Anda di halaman 1dari 15

KOPERASI DAN UMKM (EKU 203/B5)

RMK SAP 9
( KEWIRAUSAHAAN DAN KEWIRAKOPERASIAN)

Oleh Kelompok 8 :
Gusti Ngurah Made Dwiphayana (1506305070)
I Gagus Irsan Putra Satria (1506305082)
Putu Agus Aditya Pramana Putra (1506305116)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2017/2018
SAP 9
(Kewirausahaan dan Kewirakoperasian)

9.1 Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian


9.1.1 Pengertian Kewirakoperasian
Pada Seminar Nasional tentang Kurikulum Kewirausahaan Koperasi di Kampus
IKOPIN Bandung tahun 1993, secara mendalam telah didiskusikan 3 istilah yang muncul
selama seminar, yaitu cooperative entrepreneur, kewirausahaan koperasi dan
kewirakoperasian. Mengingat bahwa entrepreneurship dalam koperasi tidak hanya
menyangkut usaha koperasi tetapi meliputi pula members entrepreneurship, manager
entrepreneurship, bureaucratic entrepreneurship dan catalytic entrepreneurship, pada
akhirnya disepakati istilah kewirakoperasian sebagai istilah baku kewirausahaan
koperasi. Diskusi tersebut pada akhirnya merumuskan definisi yang mencakup aspek-
aspek intrinsik dan manajerial dari dalam hakikat koperasi yang memiliki prinsip-prinsip
identitas dan dasar etika yang terkait dengan prinsip-prinsip itu.
Kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif
dalam mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegangan
teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata
serta peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut terkandung beberapa
unsur yang patut diperhatikan:
1) Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif. Sikap mental positif berarti orientasi seorang wirakop (orang yang
melaksanakan kewirakoperasian) harus diarahkan pada upaya perbaikan secara terus
menerus guna mencapai kinerja koperasi yang unggul. Perbaikan-perbaikan tersebut
dapat dilakukan dengan mengefektifkan kerja sama yang harmonis antara berbagai
kalangan yang berperan aktif dalam pengemabangan koperasi, seperti anggota, pihak
manajemen (pengurus dan pengelola), birokrat, maupun katalis.
2) Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatf artinya berusaha mencari
menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama
(Drucker, 1988. h.30). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi
berada dalam kemunduran. Perihal yang lebih penting adalah tindakan inovatif pada
saat usaha koperasi berada dalam kemunduran (stagnasi). Pada saat itu wirakop
diperlukan agar koperasi berada pada siklus hidup yang baru
3) Seorang wirakop harus mempunyai keberanian mengambil risiko. Karena dunia
penuh dengan ketidakpastian, sehingga hal hal yang diharapkan kadang-kadang tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Oleh karena dalam menghadapi
situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan
mengambil risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan dengan perhitungan-
perhitungan yang cermat. Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh
ketidakpastian sedikit terkurangi oleh orientasi usaha yang lebih banyak di pasar
internal. Pasari internal memungkinkan setiap usaha menjadi beban koperasi dan
anggotanya karena koperasi adalah milik anggota. Oleh karena itu secara nalar tidak
mungkin anggota merugikan koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian dalam kegiatan
operasional, maka risiko tersebut akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko per
anggota menjadi relatif kecil.
4) Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota
harus diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena itu
wirakop bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai
kebutuhan anggotanya. Selain prinsip identitas, koperasi juga memiliki prinsip-
prinsip lain seperti tertuang dalam UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Prinsip
tersebut terdiri atas, (1) keaanggotaan terbuka dan sukarela, (2) pengelolaan
dilakukan secara demokratis, (3) pembagian sisah hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota, (4) pemberian balas jasa yang
terbatas terhadap modal, (5) kemandirian, (6) pendidikan kewirakoperasian, dan (7)
kerja sama antarkoperasi.
5) Tujuan utama setiap wirakop adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota cukup berat
karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota,
perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang
wirakop terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing
masing pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus
berorientasi di pasar eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai terhadap
pelayanan anggota. Sebaliknya bila orientasinya di pasar internal dengan
mengutamakan kepentingan anggota, yang menjadi korban adalah pertumbuhan
koperasi yang lambat.
6) Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer, birokrat yang
berperan dalarn pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap
pengembangan koperasi.

