan.
Tujuan penulisan dan penyusunan Laporan akhir ini ialah guna
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan DIII di Politeknik
Negeri Sriwijaya dan menjadi ajang pembelajaran mahasiswa dalam penulisan
tulisan ilmiah serta pengaktualisasian sekaligus penyelarasan antara ilmu teori
dan praktik di bangku kuliah dengan pelaksanaan sebenarnya di lokasi proyek
dalam merancang bangunan.
Keberhasilan dalam menyelesaikan Proposal Laporan Akhir ini tidak
terlepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka
dari itu, penulis hendak menyampaikan apresiasi dalam bentuk ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya;
2. Bapak Ibrahim, S.T., M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Sriwijaya;
3. Bapak Amiruddin, S.T., M.Eng.Sc.CE., selaku Dosen Pembimbing I
Laporan Akhir
iii
Penulis menyadari di dalam penulisan dan penyusunan Proposal
Laporan Akhir yang berjudul Perancangan Gedung Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan Sumatera Selatan masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan kepenulisan di kemudian hari. Semoga Proposal Laporan
Akhir yang penulis susun ini mampu membawa kebermanfaatan bagi semua
orang yang membacanya, terutama bagi civitas academica Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.4.1 Kombinasi Pembebanan.................................................................................26
3.4.2 Rangka Atap...................................................................................................26
3.4.3 Pelat................................................................................................................29
3.4.4 Tangga............................................................................................................30
3.4.5 Balok..............................................................................................................31
3.4.6 Kolom............................................................................................................33
3.4.7 Sloof...............................................................................................................35
3.4.8 Pondasi...........................................................................................................37
3.5 Pengelolaan Proyek................................................................................................40
3.5.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)....................................................................40
3.5.2 Network Planning (NWP)...............................................................................41
3.5.3 Barchart dan Kurva S.....................................................................................41
vi
BAB I
PENDAHULUAN
nyaman untuk dihuni sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sehingga dalam
perencanaan sebuah konstruksi bangunan gedung nantinya dapat menghindari
kesalahan-kesalahan yang bisa menyebabkan kerugian dan membahayakan jiwa
manusia.
Metode dimana data yang didapat berasal langsung dari lokasi (proyek),
antara lain gambar denah, tampak, potongan, data tanah serta bahan dan
upah.
2. Metode Studi Pustaka
Metode dimana data yang didapat berasal dari literature, diktat atau
catatan yang semuanya dihimpun dan diolah penulis dengan pengarahan
4
BAB V PENUTUP
Di dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang
merupakan rekapitulasi dari isi yang disajikan secara singkat dan
merupakan jawaban dari permasalahan laporan akhir serta
membahas tentang saran yang berisikan harapan penulis terhadap
judul yang diangkat dan ditujukan kepada pembaca laporan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Adapun jenis struktur dalam pembangunan gedung terdiri dari dua cakupan
umum, yakni :
a. Struktur Atas (Upper Structure) adalah Struktur yang terdiri dari Atap,
Pelat, Balok dan Kolom. Struktur-struktur tersebut akan berpengaruh
pada system fungsional gedung.
b. Stuktur Bangunan Bawah (Sub Structure) adalah sistem pendukung
bangunan yang menerima beban struktur atas untuk diteruskan ke tanah
di bawahnya. Perhitungan perancangan struktur bangunan bawah
meliputi Sloof dan Pondasi.
2.2.2 Dasar-dasar Perhitungan
Dalam penyelesaian perhitungan untuk perancangan Gedung Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan, penulis berpedoman pada peraturan-peraturan yang
dibuat badan standarisasi yang berlaku di Indonesia dan berbagai jenis buku,
diantaranya:
1. SNI 2847 : 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung. SNI ini merupakan acuan perhitungan struktur yang memuat
aturan-aturan beton hingga penulangan yang digunakan;
2. SNI 1727 : 2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur lain. Di dalamnya memuat peraturan mengenai beban-
beban minimum yang digunakan dalam merancang bangunan gedung dan
struktur lain;
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971. Difungsikan sebagai
acuan perhitungan struktur yang memuat aturan-aturan beton yang
digunakan untuk perhitungan Momen Pada Pelat Lantai.
4. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG) 1983.
Difungsikan sebagai acuan dalam menentukan beban yang diizinkan dalam
sebuah perancangan gedung yang memuat angka-angka ketentuan beban
yang diizinkan dalam perhitungan sebuah konstruksi bangunan yang
memuat perhitungan beban mati.
5. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung
(Berdasarkan SNI 2847 : 2013), oleh Agus Setiawan.
8
menurut SNI 2847-2013 pasal 9.2 mengenai detail dan besarnya nilai kuat perlu.
Kombinasi beban terfaktor (U) yang harus dipertimbangkan sebagai kondisi
paling kritis yang harus dipikul elemen struktur, yakni :
U = 1,4D
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W)
U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L
U = 0,9D + 1,0W
U = 0,9D + 1,0E
Beban mati adalah beban dari semua bagian atap yang tidak
bergerak, beban mati tersebut meliputi :
- Beban sendiri kuda-kuda
- Beban penutup atap
- Beban gording
- Beban plafond dan penggantung
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat pengerjaan maupun
akibat penggunaan gedung itu sendiri, termasuk didalamnya adalah:
- Beban Pekerja
- Beban Air Hujan
b. Kuat perlu (U) yang sama menahan beban angina (W), beban
mati (D) dan beban hidup (L).
c. Kuat perlu (U) yang menahan beban angina (W), beban mati (D)
dan beban hidup (L) kosong.
B. Gording
Gording adalah batang memanjang yang sejajar balok tembok yang
diletakkan di atas kaki kuda-kuda untuk menumpu kasau dan balok
jurai dalam. Dalam perancangan struktur bangunan gedung khususnya
pada perancangan gording, struktur gording dirancang kekuatannya
berdasarkan pembebanan beban mati dan beban hidup.
C. Konstruksi Rangka Baja (Kuda-kuda)
Kuda-kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan
sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Pada dasarnya
konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang senantiasa
selalu membentuk segitiga.
Ly
dikatakan pelat satu arah apabila dimana >2
Lx
b. Pelat Dua Arah (Two Way Slab)
Pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh balok pada keempat sisinya dan
beban-beban ditahan oleh pelat dalam arah yang tegak lurus terhadap balok-
balok penunjang (Dipohusodo, 1996). Suatu pelat dikatakan pelat dua arah
Ly
apabila ≤ 2, dimana Ly dan Lx adalah panjang dari sisi-sisinya
Lx
2. Dari lantai dasar ke lantai pertama (first-floor) dan dari lantai pertama ke
lantai kedua (second-floor) dari lantai kedua ke lantai ketiga (third-floor) dan
seterusnya ke atas.
3. Juga dari tanah/lantai dasar ke lantai di bawah tanah (basement).
Pada prinsipnya, suatu tangga harus memenuhi dua persyaratan, yaitu:
1. Mudah dilihat.
2. Mudah dipergunakan. Menurut Djojowirono (1984), penentuan sudut
kemiringan tangga ini bergantung pada fungsi/keperluan tangga yang akan
dibangun. Sebagai pedoman diambil ketentuan berikut:
a. Untuk tangga mobil masuk garasi, diambil sudut maksimal 12,5° atau
dengan kemiringan 1:4,5
b. Untuk tangga di luar bangunan, diambil sudut 20° atau kemiringan 1:2,75
c. Untuk tangga perumahan dan bangunan gedung pada umumnya, diambil
sudut kemiringan 30° sampai dengan 35° atau dengan kemiringan 1:1,7
sampai 1:1,4.
d. Untuk tangga dengan sudut kemiringan sama atau lebih besar dari 41°,
disebut tangga curam.
horizontal atas beban-beban yang ada. Balok induk juga merupakan pengikat
antar kolom-kolom struktur.
tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud:
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah
lunak ke tanah pendukung yang kuat.
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
tertentu sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukunga yang
cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan
tanah disekitarnya.
3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas
akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.
4. Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut
bertambah.
6. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
tergerus air.
lelang dan sanksi apabila terjadi pelanggaran. Hal lain yang dijelaskan adalah
peraturan penyelenggaraan, yakni pembuatan laporan kemajuan pekerjaan
(progress), penyerahan pekerjaan dan pembuatan schedule.
ditetapkan Dir. BOW tanggal 28 Februari 1921 Nomor 5372 A pada zaman
Pemerintahan Belanda. Analisa BOW dipergunakan untuk pekerjaan padat
karya yang memakai peraltan konvensional, sedangkan bagi pekerjaan yang
mempergunakan peraltan modern, analisa BOW tidak dapat dipergunakan
sama sekali. Namun, tetap mampu menjadi pedoman dalam meyusun
Anggaran Biaya Bangunan. Adapun analisa di dalamnya, berupa :
a. Analisa Bahan
Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan ialah menghitung
banyaknya volume masing-masing bahan serta besarnya biaya yang
dibutuhkan;
b. Analisa Upah
Yang dimaksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung
banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan tersebut.
b. Barchart
Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor dalam bentuk
bagan balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap
kegiatan. Format bagan balok informatif, mudah dibaca dan efektif
untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.
Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket
kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan dalam
hari, minggu, atau bulan sebagai durasinya.
Mulai
A
24
Pengelolaan Proyek
Kesimpulan
Selesai
3.2 Persiapan
Tahap persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengumpulan dan
pengolahan data. Pada tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera
dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Tahap
persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini :
1. Menentukan judul laporan akhir;
25
Beban mati adalah beban dari semua bagian atap yang tidak
bergerak, beban mati tersebut meliputi :
- Beban sendiri kuda-kuda
- Beban penutup atap
- Beban gording
- Beban plafond dan penggantung
2. Beban Hidup
3. Beban Kombinasi
a. Kuat perlu (U) yang menahan beban (D) dan beban hidup (L)
paling tidak harus sama dengan :
B. Gording
Gording adalah batang memanjang yang sejajar balok tembok yang
diletakkan di atas kaki kuda-kuda untuk menumpu kasau dan balok
jurai dalam.
- Metode Plastis
Adapun langkah- langkah merancang gording menggunakan metode
plastis adalah sebagai berikut :
1. Menghitung momen lentur dengan ketentuan Mux ≤ Ø Mn
berdasarkan SNI 03-1729-2002
2. Menghitung momen nominal untuk penampang kompak yang
memenuhi λ ≤ λp dengan ketentuan Mn = Mp, dan untuk untuk
penampang tidak kompak yang memenuhi λp < λ < λp kuat lentur
nominal penampang ditentukan.
- Beban Elastis
Langkah-langkah menghitung gording dengan menggunakan beban
elastis adalah sebagai berikut :
1. Membuat persamaan terhadap sumbu x dengan ketentuan Mux ≤
28
D. Sambungan
Adapun langkah- langkah merancang sambungan baut adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung gaya terfaktor (Ru) yang harus memenuhi persamaan
berdasarkan SNI 03-1729-2002 sebagai berikut:
Ru ≤ Ø Rn
Dimana :
Ø = reduksi kekuatan geser (0,75)
Rn = kuat geser nominal baut
2. Menghitung Rn
a. Untuk baut tanpa ulir pada bidang gaya geser
Rn = 0,5 . fu . Ab
b. Untuk baut dengan ulir pada bidang gaya geser
Rn = 0,4 . fu. Ab
2
Ab = luas penampang baut = ¼ π d
Dimana :
29
3.4.3 Pelat
Struktur pelat pada suatu gedung terdapat dua jenis yaitu pelat atap dan pelat
lantai. Berikut adalah pembahasan mengenai pelat :
Adapun pembebanan yang perlu diperhitungkan dalam merancang struktur
pelat atap dan pelat lantai, sebagai berikut :
Beban-beban yang bekerja pada pelat atap dan pelat lantai, diantaranya:
a. Beban Mati (WD)
Beban mati terdiri dari :
- Berat sendiri Pelat Atap dan Lantai
- Berat Adukan Semen
b. Beban Hidup (WL)
Beban hidup untuk pelat atap diambil sebesar 0,96 kN/m2 dan
pelat lantai sebesar 2,40 kN/m2 (Berdasarkan SNI 1727 tahun
2013 Beban Hidup untuk gedung kantor).
Pelat dibagi kedalam dua klasifikasi, yaitu Pelat Satu Arah (One-Way Slab)
dan Pelat Dua Arah (Two-way Slab). Pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu
oleh balok pada keempat sisinya dan beban-beban ditahan oleh pelat dalam arah
yang tegak lurus terhadap balok-balok penunjang (Dipohusodo, 1996). Suatu pelat
Ly
dikatakan pelat dua arah apabila ≤ 2, dimana Ly merupakan sisi terpanjang dan
Lx
Lx adalah sisi terpendek pelat yang ditinjau.
Ly
≤ 2, dengan Ly sebagai sisi pelat terpanjang dan Lx adalah sisi
Lx
terpendek pada pelat yang ditinjau;
2. Menentukan tebal pelat dengan ketentuannya menurut SNI 2847 : 2013
fm
3. Menghitung masing-masing panel
4. Menghitung beban yang bekerja pada pelat (beban mati dan beban hidup)
5. Menghitung Momen Rencana (Mu) Berdasarkan tabel Peraturan beton
bertulang Indonesia : 1971.
6. Memperkirakan Tinggi Efektif (deff)
a. Tinggi Efektif dalam arah-x (deff x)
1
deff x = h – tebal selimut beton - ϕ tulangan arah x
2
b.Tinggi Efektif dalam arah-y (deff y)
1 1
deff y = h – tebal selimut beton - ϕ tulangan arah x - ϕ tulangan arah
2 2
y
6. Menentukan Rasio Penulangan ()
7. Hitung As (Luas Penampang Tulangan) yang diperlukan
a. As Pakai = pakai.b.deff
b. As Minimum = 0,0018 x b x h (Digunakan 0,0018 karena tulangan
yang digunakan merupakan jenis ulir)
Keterangan:
As = luas tulangan (mm2)
= rasio penulangan
deff = tinggi efektif pelat (mm)
31
3.4.4 Tangga
Adapun langkah-langkah dalam merancang tangga adalah sebagai berikut:
a. Menentukan ukuran anak tangga;
b. Menentukan beban dan momen tangga;
c. Perhitungan tangga;
d. Perhitungan penulangan badan tangga.
Tulangan yang akan digunakan yaitu tulangan pokok dan tulangan
susut dan suhu. Menurut SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.1 luasan tulangan
susut dan suhu harus menyediakan paling sedikit memiliki rasio luas
tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi tidak
kurang dari 0,0014:
a. Slab yang menggunakan batang tulangan ulir Mutu 280 atau
350(As = 0,0020);
b. Slab yang menggunakan batang tulangan ulir atau tulangan
kawat las Mutu 420(As = 0,0018);
c. Slab yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh
melebihi 420 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar
0,0018 x 420
0,35 persen( As= fy
).
3.4.5 Balok
Adapun langkah-langkah perancangan balok, yaitu :
1. Menentukan mutu beton dan baja tulangan yang digunakan;
2. Menghitung pembebanan yang terjadi, yakni :
a. Beban Mati (Dead Load)
b. Beban Hidup (Live Load)
c. Berat Sendiri Balok
3. Menghitung momen rencana (Mu)
4. Periksa dimensi penampang balok
1 1
a. Menentukan deff = h – p - ϕ sengkang - ϕ Tulangan Utama
2 2
32
b. Mencari nilai
f 'c 1, 7 Mu
(0,85 (0,85) 2 ( )
fy . f ' c.b.d 2
Keterangan :
Mu = Momen rencana/terfaktor pada penampang (kN.m)
b = Lebar penampang (mm), diambil tiap 1 meter
d = Tinggi efektif (mm)
= 0,9 Faktor reduksi rencana (Sumber SNI 2847-2013:66)
1
minimum dipakai apabila nilai Vu mlebihi ϕ Vc tetapi kurang dari
2
ϕVc. Biasanya dapat digunakan tulangan berdiameter 10 mm yang
diletakkan dengan jarak maksimum. Apabila nilai Vu > ϕ Vc, maka
kebutuhan tulangan geser harus dihitung.
b. Gaya geser Vu yang dihasilkan oleh beban terfaktor harus kurang dari
atau sama dengan kuat geser nominal dikali dengan faktor reduksi (ϕ)
atau :
Vu < ϕ Vc
Bila, Vn = Vc + Vs
Sehingga :
Vu < ϕ (Vc + Vs)
33
3.4.6 Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertical dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
34
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal
(Dipohusodo, 1994). Prosedur perhitungan struktur kolom, yaitu :
1. Cek Dimensi Penampang
a. Menentukan deff
b. Memeriksa Pu terhadap beban seimbang
c. Memeriksa kekuatan penampang
2. Perhitungan Tulangan
a. Menghitung nilai eksentrisitas terhadap arah x dan arah y
b. Nilai kontribusi tetap terhadap deformasi
1, 2 D
dns
1, 2 D 1, 6 L
(Setiawan:202)
c. Modulus elastisitas
(Setiawan:200)
d. Nilai kekakuan kolom dan balok
1
I g= b . h3
12
Ec .I g
E.I k
2,5 1 .d
→ untuk kolom
1
5
Ec .I g Es .I s
E.I b
1 d → untuk balok
(Sumber :Perancangan Struktur Beton Bertulang Bersarkan SNI 03-2847-
2013,200,202,205)
e. Menentukan Ψa dan Ψb
E.Ik
Lk
E.Ib
Lb
(Setiawan, 2016:199)
35
3.4.7 Sloof
Langkah-langkah perhitungan dalam merancang sloof adalah sebagai
berikut:
a. Cek dimensi penampang sloof
1. Menghitung momen rencana
2. Cek dimensi
a. Menentukan deff = h – p - Øsengkang – ½ Øtulangan utama
b. Menghitung nilai ρ
Mu fy 2
fy. 2
ρPakai = bd 2
1, 7 f ' c
fy 2 Mu
2 fy. 0
1, 7 f ' c bd 2
b b 2 4ac
2a
Keterangan :
Mu = Momen terfaktor pada penampang (KNm)
b = Lebar penampang (mm) diambil 1 m
d = Tinggi efektif pelat (mm)
Ø = Faktor reduksi rencana (SNI-03-2847-2013:66)
Dengan syarat jika ρmin < ρhitung < ρmaks → (OKE)
3. Penulangan lentur lapangan dan tumpuan
a. Cek kebutuhan tulangan
b. Hitung As yang diperlukan
36
a.
Vc 0,17. . f ' c .bw .d
b. Gaya geser Vu yang dihasikan oleh beban terfaktor harus kurang atau
sama dengan kuat geser nominal dikalikan dengan faktor reduksi Ø,
atau:
Vu < Ø Vn
Dimana: Vn = Vc + Vs
Sehingga:
Vu < Ø (Vc + Vs)
Dengan besar faktor reduksi, Ø, untuk geser adalah sebesar 0,75.
(Setiawan, 2016:99)
Jika
Vs 0,33. f ' c .bw .d → maka S = d/2 atau 600 mm.
Av.f yt
Smaks
0,35.bw , untuk f’c ≤ 30 MPa
3.4.8 Pondasi
Langkah-langkah perencanaan pondasi tiang pancang adalah sebagai
berikut:
1.Perhitungan pondasi
a. Perhitungan stabilitas tanah
b. Daya dukung izin berdasarkan:
- Kekuatan bahan tiang pancang
Qbahan = 0,3 x f’c x Atiang
- Kekuatan tanah
Atiang . p O.l.c
Qizin
fb fs
2. Menentukan jumlah tiang
Q (P.10%) P berat poer
Q
n
Qizin
3. Menentukan jarak antartiang
S = 2,5D - 3D
Keterangan :
38
Jika
Vs 0,33. f ' c .bw .d → maka S = d/2 atau 600 mm.
Av.f yt
Smaks
0,35.bw , untuk f’c ≤ 30 MPa