Anda di halaman 1dari 17

PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT

Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Kulit

Ketua : Djoko Handojo, dr., SpB(K)Onk

Anggota : Azamris, dr., SpB(K)Onk


Heru Purwanto, dr., SpB(K)Onk
K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)Onk
Sonar Soni Panigoro, dr., SpB(K)Onk
Sjafwan Adenan, dr., SpB(K)Onk
Teguh Aryandono, dr., SpB(K)Onk
Wayan Sudarsa, dr., SpB(K)Onk
Zafiral Azdi Albar, dr., SpB(K)Onk

74
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Kanker Kulit
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT

Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok Non Melanoma.
Kelompok Non Melanoma dibedakan atas Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel
Skuamosa dan karsinoma adneksa kulit.
Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi pra-kanker antara
lain Actinic Keratosis, Kerato Acantoma, Bowen’s Disease, Erythroplasia of
Queyrat, Xeroderma Pigmentosum

PENATALAKSANAAN MELANOMA MALIGNA

I. PENDAHULUAN

Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasaldari sel melanosit.


Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa.
Di Amerika Serikat melanoma maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7
terbanyak.

Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia
35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan wanita.

Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara lain : Congenital
nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor
keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm,
terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari
ter utama pada masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata
berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di daerah tropis, psoralen
sunscreen, xeroderma pigmentosum.
Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas
dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

1. Lentigo melanoma maligna (LMM)


2. Superfisial spreading melanoma (SSM)
3. Nodular Malignant Melanoma (NMM)
4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
5. Melanoma yang tidak terklasifikasi

75
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

III. STADIUM KLINIS


AJCC EDISI 2002
Tumor Primer (T)

Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi atau melanoma
yang mengalami regresi)
T0 Tidak ditemukan tumor primer
Tis Melanoma in situ
T1 Melanoma tebalnya <1,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T1a Melanoma tebalnya <1,0mm dan level II atau III tanpa ulserasi
T1b Melanoma tebalnya <1,0mm dan level IV atau V atau ada ulserasi
T2 Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T2a Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm tanpa ulserasi
T2b Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan ulserasi
T3 Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T3a Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm tanpa ulserasi
T3b Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan ulserasi
T4 Melanoma tebalnya >4,0mm dengan atau tanpa ulserasi
T4a Melanoma tebalnya >4,0mm tanpa ulserasi
T4b Melanoma tebalnya >4,0mm dengan ulserasi

Kelenjar Getah Bening Regional (N)

Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa


N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis ke 1 kelenjar getah bening
N1a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis
N1b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis
N2 Metastasis ke dua atau tiga kelenjar getah bening regional atau metastasis
intra limfatik regional tanpa metastasis kelenjar getah bening
N2a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis
N2b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis
N2c Lesi satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis kelenjar getah
bening
N3 Metastasis pada >4 kelenjar getah bening regional, atau metastasis kgb
yang bersatu, atau metastasis in-transit atau lesi satelit dengan
metastasis kelenjar getah bening regional

Metastasis Jauh (M)

Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa


M0 Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
M1a Metastasis ke kulit, jaringan subkutan atau kelenjar getah bening yang
jauh
M1b Metastasis ke paru
M1c Metastasis ke tempat visceral lainnya atau metastasis jauh ke tempat
manapun yang disertai peningkatan kadar LDH (lactic dehydrogenase)

76
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

serum

STADIUM KLINIK STADIUM HISTOPATOLOGIK


Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium 0 pTis N0 M0
Stadium IA T1a N0 M0 Stadium IA pT1a N0 M0
Stadium IB T1b N0 M0 Stadium IB pT1b N0 M0
T2a N0 M0 pT2a N0 M0
Stadium IIA T2b N0 M0 Stadium IIA pT2b N0 M0
T3a N0 M0 pT3a N0 M0
Stadium IIB T3b N0 M0 Stadium IIB pT3b N0 M0
T4a N0 M0 pT4a N0 M0
Stadium IIC T4b N0 M0 Stadium IIC pT4b N0 M0
Stadium III TiapT N1 M0 Stadium IIIA pT1-4a N1a M0
TiapT N2 M0 pT1-4a N2a M0
TiapT N3 M0 Stadium IIIB pT1-4b N1a M0
Stadium IV TiapT TiapN M1 pT1-4b N2a M0
pT1-4a N1b M0
pT1-4a N2b M0
pT1-4a/b N2c M0
Stadium IIIC pT1-4b N1b M0
pT1-4b N2b M0
Tiap pT N3 M0
Stadium IV Tiap pT TiapN M1

KlasifikasiClark
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu)
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis
Tingkat III: Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan retikularis dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan.

Klasifikasi Breslow
Golongan I : kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm
Golongan II : kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm
Golongan III : kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm

IV. PROSEDUR DIAGNOSIS

Anamnesis.
Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal,
mudah berdarah dan disertai tukak.

Pemeriksaan fisik
● Tumor di kulit berwarna coklat muda sampai hitam, bentuk nodul, plaque,
disertai luka.
Kadang-kadang tidak berwarna ( amelanotik melanoma )

77
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Lesi bersifat A (Asymetri) : tidak teratur


B (Border) : tepi tak teratur
C (Colour) : warna bervariasi
D (Diameter) : umumnya > 6 mm
E (Elevation) : permukaan yang tidak teratur

● Pemeriksaan kelenjar getah bening regional.


● Pemeriksaan metastasis jauh ke paru dan hati.

Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologi:
 Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB para Aorta para
Iliaca).
 Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-Scan, MRI.
2. Sitologi: FNA, inprint sitologi.
3. Patologi:
a) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat diferensiasi sel.
b) pemeriksaan specimen operasi:
 tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat diferensiasi sel,
luas dan dalamnya infilterasi, radikalitas operasi.
 Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif,
infasi tumor ke kapsul atau ekstranodal, tinggi level metastasis.

4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh karena


dibutuhkan informasi mengenai kedalaman tumor. Biopsi tergantung pada
anatomical sitenya.
1. a. bila diameter lebih dari 2 cm.
b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah wajah) dilakukan
insisional biopsi
2. bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan safety margin 1
cm (diagnostik dan terapi). Specimen dikirimkan dengan mapping dan
diberi tanda batas- batas sayatan.

Variasi gambaran klinis :


1. Lentigo melanoma maligna (LMM)
Lesi: coklat seperti kehitaman, beberapa cm, tepi irreguler, pada
permukaan dijumpai bercak- bercak warna gelap (warna biru) tersebar
tidak teratur, dapat menjadi nodul biru kehitaman invasive agak
hiperkeratonik.
1. Superfisial spreading melanoma (SSM)
Lokasi: wanita; tungkai bawah; laki- laki: badan dan leher.
Lesi: plak archiformis berukuran 0,5 – 3 cm tepi meninggi, irreguler, dapat
mencapai 2 cm dalam 1 than  nodul biru kehitaman pada permukaan
terdapat campuran bermacam- macam warna seperti coklat, abu- abu,
biru, hitam, sering kemerahan.
3. Nodular Malignant Melanoma (NMM)
Lokasi: laki- laki: punggung, dapat pada setiap lokasi.
Lesi: Nodul bentuk setengah bola (dome shaped ) atau polipoid dan
eksofitik, warna coklat kemerahan atau biru sampai kehitaman dapat
mengalami ulserasi perdarahan, timbul lesi satelit.

78
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM)


Lokasi: letak kaki, tumit, telapak tangan, dasar kuku, ibu jari tangan.
Lesi: macula, warna bervariasi, pada permukaan timbul papul, nodul,
ulserasi, kadang- kadang lesi tidak mengandung pigmen.

V. PROSEDUR TERAPI:

A. Lesi Primer
Tindakan : Eksisi luas
No Keterangan ”Safety Margin”
1. Melanoma maligna in situ 0,5 cm
2. < 0,76 mm 1 cm
3. 0,76 – 1,5 mm 1,5 cm
4. > 1,5 mm 2 cm
5. Subungual Amputasi proksimal dari interphalangeal joint

Bila telah infiltrasi sampai ke tulang, tindakan terpilih adalah amputasi

B. Metastasis regional
No Lokasi lesi primer Tindakan
1. Ekstremitas bawah Diseksi inguinal superfisial
2. Ekstremitas atas Diseksi aksila sampai level II
3. Leher Diseksi leher radikal

Bila kelenjar getah bening teraba secara klinis dan terbukti metastasis secara
PA, dilakukan tindakan limfadenektomi atau diseksi radikal, sbb :
- Bila lesi primer 0,76 – 1,5 mm dianjurkan diseksi kelenjar getah bening
regional
- Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan diseksi kgb selektif
dengan bantuan sentinel node mapping.

C. Kasus rekuren
Lesi primer : - operabel  re-eksisi
- inoperabel  radiasi
Metastasis regional :  radiasi
Adjuvant terapi : pada stadium III dapat diberikan berupa radioterapi,
kemoterapi atau imunoterapi
Metastasis jauh : diberikan terapi paliatif

D. In transit metastasis
Lokasi tersering di ekstremitas bawah.
Terapi yang dianjurkan :

79
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

IN TRANSIT METASTASIS

Soliter Multipel

Eksisi luas - Isolated limb perfusion


- Intra arterial therapy
- Local ablation
- Local immunotherapy
- Radiotherapy

E. Metastasis jauh
Terapi tergantung dari tempat metastasis.
Tempat metastasis Tindakan
Paru-paru Reseksi
Gastro intestinal Operasi paliatif
Tulang Radioterapi paliatif
Otak Kortikosteroid

Bila tindakan di atas tidak memungkinkan, dapat diberi terapi berupa


kemoterapi dan atau imunoterapi sebagai berikut :
a. – Decarbazine
- Decarbazine + Tamoxifen
- Decarbazine + IFN-2b
- Cisplatin / Vinblastine / Decarbazine
b. – IL-2
- IFN-2b
- Vaksinasi ”melanosomal proteins”

80
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

KARSINOMA SEL BASAL


I. PENDAHULUAN

Karsinoma sel basal atau basalioma adalah neoplasma maligna dari


”nonkeratinizing cell” yang terletak pada lapisan basal epidermis dan merupakan
karsinoma kulit non melanoma terbanyak.

Patogenesis basalioma yang telah banyak diketahui adalah peran paparan sinar
ultra violet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen
supresor Disamping itu telah banyak pula dipelajari adanya peran faktor
keturunan pada patogenesis basalioma seperti yang terjadi pada Nevoid basal
cell carcinoma syndrome, Bazex syndrome, Rombo syndrome dan Unilateral
basal cell nevus syndrome. Dipelajari pula peran ”immuno suppressor dalam
patogenesis basalioma, tetapi mekanisme pastinya belum diketahui.

Lokasi tersering adalah daerah muka sekitar hidung, sifatnya sangat jarang
bermetastasis tetapi mempunyai kemampuan infiltrasi yang tinggi.

Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain: Jenis kulit terang
(tipe I & II) dan albino yang rentan terhadap paparan sinar matahari yang lama,
Paparan sinar X untuk terapi acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal
dominan), Intoksikasi arsen yang kronik, LE kronik , Ulkus kronik dan fistula.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

- Superficial basal cell barcinoma


- Nodular`basal cell carcinoma
- Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell carcinoma
- Pigmented basal cell carcinoma
- Cystic basal cell carcinoma
- Fibroepithelioma of Pinkus (FEP)

III. STADIUM KLINIS


TNM – AJCC 2002
T diperiksa dengan pemeriksaan fisik
N diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging
M diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging

81
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Staging :
Stadiu TNM T Tumor Primer
m
0 Tis. N0. M0. Tx = Tidak dapat dievaluasi
T0 = Tidak ditemukan
I T1. N0. M0. Tis = Kanker in situ
T1 = Tumor ukuran terbesar  2cm
II T2. N0. M0. T2 = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm
T3. N0. M0. T3 = Tumor > 5 cm
T4 = Tumor menginvasi struktur
ekstradermal dalam, misalnya
kartilago, otot skelet atau tulang
III T4. N0. M0. N Nodus Regional
tiapT.N1.M0. Nx = Tidak dapat diperiksa
N0 = Tidak ada metastasis nodus regional

N1 = Ada nodus regional


IV tiap T. tiap N. M1 M Metastasis jauh
Mx = Tidak dapat diperiksa
M0 = Tidak ada metastasis jauh
M1 = Ada metastasis jauh

IV. PROSEDUR DIAGNOSIS

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis
Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi
tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh.

2. Pemeriksaan Fisik
Gambaran klasik dikenal sebagai ”ulkus rodent” yaitu ulkus dengan tepi tidak
rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral
tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu :
1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering)
Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan
mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta
tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan.
Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan  ulserasi (ulkus rodens).
2. Jenis berpigmen
Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coklat / hitam
bintik-bintik atau homogen.
3. Jenis “morphea like” atau fibrosing (agak jarang)
Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang tepi
meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang mencekung
(gambaran klinik, seperti sikatrik), kadang tertutup krusta yang melekat erat
(jarang ulserasi).
4. Jenis superficial

82
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Lokasi : badan, leher, kepala.


Lesi : bercak kemerahan dengan skuama halus, tepi meninggi seperti kawat.
Dapat meluas secara lambat, ulserasi (-). Biasanya multiple.
5. Jenis fibroepitelial
Lokasi : punggung.
Lesi : soliter, nodul keras, sering bertangkai pendek.
Permukaan halus, sedikit kemerahan (mirip fibroma).
6. Sindroma karsinoma sel basal nevoid (sindroma Gorlin Galzt).
Autosomal dominan, sindroma terdiri dari :
a. Kelainan kulit :
- Ca sel basal multiple jenis nevoid
- Cekungan (pits) pada telapak tangan dan kaki.
- Milia, lipoma, fibroma.
b. Kelainan tulang :
- Kista pada rahang
- Kelainan tulang iga dan tulang belakang (scoliosis,
spinabifida)
c. Kelainan system saraf :
- Perubahan neurologik (EEG abnormal, cerebeller
meduloblastoma)
- Retardasi mental
d. Kelainan mata : katarak, buta kongenital.
e. Lain-lain :
- Kalsifikasi falks serebri
- Fibroma ovari dengan kalsifikasi
- Kista limfatik di mesenterium
7. a. Jenis “linier and generalized follikuler basal cell nevi” (jarang).
Sejak lahir.
Lesi : jenis linier, berupa nodul + komedo dan kista
epidermal tersusun seperti garis dan unilateral.
Lesi tetap dengan bertambah usia.
b. Jenis “Generalized follikuler” : ada kerontokan rambut terhadap akibat
kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan tumor

B. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu
dilakukan CT-scan
2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis

V. PROSEDUR TERAPI

Dalam penatalaksanaaan basalioma, kita harus mencapai


- Eksisi lesi primer yang radikal
- Rekonstruksi dengan memperhatikan fungsi dan kosmetik terutama yang
di daerah wajah.

Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 - 1 cm. Bila
radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant radioterapi.

83
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Untuk lesi di daerah canthus, nasolabial fold, peri orbital dan peri auricular,
dianjurkan untuk melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada
fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan telinga
dapat diberikan radioterapi.

Rekonstruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan :


- Penutupan primer
- Penutupan dengan tandur kulit secara STSG / FTSG (Split / Full tchickness
skin graft)
- Pembuatan flap

Untuk lesi rekuren dianjurkan tindakan eksisi luas. Atau bila memungkinkan
dilakukan MMS.

LESI PRIMER BCC

Tubuh & Ekstremitas Cantus, nasolabial fold Ear & eyelids


Peri orbital, peri auricular

Eksisi luas Mohs micrographic surgery


Safety margin 0,5-1 cm

Bila tidak radikal Bila tidak radikal

Radioterapi

Eksisi luas

LESI REKUREN BCC

MMS

84
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

PENATALAKSANAAN KARSINOMA SEL SKUAMOSA

I. PENDAHULUAN

Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma maligna dari keratinizing cell dengan
karakteristik anaplasia, tumbuh cepat, invasi lokal dan berpotensi metastasis

Patogenesis karsinoma sel skuamosa sama seperti karsinoma sel basal yaitu :
adanya peran paparan sinar ultraviolet sinar matahari yang menyebabkan
terjadinya mutasi gen supresor, disamping itu terdapat pula peran imunosupresi
dan infeksi virus.Karsinoma sel skuamosa dapat pula terjadi pada parut/scar luka
bakar, yang disebut sebagai Marjolin ulcer.

Yang berisiko tinggi untuk mendapat kanker kulit adalah penderita kelainan pre
kanker (xeroderma pigmentosum, keratosis senilis, compund nevus, multiple
dysplatic nevi), bangsa kulit putih, terbakar sinar matahari, terpapar sinar
pengion, arsen, jelaga, keloid luka bakar, penderita dengan fistula, immuno
supresi, dsb.

Insidens tertinggi pada usia 50 – 70 tahun, paling sering pada kulit berwarna di
daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi dapat timbul dari kulit
normal atau dari lesi prakanker, pada orang kulit kulit putih hal ini diduga akibat
rangsangan sinar ultraviolet, karsinogen kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon
polisiklik). Sedangkan pada kulit berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik,
jaringan parut dan dapat pula terjadi dari fistel yang tidak sembuh-sembuh

Predileksi : kulit yang terpapar sinar matahari, membrana mukosa, lokasi


terbanyak (orang kulit putih : wajah, ekstremitas atas, kulit berwarna :
ekstremitas bawah badan, dapat pada bibir bawah, dorsum manus).

