Kelompok :2
Kelas :A
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse, digunakan sebagai
obat luar (1). Jurnal ini membahas tentang pembuatan losio yang mengandung sarang
burung walet putih sekaligus menguji efektivitasnya sebagai pencerah kulit.
Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam ditanggapi
dengan banyaknya produk bahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik
dan pencegahan penyakit. Dari sekian banyak bahan alami salah satu yang dipercaya
untuk memperputih kulit adalah sarang burung wallet putih.
Sarang burung wallet putih mengandung EGF (Epidermal Growth Factor)
yang diketahui dapat mempercepat metabolism susunan lapisan kulit serta
menghidupkan sel-sel kulit mati dan rusak. EGF telah banyak diaplikasikan dalam
formulasi sediaan seperti losio. Agar memiliki konsistensi yang baik dan dapat
dituang, viskositas losio diatur oleh bahan pengental. Dalam penelitian ini digunakan
karaginan sebagai bahan pengental. Karaginan terbukti memiliki kelebihan dibanding
setil alcohol yang umumnya digunakan dalam sediaan kosmetik yaitu dapat
mempertahankan kelembaban kulit dan dapat meningkatkan kesehatan kulit.
II. PREFORMULASI
Sarang burung wallet putih mengandung EGF (Epidermal Growth Factor)
yang diketahui dapat mempercepat metabolisme susunan lapisan kulit serta
menghidupkan sel-sel kulit mati dan rusak. Karaginan sebagai bahan pengental agar
losio memiliki konsistensi yang baik dan dapat dituang. Asam stearat dan paraffin
cair sebagai fase minyak, sedangkan fase air yaitu gliserin, trietanolamin, larutan
karaginan, dan akuades. Metil paraben berfungsi sebagai pengawet. Selain sebagai
fase air trietanolamin juga berperan sebagai emulgator.
III. FORMULASI
Formulasi dari lotio sarang wallet putih terdiri dari sarang wallet, asam stearat,
trietanolamin, karaginan, gliserin, paraffin cair, metal paraben, pewangi, dan akuades.
IV. PERHITUNGAN
Formula A
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
0,5
Karaginan = x 100 gram = 0,5 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,1 = 53,9 ml
Formula B
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
0,75
Karaginan = x 100 gram = 0,75 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,35 = 53,65 ml
Formula C
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
1
Karaginan = x 100 gram = 1 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,6 = 53,4 ml
V. CARA PEMBUATAN
Pertama-tama sarang burung wallet putih dibersihkan dari bulu dan kotoran
yang menempel. Kemudian direndam dengan 20 ml air hingga mengembang.
Selanjutnya dikukus pada suhu rendah (maksimum 72oC) selama 10-15 menit agar
kandungan proteinnya tidak rusak. Selanjutnya dihaluskan dengan blender. Sarang
burung wallet yang telah halus kemudian dibagi menjadi 3 dengan konsentrasi yaitu
10%, 20%, dan 30%. Setelah itu, masing-masing konsentrasi dicampur dengan
gliserin 5 gram.
Berdasarkan jurnal, losio dibuat sebanyak 300 gr dan dibuat replikasi. Fase
minyak (asam stearat, dan parffin cair) dipisahkan dari fase air (gliserin,
trietanolamin, larutan karaginan dan akuades). Karaginan sebelumnya dilarutkan
terlebih dahulu kedalam beberapa bagian air. Lalu sisa air ditambahkan dalam
campuran fase air. Fase air dan fase minyak dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-
75oC. Kedua fase dicampurkan pada suhu 70oC. Pengadukan dilakukan hingga kedua
fase homogen dan mencapai suhu 40oC. Sarang burung wallet putih kemudian
dimasukkan sedikit demi sedikit lalu ditambahkan metal paraben dan pewangi gerus
hingga homogen.
Uji Ph
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui losio yang dihasilkan dapat
diterima kulit atau tidak. Losio harus mendekati pH kulit yaitu 4,5-6,5 agar tidak
mengiritasi. pH terlalu basa menyebabkan kulit kering dan bersisik, jika terlalu asam
dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Losio A, B, dan C memiliki pH yang sama
yaitu 5,6. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan karaginan dalam rentang
konsentrasi yang tidak berbeda jauh sehingga tidak memberi perbedaan pH yang
signifikan. Hasil pengukuran pH selama satu bulan ditunjukkan pada gambar 7.
Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa losio A memiliki pH yang stabil
sedangkan losio B dan C mengalami penurunan. Penurunan pH dapat disebabkan oleh
hidrolisis ikatan glikosidik yang dapat terjadi dalam kondisi asam. Hidrolisis ikatan
glikosidik akan menghasilkan asam galakturonat. Semakin banyak polisakarida maka
asam galakturonat yang dihasilkan juga semakin banyak. Losio B dan C mengalami
penurunan Ph kemudian konstan dan kembali menurun. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pengaruh sabun anionic yang terbentuk dari asam stearat dan
trietanolamin yang berfungsi sebagai pengatur pH sediaan. Kemungkinan asam yang
terbentuk pada losio B dan C tak lagi dapat diseimbangkan oleh sabun anionic.
Sehingga adanya asam tersebut menyebabkan pH menurun.
Hasil uji Kruskal-Wallis pada losio B dan C adalah p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan Ph yang signifikan selama masa penyimpanan. Namun penurunan
Ph yang terjadi masih berada dalam prasyarat pH yang digunakan untuk losio
sehingga masih aman digunakan.
VII. KEMASAN
Dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk (anonim, 1979).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI; Jakarta
2. Agustina Lina, Liza Pratiwi dan Wintari Taurina. 2014. Formulation Of Skin
Lightening Lotion Form Edible White Birds’ Nests (Aerodramus fuciphagus)
Dengan Karaginan Sebagai Bahan Pengental. Jurnal Farmasi Universitas
Tanjungpura.