PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Engkoswara Dan Aan Kosmariah, Administrasi Pendidikan,(Bandung:ALFABETA, CV,2015),
hlm.305
2
Hari Suderajat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Implementasi KBK,(Bandung:CV. Cipta Cekas Grafika,2005), hlm.18
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mansoer, Pengantar Manajemen, (Jakarta: P2LPTK, 1989), hlm.91
3
sekolah, medorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha), dan meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan otonomi tesebut, sekolah diberikan
kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan tuntunan sekolah serta masyarakat atau
stakeholder yang ada.
MBS memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Sekolah
memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelolah
sekolahnya sehingga lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih
berdaya dalam mengembangkan progam-program yang tentu saja, lebih sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan/potensi yang dimiliki.4
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya Manajemen berbasis sekolah
dapat di artikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi dalam
pengambilan sebuah kebijakan atau keputusan yang dilakukan pihak sekolah
dan warga sekolah yang bertanggung jawab dan meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: Reika Aditama, 2009), hlm.47-48
4
Keberhasilan penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah
sangat ditentukan political will pemerintah dan kepemimpinan di
persekolahan. Ironisnya selama ini, political will tersebut tidak utuh sebagai
pendukung utama, demikian juga kepemimpinan di persekolahan yang
cenderung memakai pendekatan birokratis hirarkis dan bukannya demokratis.
Walaupun political will adakalanya terlihat tidak begitu utuh dalam
menerapkan prinsip-prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah,
seharusya diimbangi dengan format kepemimpinan kepala sekolah yang
handal dalam memimpin persekolahan. Kepemimpinan adalah isu kunci dalam
MBS, bahkan dalam beberapa terminology Site-Based Leadership digunakan
sebagai pengganti Site-Based Management. Dalam implementasi MBS maka
diperlukan perspektif dalam keterampilan kepemimpinan baik pada tingkat
pemerintahan maupun tingkat sekolah. Dengan MBS unsur pokok sekolah
(constituent) memegang kontrol yang lebih besar pada setiap kejadian di
sekolah. Unsur pokok sekolah inilah yang kemudian menjadi lembaga
nonstruktural yang disebut dewan sekolah yang anggotanya terdiri dari guru,
kepala sekolah, administrator, orang tua, anggota masyarakat, dan murid.6
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya peran manajemen berbasis
sekolah dilakukan seorang pemimpin bagaimana keterampilannya dalam
meningkatkan sekolah tersebut. Unsur pokok sekolah inilah yang kemudian
menjadi lembaga nonstruktural yang disebut dewan sekolah yang anggotanya
terdiri dari guru, kepala sekolah, administrator, orang tua, anggota masyarakat,
dan murid.
Dalam pembentukan suatu kebijakan tidak lepas dari dasar atau pilar
dimana dasar atau pilar berlandasan untuk meningkatkan kebijakan agar
terealisasi dengan baik.
5
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, dari Sentralisasi menuju
Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.91
6
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm.42
5
Tujuh pilar MBS yaitu kurikulum dan pembelajaran, peserta didik
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,
hubungan sekolah dan masyarakat, dan budaya dan lingkungan sekolah.
c. Tujuan agar peserta didik mencapai pola fikir dan bebas berfikir
sehingga dapat melakukan aktivitas intelektual.
a. Implementasi kurikulum
6
f. Penentuan beban belajar
c. Pengenalan sekolah
7
Disamping itu juga ada penambahasan khusus dalam peningkatan
mutu peserta didik yang diterima:
a. Perencanaan kebutuhan
b. Rekrutmen
8
d. Pemberian motivasi
e. Rotasi kerja
f. Pemberhentian
b. Pengadaan
c. Inventarisasi
9
d. Pendistribusian dan pemanfaatan
e. Pemeliharaan
f. Penghapusan
10
c. Penggalian sumber-sumber
d. Pembukuan
a. Analisis kebutuhan
b. Penyusunan program
d. Pelaksanaan kegiatan
11
7. Manajemen Budaya Dan Lingkungan Berbasis Sekolah
Manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah adalah
pengaturan budaya dan lingkungan yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
budaya dan lingkungan sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah.
Dalam peningkatan mutu sekolah dengan Manajemen budaya dan
lingkungan berbasis sekolah yaitu dengan menciptakan iklim sekolah.
Sekolah menetapkan tata tertib yang berisikan :
a. Tata tertib siswa dan tenaga kependidikan
b. Petunjuk, larangan maupun peringatan dalam berperilaku disekolah
Ruang lingkup Manajemen budaya dan lingkungan berbasis
sekolah meliputi :
a. Perencanaan program
b. Sosialisasi program
c. Pelaksanaan program
d. Pengawasan, evaluasi dan pelaporan.7
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya pilar manajemen berbasis
sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah yaitu kurikulum dan pembelajaran,
peserta didik pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pembiayaan, hubungan sekolah dan masyarakat, dan budaya dan lingkungan
sekolah.
BAB III
7
Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,2014), hlm.12-20
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami sadar makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami harap kritik dan saran dari Bapak/Ibu dosen serta teman-teman untuk
lebih baiknya makalah ini. Kami menyarankan kepada kita semua untuk
mempelajari dan memahami. Manajemen Berbasis Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Sekolah agar kita mengetahui lebih dalam tentang materi
ini.
DAFTAR PUSTAKA
13
Engkoswara. Administrasi Pendidikan. Bandung:ALFABETA, CV,2015.
14