9.1.2 Fungsi Kewirakoperasian


Dipandang dari fungsi atau kegiatan seorang wirakop, jenis kewirakoperasian
dibedakan rnenjadi 3 jenis, yaitu kewirakoperasian rutin, kewirakoperasian arbitrase dan
kewirakoperasian inovatif (Ropke, 1992). Ketiga jenis kewirakoperasian ini mempunyai
fungsi dan kegiatan yang berbeda.
1) Kewirakoperasian Rutin
Kewirakoperasian rutin diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha (koperasi)
seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi. dan lain-lain. Program-
program telah disusun dan dilaksanakan. Tugas wirakop hanyalah meluruskan
mengendalikan sesuatu agar berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian lain, tugas wirakop yang bersifat rutin berhubungan erat dengan
alokasi faktor produksi. Dalam alokasi sumberdaya kadang-kadang terjadi penyimpangan
dari hal yang direncanakan semula, dan penyimpangan ini perlu diluruskan. Jadi pada
dasarnya kegiatan wirakop dalam hal ini hanyalah menyelesaikan permasalahan yang
terjidi dalam aktivitas rutin sehari-hari. Kewirakoperasian rutin mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a. Kegiatan berhubungan dengan evaluasi dan koreksi bila teriadi misalokasi sumber
daya. Tindakan ini disebut pemecahan masalah.
b. Manajer (wirakop) mempunyai informasi yang banyak tentang sumber daya, tujuan
dan resiko yang dihadapi.
c. Rendahmya tingkat ketidakpastian memungkinkan wirakop mampu
memaksimumkan tujuan (misalnya profit atau pengembangan usaha para anggota
koperasi).
2) Kewirakoperasian Arbitrase
Kewirakoperasian arbitrase berkaitan dengan keputusan-keputusan wirakop yang
diambil dari dua kondisi yang berbeda. Tugas utama dari wirakop dalam hal ini mencari
peluang (opportunity) yang menguntungkan dari dua kondisi yang berbeda. Misalnya
harga input di daerah A lebih murah dibanding daerah B, maka wirakop yang jeli akan
mendatangkan input dari daerah A bila hal itu relatif lebih menguntungkan. Kondisi lain,
bila harga output di daerah C lebih tinggi dari pada daerah D, maka wirakop akan jeli
akan menjual di daerah C sepanjang memberikan tambahan keuntungan. Kemudian untuk
memperoleh keberhasilan dalam kondisi ini, wirakop harus mempunyai informasi yang
banyak tentang lingkungan dan pasar yang hendak dituju dan memanfaatkan informasi
ini untuk kemajuan koperasi.
3) Kewirakoperasian Inovatif
Kewirakoperasian inovatif berkaitan dengan kegiatan wirakop dalam mencari,
menemukan, dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis hingga menemukan sesuatu yang
baru dan berbeda. Wirakop yang inovatif berarti wirakop yang selalu tidak puas dengan
kondisi yang ada. Ia selalu berusaha mencarai, menemukan, dan memanfaatkan peluang
yang diperoleh. Ia sangat diperlukan oleh perusahaan atau koperasi yang menghadapi
masalah ketidakpastian yang serius dalam lingkungan yang dinamis.

9.2 Tipe-Tipe Kewirakoperasian


Dalam organisasi koperasi terdapat pengelola (dan atau manajer), anggota dan
karyawan. Manajer memang berkompeten dalam kewirausahaan koperasi, demikian juga
anggota karena anggota sebagai pemilik. Sedangkan karyawan, kendati bisa menjadi
seorang wirakop, tapi semua keputusan pada akhirnya diputuskan oleh rnanajer beserta
para anggotanya. Oleh karena itu, karyawan koperasi tidak berkompeten dalam
kewirausahaan koperasi.
Ada lagi pihak yang berkompeten dalam pengembangan koperasi meskipun ia tidak
rnenjadi anggota atau pengelola koperasi yaitu birokrat dan katalis. Birokrat adalah orang
atau lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah dalam mengembangkan gerakan
koperasi (dalam hal ini Departemen Koperasi beserta jajarannya). Sedangkan katalis adalah
orang yang berminat mengembangkan koperasi meskipun tidak terjun langsung dalam
organisasi koperasi. Oleh karena itu, kewirakoperasian dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
kewirakoperasian anggota, kewirakoperasian rnanajer, kewirakoperasian birokrat dan
kewirakoperasian katalis.
a. Kewirakoperasian Anggota
Kewirakoprasian anggota adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativias dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh anggota koperasi.
Anggota sebagai pemilik koperasi dapat nenjadi wirakop bila ia mampu menemukan
memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi. Tetapi kemungkinan
sangat lemah mengingat kebanyakan kemampuan anggota dalam inovasi masih sangat
rendah, hak bertindak terbatas karena setiap tindakan harus memerhatikan anggota
lainnya dan motivasi yang rendah. Anggota koperasi di Indonesia pada umumnya
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah sehingga tingkat kemampuan dalam
menemukan sesuatu baru sangat terbatas. Di samping itu, meskipun anggota
mempunyai kemampuan yang tinggi, motivasi untuk berprestasi di bidang koperasi
akan menjadi rendah sebab manfaat dari hasil inovasi anggota yang dinikmati hanya
sebagian kecil oleh anggota yang bersangkutan dan anggota yang punya usaha sebagian
besar dinikmati oleh anggota lainnya, anggota potensial, atau bahkan para pesaing
koperasi. Dalam kondisi seperti ini, anggota yang rasional akan memanfaatkan peluang
tersebut untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan bekerja di luar koperasi.
b. Kewirakoperasian Manajer
Kewirakoperasian manajer adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh manajer (pengelola) koperasi.
Pada koperasi yang mengangkat manajer sebagai pelaksana dan penanggungjawab
kegiatan operasional koperasi tentu sangat mengharapkan perubahan yang memberikan
keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manajer koperasi adalah keterbatasan
untuk bertindak. Keterbatasan ini karena selain manajer dibebani peningkatan
pertumbuhan usaha koperasi, juga dibebani peningkatan pelayanan tehadap anggotanya.
Kadang terjadi kontrakdisi di antara kedua hal tersebut. Bila manajer ingin
meningkatkan pertumbuhan koperasi, ia harus berorientasi ke pasar eksternal (melayani
kebutuhan nonanggota) dan ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggotanya.
Sebaliknya bila manajer menginginkan peningkatan pelayanan terhadap anggota (misal
dengan memberikan harga pelayanan yang lebih rendah dibanding dengan harga pasar),
ia tidak akan dapat meningkatkan pertumbuhan koperasi. Dalam kondisi seperti ini,
meskipun manajer mempunyai kemampuan dan motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan organisasi koperasi, tetap saja ia menghadapi hambatan yang besar.
c. Kewirakoperasian Birokrat
Kewirakoperasian birokrat adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh para birokrat.
Birokrat adalah pihak yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pengembangan gerakan koperasi, karena koperasi diharapkan sudah menjadi koperasi
mandiri. Beberapa kegiatan memang diharapkan dapat memacu perkembangan
koperasi, seperti bantuan pendidikan dan pelatihan, permodalan, pemasaran, teknologi
tepat guna, dan lain-lain. Tetapi dalam pelaksanaanya, ia terhalang oleh aturan-aturan
yang telah ditetapkan dan keterlibatan birokrat tersebut belum tentu sesuai dengan
keinginan anggota koperasi. Dengan demikian, kendati mempunyai kemampuan dan
kemauan yang tinggi dalam mengembangkan koperasi, tetap saja kewirakoperasiannya
terbatas.
d. Kewirakoperasian Katalis
Kewirakoperasian katalis adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh para katalis.
Katalis di sini diartikan sebagai pihak yang berkompeten terhadap pengembangan
koperasi meskipun ia tidak mempunyai hubungan langsung dengan organisasi koperasi.
Wiarausaha katalis adalah lembaga eksternal atau anggota suatu lembaga lain yang
bertugas memulai proses internalisasi koperasi dan bekerja untuk memperkuat koperasi
local. Wirausaha katalis merupakan para ahli local yang memprakarsai,
mengembangkan, dan membantu organisasi koperasi (Ropke, 1992). Para katalis ini
jelas mempunyai kemampuan yang tinggi dan motivasi yang tinggi meskipun insentif
yang diterimanya kadang-kadang kecil. Di samping itu ia juga mempunyai kebebasan
bertindak karena ia berada di luar organisasi koperasi dan tidak terikat oleh aturan-
aturan organisasi koperasi tersebut. Seorang katalis biasanya adalah seorang altruis,
yaitu orang yang mementingkan kebutuhan orang lain. dalam konteks ini pada dasarnya
seorang katalislah yang mempunyai kemampuan membantu pertumbuhan gerakan
koperasi, sebagai contoh: peneliti, dosen, tokoh masyarakat.

9.3 Tugas-Tugas Kewirakoperasian


Tugas kewirakoperasian adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi dibanding
dengan organisasi usaha pesaingnya. Keunggulan tersebut dapat diperoleh melalui:
1) Mendudukkan Koperasi sebagai Penguasa yang Kuat di Pasar.
Bila para petani bersatu rnembentuk koperasi maka koperasi tersebut rnempunyai
kedudukan yang kuat di pasar. Bila masing-masing koperasi primer yang anggotanya
para petani tersebut membentuk koperasi ditingkat atasnya (koperasi sekunder maka
koperasi yang terbentuk akan mempunyai posisi yang kuat dipasar yang lebih luas).
Demikian seterusnya, bila antarkoperasi sekunder membentuk koperasi tersier dan antar
koperasi tersier membentuk koperasi di tingkat atasnya lagi, maka koperasi akan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam pasar yang sangat luas. Dengan kata lain
kekuatan dalam penawaran di pasar dapat diperoleh melalui integrasi vertikal ke hulu
atau ke hilir. Integrasi vertikal ini sangat dimungkinkan bagi koperasi karena para petani
anggota koperasi menguasai input/bahan baku untuk keperluan produksi di tingkat
atasnya. Tugas wirakop dalam hal ini adalah meningkatkan efisiensi koperasi melalui
integrasi vertikal tersebut.
2) Kemampuan Dalam Mereduksi Biaya Transaksi
Tugas wirakop yang kedua ini adalah menekan biaya transaksi. Biaya transaksi biaya
di luar biaya produksi yang timbul karena adanya transaksi transaksi kontrak biaya
pencarian informasi biaya kontrak, biaya monitoring kontrak transaksi dilanggar dan
biaya risiko yang mungkin timbul sebagai akibat teriadinya transaksi. Kemungkinan
menekan biaya transaksi pada koperasi dapat dilakukan karena:
a. Informasi yang berguna untuk pengembangan koperasi banyak tersebar luas di antara
para anggota- anggota.
b. Kontrak antara anggota dengan koperasinya tidak perlu dilakukan karena adalah
pemilik koperasi .
c. Terdapatnya kontrol sosial dalam koperasi tidak perlu manajemen biaya monitoring
dalam jumlah yang besar.
d. Risiko ketidakpastian dapat mudah direduksi karena ada pasar internal koperasi.
3) Pemanfaatan Interlinkage Market
Interinkage market adalah hubungan transaksi antar pelaku ekonomi. Seorang
produsen membutuhkan input dari penghasil input (rumah tangga konsumen) dan
membutuhkan modal dari pemberi kredit. Bila produsen menghasilkan pendapatan itu
akan digunakan untuk membeli input membayar utang dan mungkin ditabung. Bila
penghasil input membentuk koperasi, misalnya koperasi penjualan, para produsen
membentuk koperasi produsen dan para pemberi kredit mendirikan koperasi simpan
pinjam, maka transaksi antara koperasi penjualan dengan koperasi produsen, koperasi
penjualan dengarn koperasi simpan pinjam dan koperasi produsen dengan koperasi
simpan pinjam akan dapat mengurangi biaya transaksi tersebut karena koperasi akan
terhindar dari sistem ijon dan rentenir. Kemungkinan ini bisa diraih mengingat misi
koperasi tidak sepenuhnya memperoleh kentungan yang banyak tetapi juga mempunyai
misi sosial yang saling menguntungkan di Tugas wirakop dalam hal ini menciptakan
kerja sama antara pelaku dalam interinkage market tersebut.
4) Pemanfaatan Trust Capital
Trust capital secara sederhana diartikan sebagai pengumpulan modal. Hal
dimungkinkan terjadi pada koperasi karena usaha yang tadinya dilakukan lainnya oleh
para anggotanya sekarang dikelola secara bersama-sama dengan anggota lainnya.
Semakin banyak anggota semakin besar modal yang dapat dikumpulkan dan semakin
kuat kedudukan modal usaha koperasi sehingga kemampuan koperasi dalam bersaing
dengan pesaingnya semakin kuat. Tugas wirakop dalam hal ini adalah mengelola modal
tersebut secara efisien dan meningkatan peranan anggota dalam meningkatkan
partisipasi intensif dalam pemanfaatan jasa pelayanan koperasi dan partisipasi
kontributif dalam pembentukan permodalan yang baru.
5) Pengendalian Ketidakpastian
Upaya pengendalian ketidakpastian sangat dimungkinkan mengingat adanya pasar
internal pada koperasi. Kalaupun ada kerugian karena muncul risiko dalam kegiatan
operasionalnya, maka risiko ini akan ditanggung bersama-sama, sehingga biaya risiko
per anggota menjadi rendah. Koperasi adalah milik anggota dan anggota memanfaatkan
jasa yang ditawarkan oleh koperasinya. Oleh karena koperasi milik anggota. maka
secara rasional tidak mungkin para anggota akan merugikan koperasinya sendiri dalam
transaksinya. Hanya saja ini bisa teriadi jika koperasi memberikan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan anggotanya. anggotanya Tugas wirakop dalam hal ini adalah
meningkatkan pelayanan terhadap dengan jalan menyediakan barang-barang atau jasa-
jasa yang dibutuhkan oleh anggotanya.
6) Penciptaan Inovasi
Inovasi pada koperasi sangat dimungkinkan mengingat banyak pihak yang terhadap
pertumbuhan koperasi. Tugas wirakop dalam hal ini menciptakan inovasi inovasi baru
yang menguntungkan bagi koperasi dan anggotanya Inovasi-inovasi yang berasal dari
anggota atau manajer sangat diperlukan oleh koperasi pada saat koperasi mengalami
stagnasi. Untuk membangkitkan kembali koperasi dari kelesuan diperlukan wirakop
yang altruistis dan andal. Dikatakan altruistis karena seorang wirakop harus lebih
mementingkan kepentingan orang lain dibanding dirinya. Sedangkan wirakop yang
andal sangat diperlukan karena koperasi mempunyai dua misi seperti yang dikemukakan
di atas.
7) Pengembangan Manfaat Partisipasi
Keunggulan koperasi dapat diperoleh melalui partisipasi baik partisipasi kontributif
dalam penyerahan keuangan dan pengambilan keputusan, maupun partisipasi intensif
dalam hal pemanfaatan pelayanan peningkatan koperasi. Tentu saja bila partisipasi
intensif mengalami meningkat, partisipasi kontributif dalam hal penyerahan keuangan
juga akan meningkat. Tugas wirakop dalam hal ini adalah meningkatkan partisipasi
intensif para anggota koperasi dengan jalan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
anggotanya.
8) Menciptakan Economies of Scale
Economies of scale adalah penghematan pada koperasi yang ditimbulkan oleh
penambahan kapasitas produksi. Penghematan tersebut sangat dimungkinkan karena
penambahan anggota berarti bertambahnya kapasitas bahan baku bertambah, dan
koperasi dapat membeli bahan dalam jumlah besar. Pembelian dalam jumlah besar akan
menurunkan harga beli perunit bahan, sehingga biaya perunit output pada akhirnya
dapat ditekan. Tugas wirakop adalah menciptakan economies of scale dan
mengendalikan produksi pada tingkat produksi yang optimal. Produksi dicapai pada saat
koperasi berproduksi dengan biaya rata-rata jangkapanjang yang paling rendah.
(Hendar, 2010. Hal: 233-235)

9.4 Prasyarat Keberhasilan Wirausaha Koperasi


Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial pada dasarnya
mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang
mempakari sasaran utama pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diarahkan
pada peningkatan produktivitas pembangunan ekonomi itu sendiri produktivitas dan
pendapatan masyarakat dan pendapatan ini hanya mungkin dicapai bila faktor-faktor
produksi yang dikombinasikan dengan cara baru, artinya mengubah perubahan yang
meningkatkan produktivitas hanya dapat dilakukan melalui dua jalan (Ropke, 1985, h 30),
yaitu:
1) Melalui kegiatan inovatif (penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya), dan
2) Melalui kegiatan peningkatan kegiatan kerja (berprestasi lebih banyak dalam satuan
waktu kerja tetap dan atau waktu kerja yang diperpanjang).
Fungsi inovatif, secara subtansi dan organisatoris, dapat dijabarkan dalam berbagai bidang
kegiatan, seperti:
a. Mengenal keuntungan atau manfaat benefit dari kombinasi kombinasi baru.
b. Evaluasi keuntungan (benefit) yang terkandung dalam kombinasi baru itu.
c. Pembiayaan.
d. Teknologi, perencanaan, dan pembangunan tempat-tempat produksi.
e. Pengadaan, pendidikan dan memimpin tenaga kerja negosiasi dengan pemerintah badan
resmi yang berwenang. dan
f. Negosiasi dengan pemasok dan pelanggan.
Dari fungsi tersebut tidak mungkin seorang wirausaha koperasi mampu melaksanakan
semuanya secara efektif. Seorang wirausaha koperasi dapat mengombinasikannya dengan
berbagai kemungkinan yang dapat dijangkau oleh kemampuannya. Tetapi yang lebih penting
dan rnenentukan adalah apakah seorang wirausaha koperasi berhasil mempengaruhi dan
mengorganisir proses pembauran tersebut sehingga tecipta kombinasi baru. Seorang
wirausaha melihat tanggungjawab utama dalam pelaksanaan segala fungsi walaupun hanya
beberapa fungsi yang dilaksanakan olehnya sedang fungsi lainnya diserahkan pada yang lain.
Hal ini dapat dipahami karena bagaimanapun seorang wirausaha mempunyai kemampuan
yang terbatas, ia masih tetap membutuhkan orang lain sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung gagasannya.
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, seorang wirausaha koperasi dihadapkan
pada kendala sebagai berikut:
a) Kemungkinan bertindak inovatif dan peningkatan kegiatan kerja tidak selalu merupakan
kemungkinan yang diizinkan menurut hukum. Jadi inovator tidak mempunyai hak untuk
menerapkan tindakan inovatif dan peningkatan kegiatan kerja.
b) Kemungkinan inovatif yang diperbolehkan harus ditemukan dan kemudian dilaksanakan
penerapannya. Untuk itu diperlukan kemampuan (kompetensi) baik personal maupun
organisatoris.
c) Kalaupun kemungkinan inovasi tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka
kesanggupan seseorang atau kelompok, maka perseorangan atau kelompok itu perlu
memiliki motivasi untuk menerapkan inovasi itu.
Wirausaha koperasi merupakan fungsi dari hak-hak bertindak (property right = PR)
kesanggupan atau kemampuan (competency = C) dan kemauan atau motivasi untuk
berprestasi (motivation = M). Jika digambarkan dalam sebuah fungsi, maka terlihat sebagai
berikut:
I = f (PR, C, M)

Keterangan:
I = Kegiatan inovasi
PR = Kebebasan bertindak
C = Kompetensi
M = Motivasi
Ketiga faktor penentu keberhasilan inovasi seorang wirausaha koperasi dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hak Bertindak
Hak bertindak merupakan kemungkinan bertindak dalam kelompok-kelompok yang tidak
terlarang yang rneliputi berbagai pembatasan normatif terhadap tindakan di samping
peraturan-peraturan hukum abstrak yang dimodifikasikan, juga nilai-nilai sosial budaya,
etika, agama, ketentuan-ketentuan kongkret dan peraturan-peraturan pihak pengemban
kekuasaan politik. Bila diterjemahkan dalan bahasa ekonomi, hak bertindak yang terlarang
berhubungan dengan biaya dan keuntungan tertentu. Hak bertindak mempengaruhi arus
manfaat yang diharapkan dari kemungkinan bertindak dan mempengaruhi nilai sumber
daya yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
b. Kemampuan (Kompetensi)
Keberhasilan personal dan organisasi tergantung dari individu atau organisasi untuk
meningkatkan kemampuannya. Sangat tergantung rangsangan ekonomis dan harapan
untuk dapat menerapkan peningkatan kemampuannya ke dalam tindakan-tindakan inovatif
yang nyata. Namun hal ini juga ditentukan oleh bentuk-bentuk hak bertindak yang ada.
Dengan demikian hak bertindak juga mempengaruhi orang-orang untuk meningkatkan
kemampuannya, yang kalau dilihat dalam jangka panjang menjadi dasar yang menentukan
potensi pembangunan ekonomi. Perilaku inovasi memerlukan kemampuan wirausaha
dalam mengembangkan dan menerapkan gagasan-gagasan baru di lingkungannya. Karena
itu perilaku inovasi sangat tergantung dari kemampuan, keterampilan, pengalaman, intuisi,
kreativitas, dan motivasi dalam arti kemauan untuk berprestasi atau untuk menerapkan
berlakunya sesuatu yang baru.
c. Motivasi untuk berprestasi
Motivasi menyebabkan suatu peristiwa mempunyai nilai, baik nilai yang positif maupun
negatif. Segala aspek yang ada kaitannya dengan motivasi dalam situasi yang dialami akan
mengandung kadar tuntutan. Kadar tuntutan yang ditimbulkan oleh situasi memberikan
motivasi untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya, seseorang terdorong untuk
melakukan suatu kegiatan karena ada insentif yang diterima atas kegiatan tersebut.
Semakin tinggi insentif yang diterima akan semakin besar motivasi untuk melaksanakan
suatu tindakan bagi wirausaha koperasi, kiranya yang paling penting adalah motivasi-
motivasi dalam pencapaian hasil yaitu hasil kegiatan usaha perusahaan koperasi dan hasil
kegiatan usaha perusahaan anggotanya. Tentu saja makin tinggi hasil yang diperoleh akan
semakin besar dorongan untuk rnelakukan suatu tindakan.

Kiranya tidak mudah untuk menjadi seorang wirausaha koperasi mengingat ada tiga
faktor di atas kadang-kadang membatasi gerak langkahnya, yaitu kemampuan (kompetensi),
kemauan (motivasi), dan kebebasan bertindak seorang wirausaha koperasi akan berhasil
melaksanakan misinya bila ketiga faktor tersebut dimilikinya, artinya jika mempunyai
kemampuan, kemauan dan kebebasan bertindak. Kebebasan bertindak di sini dimaksudkan
kebebasan untuk melakukan kegiatan tertentu sepanjang tidak merugikan orang lain. Bila
mempunyai kemauan dan kernampuan saja tanpa disertai kebebasan bertindak, seorang
wirakop tidak akan pernah berhasil. Bila mempunyai kemampuan dan diberi kebebasan
untuk bertindak tetapi tidak mempunyai kemauan untuk melaksanakannya, tidak akan
berhasil melaksanakan misinya. Demikian halnya jika kemauan dan diberi kebebasan
bertindak tetapi tidak punyai kemampuan untuk melaksanakan suatu tindakan, wirausaha
koperasi seperti ini juga tidak akan berhasil dalam menjalankan misinya. (Hendar. 2010. Hal:
235-237).
DAFTAR PUSTAKA

Subandi. 2015. Ekonomi Koperasi ( Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta


Sitio, Arifin dan Holomoan Tamba. 2001. Koperasi (Teori dan Praktik). Jakarta: Erlangga
Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi (untuk perguruan tinggi). Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi (Pokok-pokok Pikiran Mengenai Manajemen
dan Kewirausahaan Koperasi). Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai