Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

W DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA PERILAKU KEKERASAN PADA
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG
FLAMBOYAN RSJ MENUR PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh :
Diana Nurfarida 1930018 Mia Iscahayaningsih 1930052
Dwi Rizqi P 1930022 M Masrur S 1930055
Edy Ernawan 1930024 Nenyy Lutfi A 1930059
Eka Elis R 1930025 Nova Novidawati 1930060
Elysabeth O P 1930026 Qiftia Fatmatuz 1930069
Emanuela E S 1930027 Raden Mochammad 1930070
Fani Alfika 1930029 Riska Utama 1930075
I Gede Adi W 1930037 Rismawati 1930076
Ika Yulia 1930040 Siti Fatmawati 1930081
Lila Watingrum 1930047 Sugeng Santoso 1930084
Martha Ayu 1930050 Yuli Nurhayati 1930093

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Perilaku Kekerasan”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 5 Desember 2019

Penulis

i
iii

DAFTAR ISI

Halaman Depan
Kata Pengantar ................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat ................................................................................ 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan........................................................... 3
2.2 Etiologi ................................................................................ 8
2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................11
2.4 Pohon Masalah ................................................................................12
2.5 Penatalaksanaan Medis....................................................................... 12
2.6 Pengkajian Keperawatan..................................................................... 14
2.7 Diagnosa Keperawatan....................................................................... 23
2.8 Intervensi Keperawatan.................................................................. 24
Bab III Tinjauan Kasus................................................................................ 25
Bab IV Pembahasan
4.1 Pengkajian ................................................................................ 53
4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................... 55
4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................... 55
4.4 Implementasi Keperawatan................................................................. 56
4.5 Evaluasi ................................................................................ 58
Bab V Penutup
5.1 Simpulan ................................................................................
5.2 Saran ................................................................................

ii
iv

Daftar Pustaka ................................................................................


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat yang membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya : memaki-maki orang disekitarnya, membanting–banting barang,
mencederai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda motor.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif
dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian
dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah
laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan
pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang
timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan
memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah
sampai tinggi, yaitu agresif yang memperlihatkan permusuhan keras dan
menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman
tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera,
terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi
secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam
penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan
dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan
perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi
perilaku marah yang konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, kami menulis makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Perilaku Kekerasan”.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apakah pengertian dari perilaku kekerasan?
1.2.2 Apakah etiologi dari perilaku kekerasan?
1.2.3 Bagaimanakah tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
1.2.4 Bagaimanakah pohon masalah dari perilaku kekerasan?
1.2.5 Bagaimanakah penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan?
1.2.6 Bagaimanakah pengkajian dari perilaku kekerasan?
1.2.7 Apakah diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku kekerasan?
1.2.8 Apa sajakah intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa perilaku
kekerasan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari perilaku kekerasan
1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
1.3.4 Untuk mengetahui pohon masalah dari perilaku kekerasan
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan
1.3.6 Untuk mengetahui pengkajian dari perilaku kekerasan
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku
kekerasan
1.3.8 Untuk mengetahui intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa
perilaku kekerasan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan perilaku
kekerasan agar memudahkan mahasiswa mengaplikasikannya dalam menyikapi
masalah yang didapat ketika praktik di Rumah Sakit.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan


Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah
hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon
terhadap perasaan terancam baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, 2002).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan :
1. Respon emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat
dan dirasakan sebagai ancaman.
2. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
3. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.

Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive


behaviour) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada
perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan
agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan,
kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah yang dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau
menghukum yang berupa tindakan menyerang, merusak, hingga membunuh.
Agresi tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain,
agresivitas terhadap diri sendiri, serta penyalahgunaan narkoba hingga tindakan
bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi. Perilaku kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, maka perilaku
kekerasan dapat dibagi menjadi dua menjadi perilaku kekerasan verbal dan fisik
(Stuart dan Sundeen, 1995).

3
4

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap


kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Sedangkan menurut
Depkes RI, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penyakit Jiwa
Jilid 1 edisi 1, halaman 52 tahun 1996, marah adalah pengalaman emosi yang kuat
dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat. Kemarahan yang
ditekan atau berpura-pura tidak marah akan mempersulit diri-sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung
dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan /
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan
Sundeen,1995).
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang
dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan, sedangkan respon
maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma social dan budaya lingkungannya.
Rentang kemarahan dapat berfluktasi dalam rentang adaptif sampai
maladaptif. Rentang respon kemarahan (Keliat, 2003) dapat digambarkan sebagai
berikut :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Ngamuk


(kekerasan)

Assertif Mengungkapkan marah Karakter assertif sebagai berikut :


tanpa menyakiti, melukai 1. Moto dan Kepercayaan : yakni bahwa
perasaan orang lain, tanpa diri sendiri berharga demikian juga
merendahkan harga diri orang lain. Assertif bukan berarti selalu
orang lain menang, melainkan dapat menangani
5

situasi secara efektif. Aku punya hak,


demikian juga orang lain.
2. Pola komunikasi : efektif, pendengar
yang aktif. Menetapkan batasan dan
harapan. Mengatakan pendapat sebagai
hasil observasi bukan penilaian.
Mengungkapkan diri secara langsung
dan jujur. Memperhatikan perasaan
orang lain.
3. Karakteristik : tidak menghakimi.
Mengamati sikap daripada menilainya.
Mempercayai diri sendiri dan orang
lain. Percaya diri, memiliki kesadaran
diri, terbuka, fleksibel, dan akomodatif.
Selera humor yang baik, mantap,
proaktif, inisiatif. Berorientasi pada
tindakan. Realistis dengan cita-cita
mereka.
4. Isyarat bahasa tubuh (non-verbal cues),
terbuka, dan gerak-gerik alami. Atentif ,
ekspresi wajah yang menarik, kontak
mata yang langsung, percaya diri.
Volume suara yang sesuai. Kecepatan
bicara yang beragam.
5. Isyarat Bahasa (Verbal Cues)
a. “Aku memilih untuk...”
b. “Alternatif apa yang kita miliki?”
6. Konfrontasi dan Pemecahan Masalah
a. Bernegosiasi, menawar, menukar,
dan kompromi
b. Mengkonfrontir, masalah pada saat
terjadi
c. Tidak ada perasaan negatif yang
muncul.
7. Perasaan yang dimiliki, yaitu :
6

antusiame, mantap, percaya diri dan


harkat diri, terus termotivasi, tahu
dimana mereka berdiri (Keliat, 1996)
Gaya komunikasi dengan Pendekatan yang harus dilakukan terhadap
orang assertif orang-orang dengan karakter assertif ini
adalah :
1. Hargai mereka dengan mengatakan
bahwa pandangan yang akan kita
sampaikan barangkali telah pernah
dimiliki oleh mereka sebelumnya.
2. Sampaikan topik dengan rinci dan jelas
karena mereka adalah pendengar yang
baik.
3. Jangan membicarakan sesuatu yang
bersifat penghakiman karena mereka
adalah orang yang sangat menghargai
setiap pendapat orang lain.
4. Berikan mereka kesempatan untuk
meyampaikan pokok-pokok pikiran
dengan tenang dan runtun.
5. Gunakan intonasi suara variatif karena
mereka menyukai hal ini.
6. Berikan beberapa alternatif jika
menawarkan sesuatu karena mereka
tidak suka sesuatu yang berifat kaku.
7. Berbicaralah dengan penuh percaya diri
agar dapat mengimbangi mereka.
Frutasi Adalah respon yang timbul Frustasi dapat dialami sebagai suatu
akibat gagal mencapai tujuan ancaman dan kecemasan. Akibat dari
atau keinginan. ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
Pasif Sikap permisif / pasif adalah Salah satu alasan orang melakukan permisif
respon dimana individu tidak / pasif adalah karena takut / malas / tidak
mampu mengungkapkan mau terjadi konflik.
perasaan yang dialami , sifat
tidak berani mengemukakan
7

keinginan dan pendapat


sendiri, tidak ingin terjadi
konflik karena takut akan
tidak disukai atau menyakiti
perasaan orang lain.
Agresif Sikap agresif adalah sikap Perilaku agresif sering bersifat menghukum,
membela diri sendiri dengan kasar, menyalahkan, atau menuntut. Hal ini
melanggar hak orang lain termasuk mengancam, melakukan kontak
fisik, berkata-kata kasar, komentar
menyakitkan dan juga menjelek - jelekkan
orang lain dibelakang. Sikap agresif
merupakan perilaku yang menyertai marah
namun masih dapat dikontrol. Orang agresif
biasanya tidak mau mengetahui hak orang
lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan
kepentingan sendiri. Agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan
menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberi kata ancaman tanpa niat
melukai.Umumnya klien masih dapat
mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
Kekerasan Disebut sebagai gaduh Perilaku kekerasan ditandai dengan
gelisah atau amuk menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman melukai
disertai melukai di tingkat ringan dan yang
paling berat adalah melukai merusak secara
serius. Klien tidak mampu mengendalikan
diri . mengamuk adalah rasa marah dan
bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini, individu
dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Keliat, 2002).
2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
8

a. Faktor Psikologis
Psyschoanalytical Theory : Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-agression Theory : Teori yang dikembangkan oleh
pengikut Freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk
mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi prilaku yang dirancang
untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi, hampir
semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku
agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif :
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu
memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh
dari pengalaman tersebut :
1) Kerusakan otak organik dan retardasi mental sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif
2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
masa kanak-kanak atau seduction parental yang mungkin telah
merusak hubungan saling percaya dan harga diri
3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child
abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga
membentuk pola pertahanan atau koping.
b. Faktor Sosial Budaya
Sosial Learning Theory, teori ini mengemukakan bahwa agresi
tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan, maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi,
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara
9

agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa


internal atau eksternal. Contoh internal: orang yang mengalami
keterbangkitan seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif
dibandingkan mereka yang tidak menonton, seorang anak yang marah
karena tidak boleh beli es krim kemudian ibunya memberinya es agar si
anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah,
maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal:
seorang anak menunjukkan prilaku agresif setelah melihat seseorang
dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap sebuah
boneka. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu individu
untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus binatang ternyata menimbulkan
prilaku agresif. Perangsangan yang diberikan terutama pada impuls
periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan
cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, mengeram, dan hendak
menerkam tikus atau objek yang ada disekitarnya. Jadi, terjadi kerusakan
fungsi sistim limbic (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interprestasi indra
penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan
perilaku agresif: serotonin, dolpamin, norepinefrin, asetilkoin, dan asam
amino GABA. Factor-factor yang mendukung adalah : 1) masa kanak-
kanak yang tidak menyenangkan, 2) sering mengalami kegagalan, 3)
kehidupan yang penuh tindakan agresif, dan 4) lingkungan yang tidak
kondusif (bising, padat).

d. Perilaku
10

Reinforcment yang terima pada saat melakukan kekerasan dan


sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Keliat, 1996).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila
merasa dirinya terancam. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia
tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh
karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama
mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal.
Contoh stressor eksternal : serangan secara fisik, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh
dari stressor internal : gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang
dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut
perawat klien, maka factor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua, yakni :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang
percaya diri.
b. Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga,
konflik interaksi sosial.

Faktor presipitasi bersumber dari klien, lingkungan, atau interaksi


dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai atau pekerjaan , dan kekerasan merupakan factor penyebab lain.
Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula pemicu perilaku
kekerasan (Keliat, 1996).

2.3 Tanda dan Gejala


11

Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.
1. Data Subjektif :
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul / melukai
2. Data Objektif :
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Mengatup rahang dengan kuat
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Berdebat
i. Mondar-mandir
j. Memaksakan kehendak
k. Memukul jika tidak senang
l. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit
m. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua
pasien berada pada risiko tinggi
n. Memperlihatkan permusuhan
o. Melempar atau memukul benda atau orang lain.

Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda-tanda marah adalah sebagai


berikut :
a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah
(dendam), jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
12

c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,


meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan / kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat
e. Social : menarik diri, pengasingan , penolakan, kekerasan, ejekan,
dan humor.

2.4 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan Effect


lingkungan

Risiko Perilaku Kekerasan Core Problem

Gangguan Konsep Diri Causa

(Sumber : Keliat, B.A., 2009)

2.5 Penatalaksanaan Medis


1. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes RI
(2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
a. Clormromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizoprenia, mania depresif,
gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
13

b. Haloperidol (Haldol, Serenace)


Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles de la
Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku
berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi
6-15 mg untuk keadaan berat. Kontraindikasinya depresi system saraf
pusat atau keadaan koma, penyakit Parkinson, hipersensitif terhadap
haloperidol. Efek sampingnya sering mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah.
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanaanya manifestasi psikosa khususnya gejala
skioprenia.
d. ECT ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis
terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2. Masalah Keperawatan
Menurut Damayanti dan Iskandar (2014) masalah keperwatan adalah sebagai
berikut :
1. Perilaku Kekerasan
2. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Harga Diri Rendah Kronis
5. Isolasi Sosial
6. Berduka Disfungsional
7. Inefekif Proses Terapi
8. Koping Keluarga Inefektif
3. Tindakan keperawatan
Keliat (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien, yaitu :
a. Latihan secara non verbal / perilaku
14

Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak dan tidak
menyebabkan cedera pada klien itu sendiri seperti bantal, kasur, dst.
b. Latihan secara social atau verbal
bantu klien relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan
pernapasan 2 x / hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan napas.
Kemudian berteriak, menjerit untuk melepaskan perasaan marah. Bisa juga
mengatasi marah dengn dilakukan tiga cara, yaitu : mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar. Bantu melalui humor. Jaga humor tidak
menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan
diskusi cara umum yang sesuai.
c. Metode TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan jiwa. Selain itu, dinamika kelompok
tersebut membantu pasien meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi
perilaku maladaptif.
Secara umum fungsi kelompok adalah sebagai berikut.
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman.
2. Berupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain.
3. Merupakan proses menerima umpan balik.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi
satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin
satu persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu
sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependensi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi
terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk
menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain,
mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
15

pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan


meningkatkan hubungan interpersonal.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi


dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri (Keliat, 2009).
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah
wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi
marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung (Sumirta, 2013).
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah (Yosep, 2010).
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini
adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan
sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu
anggota kelompok lain.
16

d. Fokus pengkajian :
Alasan utama klien dibawa ke Rumah Sakit adalah perilaku kekerasan di
rumah.
1. Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan klien mengamuk
- Keluarga mengatakan klien marah-marah
- Keluarga mengatakan klien merusak barang-barang (memecah piring,
membanting gelas, dll)
- Keluarga mengatakan klien mengancam ataupun sampai melukai orang
lain, dsb.
- Keluarga mengatakan klien memiliki trauma masa kecil akibat
kekerasan dalam keluarga, pelecehan seksual.
- Keluarga mengatakan klien tidak mampu menerima keadaan dirinya
akibat sakit yang diderita, kecelakaan, kecacatan.
2. Data obyektif :
- Pada hasil observasi ditemukan adanya pandangan tajam, muka merah,
otot tegang, mengatupkan rahang dengan kuat, nafas pendek.
- Agitasi motoric : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam,
mengepalkan tangan , melempar barang, memukul dengan tinju kuat,
merampas, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas
motoric tiba-tiba (katatonia)
- Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata mengaau minta
perhatian, berdebat, meremehkan, bicara keras-keras, menunjukkan
adanya delusi pikiran paranaoid.
- Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah
terangsang, euphoria tidak sesuai atau berlebihan.
- Tingkat kesadaran : bingung, status mental berubah tiba-tiba,
disorientasi, kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.
17

e. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

Definisi : Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali


secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan / atau merusak
lingkungan.

Penyebab :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Perubahan status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan zat / alcohol

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif : Objektif :
1. Mengancam 1. Menyerang orang lain
2. Mengumpat dengan 2. Melukai diri sendiri / orang lain
kata-kata kasar 3. Merusak lingkungan
3. Suara keras 4. Perilaku agresif / amuk
4. Bicara ketus

Gejala dan Tanda Minor :


Subjektif : Objektif :
(tidak tersedia) 1. Mata melotot atau pandangan tajam
2. Tangan mengepal
3. Rahang mengatup
4. Wajah memerah
5. Postur tubuh kaku
18

Kondisi Klinis Terkait :


1. Attetion deficit / hyperactivity disorder (ADHD)
2. Gangguan perilaku
3. Oppositional defiant disorder
4. Gangguan Tourette
5. Delirium
6. Demensia
7. Gangguan amnestic
(SDKI, 2016)
19

f. Intervensi Keperawatan

Diagnosa PERENCANAAN
Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

Perilaku Kekerasan TUM : Klien tidak 1. Klien mau 1. BHSP (bina hubungan Membuka interaksi
mencederai diri membalas salam saling percaya) dengan salam dan
sendiri dan orang lain perkenalan akan
2. Klien mau berjabat 2. Beri salam, panggil memberikan kesan
TUK : Klien dapat
tangan nama dan berjabat yang baik pada
membina hubungan
saling percaya tangan klien agar klien
3. Klien mau
menyebutkan nama 3. Jelaskan tujuan maksud menegtahui
hubungan interaksi maksud dan tujuan
4. Klien mau ingin berteman interaksi
tersenyum

5. Klien mau kontak


mata

1. Klien dapat 1. Klien SP 1 (Pasien) Dengan mengenali


mengidentifikasi mengungkapkan tanda dan gejala
penyebab perasaannya 1. Beri kesempatan klien marah yang dialami
perilaku untuk klien dapat
kekerasan 2. Klien dapat mengungkapkan memperkirakan
mengungkapkan perasaannya kapan klien akan
2. Klien dapat penyebab perilaku marah, akibat yang
mengidentifikasi kekerasan 2. Bantu klien untuk
mengungkapkan terjadi, dan respon
tanda dan gejala
20

perilaku 3. Klien dapat penyebab perasaan ketika marah


kekerasan menyebutkan tanda jengkel/kesal sehingga dapat
dan gejala perilaku meningkatkan rasa
3. Klien dapat kekerasan 3. Observasi tanda dan awas terhadap diri
mengidentifikasi gejala perilaku sendiri
perilaku 4. Klien dapat kekerasan pada klien
kekerasan yang mengetahui cara
biasa dilakukan yang biasa 4. Bicarakan dengan
dilakukan untuk klien, bagaimana cara
4. Klien dapat mengontrol perilaku mengontrol perilaku
mendemontrasika kekerasan kekerasan
n cara fisik 2
(tarik nafas 5. Klien dapat SP 1 (Keluarga)
dalam) untuk melakukan 1. Mendiskusikan
mencegah pencegahan perilaku masalah yang
perilaku kekerasan dengan dirasakan keluarga
kekerasan menarik nafas dalam dalam merawat klien

2. Menjelaskan
penyebab, tanda dan
gejala klien dan proses
terjadinya perilaku
kekerasan

3. Menjelaskan cara
merawat pasien
dengan perilaku
21

kekerasan

Klien dapat Klien dapat SP 2 (Pasien) Sebagai latihan


mendemontrasikan mendemontrasikan cara untuk mengontrol
cara fisik 2 (memukul fisik 2 (memukul 1. Mengevaluasi jadwal marah dengan
bantal) untuk bantal) kegiatan harian klien memukul bantal
mencegah perilaku 2. Menjelaskan cara
kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan dengan
memukul bantal

3. Menganjurkan klien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

SP 2 (Keluarga)

1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat klien dengan
perilaku kekerasan

2. Melatih keluarga cara


merawat langsung
klien perilaku
kekerasan
22

Klien dapat 1. Klien dapat SP3 (Pasien) Sebagai cara


mendemonstrasikan menyebutkan cara mengontrol marah
cara fisik 3 (dengan bicara yang baik 1. Mengevaluasi jadwal dengan
cara verbal) untuk dalam mencegah kegiatan harian klien mengungkapkan
mencegah perilaku perilaku kekerasan. 2. Menjelaskan cara secara verbal
kekerasan Contoh : meminta, mengontrol perilaku dengan baik atau
menolak, dan kekerasan dengan cara melalui cerita
mengungkapkan verbal dengan orang lain.
perasaan dengan
baik 3. Menganjurkan klien
memasukkan ke dalam
2. Klien dapan jadwal kegiatan harian
mendemonstrasika
n cara verbal yang SP 3 (Keluarga)
baik
1. Melatih keluarga
3. Klien mempunyai mempraktekkan cara
jadwal untuk merawat klien dengan
melatih cara bicara perilaku kekerasan
yang baik
2. Melatih keluarga cara
4. Klien melakukan merawat langsung klien
evaluasi terhadap perilaku kekerasan
kemampuan cara
bicara yang sesuai
dengan jadwal
23

yang telah disusun

Klien dapat 1. Klien dapat SP 4 (Pasien) Sebagai cara


mendemonstrasikan menyebutkan mengontrol marah
cara fisik 4 (spiritual) kegiatan ibadah 1. Mengevaluasi jadwal dengan cara
untuk mencegah yang biasa kegiatan harian klien spriritual
perilaku kekerasan dilakukan sesuai 2. Menjelaskan cara
keyakinan masing- mengontrol perilaku
masing kekerasan dengan
2. Klien dapat spiritual
mendemonstrasikan 3. Menganjurkan klien
cara ibadah yang memasukkan ke dalam
dipilih jadwal kegiatan harian
3. Klien mempunyai SP 4 (Keluarga)
jadwal untuk
melatih kegiatan 1. Melatih keluarga
ibadah mempraktekkan cara
merawat klien dengan
4. Klien melakukan perilaku kekerasan
evaluasi terhadap
kemampuan 2. Melatih keluarga cara
melakukan kegiatan merawat langsung klien
ibadah perilaku kekerasan

Klien dapat 1. Klien dapat SP 5 (Pasien) Sebagai cara


mendemonstrasikan menyebutkan jenis, mengontrol
24

cara fisik 5 (minum dosis, waktu, warna 1. Mengevaluasi jadwal perilaku


obat) untuk mencegah dan manfaat obat kegiatan harian klien kekerasan/marah
perilaku kekerasan dengan tetap
2. Klien dapat 2. Menjelaskan cara meminum obat
mendemonstrasikan mengontrol perilaku secara teratur.
kepatuhan minum kekerasan dengan
obat sesuai jadwal meminum obat
yang ditetapkan
3. Menganjurkan klien
3. Klien mengevaluasi memasukkan ke dalam
kemampuannya jadwal kegiatan harian
dalam mematuhi
minum obat SP 5 (Keluarga)

1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat klien dengan
perilaku kekerasan

2. Melatih keluarga cara


merawat langsung klien
perilaku kekerasan
25

BAB 3
TINJAUAN KASUS

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


RS. JIWA MENUR PROVINSI JAWA TIMUR

RUANG RAWAT : Flamboyan TANGGAL DIRAWAT: 28/11/2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny W (L/P) Tanggal Pengkajian : 5/12/2019
Umur : 38 tahun RM No. : 04.19.XX
Informan : Klien dan Data RM

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan sering memukul, menendang, dan menjambak ibu kandung
tanpa sebab. Berbicara kotor, meresahkan warga sekitar, menangis dan tertawa
sendiri, malas mandi, dan sering telanjang dikarenakan tidak mau meminum obat
ketika di rumah.
Keluhan utama pasien mengatakan kesal kepada ibunya dan suami karena
membawa klien ke RS Jiwa Menur.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan masalah jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak
Berhasil
3. Pengalaman Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam Keluarga
Tindakan Kriminal

25
26

Jelaskan No. 1, 2, 3 : Klien pernah MRS gangguan jiwa dan pernah


MRS sebanyak 10 kali sejak tahun 2012 hingga sekarang MRS ke 11 pada
tahun 2019 bulan November. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena
klien tidak rutin meminum obat di rumah. Klien pernah mengalami aniaya
fisik oleh suaminya dan penolakan dalam keluarga oleh saudara kandungnya.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Paman Marah-marah tidak terkaji
Masalah Keperawatan: Perilaku kekerasan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pernah bercerai dengan suami pertama karena tindak KDRT dalam rumah
tangga, dan menikah dengan suami kedua juga mengalami tindak KDRT
Masalah Keperawatan: Perilau kekerasan

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 129/77 mmHg N: 102x/menit S: 37,1 C RR: 20
2. Ukur : TB: 158 cm BB: 81 kg
3. Keluhan Fisik Ya Tidak
Jelaskan : Klien tidak mengeluh adanya rasa sakit pada
tubuhnya, tidak ada temuan abnormal selama pemeriksaan B1-B6
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Klien mengatakan ibunya memiliki 4 orang anak, anak
ke 1, 2 dan 3 berjenis kelamin laki-laki. Anak ke 4
berjenis kelamin perempuan (klien).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
27

2. Konsep diri:
a. Citra tubuh : Klien mengatakan dirinya cantik, namun klien merasa
gendut
b. Identitas : Klien mengatakan bahwa dirinya perempuan, seorang
istri dan seorang ibu anak 1 (perempuan)
c. Peran : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu
dengan anak 1, dan seorang istri (menikah 2x) namun tidak dapat
melakukan peran ibu dan istri dirumah karena gangguan jiwa
d. Ideal diri : Klien mengatakan dirinya ingin kurus, klien berharap
tidak ingin marah-marah lagi
e. Harga diri : Klien ingin ibunya memaafkan dirinya karena telah
menendang dan memukul ibu
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial:
a. Orang terdekat : ibu karena menurut klien ibunya sayang dengan
dirinya dan begitu pula sebaliknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien mengikuti
kegiatan arisan bersama temannya dirumah, di RS klien mengikuti dengan
baik kegiatan terapi okupasi hari selasa, terapi spiritual hari kamis, aktif
mengikuti kegiatan olahraga sehari-hari dan mengikuti kegiatan TAK yang
dilakukan mahasiswa
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien suka marah jika
orang lain tidak mengikuti perintahnya atau menuruti kemauannya seperti
suka meminta kue pada orang lain dengan memaksa
Masalah Keperawatan : Resiko mencederai orang lain
4. Spiritual :
a. Nilai dari keyakinan : Klien mengatakan percaya kepada Allah SWT
b. Kegiatan beribadah : Klien beribadah sholat 5 waktu dan klien mengetahui
rokaat sholat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
28

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Penampilan klien rapi, klien suka berdandan dan
mengaca
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : Klien berbicara dengan keras dan mudah beralih
pembicaraan bila sudah bosan. Jawaban klien sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan
Masalah Keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : Klien sering mondar-mandir dan tidak bisa diam, duduk
sebentar, tiba-tiba mondar-mandir lagi
Masalah Keperawatan : Peningkatan psikomotor
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan sedih tidak ingin dibawa ke RSJ
Menur oleh ibu dan suaminya
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Klien berbicara tenang akan tetapi kadang-kadang
klien berubah ingin marah. Interaksi saat wawancara
29

klien selalu ingin diperhatikan dan klien suka


memonopoli pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Risiko tinggi cidera
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak Mata Kurang Defensif Curiga
Jelaskan : Klien berinteraksi dengan baik dan kooperatif, kontak
mata baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Pengihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Tidak ada gangguan halusinasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir
Sirkumstasial Tangensial Kehilangan Asosiasi
Fight of ideas Bloking Pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : pembicaraan klien lancar sesuai topik pertanyaan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Sikap pikir Kontrol pikir
Jelaskan : Tidak ada gangguan waham
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat Kesadaran


30

Bingung Sedasi Stupor


Disorientasi:
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Klien mengetahui tempat dia dirawat di RSJ Menur,
mengenal orang terdekat, mahasiswa maupun perawat,
dan mengetahui waktu pagi/siang/malam dan bisa
mambaca jam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat panjang Gangguan daya ingat pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, klien
mampu menceritakan kenangan masa kecil
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan : Klien dapat focus pada topik pembicaraan dan dapat
melakukan perhitungan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien mampu untuk menentukan alasan yang dapat
dinalar, dank lien dapat memutuskan bila lapar dia
akan makan, bila gerah dia akan mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Gaya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
31

Jelaskan : Klien menyalahkan ibuya yang mnegajak ke RSJ


menur sehingga klien mnegamuk dan menendang
ibunya
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan :
Makanan Ya Tidak
Keamanan Ya Tidak
Perawatan Kes. Ya Tidak
Pakaian Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Tempat Tinggal Ya Tidak
Uang Ya Tidak
Jelaskan : Klien mampu makan, berhias, berpakaian secara
mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari :
a. Perawatan diri :
Mandi Bantuan Minimal Bantuan total
Kebersihan Bantuan Minimal Bantuan total
Makan Bantuan Minimal Bantuan total
BAK/BAB Bantuan Minimal Bantuan total
Ganti Pakaian Bantuan Minimal Bantuan total
Jelaskan : Klien mampu melakukan perawatan diri seperti
mandi, makan, toileting secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
- Apakah anda puas dengan pola makan anda ? Ya Tidak
- Apakah anda makan memisahkan diri ? Ya Tidak
32

Jika Ya, jelaskan alasannya ? Klien puas dengan pola makan sekarang,
klien tidak memisahkan diri dengan teman yang lain saat makan
- Frekuensi makan sehari : 3x/hari, habis 1 nasi piring
- Frekuensi udapan sehari : tidak ada/diet
- Nafsu makan : meningkat
- Diet khusus : diet rendah kalori 2100
Jelaskan : Nafsu makan klien meningkat, selera makan
tinggi dan habis 1 porsi dengan diit rendah
kalori 2100
Masalah keperawatan : Obesitas
c. Tidur
Ya Tidak
1. Apakah ada masalah?
2. Apakah merasa segar setelah bangun tidur?

