Novi 3 PDF
Novi 3 PDF
Abstrak
Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian dan sosialisasi semua usia,
termasuk remaja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan. Penelitian deskriptif korelatif ini menggunakan
teknik simple random sampling dengan besar sampel 90 orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner yang mencangkup data demografi, pola asuh orang tua, dan perkembangan sosialisasi remaja.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8 Mei 2012. Hasil analisa menunjukkan bahwa 74 responden
(82,22%) memiliki tipe pola asuh demokratis, dan 79 responden memiliki pola asuh yang baik (87,78%).
Analisa statistik bivariat diperoleh bahwa terdapat hubungan yabg signifikan antara dua pola asuh, yaitu tipe
pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value = 0,032) dan pola asuh demokratis
dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value = 0,000). Sedangkan untuk pola asuh permisif, didapat
bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value =
0,242). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data bagi peneliti selanjutnya yang ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi
remaja. Sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, peneliti berikutnya dapat meneliti tentang faktor-
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosialisasi remaja.
Tabel 3. Perkembangan Sosialisasi Remaja Tabel 6. Tipe Pola Asuh Demokratis dan
di SMA Negeri 15 Medan Perkembangan Sosialisasi Remaja
Sosialisasi Frekuensi Persentase di SMA Negeri 15 Medan
Baik 79 87,78 Var.1 Var.2 p p value
Buruk 11 12,22 Demokratis Sosialisasi 0,05 0,000*
*p value < 0,05
42
remaja di SMA Negeri 15 Medan. Tipe pola memperdulikan apa saja yang dilakukan
asuh permisif dengan perkembangan anak, orang tua jarang sekali mengajak
sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah
tergambar dalam tabel 7. anak, serta orang tua selalu memberikan apa
saja yang diinginkan anak tanpa banyak
Tabel 7. Tipe Pola Asuh Permisif dan bertanya. Pola asuh permisif menjadikan
Perkembangan Sosialisasi Remaja anak berperilaku sesuai dengan keinginannya
di SMA Negeri 15 Medan karena orang tua tidak pernah memberikan
Var.1 Var.2 p p value aturan ataupun arahan kepada anak sehingga
anak tidak tahu apakah perilakunya benar
Permisif Sosialisasi 0,05 0,242* atau salah karena sangat minimnya
*p value > 0,05 pengarahan dan aturan dari orang tua
(Santrock, 2007).
Pembahasan Mayoritas responden memiliki 1-3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat saudara kandung, yaitu sebanyak 64
perbedaan perkembangan sosialisasi remaja responden dan merupakan anak pertama,
yang signifikan antara pola asuh otoriter, yakni sebanyak 38 responden. Orang tua
demokratis, dan permisif. yang memiliki anak hanya satu sampai tiga
cenderung mempergunakan pola asuh
Tipe Pola Asuh Orang Tua demokratis karena orang tua memiliki cukup
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak waktu untuk berkomunikasi ataupun
terdapat 74 responden memiliki orang tua berdiskusi dengan anak. Sedangkan orang tua
dengan pola asuh demokratis. Ciri khas dari yang memiliki anak enam atau lebih,
pola asuh demokratis adalah adanya cenderung memiliki pola asuh otoriter karena
komunikasi yang baik antara anak dan orang dengan pola pengasuhan ini orang tua
tua, dimana orang tua melibatkan diri dan menganggap dapat tercipta ketertiban dalam
berdiskusi tentang masalah yang dialami rumah dan orang tua dapat mengontrol setiap
anak. Orang tua biasa memberikan pujian perilaku anak (Sujata, 2008).
apabila anak melakukan hal yang baik dan Mayoritas tingkat pendidikan orang tua
mengajarkan anak agar melakukan segala responden adalah pendidikan menengah
sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung sebanyak 47 responden, dan pendidikan
jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang tinggi sebanyak 40 responden. Orang tua
(Santrock, 2007). dengan latar belakang pendidikan yang tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki pengetahuan dan pengertian yang
terdapat 10 responden memiliki orang tua luas terhadap perkembangan anak, sedangkan
dengan pola asuh otoriter. Ciri khas dari pola orang tua dengan latar belakang pendidikan
asuh otoriter adalah anak diharuskan rendah cenderung memiliki pengetahuan dan
mengulang pekerjaan yang dianggap orang pengertian yang terbatas mengenai
tua salah, orang tua mengancam akan perkembangan dan kebutuhan anak (Sujata,
memberikan hukuman apabila anak tidak 2008).
mematuhi perintahnya, dan orang tua Mayoritas pekerjaan orangtua responden
menggunakan suara yang keras ketika adalah wiraswasta, yaitu sebanyak 41
menyuruh anak untuk melakukan suatu reponden. Apapun pekerjaan orang tua
pekerjaan. Pola asuh otoriter menjadikan jikalau orang tua memiliki waktu yang cukup
anak merasa terkekang, kurang bebas, dan untuk berinteraksi dengan anak dan
terkadang kurang percaya diri, tetapi pola mengajarkan banyak hal, maka anak
asuh ini akan membentuk anak yang patuh, cenderung akan memiliki sosialisasi yang
sopan,dan rajin mengerjakan pekerjaan baik.
(Santrock, 2007). Mayoritas responden masuk kedalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori ekonomi menengah. Orang tua yang
terdapat 6 responden memiliki orang tua berasal dari kelas ekonomi menengah lebih
dengan pola asuh permisif. Ciri khas dari bersikap hangat dibandingkan orang tua yang
pola asuh permisif adalah orang tua tidak
43
berasal dari kelas sosial ekonomi rendah atau Mayoritas responden memiliki 3
bawah. Keluarga dengan golongan kelas saudara kandung yaitu sebanyak 36
sosial ekonomi rendah atau bawah, jarang responden. Saudara kandung bisa lebih
sekali memberi kesempatan kepada anak berpengaruh pada remaja dalam
untuk mengekspresikan diri. Hal ini dapat bersosialisasi dibandingkan dengan orang
dimengerti, mengingat orang tua dari tua, terutama ketika remaja berhadapan
golongan sosial ekonomi menengah bawah dengan teman sebaya, menghadapi guru yang
dalam kehidupan sehari – harinya bergelut sulit, dan mendiskusikan masalahnya
dengan pemikiran untuk dapat menghidupi (Marseliana, 2011). Adanya saudara kandung
anak – anaknya sehingga terkadang sangat menjadi salah satu faktor yang mendukung
minim waktu yang tersedia untuk terciptanya sosialisasi yang baik karena
berinteraksi dan berdiskusi memcahkan remaja mempunyai tempat penyaluran emosi
masalah yang sedang dihadapi anak (Sujata, yang tepat ketika mereka sedang mengalami
2008). masalah.
Mayoritas tingkat pendidikan terakhir
Perkembangan Sosialisasi Remaja orang tua responden adalah berpendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari menengah yaitu sebanyak 47 responden.
90 responden sebanyak 79 responden Walaupun tingkat pendidikan orang tua
memiliki perkembangan sosialisasi yang baik memiliki pengaruh terhadap perkembangan
dan 11 responden memiliki perkembangan sosialisasi remaja, tetapi tingkat pendidikan
sosialisasi yang buruk. orang tua tidak menjadi hal utama dalam
Mayoritas responden berusia 16 tahun. perkembangan sosialisasi remaja karena
Hal ini dapat berdampak pada perkembangan orang tua dapat menjadi pendidik yang baik
sosialisasi remaja karena salah satu aspek bagi keluarga tanpa harus berpendidikan
penting dalam perkembangan sosialisasi tinggi. Hal ini tergantung dari seberapa jauh
adalah kuatnya pengaruh kelompok teman keterbukaan orang tua dan anaknya dalam
sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, membicarakan masalah perkembangan
penampilan, dan perilaku. Pengaruh sosialnya dan berdiskusi untuk memecahkan
kelompok teman sebaya pada remaja lebih masalah yang sedang dialami anak remajanya
besar dibandingkan dengan pengaruh (Marseliana, 2011).
