Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

DEFENISI

”Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling


sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi
Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired
Infections” merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, pasien
dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih
banyak.

HAIS adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak
berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien
masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari
setelah pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari
rumah sakit tetapi muncul setelah pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.

Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan


kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari
pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau
keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan
peningkatan angka morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan
biaya rumah sakit.

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk


melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi
karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional:
Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan/ Pengelolaan sampah, Farmasi,
Gizi / Penyedian makanan, IPSRS, Sanitasi &Housekeeping, Pengelolaa linen, Kamar

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 1 | P a g e


jenazah, Sterilisasi alat dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi.

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 2 | P a g e


BAB II

RUANG LINGKUP

Seluruh staf Rumah Sakit Kartini (medik dan non medik)

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 3 | P a g e


BAB III

TATA LAKSANA

Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan resiko


infeksi dan menginplementasikan strategi untuk menurunkan resiko infeksi. Rumh sakit
melakukan asesmen dan melayani pasien menggunakan banyak proses yang sederhana
maupun kompleks, masing-masing terkait dengan tingkat resiko infeksi untuk pasien
dan staf. Rumah sakit satu atau lebih individu mengawasi seluruh kegiatan pelayanan
dan pengendalian infeksi. Individu tersebut kompoten dalam praktek pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diperoleh melalui prosedur didalam pelatihan atau sertifikat.
Rumah sakit menetapkan mekanisme koordinasi untuk seluruh kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang melibatkan dokter, perawat, dan tenaga lainnya sesuai ukuran
yang kompleksitas rumah sakit.

Rumah sakit menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung


program pencegahan dan pengendalian infeksi. Rumah sakit menyusun dan
mengharapkan program yang komprehensif untuk mengurangi resiko dari infeksi terkait
pelayanan kesehatan pasien dan tenaga pelayanan kesehatan diseluruh area pasien, staf
dan penunjung rumah sakit dimasukan dalam program pencegahan dan penggendalian
infeksi. Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasarkan resiko dalam menetapkan
fokus dari program pencegahan dan pengendalan infeksi dirumah sakit terkait pelayana
kesehatan.

Rumah sakit mengidentifikasi prosedur terkait dengan resiko infeksi dan


mengimplementasikan strategi untuk menurunkan resiko infeksi. Rumah sakit
menurunkan resiko infeksi dengan menjamin pembersihan peralatan dan sterilisasi yang
memadai serta menajemen londry dan linen yang benar.

Rumah sakit menurunkan resiko infeksi dengan pembuangan sampah yang


tepat. Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan
jarum. Rumah sakit mengurangi resiko infeksi difasilitas yang terkait dengan kegiatan
pelayanan makanan, pengendalian mekanik dan permesinan. Rumah sakit mengurangi

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 4 | P a g e


resiko infeksi difasilitas. Secara demolisi atau pembongkaran pembangunan dan
renovasi.

3.1 Tata Laksana Pencegahan Infeksi Pada Penggunaan Alat Steril


Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat pemakaian alat steril maka RS. Bangli
Medika Canti menetapkan untuk setiap alat steril dikemas sedemikian rupa dan
diberikan label yang berisi tanggal sterilisasi dan tanggal kadaluarsa. Adapun tata
laksana pelabelan dan pengemasan alat steril adalah sebagai berikut.
a. Pastikan bahan/alat sudah dikemas dengan baik sesuai metode pengemasan
yang dipilih oleh petugas label di ruang sterilisasi
b. Tempelkan label yang berisi informasi minimal : tanggal sterilisasi dan
tanggal kadaluarsa
c. Serahkan bahan/alat yang sudah berisi label ke petugas sterilisasi untuk
diproses lebih lanjut.
3.2 Tata Laksana penurunani risiko infeksi pada pengelolaan linen / laundry
1. Jenis linen di Rumah Sakit Umum Kartini dikualifikasikan menjadi linen bersih,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius
2. Untuk mencegah kontaminsi, pengangkutran linen menggunakan kantong linen
yang berbeda, linen lotor dengan kantong linen berwarna hitam dan linen kotor
infeksius dengan kantong linen kuning.
3. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan / desinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko
selama bekerja.
3.3 Tata Laksana penurunani risiko infeksi pada pengelolaan sampah
1. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a. Semua limbah berisiko tinggi harus diberi label / tanda yang jelas.
b. Wadah / container diberi alas kantong plastik dengan warna : kuning untuk
limbah medis, hitam untuk limbah non medis.
c. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan >24 jam di ruang TPS
d. Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh (cukup ¾)

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 5 | P a g e


e. Wadah / container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, ,udah dibersihkan dan berada ditempat yang
terlindungi bintang atau serangga.
2. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan
tusukan (safety box).
3. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “safety box”.
4. pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali dalam 1 hari.
5. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan ditempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit Umum Kartini
bekerjasama dengan pihak ketiga.
6. Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker, sepatu boot, apron atau pelindung mata.
7. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan
telaah Tim PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
3.4 Tata Laksana penurunani risiko infeksi pada penyediaan makanan
1. Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi makanan
minuman, alat, lingkungan produksi dan hygiene perorangan penjamah
makanan.
2. Semua bahan mkanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada pasien,
pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman standar prosedur pelayanan
Unit Gizi agar terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi melalui
makanan.
3. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu
penyimpanan disesuaikan dengan jenis makanan.
4. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans hygiene
pribadi berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan
dibawah tanggung jawab Tim K3RS.

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 6 | P a g e


5. Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala
selama 6 (enam) bulan sekali.
3.5 Tata Laksana penurunani risiko infeksi pada kamar jenazah
1. Pemindahan jenazah dari ruang perawatan :
a. Proses pemindahan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Kewaspadaan
Standar
b. Aspek budaya dan agama harus diperhatikan. Keluarga pasien yang ingin
melihat jenazah setelah dipindahkan dari ruang perawatan juga harus
menerapkan Kewaspadaan Standar.
c. Penanganan semua jenazah petugas harus menggunakan APD yang sesuai.
2. Perawatan jenazah di kamar jenazah :
a. Petugas kamar jenazah harus melakukan Kewaspadaan Standar, melakukan
kebersihan tangan yang benar dan menggunakan APD yang sesuai dengan
resiko pajanan sekret / cairan tubuh pasien.
b. Setelah selesai perawatan jenazah temapat sdan ruangan wajib dilakukan
dekontaminasi.
3. Pembersihan dan desinfeksi kamar jenazah sesuai dengan ketentuan pandauan
Pengelolaan Kamar Jenazah
4. Pentalaksanaan limbah dan linen kamar jenazah sesuai dengan ketentuan
panduan Pengelolaan Kamar Jenazah.
5. Pemulasaraan jenazah harus dilakukan sesegera mungkin, tidak melebihi batas
waktu 4 jam, dan sebagai transit.

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 7 | P a g e


BAB IV

DOKUMENTASI

1. Adanya risk register dan strategi penurunan infeksi


2. Laporan audit kepatuhan penerapan kewaspadaan resiko infeksi

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO 8 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai