74
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Kanker Kulit
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT
Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok Non Melanoma.
Kelompok Non Melanoma dibedakan atas Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel
Skuamosa dan karsinoma adneksa kulit.
Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi pra-kanker antara
lain Actinic Keratosis, Kerato Acantoma, Bowen’s Disease, Erythroplasia of
Queyrat, Xeroderma Pigmentosum
I. PENDAHULUAN
Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia
35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan wanita.
Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara lain : Congenital
nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor
keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm,
terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari
ter utama pada masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata
berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di daerah tropis, psoralen
sunscreen, xeroderma pigmentosum.
Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas
dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.
75
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi atau melanoma
yang mengalami regresi)
T0 Tidak ditemukan tumor primer
Tis Melanoma in situ
T1 Melanoma tebalnya <1,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T1a Melanoma tebalnya <1,0mm dan level II atau III tanpa ulserasi
T1b Melanoma tebalnya <1,0mm dan level IV atau V atau ada ulserasi
T2 Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T2a Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm tanpa ulserasi
T2b Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan ulserasi
T3 Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T3a Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm tanpa ulserasi
T3b Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan ulserasi
T4 Melanoma tebalnya >4,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T4a Melanoma tebalnya >4,0mm tanpa ulserasi
T4b Melanoma tebalnya >4,0mm dengan ulserasi
76
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
serum
KlasifikasiClark
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu)
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis
Tingkat III: Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan retikularis dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan.
Klasifikasi Breslow
Golongan I : kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm
Golongan II : kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm
Golongan III : kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm
Anamnesis.
Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal,
mudah berdarah dan disertai tukak.
Pemeriksaan fisik
● Tumor di kulit berwarna coklat muda sampai hitam, bentuk nodul, plaque,
disertai luka.
Kadang-kadang tidak berwarna ( amelanotik melanoma )
77
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologi:
Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB para Aorta para
Iliaca).
Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-Scan, MRI.
2. Sitologi: FNA, inprint sitologi.
3. Patologi:
a) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat diferensiasi sel.
b) pemeriksaan specimen operasi:
tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat diferensiasi sel,
luas dan dalamnya infilterasi, radikalitas operasi.
Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif,
infasi tumor ke kapsul atau ekstranodal, tinggi level metastasis.
78
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
V. PROSEDUR TERAPI:
A. Lesi Primer
Tindakan : Eksisi luas
No Keterangan ”Safety Margin”
1. Melanoma maligna in situ 0,5 cm
2. < 0,76 mm 1 cm
3. 0,76 – 1,5 mm 1,5 cm
4. > 1,5 mm 2 cm
5. Subungual Amputasi proksimal dari interphalangeal joint
B. Metastasis regional
No Lokasi lesi primer Tindakan
1. Ekstremitas bawah Diseksi inguinal superfisial
2. Ekstremitas atas Diseksi aksila sampai level II
3. Leher Diseksi leher radikal
Bila kelenjar getah bening teraba secara klinis dan terbukti metastasis secara
PA, dilakukan tindakan limfadenektomi atau diseksi radikal, sbb :
- Bila lesi primer 0,76 – 1,5 mm dianjurkan diseksi kelenjar getah bening
regional
- Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan diseksi kgb selektif
dengan bantuan sentinel node mapping.
C. Kasus rekuren
Lesi primer : - operabel re-eksisi
- inoperabel radiasi
Metastasis regional : radiasi
Adjuvant terapi : pada stadium III dapat diberikan berupa radioterapi,
kemoterapi atau imunoterapi
Metastasis jauh : diberikan terapi paliatif
D. In transit metastasis
Lokasi tersering di ekstremitas bawah.
Terapi yang dianjurkan :
79
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
IN TRANSIT METASTASIS
Soliter Multipel
E. Metastasis jauh
Terapi tergantung dari tempat metastasis.
Tempat metastasis Tindakan
Paru-paru Reseksi
Gastro intestinal Operasi paliatif
Tulang Radioterapi paliatif
Otak Kortikosteroid
80
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Patogenesis basalioma yang telah banyak diketahui adalah peran paparan sinar
ultra violet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen
supresor Disamping itu telah banyak pula dipelajari adanya peran faktor
keturunan pada patogenesis basalioma seperti yang terjadi pada Nevoid basal
cell carcinoma syndrome, Bazex syndrome, Rombo syndrome dan Unilateral
basal cell nevus syndrome. Dipelajari pula peran ”immuno suppressor dalam
patogenesis basalioma, tetapi mekanisme pastinya belum diketahui.
Lokasi tersering adalah daerah muka sekitar hidung, sifatnya sangat jarang
bermetastasis tetapi mempunyai kemampuan infiltrasi yang tinggi.
Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain: Jenis kulit terang
(tipe I & II) dan albino yang rentan terhadap paparan sinar matahari yang lama,
Paparan sinar X untuk terapi acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal
dominan), Intoksikasi arsen yang kronik, LE kronik , Ulkus kronik dan fistula.
81
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Staging :
Stadiu TNM T Tumor Primer
m
0 Tis. N0. M0. Tx = Tidak dapat dievaluasi
T0 = Tidak ditemukan
I T1. N0. M0. Tis = Kanker in situ
T1 = Tumor ukuran terbesar 2cm
II T2. N0. M0. T2 = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm
T3. N0. M0. T3 = Tumor > 5 cm
T4 = Tumor menginvasi struktur
ekstradermal dalam, misalnya
kartilago, otot skelet atau tulang
III T4. N0. M0. N Nodus Regional
tiapT.N1.M0. Nx = Tidak dapat diperiksa
N0 = Tidak ada metastasis nodus regional
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi
tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh.
2. Pemeriksaan Fisik
Gambaran klasik dikenal sebagai ”ulkus rodent” yaitu ulkus dengan tepi tidak
rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral
tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu :
1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering)
Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan
mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta
tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan.
Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan ulserasi (ulkus rodens).
2. Jenis berpigmen
Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coklat / hitam
bintik-bintik atau homogen.
3. Jenis “morphea like” atau fibrosing (agak jarang)
Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang tepi
meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang mencekung
(gambaran klinik, seperti sikatrik), kadang tertutup krusta yang melekat erat
(jarang ulserasi).
4. Jenis superficial
82
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
B. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu
dilakukan CT-scan
2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis
V. PROSEDUR TERAPI
Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 - 1 cm. Bila
radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant radioterapi.
83
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Untuk lesi di daerah canthus, nasolabial fold, peri orbital dan peri auricular,
dianjurkan untuk melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada
fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan telinga
dapat diberikan radioterapi.
Untuk lesi rekuren dianjurkan tindakan eksisi luas. Atau bila memungkinkan
dilakukan MMS.
Radioterapi
Eksisi luas
MMS
84
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
I. PENDAHULUAN
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma maligna dari keratinizing cell dengan
karakteristik anaplasia, tumbuh cepat, invasi lokal dan berpotensi metastasis
Patogenesis karsinoma sel skuamosa sama seperti karsinoma sel basal yaitu :
adanya peran paparan sinar ultraviolet sinar matahari yang menyebabkan
terjadinya mutasi gen supresor, disamping itu terdapat pula peran imunosupresi
dan infeksi virus.Karsinoma sel skuamosa dapat pula terjadi pada parut/scar luka
bakar, yang disebut sebagai Marjolin ulcer.
Yang berisiko tinggi untuk mendapat kanker kulit adalah penderita kelainan pre
kanker (xeroderma pigmentosum, keratosis senilis, compund nevus, multiple
dysplatic nevi), bangsa kulit putih, terbakar sinar matahari, terpapar sinar
pengion, arsen, jelaga, keloid luka bakar, penderita dengan fistula, immuno
supresi, dsb.
Insidens tertinggi pada usia 50 – 70 tahun, paling sering pada kulit berwarna di
daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi dapat timbul dari kulit
normal atau dari lesi prakanker, pada orang kulit kulit putih hal ini diduga akibat
rangsangan sinar ultraviolet, karsinogen kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon
polisiklik). Sedangkan pada kulit berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik,
jaringan parut dan dapat pula terjadi dari fistel yang tidak sembuh-sembuh
T – Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 Tidak ditemukan tumor primer
85
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
M – Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2,T3 N0 M0
Stadium III T4 N0 M0
Tiap T N1 M0
Stadium IV Tiap T Tiap N M1
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah
berdarah, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran bunga kol.
2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh
progresif, mudah berdarah danm pada bagian akral terdapat ulkus dengan bau
yang khas.
Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya metastasis
regional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: X-foto toraks, X-
foto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas indikasi
2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi:
- Lesi <2 cm dilakukan biopsi eksisional,
- lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional
86
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
V. PROSEDUR TERAPI
Terapi untuk SCC hampir sama dengan basalioma. Jenis tindakan tergantung dari
ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi histopatologi dan riwayat
terapi.
Prinsip terapi yaitu eksisi radikal untuk lesi primer dan rekonstruksi penutupan
defek dengan baik. Penutupan defek dapat dengan cara penutupan primer,
tandur kulit atau pembuatan flap. Untuk lesi operabel dianjurkan untuk eksisi
luas dengan safety margin 1 – 2 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberikan
radioterapi adjuvant.
Untuk lesi di daerah cantus, nasolabial fold, peri orbital dan peri aurikular,
dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS), bila tidak memungkinkan
maka dilakukan eksisi luas.
Untuk lesi di kepala dan leher yang menginfiltrasi tulang atau kartilago dan
belum bermetastasis jauh, dapat diberikan radioterapi.
Untuk lesi di penis, vulva dan anus, tindakan utama adalah eksisi luas,
radioterapi tidak memberikan respon yang baik.
Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif dilanjutkan
dengan eksisi luas atau MMS.
Untuk kasus rekurens sebaiknya dilakukan MMS atau eksisi luas
Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb, yaitu diseksi
inguinal superfisial, diseksi aksila sampai level II atau diseksi leher modifikasi
radikal.
Operabel Inoperabel
87
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
ADENOKARSINOMA
KANKER MERKEL
DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS
-Tumor: di kulit tumbuh menonjol di atas kulit, dengan kulit diatasnya berwarna
kecoklatan seperti keloid, konsistensi padat keras.
-Nodus: jarang terdapat pembesaran kelenjar limfe regional.
-Metastasis: mungkin ada tanda-tanda metastasis jauh.
88
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
DAFTAR PUSTAKA
2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New
Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia,
Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8th ed, Philadelphia, W.B.
6. Lang Jr. P J, Maize JC, Basal Cell Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W,
Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company,
1991, 35-73
Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 148-
176
89
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit
Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders
Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 1733-
1752
90