II. KASIFIKASI HISTOPATOLOGI

Disamping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, yaitu


Gx Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa
G1 Diferensiasi baik
G2 Diferensiasi sedang
G3 Diferensiasi buruk
G4 Tidak berdiferensiasi (undifferentiated)

III. STADIUM KLINIS


Klasifikasi TNM

T – Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 Tidak ditemukan tumor primer

85
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

Tis Karsinoma in situ


T1 Tumor dengan ukuran terbesar <2 cm
T2 Tumor dengan ukuran terbesar >2 s/d <5 cm
T3 Tumor dengan ukuran terbesar >5 cm
T4 Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti kartilago, otot
skelet atau tulang

N – Kelenjar getah bening regional


Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa
N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis kelenjar getah bening regional

M – Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Stadium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2,T3 N0 M0
Stadium III T4 N0 M0
Tiap T N1 M0
Stadium IV Tiap T Tiap N M1

IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis
Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah
berdarah, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran bunga kol.

2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh
progresif, mudah berdarah danm pada bagian akral terdapat ulkus dengan bau
yang khas.
Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya metastasis
regional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll.

B. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: X-foto toraks, X-
foto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas indikasi
2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi:
- Lesi <2 cm dilakukan biopsi eksisional,
- lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional

86
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

V. PROSEDUR TERAPI

Terapi untuk SCC hampir sama dengan basalioma. Jenis tindakan tergantung dari
ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi histopatologi dan riwayat
terapi.

Prinsip terapi yaitu eksisi radikal untuk lesi primer dan rekonstruksi penutupan
defek dengan baik. Penutupan defek dapat dengan cara penutupan primer,
tandur kulit atau pembuatan flap. Untuk lesi operabel dianjurkan untuk eksisi
luas dengan safety margin 1 – 2 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberikan
radioterapi adjuvant.

Untuk lesi di daerah cantus, nasolabial fold, peri orbital dan peri aurikular,
dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS), bila tidak memungkinkan
maka dilakukan eksisi luas.
Untuk lesi di kepala dan leher yang menginfiltrasi tulang atau kartilago dan
belum bermetastasis jauh, dapat diberikan radioterapi.
Untuk lesi di penis, vulva dan anus, tindakan utama adalah eksisi luas,
radioterapi tidak memberikan respon yang baik.
Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif dilanjutkan
dengan eksisi luas atau MMS.
Untuk kasus rekurens sebaiknya dilakukan MMS atau eksisi luas

Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb, yaitu diseksi
inguinal superfisial, diseksi aksila sampai level II atau diseksi leher modifikasi
radikal.

LESI PRIMER SCC

Operabel Inoperabel

Tubuh & Cantus, nasolabial fold,


Ekstremitas peri orbital, peri aurikular

Eksisi luas MMS Radioterapi


Safety margin 1-2 cm

87
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

ADENOKARSINOMA

Adenokarsinoma kulit, kanker yang berasal dari sel adneksa kulit.


PENDAHULUAN
-Tumor: di kulit atau subkutan yang melekat dengan kulit, konsistensi padat.
-Nodus: mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional.
-Metastasis: mungkin terdapat tanda-tanda metastasis jauh.

KANKER MERKEL

Berasal dari sel neuroendokrin kulit.

DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS

-Tumor: di kulit tumbuh menonjol di atas kulit, dengan kulit diatasnya berwarna
kecoklatan seperti keloid, konsistensi padat keras.
-Nodus: jarang terdapat pembesaran kelenjar limfe regional.
-Metastasis: mungkin ada tanda-tanda metastasis jauh.

88
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

DAFTAR PUSTAKA

1. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P,

O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed ,

Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 157-170

2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New

York, Wiley-Liss, 2002, 123-130

3. Leffel D J, Carucci J A, Management of Skin Cancer, in DeVita Jr V T, Hellman S,

Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia,

Lippincott-Raven, 2001, 1976-2002

4. Lotze M T, Dallal R M, Kirkwood J M, Flickinger J C, Cutaneous Melanoma, in DeVita

Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th

ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 2012-2069

5. Solan M J, Brady L W, Skin Cancer, in Rubin P, Williams J P, Clinical Oncology A

Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8th ed, Philadelphia, W.B.

Saunders Company, 2001, 252-266

6. Lang Jr. P J, Maize JC, Basal Cell Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W,

Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company,

1991, 35-73

7. Dzubow L, Grossman D, Squamous Cell Carcinoma and Verrucous Carcinoma, in

Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin,

Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 74-84

8. Friedman R J, Hellman E R, Gottlieb G J, Waldo E D, Rigel D S, Malignant Melanoma:

Clinicopathologic Correlation, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N,

Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 148-

176

89
PROTOKOL PERABOI 2003 Kanker Kulit

9. Harris M N, Roses D F, Malignant Melanoma: Treatment, in Friedman R J, Rigel D S,

Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders

Company, 1991, 177-197

10. Sondak V K, Margolin K A, Melanoma and Other Cutaneous Malignancies, in Norton J

A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W (ed),

Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 1733-

1752

90

Anda mungkin juga menyukai