keluarga (Hurlock, 2006). Mayoritas orang tua responden bekerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak 41 orang
persentase antara responden laki-laki dan dan tergolong dalam kelas ekonomi
perempuan hampir sama, yaitu responden menengah (44 responden). Mayoritas
perempuan sebanyak 47 orang dan responden responden merupakan suku Batak, yaitu
laki-laki sebanyak 43 orang. Salah satu aspek sebanyak 43 orang. Remaja yang latar
penting bagi perkembangan sosialisasi belakang sosial, agama, atau ekonominya
remaja adalah adanya perubahan dalam berbeda dianggap kurang disenangi
perilaku sosial yaitu terjadinya perubahan dibandingkan dengan remaja dengan latar
dibidang hubungan heterososial (Hurlock, belakang yang sama. Status sosial ekonomi
2006). yang sama atau sedikit di atas anggota-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota lain dalam kelompok merupakan hal
responden beragama Islam yaitu 68 orang, yang sangat penting dalam nilai baru
agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang, penerimaan sosial masa remaja (Hurlock,
dan agama Katholik sebanyak 2 orang. Setiap 2006).
agama memiliki aturan-aturan yang mengatur
kehidupan manusia agar tetap seimbang. Tipe Pola Asuh Orang Tua dan
Keluarga juga memiliki fungsi agama, yaitu Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA
menanamkan nilai-nilai agama kepada anak Negeri 15 Medan
agar memiliki pedoman hidup yang benar Uji analisa statistika diperoleh nilai
(Marseliana, 2011). significance (p value) sebesar 0,032 untuk
tipe pola asuh otoriter. Nilai ini lebih kecil
44
dari level of significance (α) sebesar 0,05 sehingga akan menciptakan perkembangan
yang berarti terdapat hubungan antara pola sosialisasi yang baik.
asuh otoriter dengan perkembangan Nilai significance (p value) untuk pola
sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan. asuh permisif adalah sebesar 0,242. Nilai ini
Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib lebih besar dari level of significance (α)
(dalam Yusniyah 2008) bahwa anak yang sebesar 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat
dididik dengan pola asuh otoriter mungkin hubungan antara pola asuh permisif dengan
memang tidak memiliki masalah dengan perkembangan sosialisasi remaja di SMA
pelajaran dan juga bebas dari masalah Negeri 15 Medan. Hal ini sejalan dengan
kenakalan remaja. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2007) bahwa anak
hasil penelitian Fortuna (2008) yang berjudul dengan pola asuh permisif cenderung tidak
hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku memiliki kemampuan sosial dan banyak
agresif pada remaja dengan nilai korelasi diantaranya memiliki pengendalian diri yang
variabel (0,041) bahwa pola asuh orang tua buruk dan tidak mandiri. Hal ini sejalan
akan mempengaruhi perilaku anak. dengan pendapat Shochib (dalam Yusniah
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan 2008) bahwa anak dengan pola asuh
dengan hasil penelitian Manalu (2010) yang permisif akan lebih mungkin terlibat dalam
berjudul pola asuh orang tua dan perilaku kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang
agresif remaja di STM Raksana Medan rendah di sekolah karena anak tidak
bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh mengetahui norma-norma sosial yang harus
otoriter memiliki anak yang berperilaku dipatuhinya sehingga akan menciptakan
agresif sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi yang buruk.
perkembangan sosialisasinya. Santrock Sesuai dengan pendapat Hurlock (2006)
(2007) juga berpendapat bahwa anak dari bahwa faktor yang mempengaruhi
orang tua yang otoriter sering kali tidak perkembangan sosialisasi yang penting pada
bahagia, ketakutan, minder ketika masa remaja adalah meningkatnya pengaruh
membandingkan diri dengan orang lain, tidak kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang
mampu memulai aktivitas, dan memiliki lebih matang, pengelompokkan sosial baru
kemampuan komunikasi yang lemah. Putra dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman
dari orang tua yang otoriter mungkin dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial
berperilaku agresif sehingga akan tercipta (dukungan keluarga dan lingkungan).
perkembangan sosialisasi yang buruk. Dukungan sosial dalam perkembangan
Uji analisa statistika diperoleh nilai sosialisasi remaja berkaitan dengan hubungan
significance (p value) sebesar 0,00 untuk tipe yang baik dengan anggota-anggota keluarga
pola asuh demokratis. Nilai ini lebih kecil sehingga berkaitan erat dengan penerapan
dari level of significance (α) sebesar 0,05 pola asuh dalam keluarga.
yang berarti terdapat hubungan antara pola Berdasarkan analisa faktor-faktor
asuh demokratis dengan perkembangan tersebut dapat diasumsikan bahwa
sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan. perkembangan sosialisasi pada masa remaja
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marini bukanlah terbentuk dari satu faktor saja
(2005) dengan judul perbedaan asertivitas melainkan banyak faktor seperti faktor
remaja ditinjau dari pola asuh orang tua lingkungan lingkungan sekolah, lingkungan
bahwa penerapan pola asuh demokratis lebih tempat tinggal, lingkungan keluarga, status
efektif dalam mengembangkan perilaku sosial ekonomi, kepribadian, faktor bawaan,
asertivitas pada remaja yang berpengaruh dan kemampuan intelektual. Penelitian
terhadap perkembangan sosialisasinya. Hasil menunjukkan bahwa pola asuh memiliki
penelitian ini sesuai dengan pendapat pengaruh terhadap perkembangan sosialisasi
Santrock (2005) bahwa anak dengan pola pada masa remaja. Walaupun demikian, pola
asuh demokratis bisa mengendalikan diri dan asuh bukannlah menjadi faktor dominan
hubungan yang ramah dengan teman sebaya dalam perkembangan sosialisasi remaja
dan mampu mengatasi stress dengan baik karena semakin meluasnya lingkup sosial
remaja dan adanya kontak dengan teman
45
sebaya serta orang dewasa diluar rumah juga Marseliana. (2011). Hubungan Pola
turut berpengaruh terhadap perkembangan Komunikasi Remaja 14-17 Tahun dalam
sosialisasi remaja. Oleh karena itu, konsep Keluarga dengan Perkembangan Sosial
diri yang sudah terbentuk pada seseorang dari Remaja di SMK Mandiri Bojong Gede
pengaruh lingkungan keluarganya Bogor. Jakarta: Fakultas Ilmu
kemungkinan akan dimodifikasi ketika Kesehatan Universitas Pembangunan
remaja melakukan sosialisasi denga teman Nasional Veteran Jakarta
sebayanya dan orang lain di luar rumah. Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak
Remaja akan melakukan penyesuaian Jilid Dua. Jakarta: Erlangga
terhadap tuntutan dari lingkungan sosialnya. Sipahutar, A. (2009). Skripsi:Pola Asuh
Orang Tua an Tingkat Kebiasaan
SIMPULAN DAN SARAN Remaja dalam Mengkonsumsi Alkohol
Hasil penelitian yang ditemukan bahwa di Desa Sirajaoloan Kecamatan
mayoritas memiliki tipe pola asuh orang tua Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.
demokratis, dan mayoritas memiliki Medan: Fakultas Keperawatan USU
perkembangan sosialisasi yang baik. Sujata, A. (2008). Pola Asuh Ibu yang
Terdapat hubungan yang signifikan antara Memiliki Anak Tunggal. Jakarta:
dua pola asuh, yaitu pola asuh otoriter dan Fakultas Psikologi Universitas
pola asuh demokratis dengan perkembangan Gunadarma. Diambil tanggal 11 Juni
sosialisasi remaja. Sedangkan untuk pola 2012 dari
asuh permisif, didapatkan bahwa tidak ada http://repository.gunadarma.ac.id
hubungan antara pola asuh permisif dengan Yusniyah. (2008). Skripsi: Hubungan
perkembangan sosialisasi remaja. Disarankan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi
untuk meneliti faktor-faktor yang Belajar Siswa MTS Al-Falah Jakarta
mempengaruhi sosialisasi di beberapa Timur. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
sekolah di Kota Medan agar lebih mewakili Keguruan Universitas Syarif
seluruh remaja yang ada di Kota Medan. Hidayatullah. Diambil tanggal 11
November 2011 dari
DAFTAR RUJUKAN http://idb4.wikispaces.com
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Dahlan, M. (2008). Statistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika
Fortuna, F. (2008). Hubungan Pola Asuh
Otoriter dengan Perilaku Agresif pada
Remaja. Diambil tanggal 10 Juli 2012
dari http://www.gunadarma.ac.id
Hurlock, E. (2006). Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
Manalu, T. (2010). Pola Asuh Orang Tua
dan Perilaku Agresif Remaja di STM
Raksana Medan. Medan : Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera
Utara
Marini, L. (2005). Perbedaan Asertivitas
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orang
Tua. Medan: Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
46