Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENANGGULANGAN PENYAKIT HEPATITIS


Diajukan Untuk Persyaratan Pengajuan Kenaikan Pangkat/Golongan

Disusun Oleh:
SRI HERLINAYANTI, S.Kep.,Ns
NIP. 19800205 200801 2 009

UPTD PUSKESMAS PUSAKANAGARA


Jl. By Pass Pusakanagara No. 130 Kecamatan Pusakanagara
Kabupaten Subang 41255
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Penanggulangan Penyakit Hepatitis”. Makalah ini dibuat untuk persyaratan

pengajuan kenaikan pangkat/golongan. Makalah ini berisi tentang Pengertian,

Tanda dan Gejala, Perilaku Beresiko terkena Infeksi Hepatitis, Pencegahan dan

Pengobatan Hepatitis. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. dr. Hj. Ratnasari selaku Kepala UPTD Puskesmas Pusaskanaga

2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-

rekan sebagai bahan perbaikan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pusakanagara, Januari 2020

Sri Herlinayanti, S.Kep.,Ns

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
1. Tujuan umum..................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II Tinjauan Teori..................................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Klasifikasi...........................................................................................................4
1. Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Fecal-Oral.......................................4
2. Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual.....................9
C. Tatalaksana Diet...............................................................................................20
1. Tujuan Diet...................................................................................................20
2. Prinsip Diet...................................................................................................21
3. Syarat Diet....................................................................................................20
4. Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan.......................................22
BAB III PENUTUP.....................................................................................................24
A. Simpulan.........................................................................................................243
B. Saran.................................................................................................................24
1. Bagi Penderita Hepatitis...............................................................................24
2. Bagi Petugas Kesehatan................................................................................25
3. Bagi Masyarakat Umum...............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia

termasuk Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. hepatitis A

dan E sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal oral

dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat

akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang)

ditularkan secara parenteral, dapat menajdi kronis dan menimbulkan cirrhosis

dan kanker hati. Virus Hepatitis menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di

sunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik,

sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta

orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal dunia setiap tahunnya

karena Hepatitis (PMK Nomor 53, 2015).

Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,

terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.

Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), studi dan uji saring darah dnor PMI maka

diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10 orang diantaranya telah

terinfeksi Hepatitis B atau C. sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta

penduduk Indonesia yang terkena Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya

berpotensi untuk kronis, dan dari yang kronis tersebut 14 juta orang bepotensi

4
menderita kanker hati. Karenanya Hepatitis berpengaruh terhadap angka

kesakitan, angka kematian, status kesehatan masyarakat, angka harapan hidup

dan dampak social ekonomi lainnya.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Masyarakat dapat mengetahui tentang pengertian Hepatitis, jenis-

jenis Hepatitis, perilakku beresiko terkena Hepatitis, upaya pencegahan

dan pengobatan Hepatitis.

2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat dapat mengetahui tentang pengertian Hepatitis

b. Masyarakat dapat mengetahui tentang jenis-jenis Hepatitis

c. Masyarakat mengetahui tentang perilaku beresiko terkena Hepatitis

d. Masyarakat mengetahui tentang upaya pencegahan

e. Masyarakat mengetahui tentang pengobatan Hepatitis

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh

berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan-bahan toksik.

Pada hepatitis virus, Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang,

yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik, dapat menyebabkab

sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara

permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami

regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang

bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak tersebut

dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang sehat.

Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab

mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur

ini masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti

memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga

ditemukan beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk jaringan

penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan

toksik, misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak

dapat beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel-sel yang rusak, fibroblast

yang kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan.

6
Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali

hepatosit berkurang.

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang

dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-

obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis adalah

peradangan dari sel-sel liver yang meluas/menyebar, hepatitis virus

merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan

peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi

dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral

(IV). Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau

terbukanya hepatotoxin, seperti industri toxins, alkohol dan pengobatan yang

digunakan dalam terapi medik.

Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati

(liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan

obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis,

hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis

akibat virus bisa akut (Hepatitis A) dapat pula hepatitis kronik (Hepatitis B,C)

dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( Hepatitis B dan C ).

hepatitis  yang biasanya disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis

alkoholik), dan obesitas serta gangguan metabolisme yang menimbulkan

Nonalkoholik Steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.

