Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOSMETOLOGI

“FORMULATION OF SKIN LIGHTENING LOTION FROM EDIBLE WHITE BIRDS’


NESTS (Aerodramus fuciphagus) DENGAN KARAGINAN SEBAGAI BAHAN
PENGENTAL”

Nama : Nilta Dizzania G1F014009

Afifah Dwi Rahmatika G1F014027

Eling Bunga Nurani G1F014031

Ismah Maziya G1F014033

Bina Maraya L. G1F014051

Kelompok :2

Kelas :A

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015
I. PENDAHULUAN
Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse, digunakan sebagai
obat luar (1). Jurnal ini membahas tentang pembuatan losio yang mengandung sarang
burung walet putih sekaligus menguji efektivitasnya sebagai pencerah kulit.
Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam ditanggapi
dengan banyaknya produk bahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik
dan pencegahan penyakit. Dari sekian banyak bahan alami salah satu yang dipercaya
untuk memperputih kulit adalah sarang burung wallet putih.
Sarang burung wallet putih mengandung EGF (Epidermal Growth Factor)
yang diketahui dapat mempercepat metabolism susunan lapisan kulit serta
menghidupkan sel-sel kulit mati dan rusak. EGF telah banyak diaplikasikan dalam
formulasi sediaan seperti losio. Agar memiliki konsistensi yang baik dan dapat
dituang, viskositas losio diatur oleh bahan pengental. Dalam penelitian ini digunakan
karaginan sebagai bahan pengental. Karaginan terbukti memiliki kelebihan dibanding
setil alcohol yang umumnya digunakan dalam sediaan kosmetik yaitu dapat
mempertahankan kelembaban kulit dan dapat meningkatkan kesehatan kulit.

II. PREFORMULASI
Sarang burung wallet putih mengandung EGF (Epidermal Growth Factor)
yang diketahui dapat mempercepat metabolisme susunan lapisan kulit serta
menghidupkan sel-sel kulit mati dan rusak. Karaginan sebagai bahan pengental agar
losio memiliki konsistensi yang baik dan dapat dituang. Asam stearat dan paraffin
cair sebagai fase minyak, sedangkan fase air yaitu gliserin, trietanolamin, larutan
karaginan, dan akuades. Metil paraben berfungsi sebagai pengawet. Selain sebagai
fase air trietanolamin juga berperan sebagai emulgator.

III. FORMULASI
Formulasi dari lotio sarang wallet putih terdiri dari sarang wallet, asam stearat,
trietanolamin, karaginan, gliserin, paraffin cair, metal paraben, pewangi, dan akuades.
IV. PERHITUNGAN
 Formula A
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
0,5
Karaginan = x 100 gram = 0,5 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,1 = 53,9 ml
 Formula B
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
0,75
Karaginan = x 100 gram = 0,75 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,35 = 53,65 ml

 Formula C
30
Sarang wallet = x 100 gram = 30 gram
100
2,5
Asam Stearat = x 100 gram = 2,5 gram
100
1
Tea = x 100 gram = 1 gram
100
1
Karaginan = x 100 gram = 1 gram
100
5
Gliserin = x 100 gram = 5 gram
100
7
Paraffin cair = x 100 gram = 7 gram
100
0,1
Metal paraben = x 100 gram = 0,1 gram
100
Pewangi = 3 tetes
Aquades = 100 – 46,6 = 53,4 ml

V. CARA PEMBUATAN
Pertama-tama sarang burung wallet putih dibersihkan dari bulu dan kotoran
yang menempel. Kemudian direndam dengan 20 ml air hingga mengembang.
Selanjutnya dikukus pada suhu rendah (maksimum 72oC) selama 10-15 menit agar
kandungan proteinnya tidak rusak. Selanjutnya dihaluskan dengan blender. Sarang
burung wallet yang telah halus kemudian dibagi menjadi 3 dengan konsentrasi yaitu
10%, 20%, dan 30%. Setelah itu, masing-masing konsentrasi dicampur dengan
gliserin 5 gram.
Berdasarkan jurnal, losio dibuat sebanyak 300 gr dan dibuat replikasi. Fase
minyak (asam stearat, dan parffin cair) dipisahkan dari fase air (gliserin,
trietanolamin, larutan karaginan dan akuades). Karaginan sebelumnya dilarutkan
terlebih dahulu kedalam beberapa bagian air. Lalu sisa air ditambahkan dalam
campuran fase air. Fase air dan fase minyak dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-
75oC. Kedua fase dicampurkan pada suhu 70oC. Pengadukan dilakukan hingga kedua
fase homogen dan mencapai suhu 40oC. Sarang burung wallet putih kemudian
dimasukkan sedikit demi sedikit lalu ditambahkan metal paraben dan pewangi gerus
hingga homogen.

VI. EVALUASI SEDIAAN KOSMETIK


 Uji organoleptis
Lotio A, B, dan C yang diahsilkan berwarna putih susu, tidak berbau, dan
mudah dituang. Selama penyimpanan 1 bulan tidak terjadi perubahan warna dan bau.
Namun, terjadi perubahan konsistensi pada lotio A dan B. konsistensi lotio A berubah
menjadi encer pada hari ke-25 sehingga sulit diaplikasikan ke kulit. Konsistensi lotio
B berubah menjadi agak encer pada hari ke-30. Perubahan tersebut terjadi pada lotio
B tidak terlalu encer seperti lotio A sehingga masih mudah digunakan di kulit.
Konsistensi dipengaruhi oleh viskositas. Lotio C lebih dapat mempertahankan
konsistensi karena penurunan viskositas pada lotio C tidak terlalu jauh. Semakin
tinggi viskositas menunjukkan adanya ikatan yang kuat antar molekul penyusun lotio.
Penampakan fisik lotio pada hari ke-0 dapat dilihat pada gambar 2, dan pada hari ke-
30 dapat dilihat pada gambar 3.

 Uji daya sebar


Tujuan uji daya sebar untuk mengetahui luas penyebaran losio saat
dioleskan pada kulit. Berdasarkan gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan luas
penyebaran diantara ketiga formula. Sediaan dengan viskositas yang tinggi lebih sulit
mengalir dikarenakan adanya gaya kohesi yang besar antar molekul basis sediaan
sehingga losio sulit menyebar dan cenderung mengumpul. Sebaliknya losio yang
memiliki viskositas yang rendah akan lebih mudah mengalir sehingga lebih mudah
menyebar.
Hasil uji One way ANOVA terhadap stabilitas daya sebar semua losio
diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
daya sebar losio dari hari pertama pembuatan hingga satu bulan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa losio A, B dan C memiliki daya sebar yang tidak stabil. Daya sebar
losio uji mengalami peningkatan seiring waktu penyimpanan. Hal ini berkaitan
dengan viskositas, dimana penurunan viskositas menyebabkan daya sebar meningkat
karena sediaan lebih mudah mengalir.

 Uji Daya Lekat


Tujuan uji daya lekat untuk mengetahui lamanya lotio dapat melekat
dikulit. Berdasarkan gambar 5 menunujukkan bahwa terdapat perbedaan daya lekat
pada lotio A, B dan C. Secara umum dengan bertambahnya harisemua lotio uji
mengalami peningkatan waktu lekat disbanding hari 0. Secara teori daya lekat
semakin menurun dengan penurunan viskositas. Namun, data yang diperoleh
menunjukkan data yang fluktuatif. Hal ini kemungkinan karena kondisi suhu yang
berbeda signifikan pada hari pengujian.
Hasil uji Kruskall-Wallis terhadap stabilitas daya lekat lotio A diperoleh
nilai p<0,05 yang berarti terdapat perubahan daya lekat yang signifikan. Hasil uji On
Way ANOVA terhadap lotio B dan C diperoleh nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak
ada perubahan yang signifikan selama penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa lotio
yang mememiliki daya lekat stabil adalah losio B dan C.
 Uji Viskositas
Pengukuran viskositas untuk mengetahuitingkat kekentalan losio. Syarat
viskositas losio menurut SNI 16-4399-1996 yaitu antara 20-500 Poise. Berdasarkan
gambar 6 semua losio mengalami penurunan viskositas. Pada losio A1, A2, dan A3
mengalami penurunan viskositas yang ekstrim pada hari 30. Penurunan
viskositaspada losio B1, B2, B3 pada hari ke-10 hingga hari ke-30 tidak terjadi
perubahan yang berbeda jauh. Hal ini juga terlihat pada losio C. Menurut teori,
viskositas akan mengalami perubahan selama 5-15 hari setelah pembuatan kemudian
relative konstan. Penurunan viskositas selama masa penyimpanan disebabkan
perubahan suhu ruang dan tipe emulsi. Peningkatan suhu menyebabkan jarak antar
partikel lebih besar sehingga gaya antar partikel berkurang, akibatnya viskositas
menurun. System emulsi minyak dalam air cenderung mengalami penurunan
viskositas akibat penyerapan air dari udara sekitar oleh bahan higroskopis dalam
formula. Terjadinya penyerapan air dari luar dapat terjadi dikarenakan pada setiap
melakukan pengujian losio dikeluarkan dari wadah sehingga terpapar udara.
Sedangkan peningkatan viskositas sisebabkan oleh terjadinya penguapan air. Semakin
tinggi konsentrasi karaginan maka viskositas semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh
semakin banyak gugus hidrofil yaitu gugus hidroksil dan gugus ester sulfat yang
dapat mengikat air lebih banyak sehingga semakin kental. Mekanisme kekentalan
yaitu adanya gaya tolak-menolak antar gugus yang bermuatan negative yaitu gugus
sulfat disepanjang rantai polimer sehingga rantai molekul menegang dan kaku lalu
menarik molekul air sehingga viskositas meningkat. Perubahan viskositas masih
berada dalam rentang yang diperbolehkan. Namun, pada losio A sulit untuk
digunakan pada kulit karena terlalu encer.

 Uji Ph
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui losio yang dihasilkan dapat
diterima kulit atau tidak. Losio harus mendekati pH kulit yaitu 4,5-6,5 agar tidak
mengiritasi. pH terlalu basa menyebabkan kulit kering dan bersisik, jika terlalu asam
dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Losio A, B, dan C memiliki pH yang sama
yaitu 5,6. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan karaginan dalam rentang
konsentrasi yang tidak berbeda jauh sehingga tidak memberi perbedaan pH yang
signifikan. Hasil pengukuran pH selama satu bulan ditunjukkan pada gambar 7.
Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa losio A memiliki pH yang stabil
sedangkan losio B dan C mengalami penurunan. Penurunan pH dapat disebabkan oleh
hidrolisis ikatan glikosidik yang dapat terjadi dalam kondisi asam. Hidrolisis ikatan
glikosidik akan menghasilkan asam galakturonat. Semakin banyak polisakarida maka
asam galakturonat yang dihasilkan juga semakin banyak. Losio B dan C mengalami
penurunan Ph kemudian konstan dan kembali menurun. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pengaruh sabun anionic yang terbentuk dari asam stearat dan
trietanolamin yang berfungsi sebagai pengatur pH sediaan. Kemungkinan asam yang
terbentuk pada losio B dan C tak lagi dapat diseimbangkan oleh sabun anionic.
Sehingga adanya asam tersebut menyebabkan pH menurun.
Hasil uji Kruskal-Wallis pada losio B dan C adalah p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan Ph yang signifikan selama masa penyimpanan. Namun penurunan
Ph yang terjadi masih berada dalam prasyarat pH yang digunakan untuk losio
sehingga masih aman digunakan.

VII. KEMASAN

Dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk (anonim, 1979).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI; Jakarta
2. Agustina Lina, Liza Pratiwi dan Wintari Taurina. 2014. Formulation Of Skin
Lightening Lotion Form Edible White Birds’ Nests (Aerodramus fuciphagus)
Dengan Karaginan Sebagai Bahan Pengental. Jurnal Farmasi Universitas
Tanjungpura.

Anda mungkin juga menyukai