3. Apakah anda kebiasaan tidur siang?


Lamanya 9 jam
4. Apa yang menolong anda untuk tidur? Tidak Ada
5. Waktu tidur malam : Jam 20.00 WIB , Waktu bangun 06.00 WIB
Beri tanda √ sesuai dengan keadaan klien

1. Sulit untuk tidur

2. Bangun terlalu pagi

3. Semnabolisme

4. Terbangun saat tidur

5. Gelisah saat tidur

6. Berbicara dalam tidur

Jelaskan : Klien mengatakan tidak terbiasa tidur siang, agar saat


malam hari dapat tidur dengan nyenyak
Masalah : Tidak Ada Masalah Keperawatan
33

Keperawatan

3. Kemampuan klien dalam


Ya Tidak
1. Mengantisipasi kebutuhan sendiri. √
2. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri. √
3. Mengatur penggunaan obat. √
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up). √
Jelaskan : Klien mampu mengantisipasi kebutuhannya sendiri
seperti kebutuhan peralatan mandi maupun
berpakaian, mampu membuat keputusan berdasar
keinginan sendiri seperti makan, mau meminum
obat saat di RS dibantu perawat namun dirumah
tidak rutin meminum obat, rutin melakukan control
ke RSJ Menur sesuai anjuran dokter.
Masalah : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Keperawatan
5. Klien memiliki system pendukung
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga Teman sejawat
Professional/terapis Kelompok sosial
Jelaskan : Pasien memiliki system pendukung keluarga (ibu), teman, dokter,
perawat dan mahasiswa
6. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi
Ya Tidak

Jelaskan : pasien belum pernah bekerja yang menghasilkan uang


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
34

VIII. MEKANISME KOPING


Adatif Maladatif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyeesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok, klien mengatakan kakak kandung tidak
menerima keberadaannya, dan suami melakukan tindakan KDRT
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien mengatakan sering marah,
memukul tetangga dan sering telanjang sehingga banyak warga yang takut
3. Masalah dengan pendidikan, pendidikan terakhir klien SD
4. Masalah dengan pekerjaan, klien belum pernah bekerja
5. Masalah dengan perumahan, klien tinggal berdua bersama ibu kandung di
kontrakan
6. Masalah dengan ekonomi, klien memiliki masalah ekonomi karena suami
bekerja sebagai tukang sol sepatu
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, klien memiliki kartu BPJS dan fasilitas
kesehatan dekat dengan rumah
8. Masalah lainnya, tidak ada masalah yang spesifik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
35

Lainnya : Klien tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap gangguan


jiwa, dan tidak bisa menginduksi rentang respon stress
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan

XI. DATA LAINLAIN


Darah Lengkap (30-11-2019)
WBC 8,4 10^3/uL (4,8 – 10,8)
RBC 3,85 10^6/uL (4,2 – 6,1)
HGB 11,8 g/dL (12 – 18)
HCT 36,2 % (37 – 52)
MCV 94,0 fL (79 – 99)
MCH 30,6 PG (27 – 31)
MCHC 32,6 g/dL (33 – 37)
PLT 296 10^3/uL (150 – 450)
Faat Hati (30-11-2019)
SGOT 14 u/L (L: 37, P: 31)
SGPT 11 u/L (L: 40, P: 31)
Faal Ginjal (RFT)
BUN 7,2 mg/dL (45 – 23)
Creatinin 0,7 g/dL (L: 0,5-11, P: 0,6-12)
Gula Darah
Gula Darah Puasa (BSN) 95 mg/dL (75 – 115)

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : F 20.3 ( Skizofrenia tak terinci)
Terapi Medik :
1. Frimania 1 tab
2. THD 1 tab
3. Clozapine 100 mg
4. Rispenidone 3 mg
36

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Mencederai Orang Lain
4. Koping Tidak Efektif
5. Defisit Pengetahuan

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perilaku Kekerasan
37

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Gaduh Gelisah

Koping Individu Tidak Efektif

Koping Keluarga Tidak Efektif

Defisit Pengetahuan
38

ANALISA DATA SINTESA

NAMA : Ny. W
NIRM : 04.19.XX
RUANGAN : Flamboyan
Tgl Data Etiologi Masalah T.T
5/12/2019 Ds: Resiko mencederai diri sendiri, Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan dibawa ke RS orang lain dan lingkungan £
karena memukul dan menjambak
ibunya
Perilaku Kekerasan
Do:
1. Pasien sering marah-marah.
2. Pasien berbicara degan nada Harga Diri Rendah
tinggi.
3. Pasien sering melotot.
Gaduh Gelisah

Koping Individu Tidak Efektif

Koping Keluarga Tidak Efektif

Defisit Pengetahuan
39

RENCANA KEPERAWATAN JIWA


Nama Klien : Ny. W

NIRM : 04-19-XX

Bangsal/ Tempat : Ruang Flamboyan

PERENCANAAN
Diagnosa Tindakan Tindakan
Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Keperawatan Keperawatan
Pasien Keluarga

5- Perilaku TUM : Klien tidak 1. Klien mau SP 1 (Pasien) SP 1 (Keluarga) Membuka interaksi
12- Kekerasan mencederai diri membalas dengan salam dan
2019 sendiri dan orang salam 1. BHSP (bina 1. Mendiskusikan perkenalan akan
lain hubungan saling masalah yang memberikan kesan
2. Klien mau percaya) dirasakan yang baik pada
TUK :
berjabat tangan keluarga dalam klien agar klien
2. Beri salam, merawat klien
1. Klien dapat menegtahui
3. Klien mau panggil nama dan
membina maksud dan tujuan
menyebutkan berjabat tangan 2. Menjelaskan
hubungan saling
nama penyebab, tanda interaksi
percaya 3. Jelaskan tujuan dan gejala klien
4. Klien mau maksud dan proses
2. Klien dapat
tersenyum hubungan terjadinya Dengan mengenali
mengidentifikas
interaksi ingin perilaku tanda dan gejala
i penyebab 5. Klien mau berteman
40

perilaku kontak mata 4. Beri kesempatan kekerasan marah yang dialami


kekerasan klien untuk klien dapat
6. Klien mengungkapkan 3. Menjelaskan memperkirakan
3. Klien dapat mengungkapkan perasaannya cara merawat kapan klien akan
mengidentifik perasaannya pasien dengan marah, akibat yang
asi tanda dan 5. Bantu klien untuk perilaku terjadi, dan respon
gejala perilaku 7. Klien dapat mengungkapkan kekerasan ketika marah
kekerasan mengungkapkan penyebab
penyebab sehingga dapat
perasaan meningkatkan rasa
4. Klien dapat perilaku jengkel/kesal
mengidentifik kekerasan awas terhadap diri
asi perilaku 6. Observasi tanda sendiri
kekerasan 8. Klien dapat dan gejala
yang biasa menyebutkan perilaku
dilakukan tanda dan gejala kekerasan pada
perilaku klien
5. Klien dapat kekerasan
mendemontras 7. Bicarakan dengan
ikan cara fisik 9. Klien dapat klien, bagaimana
2 (tarik nafas mengetahui cara cara mengontrol
dalam) untuk yang biasa perilaku
mencegah dilakukan untuk kekerasan
perilaku mengontrol
kekerasan perilaku 8. Menjelaskan cara
kekerasan mengontrol
perilaku
41

10. Klien dapat kekerasan dengan


melakukan teknik traik napas
pencegahan dalam
perilaku
kekerasan
dengan menarik
nafas dalam

Klien dapat Klien dapat SP 2 (Pasien) SP 2 (Keluarga) Sebagai latihan


mendemontrasikan mendemontrasikan untuk mengontrol
cara fisik 2 cara fisik 2 1. Mengevaluasi 1. Melatih keluarga marah dengan
(memukul bantal) (memukul bantal) jadwal kegiatan mempraktekkan memukul bantal
untuk mencegah harian klien cara merawat
perilaku kekerasan klien dengan
2. Menjelaskan cara perilaku
mengontrol kekerasan
perilaku
kekerasan dengan 2. Melatih keluarga
memukul bantal cara merawat
langsung klien
3. Menganjurkan perilaku
klien kekerasan
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harian
42

Klien dapat 1. Klien dapat SP3 (Pasien) SP 3 (Keluarga) Sebagai cara


mendemonstrasika menyebutkan mengontrol marah
n cara fisik 3 cara bicara yang 1. Mengevaluasi 1. Melatih keluarga dengan
(dengan cara baik dalam jadwal kegiatan mempraktekkan mengungkapkan
verbal) untuk mencegah harian klien cara merawat secara verbal
mencegah perilaku perilaku klien dengan dengan baik atau
2. Menjelaskan cara perilaku
kekerasan kekerasan. mengontrol melalui cerita
Contoh : kekerasan dengan orang lain.
perilaku
meminta, kekerasan dengan 2. Melatih keluarga
menolak, dan cara verbal cara merawat
mengungkapkan langsung klien
perasaan dengan 3. Menganjurkan perilaku
baik klien kekerasan
memasukkan ke
2. Klien dapan dalam jadwal
mendemonstrasi kegiatan harian
kan cara verbal
yang baik

3. Klien
mempunyai
jadwal untuk
melatih cara
bicara yang baik
43

4. Klien
melakukan
evaluasi
terhadap
kemampuan
cara bicara yang
sesuai dengan
jadwal yang
telah disusun

Klien dapat 1. Klien dapat SP 4 (Pasien) SP 4 (Keluarga) Sebagai cara


mendemonstrasika menyebutkan mengontrol marah
n cara fisik 4 kegiatan ibadah 1. Mengevaluasi 1. Melatih keluarga dengan cara
(spiritual) untuk yang biasa jadwal kegiatan mempraktekkan spriritual
mencegah perilaku dilakukan sesuai harian klien cara merawat
kekerasan keyakinan klien dengan
2. Menjelaskan cara perilaku
masing-masing mengontrol kekerasan
2. Klien dapat perilaku
mendemonstrasi kekerasan dengan 2. Melatih keluarga
kan cara ibadah spiritual cara merawat
yang dipilih langsung klien
3. Menganjurkan perilaku
3. Klien klien kekerasan
mempunyai memasukkan ke
jadwal untuk dalam jadwal
44

melatih kegiatan kegiatan harian


ibadah

4. Klien
melakukan
evaluasi
terhadap
kemampuan
melakukan
kegiatan ibadah

Klien dapat 1. Klien dapat SP 5 (Pasien) SP 5 (Keluarga) Sebagai cara


mendemonstrasika menyebutkan mengontrol
n cara fisik 5 jenis, dosis, 1. Mengevaluasi 1. Melatih keluarga perilaku
(minum obat) waktu, warna jadwal kegiatan mempraktekkan kekerasan/marah
untuk mencegah dan manfaat harian klien cara merawat dengan tetap
perilaku kekerasan obat klien dengan meminum obat
2. Menjelaskan cara perilaku
mengontrol secara teratur.
2. Klien dapat kekerasan
mendemonstrasi perilaku
kan kepatuhan kekerasan dengan 2. Melatih keluarga
minum obat meminum obat cara merawat
sesuai jadwal 3. Menganjurkan langsung klien
yang ditetapkan perilaku
klien kekerasan
3. Klien memasukkan ke
dalam jadwal
45

mengevaluasi kegiatan harian


kemampuannya
dalam
mematuhi
minum obat
46

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Ny. W
NIRM : 04-19-XX
RUANGAN : Ruang Flamboyan
Hari/Tgl Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi T.T
Kamis Perilaku Kekerasan 15.00 S:
5/12/2019 1. Membina hubungan saling 1. klien mengatakan penyebab
£
percaya dengan klien marahnya adalah klien tidak mau
2. Mendiskusikan bersama klien dibawa ke rumah sakit
terkait penyebab perilaku “Saya itu gak mau dibawa ke rumah
kekerasan atau perasaan marah sakit, tapi kok tetap di bawa ke
3. Mendiskusikan bersama klien menur, ya saya ngamuk”.
terkait tanda dan gejala yang 2. Klien mengatakan menyesal telah
dirasakan klien saat marah menendang ibunya
4. Mendiskusikan bersama klien “Saya nyesel habis nendang ibu,
terakit jenis atau bentuk perilaku pasti sakit ketika saya tendang”.
kekerasan yang biasa dialkukan
kluen pada saat klien marah. O:
5. Mendiskusikan bersama klien 3. Nada bicara klien meninggi
terkait akibat yang ditimbulkan ketika mengatakan hal yang
karena jenis perilaku kekerasan membuatnya masuk RSJ Menur
yang dilakukan klien 4. Ketika diajak berbicara tentang
6. Mengajarkan cara mengendalikan alasan masuk RS, pasien
kekerasan dengan cara fisik mengepalkan tangan
47

pertama (Tarik nafas dalam) 5. Klien tampak tidak serius ketika


7. Menganjurkan klien cara untuk melakukan latihan Tarik nafas
latihan nafas dalam secara rutin dalam
dan memasukkan latihan ke dalam 6. Ketika dilakukan intervensi
jadwal kegiatan harian. klien tidak fokus

18.00 A:
Membantu dan mendampingi klien Masalah perilaku kekerasan belum
meminum obat : teratasi
Frimania 1 tab
THD 1 tab P:
Clozapine 100 mg Ulangi SP 1 Pasien latihan Tarik nafas
Risperidone 3 mg dalam diulangi

Jumat Perilaku Kekerasan 15.00 S:


6/12/2019 1. Mengajarkan kembali cara nafas Klien mengatakan sering lupa Tarik
£
dalam dengan menghirup nafas nafas dalam ketika emosinya naik dan
panjang melalui hidung, tahan merasa latihan itu tidak berguna untuk
nafas dan dihembuskan melalui dirinya
mulut secara perlahan. “saya itu lupa kalua harus Tarik nafas
2. Mengajak klien untuk nafas dala dalam ketika emosi, dan sepertinya itu
bersama sebanyak 5x tak berpengaruh sama saya karena saya
3. Menganjukan klien untuk latihan sudah tidak marah”
nafas dalam dan memasukkan ke O:
dalam jadwal kegiatan harian 1. Klien masih berbicara dengan nada
48

tinggi
18.00 2. Pasien dapat melakukan teknik
Membantu dan mendampingi klien Tarik nafas dalam ketika merasa
meminum obat : emosinya sedang naik akan tetapi
Frimania 1 tab pasien kadang lupa
THD 1 tab
Clozapine 100 mg A:
Risperidone 3 mg Masalah perilaku kekerasan belum
teratasi

P:
Intervensi SP 1 pasien dievaluasi dna
lanjutkan SP 2 pasien

Senin Perilaku Kekerasan 07.30 S:


9-12-2019 Menganjurkan klien untuk senam Klien sudah dapat mempraktekkan
£
pagi bersama Tarik nafas dalam dengan baik untuk
mengontrol emosinya.
08.20 “saya sudah tidak emosian mbak, saya
Menganjurkan klien untuk bisa mempraktekkan Tarik nafas dalam
mandi pagi seperti ini (sambil mempraktekkan)”
11.00 Klien mengatakan pukul bantal dapat
1. Menanyakan kepada klien apakah mengurangi emosinya ketika ingin
latihan nafas dalam setiap selesai marah
makan atau ketika ingin teringat O:
49

hal membuat marah rutin 1. Klien bisa focus ketika melakukan


dilakukan Tarik nafas dalam dan pukul bantal
2. Meminta klien untuk 2. Nada biaca klien sudah menurun
mempraktikkan kembali nafas 3. Klien dapat mempraktikkan Tarik
dlam bersama dengan mahasiswa nafas dalam
3. Menganjurkan klien untuk 4. Klien sering mondar-mandir
membayangkan sedang marah dan keliling ruangan
memukul bantal yang sudnag 5. Klien dapat mempraktikkan latihan
dipegang seperti yang pukul bantal dengan baik
dicontohkan kemarin A:
4. Mengajak klien untuk Masalah perilaku kekerasan belum
mendemonstrasikan kembali cara teratasi
pukul bantal bersama-sama P:
5. Mendiskusikan bersama klien Intervensi SP 2 pasien dievaluasi, dan
terkait pertemuan selanjutnya lanjutkan SP 3 pasien
untuk mengulangi latihan pukul
bantal dan mengungkapkan marah
secara verbal dengan baik

Selasa Perilaku kekerasan 15.00 S:


10/12/2019 1. Menanyakan kepada klien apakah Klien mengatakan sudah tidak marah
£
latihan nafas dalam setiap selesai marah lagi, dan kekita ingin marah klien
makan atau pukul bantal ketika hanya Tarik nafas dalam dan memukul
teringat hal yang membuat marah bantal
rutin dilakukan “mbak tadi saya mau marah karena
50

2. Meminta klien untuk lipstick saya diminta teman saya dan


mempraktikkan kembali nafas tidak ngomong saya, lalu saya Tarik
dalam dan pukul bantal bersama nafas dalam dan pukul bantal saja, lalu
dengan mahasiswa sudah tidak ingin marah-marah lagi.
3. Menganjurkan klien untuk Setelah itu saya ngomong ke teman saya
mengungkapkan marahnya jika ingin meminta lipstick bilang saja,
dengan baik secara vermal. nanti dikasih”.
Misalkan ada hal yang tidak ingin O:
dilakukan klien dapat menolaknya 1. Nada bicara klien tidak meninggi
dengan halus. Lau dija ada hal ketika bercerita hal yang sempat
yang tidak sesuai yang diharapkan membuatnya marah
klien dapat mengungkapkannya 2. Klien dapat mempraktikkan teknik
secara baik tanpa emosi yang pukul bantal secara mandiri
berlebih dan mengungkapkannya 3. Klien dapat mengontrol emosinya
tidak dengan nada tinggi. dengan berbicara langsung dengan
4. Menganjukan klien untuk latihan temannya yang membuat kesal
nafas dalam, pukul bantal dan setelah tenang
latihan verbal untuk memasukkan A:
ke dalam jadwal kegiatan harian Masalah perilaku kekerasan belkum
teratasi
P:
18.00 Evaluasi SP 3 pasien dan lanjutkan
Membantu dan mendampingi klien intervensi SP 4 pasien.
meminum obat :
Frimania 1 tab
51

THD 1 tab
Clozapine 100 mg
Risperidone 3 mg

Rabu Perilaku Kekerasan 07.30 S:


11-12- Mengajak klien untuk ikut senam Klien mengatakan bahwa dirinya sholat
£
2019 bersama untuk menenangkan pikiran dan
emosinya
08.30 “saya tadi sudah sholat dhuhur mbak,
Menganjurkan klien untuk mandi lalu kadang kalua saya ingin marah ya
saya wudhu, lalu beristighfar”.
10.30 O:
1. Menanyakan kepada klien apakah 1. Klien tampak telah melaksanakan
mengungkapkan emosi secara ibadah sholat dhuhur
verbal dengan baik sudah 2. Klien tidak marah-marah lagi
dilakukan ketika ada hal yang 3. Klien dapat bergaul dengan teman
tidak sesuai dengan keinginan dan yang lain tanpa ada tatapan tajam
harapannya 4. Klien tetap melakukan tindakan
2. Menganjurkan klien untuk Tarik nafas dalam, lalu pukul bantal
mengontrol emosinya dengan ketika ingin marah lalu klien ada
berwudhu, lalu sholat 5 waktu, mengambil wudhu dan beristighfar.
dan berdzikir setiap saat. A:
3. Menganjukan klien untuk Masalah perilaku kekerasan belum
berdzikir atau beristighfar setiap teratasi
saat untuk memasukkan ke P:
52

dalam jadwal kegiatan harian Evaluasi SP 4 pasien dan lanjutkan SP 5


pasien.
11.30
Mengajak klien untuk ikut serta
Terapi Aktivitas Kelompok bersama
dengan pasien lainnya.
53

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Didapatkan hasil pengkajian pasien mengatakan sering memukul,
menendang, dan menjambak ibu kandung tanpa sebab. Berbicara kotor,
meresahkan warga sekitar, menangis dan tertawa sendiri, malas mandi, dan sering
telanjang dikarenakan tidak mau meminum obat ketika di rumah. Saat dikaji
pasien mengatakan kesal kepada ibunya dan suami karena membawa klien ke RS
Jiwa Menur.
Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah
hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon
terhadap perasaan terancam baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Sedangkan menurut Stuart & Sudden Perilaku kekerasan atau agresif merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Ada Kesesuaian antara fakta dan teori dimana Ny.W melukai
seseorang dengan memukul, menendang, dan menjambak ibu kandung tanpa
sebab serta berbicara kotor, meresahkan warga sekitar.
Pada pengkajian faktor predisposisi pasien mengatakan pernah mengalami
gangguan jiwa dan pernah MRS sebanyak 10 kali sejak tahun 2012 hingga
sekarang MRS ke 11 pada tahun 2019 bulan November. Pengobatan sebelumnya
kurang berhasil karena klien tidak rutin meminum obat di rumah. Klien pernah
mengalami aniaya fisik oleh suaminya dan penolakan dalam keluarga oleh
saudara kandungnya. Klien juga pernah bercerai dengan suami pertama karena
tindak KDRT dalam rumah tangga, dan menikah dengan suami kedua juga
mengalami tindak KDRT
Terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya perilaku
kekerasan diantaranya yaitu Frustation-agression Theory dimana Teori yang
dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul
dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang
untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi, hampir semua

53
54

orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif. Secara


umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila merasa dirinya
terancam. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama
sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat berupa internal
ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal : serangan secara fisik, kehilangan
hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain.
Sedangkan contoh dari stressor internal : gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Ada
kesesuaian antara fakta dan teori , dimana Ny.W mengalami perilaku kekerasan
karena adanya stressor internal maupun eksternal seperti pernah mengalami
aniaya fisik oleh suaminya dan penolakan dalam keluarga oleh saudara
kandungnya dan Pernah bercerai dengan suami pertama karena tindak KDRT
dalam rumah tangga, dan menikah dengan suami kedua juga mengalami tindak
KDRT.
Pada Pengkajian tanda dan gejala pada kasus diatas Ny.W mengalami
peningkatan tekanan darah dan nadi. TD 129/77 mmHg, N: 102x/menit, S: 37,1
C, RR: 20. Ny.W berbicara dengan keras dan mudah beralih pembicaraan bila
sudah bosan, Klien sering mondar-mandir dan tidak bisa diam, duduk sebentar,
tiba-tiba mondar-mandir lagi, Klien suka marah jika orang lain tidak mengikuti
perintahnya atau menuruti kemauannya seperti suka meminta kue pada orang lain
dengan memaksa. Klien juga memukul, menendang, dan menjambak ibu kandung
tanpa sebab. Berbicara kotor, meresahkan warga sekitar, menangis dan tertawa
sendiri, malas mandi, dan sering telanjang dikarenakan tidak mau meminum obat
ketika di rumah.
Menurut Keliat (2002) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai
dari ungkapan pasien dan didukung dengan hasil observasi seperti ungkapan kata-
kata kasar, ungkapan ingin memukul / melukai, bicara kasar, mondar-mandir,
memaksakan kehendak, memukul jika tidak senang. Oleh karena terdapat
kesesuaian antara teori dan fakta bahwa Ny.W menunjukkan tanda dan gejala
perilaku kekerasan seperti ungkapan kata-kata kasar, ungkapan ingin memukul /
melukai, bicara kasar, mondar-mandir, memaksakan kehendak, memukul jika
tidak senang.
55

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan menurut Damayanti & Iskandar (2014) yang ada
pada Tinjauan Pustaka ada 8 yaitu :
1. Perilaku Kekerasan
2. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Harga Diri Rendah Kronis
5. Isolasi Sosial
6. Berduka Disfungsional
7. Inefekif Proses Terapi
8. Koping Keluarga Inefektif
Terdapat lima diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus yaitu :
1. Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Mencederai Orang Lain
4. Koping Tidak Efektif
5. Defisit Pengetahuan
Sedangkan diagnosa keperawatan tidak muncul pada kasus nyata tetapi
tetap pada tinjauan pustaka yaitu :
1. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Berduka Disfungsional
Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada
tinjauan kasus atau pada kasus nyata, karena diagnosa keperawatan pada tinjauan
pustaka merupakan diagnosa keperawtan secara umum sedangkan pada kasus
nyata diagnosa keperawatan disesuaikan dengan kondisi klinis secara langsung.

4.3 Intervensi Keperawatan


Pada kasus didapatkan bahwa intervensi yang diberikan adalah bina
hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perilaku kekerasan, identifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan, identifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, latian mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 (menarik
56

nafas dalam), latian mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 (memukul
bantal) untuk mencegah perilaku kekerasan, latian mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 3 (dengan cara verbal), latian mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 4 (spiritual), dan latian mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik 5 (minum obat).
Menurut Keliat & Akemat (2006) intervensi yang diberikan pada pasien
dengan perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan,
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 (menarik nafas dalam),
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 (memukul bantal) untuk
mencegah perilaku kekerasan, cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik 3 (dengan cara verbal), cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik 4 (spiritual), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 5
(minum obat). Terdapat kesesuaian antara teori dan fakta dimana hal yang paling
penting untuk mendekati pasien adalah dengan membina hubungan saling percaya
karena dengan cara tersebut perawat dapat lebih mengenaal dan dekat sehingga
dapat memberikan tindakan keperawatan yang sesuai.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan 5x24 jam dan didokumentasikan sesuai dengan
kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam intervensi keperawatan.
Pada Hari 1 dilakukan tindakan membina hubungan saling percaya dengan
klien, mendiskusikan bersama klien terkait penyebab perilaku kekerasan atau
perasaan marah, mendiskusikan bersama klien terkait tanda dan gejala yang
dirasakan klien saat marah, mendiskusikan bersama klien terkait jenis atau bentuk
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien pada saat klien marah,
mendiskusikan bersama klien terkait akibat yang ditimbulkan karena jenis
perilaku kekerasan yang dilakukan klien, mengajarkan cara mengendalikan
kekerasan dengan cara fisik pertama (Tarik nafas dalam), menganjurkan klien cara
untuk latihan nafas dalam secara rutin dan memasukkan latihan ke dalam jadwal
kegiatan harian, membantu dan mendampingi klien meminum obat
57

Pada Hari ke 2 dilakukan tindakan mengajarkan kembali cara nafas dalam


dengan menghirup nafas panjang melalui hidung, tahan nafas dan
dihembuskan melalui mulut secara perlahan, mengajak klien untuk nafas
dalam bersama sebanyak 5x, menganjukan klien untuk latihan nafas dalam dan
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian, membantu dan mendampingi
klien meminum obat.
Pada hari ke 3 dilakukan tindakan menanyakan kepada klien apakah
latihan nafas dalam setiap selesai makan atau ketika ingin teringat hal membuat
marah rutin dilakukan, meminta klien untuk mempraktikkan kembali nafas
dalam bersama dengan mahasiswa, menganjurkan klien untuk membayangkan
sedang marah dan memukul bantal yang sudnag dipegang seperti yang
dicontohkan kemarin, mengajak klien untuk mendemonstrasikan kembali cara
pukul bantal bersama-sama, mendiskusikan bersama klien terkait pertemuan
selanjutnya untuk mengulangi latihan pukul bantal dan mengungkapkan marah
secara verbal dengan baik
Pada Hari ke 4 dilakukan tindakan menanyakan kepada klien apakah
latihan nafas dalam setiap selesai makan atau pukul bantal ketika teringat hal
yang membuat marah rutin dilakukan, meminta klien untuk mempraktikkan
kembali nafas dalam dan pukul bantal bersama dengan mahasiswa,
menganjurkan klien untuk mengungkapkan marahnya dengan baik secara
vermal. Misalkan ada hal yang tidak ingin dilakukan klien dapat menolaknya
dengan halus. Lau dija ada hal yang tidak sesuai yang diharapkan klien dapat
mengungkapkannya secara baik tanpa emosi yang berlebih dan
mengungkapkannya tidak dengan nada tinggi, menganjukan klien untuk
latihan nafas dalam, pukul bantal dan latihan verbal untuk memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian.
Pada hari ke 5 dilakukan tindakan menanyakan kepada klien apakah
mengungkapkan emosi secara verbal dengan baik sudah dilakukan ketika ada
hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya, menganjurkan klien
untuk mengontrol emosinya dengan berwudhu, lalu sholat 5 waktu, dan
berdzikir setiap saat, menganjukan klien untuk berdzikir atau beristighfar
setiap saat untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
58

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumirta, dkk (2013) pada


klien dengan perilaku kekerasan di ruang Bratasena RSJ Provinsi Bali tahun
2013 yang dilakukan intervensi berupa relaksasi nafas dalam selama 3 kali
selama 3 hari dengan hasil penelitian menunjukkan kemampuan
mengendalikan marah klien dengan perilaku kekerasan pasien gangguan jiwa
sebelum diberikan perlakuan tenik relaksasi nafas dalam paling banyak dlaam
kategori rendah yaitu sebanyak 29 orang (85%). Setelah diberikan perlakuan
terjadi peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan yaitu pada
tingkat sedang sebanyak 24 responden (71%). Hasil penelitian menunjukkan
ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap kemampuan
pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan.

4.5 Evaluasi
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakn karena merupakan
kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat
diketahui keadaan klien dan masalahnya secara langsung.
Evaluasi pada hari 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan Masalah
perilaku kekerasan belum teratasi, dengan planning ulangi SP 1 Pasien latihan
Tarik nafas dalam diulangi.
Evaluasi pada hari 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan Masalah
perilaku kekerasan belum teratasi, dengan planning Intervensi SP 1 pasien
dievaluasi, dan lanjutkan SP 2 pasien
Evaluasi pada hari 3 setelah dilakukan tindakan keperawatan Masalah
perilaku kekerasan belum teratasi, dengan planning Intervensi SP 2 pasien
dievaluasi, dan lanjutkan SP 3 pasien.
Evaluasi pada hari 4 setelah dilakukan tindakan keperawatan Masalah
perilaku kekerasan belum teratasi, dengan planning Intervensi SP 3 pasien
dievaluasi, dan lanjutkan SP 4 pasien.
Evaluasi pada hari 5 setelah dilakukan tindakan keperawatan Masalah
perilaku kekerasan belum teratasi, dengan planning Intervensi SP 4 pasien
dievaluasi, dan lanjutkan SP 5 pasien
59
60

BAB V
PENUTUP
61

DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan, dkk. 2017. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V


Prodi D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar :
Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Andi
Pello, Agnes. 2017. Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018 dari:

https://www.academia.edu/35272180/TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPO
K_TAK_PADA_PASIEN_DENGAN_RESIKO_PERILAKU_KEKERAS
AN
Stuart, GW dan SJ Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St Louis : Mosby Year Book
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Yusuf, Ah. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diunduh pada
tanggal 13 September 2018 dari :
https://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan
%20kesehatan%20jiwa.pdf
Sumirta, dkk. 2013. Relaksasi nafas dalam terhadap pengendalian marah klien
dengan perilaku kekerasan. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai