Anda di halaman 1dari 5

Sublimasi adalah wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat.

Bila partikel penyusun suatu zat


padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel tesebut akan berubah fase (ujud)
menjadi gas. Sebaliknya, blia suhu gas tersebut diturunkan dengan cara kendensasi, maka gas akan
segera berubah menjadi padat.Pada dasarnya sublimasi diterapkan untuk memisahkan suatu zat dari
pengotornya (impuritis) sehingga diperoleh zat yang lebih murni, kotoran biasanya akan tertinggal
dalam wadah akibat ketidakmampuannya dala menyublim. Syarat pemisahan campuran dengan
menggunakan sublimasi adalah pertikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang
besar, sehingga dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Seblimasi juga diartikan
sebagai proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap, kemudian uap tersebut dikondensasi
langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair.(Heru, 2013).

Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan antara dua cairan tidak
larut yang berbeda, umumnya air dan pelarut organik lainnya. Atau definisi ekstraksi adalah teknik yang
digunakan untuk memisahkan senyawa yang dicampur dengan senyawa lain (yang tidak diinginkan)
berdasarkan perbedaan kelarutan.

Secara umum, ekstraksi menggunakan jenis kelarutan suatu senyawa dalam pelarut yang diberikan. Ini
karena kelarutan senyawa tertentu dalam pelarut yang diberikan dapat dikontrol sesuai dengan sifatnya.
Oleh karena itu metode ekstraksi dikembangkan oleh ahli kimia untuk mendapatkan senyawa dengan
nilai kemurnian tinggi.

Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna ketika teknik pemisahan didasarkan
pada perbedaan dalam distribusi zat terlarut antara dua atau lebih pelarut yang dicampur. Secara
umum, zat terlarut yang diekstraksi tidak larut atau sedikit larut dalam pelarut, tetapi mudah larut
dengan pelarut lain.

Ekstraksi adalah teknik untuk memisahkan senyawa yang dicampur dengan senyawa lain berdasarkan
perbedaan kelarutan. Ekstraksi umumnya menggunakan kelarutan suatu senyawa dalam pelarut
tertentu.

Prinsip Dasar Ekstraksi

Prinsip dasar ekstraksi adalah mengambil keuntungan dari kelarutan zat yang berbeda untuk diekstraksi.
Campuran senyawa yang akan diekstraksi dilarutkan dalam pelarut. Pelarut yang digunakan memiliki
kemampuan untuk melarutkan senyawa yang diinginkan. Jika seperti pada contoh sebelumnya Anda
ingin mengonsumsi konten kafein dalam kopi bubuk gunakan pelarut berbasis air yang dapat
melarutkan kafein.
Dasar dari teknik ini didasarkan pada pengetahuan sederhana, di mana kita dapat memisahkan suatu
senyawa dari senyawa lain berdasarkan kelarutan suatu pelarut tertentu. Teknik ini menggunakan
pemahaman yang lebih dalam tentang kelarutan senyawa dalam pelarut dalam perkembangannya.
Seperti diketahui, kafein ini lebih larut dalam air pada suhu tinggi. Itu sebabnya air panas digunakan.
Suhu manipulasi dapat menyebabkan kelarutan menurun atau meningkat.

Jadi, dengan mengkondisikan pelarut atau sistem, kita dapat mengatur kelarutan suatu senyawa dalam
pelarut. Sehingga pelarutan atau pemisahan senyawa dapat dilakukan dengan teknik-teknik tertentu.

Bila suatu zat terlarut membagi diri menjadi dua cairan yang tidak campur ada suatu hubungan yang
pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa dalam keseimbangan. Nerst pertama kali memberi
pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi. Ketika pada tahun 1891 ia menunjukkan bahwa
suatu zat terlarut akan membagi dirinya menjadi antara dua cairan yang tidak dapat campur sedemikian
rupa hingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu
(Underwood, 2002).

Menurut hukum distribusi Nerst bila kedalaman dua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian solut
dengan dengan perbandingan tertentu. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut adalah
tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Soebagio,
2005):

KD = C2/C1 = C Organik/C air

Dimana KD : Ketetapan distribusi, C2, Co, C1, Ca adalah konsentrasi solut pada pelarut 1, 2 organik dan
air (Soebagio, 2005).

Angka banding distribusi menyatakan perbandinga konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik
(Fasa Organik) dan pelarut air (Fasa Air) jika suatu zat terlarut itu senyawa x maka rumus angkan
distribusi dapat ditulis (Soebagio, 2005):

D = Konsentrai Total senyawa X dalam fasa Oranik / Konsentrai Total Senyawa X dalam fasa air
Pada dasarnya koefiien distribusi dapat ditentukan apabila harga temperatur tetap. Dapat diketahu
besar masing-masing konsentrasi gugus bersangkutan dalam pelarut yang di pakai. Misalnya Iodin (I2)
larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam air pelarut organik seperti kloroform (CHCl3) atau karbon
tetra klorida (CCl4). Apabil kedalam larutan Iodin kedalam air ditambahkan salah satu pelarut organik
yang saling tidak bercampur dengan air tersebut, kemudian campuran larutan campuran di kocok
dengan kuat akan terjadi distribusi Iodin antara kedua pealrut tersebut. Sebagia besar Iodin larut dalam
pelarut oorganik. Hasil-hasil tersebut dapat di pakai dikemudian untuk menghitung harga Koefisien
Distribusi Iod dalam sistem Organik atau air (Day, 2002).

Daftar Pustaka

Setiono, 1985. Kimia Analisis. Jakarta: Bumi Aksara

Soebagio. 2005. Kimia Analisis II. Malang: UM Press

Underwood. 1989. Analisi Kimia Kuantutatif

Dalam proses ekstraksi terdapat teknik-teknik ekstraksi yaitu

a. Ekstraksi Bertahap

Alat yg digunakan : Corong pisah

Teknik ekstraksi bertahap Merupakan metode ekstraksi yang paling

sederhana. Pelaksanaan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah.metode-metode yang


digunakan dalam teknik ini adalah

1. Zat yang akan diekstrak dilarutkan di dalam air.

2. Dimasukkan ke dalam corong pisah.

3. Pelarut pengekstrak ( PelarutOrganik ) di masukkan ke dalam corong pisah.

4. Campuran dalam corong pisah tersebut dikocok berulang kali.

5. Kemudian didiamkan hingga beberapa saat terbentuk 2 lapisan.

Ekstraksi dengan cara ini akan lebih efektif jika dilakukan berulang kali menggunakan

pelarut organik dengan pelarut yang sedikit demi sedikit.

Gambar. Fasa organik dibagian atas dan fasa air ada dibagian bawah.
b. Ekstraksi Kontinue

Alat yg digunakan dalam ekstraksi kontinue yaitu : Ekstraktor Soxhlet

Ekstraksi kontinue adalah Ekstraksi yang dilakukan secara terus menerus.

Prinsip kerja ekstraksi teknik kontinue yaitu Di dalam soxhlet terjadi aliran kontinue ( terus menerus )
dari pelarut melalui zat yang akan diekstraksi dan Pelarut yang telah membawa zat yang terekstrak,
diuapkan, kemudian didinginkan, sehingga dapat digunakan lagi.

Cara kerja ekstraksi yaitu

1. Labu alas bulat di hubungkan dengan ekstraktor soxhlet dan dimasukkan ke dalam penangas air.

2. Sampel padat ( zat yang akan diekstraksi ) dihaluskan, dibungkus dengan kertas saring, kemudian
dimasukkan ke dalam ekstraktor soxhlet.

3. Tuang pelarut organik ke dalam ekstraktor soklet sampai penuh sehingga pelarut akan mengalir turun
ke dalam labu alas bulat (lakukan 2x).

4. Setelah selesai, hubungkan ekstraktor soxhlet dengan pendingin.

5. Kemudian dipanaskan. Ketika pelarut mendidih, uapnya akan naik.

6. ketika masuk ke pendingin , uap dari pelarut akan mengembun menjadi cair dan menetes ke dalam
soxhlet yang ada zat yang akan diekstrak.

7. Zat yang dinginkan akan larut.

8. Jika larutan pada alat soxhlet akan turun melalui pipa. Larutan akan mengalir ke bawah dan masuk
kembali ke labu alas bulat.

9. Proses tersebut terjadi secara berulang – ulang.

10. Pemanasan dilakukan sampailarutan di dalam soxhlet terlihat bening.

Gambar ekstrasi menggunakan tahan kontinue.

c. Counter Current Extraction

Alat yg digunakan : Counter Current Craig

Alat yang digunakan Tabung – tabung pengekstrak yang berfungsi sebagai corong pisah. Tabung –
tabung pengekstrak diberi nomor mulai dari nol setelah itu dilakukan pengocokan fasa yang ada
dilapisan atas dipindahkan ke tabung nomor berikutnya yang telah berisi fase lapisan bawah yang masih
baru.
Dalam melakukan ekstraksi menggunakan alat yang disebut dengan ekstraktor. Ada dua jenis
ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt.
kstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut
kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke
dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong
sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut
seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini
disebut dengan efek sifon.

Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut
naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian
pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa
efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain
itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet.

Anda mungkin juga menyukai