B. Klasifikasi

1. Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Fecal-Oral

7
a. Hepatitis A

1) Etiologi

Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan

melalui rute fecal-oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa

keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus

hepatitis darah. Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau

tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada

orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai dengan demam,

ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1

sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah

sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan

menular pada orang lain.

Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang

terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di

Negara dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan

makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit

pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.

Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang

menunjukan infeksi akut atau yang baru terjadi atau IgG yang

menunjukan infeksi yang sudah sembuh.

8
2) Cara Penularan

Penularan hepatitis A sering terjadi dari orang ke orang.

Virus ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi

dengan tinja orang yang terinfeksi. Selain itu hepatitis A dapat

terjadi pada masyarakat yang:

a) Kebersihan dan sanitasi Lingkungan

Rendahnya kualitas sanitasi lingkungan dan adanya

pencemaran terhadap sumber air atau makanan yang

dikonsumsi banyak orang mempermudah terjadinya penularan

dan kejadian luar biasa hepatitis A. Kebiasaan masyarakat yang

kurang memerhatikan kebersihan lingkungan seperti BAB di

sungai dapat meningkatkan penularah hepatitis A. Tinja yang

terkontaminasi hepatitis A akan mencemari lingkungan lain,

seperti air, tanah dan lain-lain.

b) Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi masyarakat akan

mempengaruhi ketersediaan air bersih dan perilaku hidup sehat

serta kemampuan untuk menyediakan atau memberikan

vaksinasi hepatitis A. Masyarakat dengan ekonomi sosial yang

rendah pada umumnya jarang memperhatikan kualitas air yang

di pakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air dengan

kualitas yang buruk bisa saja terkontaminasi virus hepatitis A.

Selain itu keluarga yang memiliki ekonomi sosial yang rendah

9
pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah pula

sehingga mereka tidak terlalu memikirkan betapa pentingnya

pemberian vaksinasi hepatitis A. Sehingga hepatitis a dapat

menular dengan cepat dari 1 orang ke orang lain.

c) Pola Hidup Bersih dan Sehat

Pola hidup bersih dan sehat merupakan hal yang sangat

mempengaruhi penularan hepatitis A. Polah hidup bersih dan

sehat yang rendah akan meningkatkan terjadinya penularan

virus hepatitis tipe A tersebut. Hepatitis A dapat dengan cepat

menular di tempat penitipan bayi, virus ini akan menular

dengan cepat ketika si pengasuh bayi tidak mencuci tangan

setelah mengganti popok bayi. Kesadaran mencuci tangan juga

sangat penting dalam menangani penularan virus hepatitis.

Kebiasaan buruk seperti berbagi makanan dan peralatan makan

dengan penderita hepatitis A juga sebagai salah satu media

penularan penyakit hepatitis A ini.

d) Gaya hidup

Gaya hidup di masyarakat juga merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya penyakit hepatitis. Kebiasaan memakan

sayur mentah, seperti lalapan akan meningkatnya kemungkinan

penularan penyakit hepatitis A. Bahan makanan seperti sayur

yang terkontaminasi virus hepatitis A jika di konsumsi virus

tersebut akan berpindah kepada manusia. Virus tersebut akan

10
menginfeksi manusia sehingga terjadi penyakit hepatitis.

(Aryana, 2015)

3) Tanda dan Gejala

Hepatitis A merupakan penyakit yang terutama menyerang

anak dan dewasa muda. Tanda dan gejala awal infeksi virus

hepatitis A sangat bervariasi dan tidak spesifik. Demam, kelelahan,

tindak nafsu makan, gangguan pencernaan dapat ditemukan pada

awal penyakit. Dalam waktu 1 minggu, beberapa penderita dapat

mengalami gejala kuning (ikterus), buang air kecil berwarna

seperti teh dan tinja berwarna pucat. Pada anak dibawah 5 tahun

umumny tidak memberikan gejala yang jelas dan hanya 10% yang

akan memberikan gejala kuning (ikterus). Pada anak yang lebih tua

dan dewasa gejala yang muncul biasanya lebih berat.

4) Pencegahan

Untuk mencegah penularan dari virus HAV, hal yang dapat

dilakukan adalah menjaga kebersihan asupan makanan yang kita

makan. Beberapa kebiasaan baik yang bisa dilakukan untuk tujuan

ini diantaranya adalah dengan membiasakan mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum makan, menjaga sanitasi makanan,

serta menghindari memakan makanan yang belum diketahui

kebersihan pengolahannya (makanan yang dijual dipinggir jalan,

dll). Selain itu, pencegahan penyakit Hepatitis A ini juga dapat

dilakukan dengan pemberian vaksin Hepatitis A. (Sari, 2008)

11
Upaya pencegahan penularan hepatitis A menururt WHO,

antara lain:

a) Hygiene perorangan yang baik, standar kulaitas tinggi untuk

persediaan air public dan pembuangan limbah saniter, serta

sanitasi lingkungan yang baik.

b) Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk

mencuci tangan sering, setelah buang air besar dan sebelum

menyiapkan makanan.

c) Imunisasi.

5) Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A

(HAV). Pengobatan diberikan secara suportif bukan langsung

kuratif. Medikasi yang mungkin dapat diberikan meliputi

analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin. Pencegahan baik

sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi lebih penting.Tidak

ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya

sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian farmakoterapi

adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi.

Farmakoterapi atau obat-obatan yang biasa digunakan adalah

antipiretik analgesik atau penghilang demam dan rasa sakit,

antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin. Tidak ada

terapi spesifik yang tersedia.

2. Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual

12
a. Hepatitis B

1) Etiologi

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B (VHB). Virus ini dapat ditemukan pada cairan tubuh

penderita seperti darah dan produk darah, air liur, cairan otak,

cairan vagina dan cairan tubuh lainnya. Namun tidak semuanya

memiliki kadar virus yang infeksius. Penyebab tertularnya

Hepatitis B biasanya lewat hubungan seksual tidak aman juga bisa

terjadi lewat penggunaan jarum suntik bekas penderita Hepatitis B,

transfuse darah yang terkontaminasi virus Hepatitis B, pembuatan

tattoo, penggunaan pisau cukur, sikat gigi, dan gunting kuku bekas

penderita Hepatitis B. sementara itu, berpelukan, berjabatan

tangan, atau berciuman dengan penderita Hepatitis B belum

terbukti mampu menularkan virus ini.

Virus Hepatitis B dapat masuk ke aliran darah dengan

inokulasi langsung, masa inkubasi virus ini berkisar Antara 30-180

hari dengan rata-rata 60-90 hari. Beberapa infeksi tidak terlihat

untuk mereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan

hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan,

arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat

terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Kematian

dikaitkan dengan keparahan mendekati 50%.

13
2) Cara Penularan

Didalam tubuh penderita hepatitis B, virus hepatitis berada

didalam darah dan cairan tubuh seperti semen (air mani) dan air

ludah maupun air susu. Menurut cara penularannya, penyebaran

VHB terjadi melalui tiga cara, yaitu penularan dari ibu ke bayi,

hubungan seksual dan melalui kulit (perkutan).

a) Penularan Ibu ke Bayi

Penularan VHB dari anak ke bayi dikenal sebagai transisi

perinatal atau vertical. Virus hepatitis B yang berasal dari ibu

menular ke bayinya saat hamil (melalui peredaran darah tali

pusar), proses melahirkan atau setelah melahirkan.

b) Hubungan Seksual

Selaput lender genitalia (vagina) dapat menjadi pintu

amsuk VHB. Hubungan seksual menjadi perantara masuknya

VHB ke pasangan. Penularan secara seksual lebih banyak

erjadi di negara edemisitas infeksi VHB rendah. Dalam sebuah

penelitain, 70% homoseksual terinfeksi VHB setelah lima

tahun melakukan hubungan seksual aktif. Pasagan penderita

infeksi VHB kronis beresiko tertular VHB. Pada umumnya

para pengidap VHB yang bersifaft carrier (hepatitis B carrier

inaktif) tidak memperlihatkan keluhan sama sekali. Hubungan

seksual berulang, berganti-ganti pasangan dengan orang yang

14
memiliki riwawyat pernah menderita penyakit seksual

mempermudah seseorang terjangkit infeksi VHB.

c) Sentuhan Kulit (perkutan)

Virus hepatitis B sapat ditularkan melalui kulit, yaitu

melalui tusukan disebut penualran parenteral (misalnya melalui

suntikan, akupuntur, transfuse darah, hemodialysis, tatto,

tindik, dan sebagainya) serta melalui goresan/abrasi kulit.

Infeksi VHB tidak ditularkan melalui makanan atau

minuman yang terkontamminasi dan hubungan social (bersalaman,

berbicara berhadapan). Berdasarkan pola penularan tersebut, dapat

dipahami bahwa individu yang berada dalam lingkungan tertentu

ataupun mempunyai kebiasaan tertentu, atau sedang menderita

penyakit beresiko tertular virus hepatitis B diantaranya, suami/istri

atau anggota keluarga penderita VHB kronis, petugas kesehatan

(dokter, perawat dan sebagainya).

3) Tanda dan Gejala

Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala sampai

gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. Pada hepatitis

akut gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu

seperti gejala influenza. Gejala itu berupa demam ringan, mual,

lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning, kencing berwarna

gelap, diare dan nyeri otot. Pada sebagian kecil gejala dapat

15
menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang mengakibatkan

kematian. Infeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa perinatal

dan balita biasanya asimtomatik dan dapat menjadi kronik pada

90% kasus. Sekitar 30% infeksi hepatitis B yang terjadi pada orang

dewasa akan menimbulkan ikterus dan pada 0,1-0,5% dapat

berkembang menjadi fulminan. Pada orang dewasa 95% kasus

akan sembuh dengan sempurna yang ditandai dengan

menghilangnya HBsAg dan timbul anti HBs.

Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih

lanjut biasanya gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit

tidak berat. Pada fase nonreplikatif masih dapat ditemukan

replikasi virus hepatitis B akan tetapi sangat sedikit sekali karena

ditekan oleh respons imun penderita. Sebagian pasien dengan

antigen negative dapat menjadi aktif kembali akan tetapi dengan e

antigen tetap negatif. Jadi karena itu terdapat 2 jenis hepatitis

kronik B yaitu hepatitis B kronik dengan HBeAg positif dan

hepatitis B kronik dengan HBeAg negative. Pasien yang

mengalami infeksi perinatal dapat pula menjadi hepatitis kronik

dengan HBeAg yang positif disertai dengan peningkatan ALT akan

tetapi sesudah waktu yang cukup lama (10-20/tahun).

4) Pencegahan

Pengendalian infeksi hepatitis B lebih mengutamakan pada

skrining darah donor dan wanita hamil, penggunaan jarum steril

16
dan peralatan bedah, menghindari hubungan seksual dengan

penderita karier hepatitis B dan tentu saja vaksinasi untuk semua

bayi yang lahir dan remaja yang cenderung termasuk resiko tinggi.

Sedangkan pemberian hepatitis B immunoglobulin diindikasiskan

hanya untuk spesifikasi setelah terekspose hepatitis B dan mampu

memberikan proteksi antara 3-6 bulan.

Pemberian vaksin dapat berupa immunoglobulin atau

komponen virus. Profilaktik untuk preexposure hepatitis B

diberikan pada tenaga kesehatan, pasien hemodialysis, petugas

pengembangan orang-orang cacat, penggunaan bat-obatan

terlarang, pelaku seks bebas, penderita yang membutuhkan

transfuse berulang, ibu hamil. Pemberian vaksin dapat diberikan

juga setelah terpapa dari hepatitis B tetapi pemberian berupa

rekmbinasi vaksin. Secarar umum cara-cara yang dapat dilakukan

untuk menghindari tertular hepatitis B adalah sebagai berikut:

a) Pemberian vaksinasi Hepatitis B adalah perlindungan terbaik.

Pemberian vaksinasi secara rutin direkomendasikan untuk

semua orang usia 0-18 tahun, bagi orang-orang dari segala usia

yang berada dalam kelompok resiko terinfeksi HVB, dan untuk

orang yang menginginkan perlindungan dari hepatitis B

b) Setiap wanita hamil, diwajibkan untuk tes hepatitis B, bayi

yang lahir dari ibu yang terinfeksi HVB harus diberikan HBIG

(hepatitis B immune globulin) dan vaksin dalam waktu 12 jam

lahir

17
c) Penggunaan kondom lateks dalam berhubungan seksual

d) Jangan berbagi peralatan pribadi yang mungkin terkena darah

penderita, seperti pisau cukur, sikat gigi dan handuk

e) Pertimbangan risik jika anda akan membuat tato atau menindik

tubuh

f) Jangan mendonorkan darah, organ atau jaringan jika anda

positif memiliki HBV

g) Jangan menggunakan narkoba suntik.

5) Pengobatan

Prinsip tatalaksana Hepatitis B adalah suportif dan

peamntauan perjalanan penyakit. Padal awal periode simtomatik,

dianjurkan tirah baring. Rawat inap pada keadaan gastroenteritis

dehidrasi, kesulita masukan peroral, titer SGOT-SGPT > 10 kali

nilai batas atas normal, atau bila terdapat kecurigaan terhadap

Hepatitis fulminant seperti kagulopati, ensefalopati.

Terapi suportif seperti bedrest dan diet nutrisi sangat

penting dilakukan terutam pada masa aktif penyakit.pemberian

kortikosteroid tidak dianjukran. Tidak ada tindakan lain yang

diperlukan ubtuk infeksi akut Hepatitis B. untuk penderita dengan

penyakit yang progresif terdapat dua pilihan terapi. Yang pertama

dengan α-interferon 5-6 juta unit/m2 luas permukaan tubuh

disuntikkan subkutan 3x/minggu selama 4-6 bulan, diharapkan

mampu menghambat replikasi virus pada 30-40% penderita.

18
Sedangkan obat yang kedua adalah lamivudine, suatu antivirus

yang diberikan secara oral dengan dosis 3 mg/kg/hr maksimal 100

mg per har selama 12 bulan. Pemberian obat lamivudine ini

menunjukkan keberhasilan pada 25% penderita indikasi kronis

Hepatitis B.

b. Hepatitis C

1) Etiologi

Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Hepatitis C (VHC) .Cara penularan VHC yang paling umum

adalah secara parenteral , yaitu berkaitan dengan penggunaan

bersama jarum suntik yang tidak steril terutama pada pengguna

obat-obatan terlarang, tato, tindik, penggunaan alat pribadi seperti

pisau cukur, sikat gigi bersama penderita, transfusi darah, operasi,

transplantasi organ, dan melalui hubungan seksual.

VHC adalah penyebab utama dari Hepatitis yang diderita

setelah transfusi darah. Walaupun begitu, peraturan yang

memperketat pemeriksaan darah bagi donor darah telah

menurunkan resiko infeksi secara drastis.

2) Cara Penularan

cara penularan VHC yang paling umu adalah secara

parenteral, ayitu berkaitan dengan penggunaan bersama jarum

suntik yang tidak steril terutama pada pengguna obat-obatan

terlarang, tato, tindik, penggunaan alat pribadi seerti pisau cukur,

19
sikat gigi bersama penderita, transfuse darah, operasi, transplantasi

organ, dan melalui hubungan seksual. VHC adalah penyebab

utama dari Hepatitis yang diderita setelah transfuse darah.

walaupun begitu, peraturan yang mempekuat pemeriksaan darah

bagi donor darah telah menurunkan risiko infeksi secara drastic.

penularan dapat terjadi dalam waktu 1 minggu atau lebih setelah

timbulnya gejala klinis yang pertama pada penderita.

Penularan vertical dari ibu ke bayi selama proses kelahiran

sangat jarang (sekitar 5-6%) dan menyusi tidak meningkatkan

risiko penularan VHC dari seorang ibu yang terinfeksi ke bayinya.

Hepatitis C tidak menular melalui jabat tangan, ciuman dan

pelukan.

3) Tanda dan Gejala

Sama seperti virus hepatitis yang lain, HCV dapat

menyebabkan suatu penyakit hepatitis akut yang kemungkinannya,

sulit dibedakan dengan hepatitis virus akut lain. Akan tetapi gejala-

gejalanya hanya dilaporkan terjadi pada 15% kasus sehingga,

diagnosisnya harus tergantung pada positifnya hasil pemeriksaan

anti-HCV atau pemeriksaan HCV RNA yang biasanya terdeteksi

lebih awal sebelum munculnya antibody anti-HCV (serokonversi).

Masa inkubasi hepatitis C umumnya sekitar 6-8 minggu

(berkisar antara 2-26 minggu) pada beberapa pasien yang

20
menunjukkan gejala malaise dan jaundice dialami oleh sekitar 20-

40% pasien. Peningkatan kadar enzim hati (SGPT > 5-15 kali

rentang normal) terjadi pada hampir semua pasien. Selama masa

inkubasi ini, HCV RNA pasien bisa positif dan meningkat hingga

munculnya jaundice. Selain itu juga bisa muncul gejala-gejala

fatique, tidak napsu makan, mual dan nyeri abdomen kuadran

kanan atas. Dari semua individu dengan hepatitis C akut, 75-80%

akan berkembangmenjadi infeksi kronis.

Infeksi HCV sangat jarang terdiagnosis pada saat infeksi

fase akut. Manifestasi klinis bisa saja muncul dalam waktu 7-8

minggu (dengan kisaran 2-26 minggu) setelah terpapar dengan

HCV, namun sebagian besar penderita umumnya tidak

menunjukkan gejala atau kalaupun ada hanya menunjukkan gejala

yang ringan. Pada kasus-kasus infeksi akut HCV yang ditemukan,

gejala-gejala yang dialami biasanya jaundice, malaise, dan nausea.

Infeksi berkembang menjadi kronik pada sebagian besar penderita

dan infeksi kronik biasanya tidak menunjukkan gejala. Hal ini

menyebabkan sangat sulitnya menilai perjalanan alamiah infeksi

HCV.

4) Pencegahan

Sampai saat ini belum tersedia vaksin Hepatitis C, maka

pencegahan non-spesifik lebih diprioritaskan dalam membatasi

penularan VHC. Darah yang didapat dari donor darah harus

21
diperiksa secara ketat untuk memastikan darah tersebut bebas

VHC. Selain itu, prinsip-prinsip kewaspadaan universal juga harus

diterapkan secara sempurna dan konseling untuk memeriksaan diri

harus dilaksanakan pada kelompok-kelompok risiko tinggi.

Penderita-penderita yang diketahui menderita Hepatitis C harus

mendapat konseling untuk mengubah perilaku dan untuk memutus

rantai infeksi Hepatitis C. Edukasi yang bisa diberikan mencakup:

a. Tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau cukur.

b. Menutup luka yang terbuka agar darah tidak tersentuh orang

lain.

c. Penderita yang menggunakan obat-obatan terlarang injeksi

sebainya, dan bila tidak bias, penderita diminta tidak

menggunakan jarum suntik dan alat-alat lain yang berhubungan

dengan darah secara bergantian dan untuk membuang jarum

bekas ke tempat khusus yang mencegah orang lain tertusuk

secara tidak sengaja.

d. Tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ, ataupun

sperma.

5) Pengobatan

Pengobatan Hepatitis C khususnya kronik pada dasarnya

adalah menggunakan interferon atau ribavirin. Interferon

monoterapi saja tidak dianjurkan karena relative rendahnya angka

keberhasilan terapi. Interferon telah dibuktikan untuk dapat

22
menormalkan tes hati, memperbaiki peradangan hati dan

mengurangi replikasi virus pada hepatitis C kronisdan dianggap

sebagai terapi baku untuk hepatitis C kronis. Interferon-alpha

diberikan subkutan dengan dsis 3 juta unit 3 kali seminggu dalam

24 bulan.

Terapi kombinasi dengan pegylated interferon dan ribavirin

selama 24 atau 48 minggu seharusnya menjadi terapi pilihan bagi

pasien yang kambuh setelah pengobatan interferon.

C. Tatalaksana Diet

Diet hati merupakan diet yang diberikan pada penderita hepatitis akut yang

nafsu makannya cukup, menurut kondisinya penyakit dan keluhan pasien, makanan

diberikan dalam bentuk lunak/biasa.

1. Tujuan Diet

Memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita penyakit

hati dengan biaya murah, gua mempercepat perbaikan faal hati tanpa

memberatkan pekerjaannya, dengan cara:

a. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mecegah kerusakan lebih

lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa

b. Mencegah katabolisme protein

c. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila

kurang

23
d. Mencegah atau mengurangi asites varises esovagus dan hipertensi

portal

e. Mencegah koma hepatic.

2. Prinsip Diet

a. Tinggi Energi

b. Protein diberikan cukup

c. Lemak diberikan cukup

d. Karbohidrat diberikan cukup

3. Syarat Diet

Syarat-syarat diet hepatitis adalah sebagai berikut:

a. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberikan

bertahap dengan keammpuan pasien, yaitu 30-40 kkal/kg BB/hari

b. Protein cukup, yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari agar tidak terjadi anabolisme

protein. Pada kasus hepatitis fluminan dengan nekrosis dan gejala

ensefalopati yang disertai peningaktan amoniak dalam darah,

pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu

sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan karena

kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak

melalui feses, namun sering menimbulkan keluhan berupa rasa

kembung dan penuh.

c. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total dalam bentuk

mudah cerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami

steatorea, gunakan asam leamk dengan asam leamk rantai sedang

24
Medium Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini tidak

membutuhkan aktivitas dan asam empedu dalam proses absorpsinya.

Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi

imun da proses sintesis lemak.

d. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila

perlu berikan suplemen B kompleks, C dan K serta mineral seng dan

zat besi bila anemia.

e. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dana sites. Bila

pasien diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.

f. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.

g. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau

makanan biasa sesuai dengan kemampuan saluran cerna

(Almatsier,2007)

4. Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

a. Makanan Yang dianjurkan

1) Sumber hidrat arang seperti nasi, havermount, roti putih dan umbi-

umbian

2) Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam,tempe,tahu,kacang-

kacangan

3) Sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas

4) Makanan yang gmengandung hidrat arang tinggi dan mudah cerna serti

sari buah, selai, sirup, manisan dan madu

5) Mengonsumsi banyak air yang difilter

6) Minum jus lemon segar setiap pagi dan sore yang diikuti dengan jus

sayuran adalah salah satu yang disarankan untuk penderta gangguan hati

25
b. Makanan Yang Tidak Dianjurkan

Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati adalah sumber lemak, yaitu

semua makanan dan daging yang mengandung lemak dan santan serta bahan

makanan yang menmbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,

ketimun, durian dan nangka.

Bahan makanan yang harus dihindari atau dibatasi, diantaranya:

1) Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging

kambing, jeroan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/margarine,

minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare atau gudeg.

2) Makanan kaleng (yang diawetkan) seperti, sarden dan koned.

3) Lue cemilan berlemak seperti kue tart, gorengan, fast food.

4) Bahan makanan yang menimbulakn gas, seperti ubi, kacang merah, kol,

sawi, lobak, mentimun, durian dan nangka.

5) Bumbu yang merangsasng, seperti cabe, bawang, merica, cuka dan jahe.

6) Minuman yang mengandung alcohol dan soda.

26
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera

ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan

hepatitis. Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah,

saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan

secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan

horizontal dalam keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di

masyarakat berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya

hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material

penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan

dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan

meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan

Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.

B. Saran

1. Bagi Penderita Hepatitis

Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan

secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati.

Dan perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan

keluarga klien yang belum megetahui bahaya dan cara pencegahan

hepatitis sedini mungkin dengan memperhatikan pola makan yang sehat,

menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi

27
lingkungan sekitar dan yang paling penting adalah melakukan

vaksinasi( suatu zat/antigen yang jika disuntikan ke dalam antibodi

terhadap antigen tersebut).

2. Bagi Petugas Kesehatan

Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya

seperti hepatitis ini, tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita.

Karena jalur penularan terutama lewat suntikan, maka setiap kali

melakukan prosedur injeksi harus yakin bahwa jarumnya steril. Yang

praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali pakai

buang).

3. Bagi Masyarakat Umum

Masyarakat yang belum terdeteksi atau terjangkit penyakit

Hepatitis, diharapkan untuk tetap memperhatikan perilaku hidup bersih

dan sehat seabgai langkah kewaspadaan dini agar terhindar dari penularan

virus Hepatitis baik HAV, HBV, HCV dan virus lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Daft Chandrasoma, parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran

EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Kemenkes RI. 2013. Buku Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus. Jakarta:

Direkotorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.

https://www.informasikedokteran.com/2018/04/hepatitis-akut.html

https://books.google.co.id/books?

id=FkrNVS7cuRAC&printsec=frontcover&dq=hepatitis+pdf&hl=id&sa=X&ved

=0ahUKEwiw8oPrrNrnAhUHOisKHVc-

Dk0Q6AEINzAB#v=onepage&q&f=true

https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

hepatitis.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai