obstruksi jalan napas atas dan depresi pernapasan. Hemotoraks, pneumotoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest
dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
6. Penyakit akut paru: Penumonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pneumonia kimiawi
atau pneumonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronchial, atelectasis, embolisme paru dan edema
paru adalah beberapa konsisi lain yang menyebabkan gagal napas.
2.5 Klasifikasi
2.6 Patofisiologi
Gagal naps ada dua macam yaitu gagal napas akut dan gagal napas kronik dimana
masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal napas akut adalah gagal napas
yang timbul pada pasien yang paru nya normal secara structural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit muncul. Sedangkan gagal napas kronik adalah terjadi pada
pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronchitis kronik, emfisia dan penyakit paru
hitam (penyakit penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal napas akut biasanya paru-paru
kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal napas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indicator gagal napas telah frekuensi penapasan dan kapasitas vital. Frekuensi
pernapasan normal adalah 16-29x /menit. Bila lebih dari 20x / menit tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga
timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal napas penyebab terpenting adalah ventilasi tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan napas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,
stroke, tumor, toak, ensefaitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
Pada periode postoperative dengan anestesi bissa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik oplood. Pneumonia atau dengan penyakit paru-paru
dapat mengarah keg agal napa akut.
1. Pernafasan cepat
2. Gelisah
3. Anestesi
4. Bingung
5. Kehilangan konsentrasi
6. Takikardi
2.9 Penatalaksaan
1. Non Farmakologis
a. Bernafas dalam dengan bibir di kerutkan ke depan jika tidak di lakukan intubasi
dan ventilasi mekanis, cara ini dilakukan untuk membantu memelihara potensi
jalan napas.
2. Farmakologi
g. Pembatasan cairan pada kor pulmonal untuk mengurangi volume dan beban kera
jantung.
2.10 Komplikasi
1. Hipoksia jaringan.
2. Asidosis respirator kronis : kondisi medis dimanan pru-paru tidak dapat mengeluarkan
semua karbondioksida yang menghasilkan dalam tubu. Hal ini mengakibatkan
gangguan kesemibangan asam-basa dan membuat cairan tubuh lebih asam, terutama
darah.
3. Henti napas.
4. Henti jantung.