Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BELAJAR DELAPAN JAM TERHADAP SISWA


Dibuat untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

NAMA: MONALISA ANGELITA GLORI KIRIHIO


NIS: 098/0022852200
KELAS: XI-IPA

SMA LENTERA HARAPAN SENTANI


KAB. JAYAPURA
2020
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pembelajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi manusia. Bahkan pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk
mencapai cita-cita kita di masa depan nanti. Setiap orang harus mendapatkan
pendidikan yang layak, agar bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dilihat dari Kompasian, pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan investasi penting dalam menghadapi
masa depan dunia secara global. Oleh karena itu setiap orang mempunyai hak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Agar bisa menciptakan sumber daya manusia
yang mampu dalam meningkatkan kemajuan suatu daerah.
Pada laporan ini, penulis akan membahas tentang pengaruh belajar delapan jam
terhadap siswa. Belajar delapan jam bagi siswa memang baik, namun program
delapan jam ini bisa membawa dampak yang buruk bagi siswa. Yang di mana dapat
merugikan siswa secara tidak langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah belajar delapan jam di sekolah bisa membuat siswa paham terhadap
materi-materi yang di berikan guru?
2) Apakah belajar delapan jam di sekolah sudah efektif?
3) Bagaimana respon siswa terhadap belajar delapan jam di sekolah?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Agar pembaca dapat mengetahui dampak-dampak yang di timbulkan oleh
program belajar delapan jam.
2) Agar pemerintah bisa mempertimbangkan kembali proses belajar delapan jam.
1.4 Manfaat Penelitian
Agar siswa dan guru bisa memaksimalkan proses belajar mengajar di sekolah.
1.5 Batasan Masalah
Mengingat pendidikan itu penting, bahkan pendidikan sangat berpengaruh
terhadap SDM dan majunya suatu daerah. Tetapi jika pendidikan itu di lakukan secara
paksa, seperti memaksa siswa untuk belajar selama delapan jam di sekolah. Hal ini
bisa mengganggu aktivitas masing-masing siswa. Dan bahkan bisa mengganggu
mental seorang siswa.
1.6 Hipotesis
Pada sistem pembelajaran delapan jam dapat memengaruhi mental seorang siswa.
Bab II
Landasan Teori
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang
diperkuat. Berikut ini ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli:

1. Dimyati dan Mudjiono (2006) : Belajar merupakan suatu proses


internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut
adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan
dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan
sosial.
2. Djamarah dan Zain (2010) :Belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme
atau pribadi.
3. Hamalik (2010) : Belajar adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan
proses untuk mencapai tujuan. Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
4. Hamzah (2006) : Belajar merupakan suatu proses yang sistematis yang
tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan anak didik.

2.1.2 Jenis-jenis

1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)


Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan cara –
cara berpikir abstrak. Tujuannya ialah memperoleh pemahaman serta
pemecahan yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal – hal yang abstrak
peranan akal atau rasio sangatlah penting. Begitu pula penguasaan atau
prinsip-prinsip. dan konsep – konsep. Termasuk dalam jenis ini, misalnya,
belajar tauhid, astronomi, kosmografi, kimia, dan matematika.
2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)
Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertujuan
memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan – gerakan
motorik. Dalam belajar jenis ini, proses pelatihan yang intensif dan teratur
sangat diperlukan. 
3. Belajar Sosial (Social Learning)
Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan
dan pemahaman terhadap masalah – masalah sosial, penyesuaian terhadap
nilai – nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar
memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antaretnis atau
antarkelompok, dan masalah – masalah lain yang bersifat sosial.

2.2 Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan. Berikut ini ada terdapat pengertian siswa menurut
beberapa sumber.
1. Menurut Kompas, 1985
Siswa atau peserta didik merupakan mereka yang secara khusus diserahkan oleh
kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan disekolah,
dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan berketerampilan,
berpengalaman berakhlak mulia dan mandiri.

2. Menurut Jawa Pos, 1949


Siswa juga dapat dikatakan sebagai murid atau pelajar, ketika berbicara siswa
makan pikiran kita akan tertuju kepada lingkungan sekolah, baik sekolah dasar
maupun menengah.

3. Menurut Gramedia, 2005


Siswa merupakan komponen masukan dalam system pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

4. Menurut Wikipedia
Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

5. Menurut Undang-Undang Pendidikan No. 2 Th. 1989


Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada
dalam taraf pendidikan yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak
didik.

6. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4


Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan kualitas dirinya
dengan melalui proses pendidikan tertentu.

2.3 Hubungan Belajar dan Siswa


Belajar memang sangat baik bagi manusia, apalagi siswa belajar pelajaran yang
memang betul-betul membuat ia berkembang. Namun jika siswa belajar terus-
menerus tanpa henti, hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan siswa juga. Siswa juga
harus membutuhkan waktu untuk istirahat, karena jika otak siswa lelah, hal ini bisa
membuat siswa jatuh sakit. Oleh karena itu, jika siswa terus-menerus menguras otak
tanpa adanya istirahat. Hal ini bisa merugikan siswa itu sendiri.

Bab III
Metodologi Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat
Penulis melakukan penelitian ini di SMA Lentera Harapan, pada tanggal 11-20
Februari 2020. Yang dilakukan kepada enam siswa SMA Lentera Harapan, untuk mendukung
penelitian ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dengan menulis karya ilmiah ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data
yaitu teknik wawancara dan tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka. Dan Observasi adalah teknik pengumpulan data yang di
lakukan penulis berdasarkan pemahaman penulis mengenai topik yang di bahas.
Bab IV
4.1Hasil dan Penelitian
Berikut ini adalah hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis.

A Wawancara

No Nama Pertanyaan Jawaban

1 Martina 1) Apakah belajar delapan 1 Ya, karena waktu untuk kita


belajar di sekolah lebih banyak.
Kmurawak jam di sekolah bisa
membuat siswa lebih 2 Tidak, karena belajar delapan
jam bisa membuat siswa lebih
paham terhadap materi? cepat lelah dan stres.
2) Apakah belajar delapan
jam disekolah sudah 3 Membuat siswa sangat lelah,
stres dan bahkan bisa membuat
efektif? siswa jatuh sakit.
3) Bagaimana respon
2 Tesalonika 1 Tidak, karena dalam delapan
siswa terhadap belajar jam di bagi-bagi dengan mata
Buiney delapan jam disekolah? pelajaran yang berbeda-beda.

2 Tidak, karena kita terlalu


banyak menghabiskan waktu
untuk belajar sehingga otak kita
lelah. Hal ini membuat siswa
tidak efektif dalam belajar.

3 Tidak setuju, karena


seharusnya guru tidak memaksa
siswa untuk memahami materi.

3 Joice Ohee 1 Tergantung dari siswanya, jika


siswanya punya niat untuk
belajar pasti ia akan mengerti
materi-materi yang di berikan
guru.

2 sangat efektif, karena setiap


mata pelajaran sudah
mempunyai program semester
masing-masing.

3 Menurut saya belajar delapan


jam membuat siswa sangat
lelah, sehingga siswa tidak
punya waktu yang cukup untuk
membantu orang tua.

4 Josuhua Israel 1 Tergantung dari gurunya, jika


gurunya mengajar dengan baik
Ohee maka siswa juga bisa
memahami materinya dengan
baik.

2 sudah, karena setiap hari


sudah mempunyai jadwal
pelajarannya masing-masing.

3 siswa merasa lelah karena


setengah hari siswa habiskan di
sekolah.

5 Jenny Taudufu 1 Tidak, karena waktu istirahat


siswa terganggu sehingga siswa
tidak bisa belajar dan mengerti
pelajaran dengan baik.

2 Belum, siswa lelah karena


waktu istirahat di pakai untuk
belajar.

3 saya tidak setuju dengan


program belajar delapan jam.
Hal ini membuat siswa sangat
lelah.

6 Esther Andoyap 1 Ya, jika muridnya mau


mengulang materinya di rumah
lagi.

2 Ya, karena waktu yang di


pakai untuk belajar sangat
banyak.

3 Sebagai siswa saya sangat


lelah akibat terlalu banyak
waktu yang kita habiskan untuk
belajar.

B. Observasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dengan judul penelitian yaitu
belajar selama delapan jam di sekolah. Hal ini membawa dampak positif dan juga dampak
negatif bagi siswa. Dampak positifnya, siswa dapat belajar dan mengerti pelajaran yang
diajarkan oleh guru dengan baik. Karena waktu yang dipakai untuk belajar sudah sangat
cukup. Dampak negatifnya, siswa kelelahan karena siswa tidak mempunyai waktu istirahat
yang cukup. Dan tidak hanya itu, siswa bahkan jatuh sakit karena kurang istirahat dan
kelelahan otak.

4.2 Pembahasan
A. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, di sini penulis akan membahas
tentang pendapat-pendapat yang di berikan narasumber tentang pengaruh belajar delapan jam
terhadap siswa.

Narasumber pertama mengatakan bahwa siswa lebih paham materi karena waktu yang
dipakai untuk belajar sudah sangat cukup. Tetapi proses belajarnya tidak efektif karena waktu
untuk istirahat di pakai untuk belajar. Hal ini membuat siswa lebih lelah dan stres, bahkan
siswa punya peluang untuk jatuh sakit. Berikutnya Narasumber kedua mengatakan bahwa
belajar delapan jam, tidak bisa membuat siswa paham terhadap materi-materi yang di berikan
guru. Karena dalam waktu delapan jam masih di bagi-bagi lagi ke dalam beberapa mata
pelajaran.

Hal ini juga membuat proses belajar di sekolah tidak efektif, karena siswa
menghabiskan banyak waktu untuk belajar seharian tanpa adanya istirahat yang cukup.
Narasumber kedua juga beranggapan bahwa guru seharusnya tidak memaksa siswa untuk
memahami materi dalam jangka waktu delapan jam. Selanjutnya narasumber ketiga
mengatakan bahwa paham atau tidak pahamnya siswa terhadap suatu materi yang di berikan
guru, tergantung dari siswanya. Apakah ia mau mengulangnya lagi di rumah atau
membiarkan saja materinya. Hal ini sudah sangat efektif karena waktu yang di pakai untuk
belajar juga sudah sangat banyak. Namun hal ini membuat siswa cepat lelah dan stres karena
terlalu memaksa otak untuk berpikir tanpa adanya waktu untuk istirahat yang cukup.

Selanjutnya narasumber keempat mengatakan bahwa paham atau tidak pahamnya siswa
terhadap suatu materi tergantung dari guru yang mengajar. Jika gurunya mengajarkan dengan
baik, maka siswa akan paham materi dengan baik juga. Dan belajar delapan jam sudah efektif
karena sekolah sudah mempunyai jadwal pelajaran yang di tentukan oleh masing-masing
kelas. Menurut narasumber keempat, ia mengatakan bahwa dengan belajar delapan jam bisa
membuat siswa lebih cepat stres dan sakit.

Berikutnya narasumber kelima mengatakan bahwa dengan belajar delapan jam tidak bisa
membuat siswa paham terhadap materi-materi yang di berikan oleh guru. Karena sistem ini
membuat siswa cepat lelah dan kurang istirahat yang cukup. Hal ini membuat otak siswa
tidak bisa mencerna materi-materi dengan baik. Dan yang terakhir narasumber keenam
mengatakan bahwa siswa dapat memahami materi-materinya, jika siswa mau mengulangnya
lagi di rumah. Dan menurut narasumber ini, belajar delapan jam sudah efektif karena waktu
yang di pakai untuk belajar sudah sangat cukup. Namun sebagai seorang siswa, pasti sangat
lelah dan stres karena tugas yang di berikan sangat banyak.

B. Observasi
Berdasarkan pembahasan dari narasumber-narasumber yang sudah memberikan
pendapat mereka tentang belajar delapan jam di sekolah. Di sini penulis sendiri ingin
berpendapat tentang belajar delapan jam. Memang belajar delapan jam sudah sangat baik
untuk meningkatkan kognitif dari seorang siswa yang berniat untuk belajar. Namun hal ini
bisa membuat siswa merasa terbebani oleh waktu belajar yang sangat banyak. Sehingga siswa
tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Siswa
hanya bisa menghabiskan waktu luang mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah
yang belum di selesaikan.

Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan teori-teori yang telah penulis ketik dan
bahas di atas. Pada bab ini penulis ingin menyampaikan bahwa belajar delapan jam
mempunyai dampak positif dan dampak negatifnya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai