Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH RASIO CAMEL TEHADAP MANAJEMEN LABA PADA

BANK UMUM SYARIAH TAHUN 2015-2018

PROPOSAL

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Tugas UAS Akuntansi Syariah

Diajukan kepada :

M. Ichsan Diarsyad, SE., M. Si

Oleh :

NUR OKTAVIA RIYANTI

BCA 116 013

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan proposal
ini sebatas dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Saya sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “PENGARUH RASIO CAMEL
TEHADAP MANAJEMEN LABA PADA BANK UMUM SYARIAH
TAHUN 2015-2018”.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Palangka Raya, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka Dan Pengembangan Hipotesis.....................................4
2.1 Agency Theory...........................................................................................4
2.2 Manajemen Laba.......................................................................................5
2.3 Bank Syariah.............................................................................................7
2.4 Akuntansi Syariah.....................................................................................9
2.5 Rasio CAMEL...........................................................................................11
2.6 Penelitian Terdahulu..................................................................................13
2.7 Kerangka Pemikiran..................................................................................15
2.8 Pengembangan Hipotesis...........................................................................15
2.8.1. CAR Terhadap Manajemen Laba..............................................15
2.8.2. RORA Terhadap Manajemen Laba...........................................16
2.8.3. ROA Terhadap Manajemen Laba.............................................16
2.8.4. NPM Terhadap Manajemen Laba.............................................17
2.8.5. LDR Terhadap Manajemen Laba..............................................17
BAB III Metode Penelitian....................................................................................19
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................19
3.2 Populasi Dan Sampel.................................................................................19
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................20
3.4 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel.......................................20
3.4.1 Variabel Independen.........................................................................20
3.4.2 Variabel Dependen...........................................................................22
3.5 Alat dan Teknik Analisis Data..................................................................24

ii
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif...................................................................24
3.5.2 Uji Asumsi Klasik.........................................................................24
3.5.2.1 Uji Normalitas.........................................................................24
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas............................................................26
3.5.2.3 Uji Multikolonieritas...............................................................26
3.5.2.4 Uji Autokorelasi......................................................................26
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda..................................................27
3.5.4 Uji Hipotesis..................................................................................28
3.5.4.1 Uji T.........................................................................................28
3.5.4.2 Uji F.........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Laporan keuangan bank adalah salah satu kewajiban yang harus
dilakukan pihak bank. Laporan ini dibuat dalam periode tertentu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Proses pembuatan laporan ini dilakukan oleh
pihak internal bank, berdasarkan data dan laporan dari bidang kerja. Laporan
keuangan bank sama dengan laporan keuangan perusahaan lainya, yaitu
terdiri dari Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan,dan Laporan
Perubahan Posisi Keuangan.
Laporan keuangan bank memiliki beberapa manfaat yaitu, sebagai alat
ukur kinerja manajemen oleh jajaran pemegang saham, sebagai alat kontrol
terhadap kesehatan bank, sebagai alat peningkat kredibilitas, media promosi,
dan sebagai media untuk mengetahui keuntungan atau kerugian sebuah bank
dalam periode tertentu.
Informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan merupakan
yang salah satu informasi utama yang dapat diakses oleh investor, kreditur
maupun pemegang saham untuk menilai kinerja manajer dalam mengelola
dana perusahaan. Manajer dapat saja melakukan praktik manajemen laba
(earnings management) untuk tujuan tertentu.
Bagi investor laporan laba adalah laporan yang paling diminati
diantara laporan yang lain. Namun, para pengambil keputusan yang
menggunakan data laporan keuangan seharusnya lebih berhati-hati dan
bersikap kritis dalam menilai kualitas sebuah laporan keuangan. Pasalnya bisa
saja laporan keuangan yang sedang dinilai mengandung angka-angka yang
nilainya telah dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi ekonominya.
Manajemen laba merupakan aktivitas badan usaha memanfaatkan
teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan.
Manajemen laba akan dihitung berdasarkan proksi akrual diskresioner.
Akrual diskresioner merupakan permainan angka laba yang dilakukan
menggunakan teknik dan kebijakan akuntansi.

1
Beberapa penelitian menemukan adanya praktik manajemen laba di
sektor perbankan. Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia,
juga menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings
management pada bank dalam usaha memenuhi ketentuan kecukupan CAR
(Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Dan Arnawa(2006) juga
menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara
meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca progam rekapitalisasi.
Bank syariah yang merupakan salah satu bentuk operasional bank
yang ada di Indonesia, dimana seperti bank konvensional, bank syariah juga
terikat dengan peraturan baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun Bank
Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, dan ditambah dengan aturan
syariah.
Penilaian kinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap
faktor- faktor pemodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen
(management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) kelima fokus
penilaian ini sering disebut dengan singkatan CAMEL. Sehingga penelitian
pada bank syariah untuk melihat indikasi praktik manajemen laba yang
dipengaruhi oleh kinerjanya menjadi hal yang menarik untuk dibahas.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :
1. Apakah terdapat indikasi praktik manajemen laba di Bank Umum
Syariah?
2. Apakah Rasio CAMEL berpengaruh secara parsial terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum Syariah?
3. Apakah Rasio CAMEL berpengaruh secara simultan terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum syariah?

2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahi indikasi praktik manajemen laba di Bank Umum Syariah
2. Mengetahui pengaruh Rasio CAMEL secara parsial terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum Syariah
3. Mengetahui pengaruh Rasio CAMEL secara simultan terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum syariah?

1.4. Manfaat Penelitian


Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur
dalam bidang manajemen dan akuntansi perbankan syariah,
2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan kajian teoritis, terutama yang berkaitan
dengan bidang akuntansi perbankan syariah,
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian
berikutnya dan menjadi masukan untuk perbaikan regulasi sistem
perbankan syariah di Indonesia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)


Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua
atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang
lain disebut principal. Principel mendelegasikan pertanggungjawaban atas
decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principel
memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent
maupun principel diatur dalam kontrak kerja yang telah disepakati bersama.
Masalah yang mendasari teori ini adalah konflik kepentingan antara
principal dan agent dimana masing-masing pihak memiliki tujuan yang berbeda
dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana
memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui
aktivitas usaha.
Eisenhardt (1989) mengungkapkan bahwa teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest).
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas menegenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality).
3. Manusia selalu menghindari risiko (risk adverse).

Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang


saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik
kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Jadi, teori ini
timbul pada saat keinginan dan tujuan dari principal dan agent berlawanan, dan
melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agent adalah
hal yang sulit bagi principal.

Teori agensi memiliki asumsi bahwa setiap individu semata-mata


termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent (Gerianta, 2009). Pihak pemilik

4
(principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent)
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Dibutuhkan kontrak yang jelas yang berisi hak dan kewajiban masing-masing
pihak dengan tujuan meminimalisir konflik keagenan.

Ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi dan konflik


kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika
informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh moral hazard (kekacauan moral). Asimetri informasi antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan
kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam
rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Ujiyantho
dan Pramuka, 2007). Namun dalam konteks penelitian ini asimetri informasi yang
digunakan untuk melakukan manajemen laba dapat menyesatkan Bank Indonesia
sebagai pengguna informasi keuangan dalam rangka menentukan apakah bank
umum syariah tersebut sehat dan layak untuk beroperasi.

2.2 Manajemen Laba


Manajemen laba adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam
mengelola laporan keuangan agar tampak terlihat memiliki kualitas (quality of
financial reporting). Laporan Keuangan yang paling sering dimanipulasi adalah
laporan laba rugi (Suhendah, 2005). Dengan dimanipulasinya laporan keuangan
tersebut secara tidak langsung membuat proses pelaporan keuangan eksternal
tidak relevan dan tidak netral karena adanya campur tangan pihak manajemen
yang mempunyai tujuan untuk kepentingannya sendiri, sehingga dapat
mengurangi kredibilitas dari laporan keuangan. Campur tangan pihak manajemen
akan membuat bias laporan keuangan yang nantinya dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan khususnya investor dalam membuat kebijakan yang
ingin diambil untuk perusahaan.

5
Menurut Belkaoui (2007) isu-isu yang terjadi dalam manajemen laba
antara lain :

1. Manajemen laba bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan


atau manajemen (mengenai laba di masa mendatang bagi publik).

2. Manajemen laba bertujuan untuk mempengaruhi kinerja harga jangka


pendek dengan berbagai cara.

3. Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimetris
dalam suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui
manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.

Scott (2009) mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan


manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:

1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan
expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar
mendapatkan laba di masa yang akan datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastic dapat diatasi
dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba
memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar
mendapatkan laba di masa yang akan datang.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa
mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan
net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

6
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Teknik dalam melakukan manajemen laba dapat dikelompokkan menjadi


tiga yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen


untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap estimasi akuntansi
antara lain; estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu
depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya
garansi, dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi digunakan untuk
mencatat suatu transaksi, seperti merubah metode depresiasi aktiva tetap dari
metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Teknik ini disebut sebagai
manipulasi keputusan operasional. Contoh rekayasa periode biaya atau
pendapatan antara lain mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, untuk promosi, kerja sama
dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan,
pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk
memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah
tidak dipakai.

2.3. Bank Syariah


Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada
masyarakat dalam bentuk kredit dan dalam bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bab 1 pasal 1, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

7
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Syariah.
Menurut undang- undang nomor 27 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank syariah adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Alasan berdirinya bank syariah adalah adanya unsur riba (bunga) di bank
konvensional, padahal dalam Al-Qur’an dan Sunnah sudah dengan jelas melarang
adanya bunga dan juga banyaknya pendapat dari para ahli fiqih yang
mengharamkan adanya bunga.
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank syariah tidak menggunakan
sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau
dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan
maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai
dengan hukum islam.
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
memperbolehkan Bank Umum Konvensional mempunyai Unit Usaha Syariah
atau sering disebut UUS. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat
Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit 25
kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit usaha syariah.
Unit Usaha Syariah dapat berkembang menjadi Bank Umum Syariah. Jadi
dapat dikatakan Unit Usaha Syariah merupakan cikal bakal Bank Umum Syariah
(Peraturan Bank Indonesia No. 4/1/PBI/2002 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum

8
Pasal 1 Ayat 9). Namun tidak semua bank syariah berawal dari Unit Usaha
Syariah, contohnya Bank Muamalat. Bank ini berdiri langsung berbadan hukum
Bank Umum Syariah.
Adanya Unit Usaha Syariah merupakan bukti komitmen pemerintah dalam
usahanya mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Komitmen ini
diwujudkan dalam bentuk aturan mengenai dual banking system di perbankan
konvensional. Peraturan ini memperbolehkan Bank Umum Konvensional untuk
menjalankan usaha syariah melalui Unit Usaha Syariah tersebut.

2.4. Akuntansi Syariah

Akuntansi dalam hukum Islam berhubungan dengan pengakuan,


pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak dan kewajiban secara
adil. Seperti tercantum dalam Surat Al Baqoroh ayat 282 : “Hai, orang-orang
yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah 26 seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar”. Allah juga telah berfirman
“Celakalah bagi orang-orang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menimbang
atau menakar untuk orang lain, mereka kurangi” (QS 83: ayat 1-3). Dalam hadist
juga disebutkan, “Hai, hambaKu, Aku telah haramkan bagiku kezaliman dan
telah mengharamkannya diantara kamu, jadi janganlah menindas satu sama
lain”.

Akuntansi syariah merupakan bagian dari akuntansi yang relatif sangat


baru sehingga tidak banyak negara yang melakukan pembahasan akuntansi
syariah. Namun pada tahun 1991 di negara Bahrain telah berdiri Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institution dan pada tahun 1998
organisasi tersebut mengeluarkan buku “Accounting and Auditing Standard for
Islamic Financial Institutions” (AAOIFI) yang dapat dijadikan acuan dalam 24
pembahasan akuntansi syariah mengenai akunting dan auditing.

9
Organisasi dan ruang lingkup tanggung jawab Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution dalam buku “Accounting, Auditing
and Governance Standard for Islamic Financial Institutions” adalah :
1. Majelis Umum, merupakan pihak yang mempunyai wewenang tertinggi,
terdiri dari anggota pendiri dan anggota bukan pendiri, dan bertemu minimal
setahun sekali.
2. Dewan Pengurus, diangkat oleh Majelis Umum yang mewakili badan pengatur
dan pengawas, lembaga-lembaga keuangan Islam, dewan pengawas syariah,
profesor universitas, organisasi dan asosiasi yang bertanggung jawab untuk
membuat standar akuntansi dan auditing, akuntan resmi (certified accountant)
dan para pemakai lembaga keuangan-lembaga keuangan Islam.
3. Badan Standar Akuntansi dan Auditing, diangkat oleh Dewan Pengurus yang
mencerminkan berbagai kategori yaitu badan pengatur dan pengawas,
lembaga-lembaga keuangan Islam, dewan pengawas syariah, professor
universitas, organisasi dan asosiasi yang bertanggung jawab untuk mengatur
profesi akuntansi dan atau yang bertanggung jawab untuk membuat standar
akuntansi dan auditing, akuntan resmi, dan para pemakai laporan dari
lembaga-lembaga keuangan Islam.
4. Dewan Syariah, diangkat oleh Dewan Pengurus dan mempunyai wewenang
untuk memeriksa laporan akuntansi dan auditing yang diusulkan, standar
praktek dan pedoman praktek dari sudut pandang syariah serta memeriksa
setiap pertanyaan yang diterima oleh AAOIFI yang berhubungan dengan
masalah-masalah syariah.
5. Komite Eksekutif, anggota yang mempunyai kekuasaan untuk memeriksa
rencana jangka pendek dan jangka panjang yang dibuat oleh Badan Standar,
anggaran tahunan AAOIFI, peraturan-peraturan yang mengatur pembentukan
komite dan gugus tugas dan penunjukkan konsultan.
6. Sekretariat Umum, mengkoordinasi kegiatan badan-badan berikut ini dan
bertindak sebagai rapporteur dari Majelis Umum, Dewan Pengurus, Badan
Standar, Komite Eksekutif, Dewan Syariah dan sub komite. Selain itu
Sekretariat Umum juga mengawasi studi yang berkaitan dengan pembuatan
laporan, standar dan pedoman akuntansi dan auditing serta menguatkan

10
hubungan AAOIFI dan organisasi-organisasi lain dan mewakili AAOIFI pada
konferensi, seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah.

2.5. Rasio CAMEL

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tentang


Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Peraturan Bank Indonesia nomor
9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, rasio CAMEL adalah rasio keuangan yang
digunakan Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Tingkat
kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif
dan atau kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Pengukuran
kesehatan bank adalah salah satu tugas Bank

Rasio model CAMEL terdiri dari dari komponen Capital, Asset quality,
Management, Earning dan Liquidity. erdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan
Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah komponen capital digunakan
untuk menilai tingkat kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur
risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul.

Komponen asset quality digunakan untuk menilai kondisi aset bank,


termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan
muncul. Komponen management digunakan untuk menilai kemampuan
manajerial pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip
manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap
ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan
terhadap prinsip syariah dan komitmen bank kepada Bank Indonesia.

Komponen earnings digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam


menghasilkan laba. Sedangkan komponen liquidity digunakan untuk menilai

11
kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk
antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul (Surat Edaran Bank Indonesia
No. 9/24/DPbS).

Kriteria Penilaian CAR

Hasil Rasio Kriteria


CAR ≥ 12% Sangat sehat
9% ≤ CAR < 12% Sehat

8% ≤ CAR < 9% Cukup sehat

6% ≤ CAR < 8% Kurang sehat

CAR < 6% Tidak sehat

Kriteria Penilaian ROA

Hasil Rasio Kriteria


ROA ≥ 1,5% Sangat sehat
1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

0,5% ≤ ROA ≤ 1,25% Cukup sehat

0% < ROA ≤ 0,5% Kurang sehat

ROA ≤ 0% Tidak sehat

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober


2007

Kriteria Penilaian NPM

Hasil Rasio Kriteria


NPM ≥ 100% Sangat sehat
81% ≤ NPM < 100% Sehat
66% ≤ NPM < 81% Cukup sehat

51% ≤ NPM < 66% Kurang sehat


NPM < 51% Tidak sehat

12
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004.

Kriteria Penilaian LDR

Hasil Rasio Kriteria


50%< LDR ≤ 75% Sangat sehat
75% < LDR ≤ 85% Sehat
85% < LDR ≤ 100% Cukup sehat

100% < LDR ≤ 120% Kurang sehat

LDR > 120% Tidak sehat

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei


2004.

2.6. Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL
HASIL PENELITIAN
. PENELITI PENELITIAN
1. Koosrini Pengaruh Rasio 1. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa
Setiawati Camel Terhadap Variabel Rasio CAR, ROA, NPM Dan
(2010) Praktik Manajemen LDR Berpengaruh Negatif, Hanya
Laba Di Bank Variabel Rasio RORA Yang
Umum Syariah Berpengaruh Positif. Namun Semuanya
Tidak Berpengaruh Secara Signifikan
Terhadap Praktik Manajemen Laba Di
Bank Umum Syariah.
2. Fransina Kinerja Bank 1. Hasil Uji Hipotesis Dengan
Wattimena Dengan Rasio Menggunakan Regresi Berganda
(2012) Camel Terhadap Menunjukkan Bahwa Terdapat
Praktik Manajemen Pengaruh Yang Signifikan Negatif
Laba Rasio CAR, Rasio ROA, Rasio RORA,
Rasio NPM Dan Rasio LDR Terhadap
Manajemen Laba
3. Luh Gede Pengaruh Rasio 1. Hasil Penelitian menyatakan variabel

13
Kusuma Camel Pada Praktik rasio CAR, ROA, dan NPM
Dewi, I Manajemen Laba berpengaruh negatif tidak signifikan
Wayan Di Bpr Provinsi pada manajemen laba di BPR Provinsi
Suartana Bali Bali. Variabel rasio RORA dan LDR
dan IB berpengaruh signifikan pada
Putra manajemen laba di BPR Provinsi Bali,
Astika Secara rata-rata dapat disimpulkan ada
(2013) indikasi praktik manajemen laba di
BPR Provinsi bali
4. Zahara Dan Pengaruh Rasio 1. Hasil kami menunjukkan bahwa secara
Sylvia Camel Terhadap rata-rata, tidak ada praktik manajemen
Veronica Praktik Manejemen laba yang signifikan (diukur
Siregar Laba Di Bank menggunakan akrual diskresioner) di
(2009) Syariah bank syariah, dan rasio CAMEL tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, kecuali NPM yang
memiliki efek positif dan signifikan. Ini
menunjukkan bahwa meskipun rata-rata
tidak ada manajemen laba di bank
syariah, profitabilitas bank mendorong
manajemen untuk terlibat dalam
aktivitas manajemen laba. Studi ini
menemukan bukti bahwa manajemen
laba dalam BUS secara signifikan lebih
tinggi daripada UUS itu.
5. Titik Aryati Rasio Keuangan 1. Hasilnya menunjukkan lima rasio
dan Sebagai Prediktor keuangan yang signifikan untuk
Henikus Bank Bermasalah mempengaruhi kemungkinan bank
Manao di Indonesia bangkrut dalam jangka waktu lima
(2000) tahun. Rasionya adalah CAR, RORA,
ROA, kewajiban call-money neto
dengan aset lancar, dan LDR. Namun,
ketika menguji asosiasi satu tahun

14
sebelum kegagalan bank, penelitian ini
mengungkapkan RORA, ROA, LDR,
biaya operasi untuk pendapatan operasi,
dan kewajiban call-money untuk arus
aset menjadi signifikan untuk prediksi
kebangkrutan dalam industri perbankan
di Indonesia.

2.7. Kerangka Pemikiran


CAR (X1)

RORA (X2)
MANAJEMEN
LABA
ROA (X3) (Y)

NPM (X4)

LDR (X5)

2.8. Pengembangan Hipotesis

2.8.1. CAR Terhadap Manajemen Laba

CAR adalah rasio kinerja bank untuk kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, misalnya kredit yang
diberikan. CAR menunjukan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat
ditutup oleh ekuitas bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik
kondisi sebuah bank. Berdasarkan ketentuan BI, bank dinyatakan termasuk
bank sehat jika memiliki CAR minimum 8% (Firdaus, 2013).

Manajemen laba dilakukan oleh bank semakin intensif dengan arah


terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang memiliki nilai CAR lebih
rendah dari ketentuan minimum Bank Indonesia cenderung lebih intensif
melakukan praktik manajemen laba dan sebaliknya (Zahara dan Veronica,

15
2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rasio CAR berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Setiawati (2010)
menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik
manajemen laba. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:

H1 : Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di


bank umum syariah.

2.8.2. RORA Terhadap Manajemen Laba

Rasio RORA merupakan salah satu rasio yang menunjukan


profitabilitas bank. Secara teori diketahui bahwa bank yang memiliki
profitabilitas rendah lebih termotivasi untuk melakukan earning manajemen.
Bank cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan cara
meningkatkan laba apabila diperoleh laba yang lebih rendah dari yang
diinginkan (Robb, 1998 dalam Zahara dan Veronica, 2009). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank berpengaruh negatif terhadap
praktik manajemn laba. Dewi (2013) melakukan penelitian mengenai
manajemen laba di BPR Bali dan menemukan bukti empiris bahwa RORA
berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan
uraian di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di


Bank Umum Syariah

2.8.3. ROA Terhadap Manajemen Laba

ROA adalah rasio yang menunjukkan efektivitas penggunaan aset,


semakin tinggi nilai ROA menunjukkan pengelolaan aset semakin produktif.
Nilai ROA yang rendah diduga akan memotivasi manajemen untuk melakukan
manajemen laba dengan cara meningkatkan laba. Aryati dan Manao (2000)
menggunakan rasio ROA untuk memprediksi tingkat kegagalan bank dan
hasilnya terbukti signifikan. Wattimena (2012) menggunakan ROA dalam
penelitiannya, dan menemukan bukti empiris bahwa secara signifikan ROA

16
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas,
maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

H3 : ROA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di Bank


Umum Syariah.

2.8.4. NPM Terhadap Manajemen Laba

Rasio NPM menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba dari


aktivitas operasionalnya. Wattimena (2012) menemukan bukti empiris bahwa
NPM berpengaru negatif terhadap manajemn laba. Bank sehat akan
mendapatkan nett income yang besar dan operating income-nya juga sebanding
atau proposional dengan nett income- nya. Sehingga diduga rasio NPM yang
rendah akan memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba. Rasio ini
berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba (Setiawati, 2010).
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Rasio NPM berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di


bank umum syariah

2.8.5. LDR Terhadap Manajemen Laba

Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara


jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Rasio LDR ini
menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana dari pihak ketiga yang
dihimpunnya. Imbalan yang diterima dari penyaluran kreditnya merupakan
pendapatan bagi bank tersebut sebaliknya bank harus mengeluarkan imbalan atas
dana pihak ketiga yang merupakan biaya bagi bank tersebut. Semakin rendah nilai
LDR yang juga menunjukkan rendahnya penghasilan bank, maka akan
memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba
(Zahara dan Veronica, 2009).

Dewi (2013) menemukan bahwa LDR berpengaruh negatif sinifikan


terhadap manajemen laba. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wattimena
(2012) yang menemukan bukti empiris bahwa LDR berpengaruh negatif

17
signifikan. Dari uraian di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H5 : LDR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di Bank


Umum Syariah

BAB III

18
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Instrumen


pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi lebih mudah dan
sistematis.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan


perbankan syariah di Indonesia. Terdapat 138 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), 6 Bank Umum Syariah (BUS) dan 25 Unit Usaha Syariah (UUS) yang
tersebar di seluruh Indonesia. Penelitian hanya berfokus pada bank umum syariah
terdapat kecenderungan indikasi praktik manajemen laba lebih signifikan di bank
umum syariah dari pada unit usaha syariah, namun hipotesisnya belum terbukti,
sehingga diperlukan pendalaman.

Berdasarkan dimensi waktu dan urutan waktu, penelitian ini bersifat cross
sectional yaitu mengambil sampel waktu kejadian pada suatu waktu tertentu dan
juga bersifat time series atau data panel (data pooled), yaitu mengambil sampel
berdasarkan urutan waktu. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah:
1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan bulanan untuk periode 2015
sampai 2018 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan terpublikasi
periode 2015 sampai dengan 2018, baik yang diperlukan untuk mendeteksi
manajemen laba maupun menghitung rasio CAMEL.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

19
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan
keuangan perbankan bulanan 2015-2018 yang dapat diakses langsung melalui
situs Bank Indonesia (www.bi.go.id). Periode ini dipilih karena pelaksanaan
sistem penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah mulai diterapkan untuk penilaian data. Data
pendukung lain diperoleh dengan metode studi pustaka dan jurnal-jurnal ilmiah,
serta literatur lain yang memuat bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Definisi Operasi dan Pengukuran Variabel

Variabel adalah apapun yang dapat membedakan, membawa variasi pada


nilai (Sekaran, 2006). Secara garis besar, dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

3.4.1 Variabel Independen


 Capital Adequecy Ratio ( Capital)

Capital Adequecy Ratio ( Aspek Permodalan) adalah rasio permodalan


yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank.Indikator yang digunakan
adalah CAR (capital adequecy ratio) yang diperoleh dengan membandingkan
total modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang di hitung dari bank
yang bersangkutan.

Total Ekuitas
CAR=
Total Aktiva

 Return On Risked Assets (Asset Quality)

20
RORA (Return On Risked Assets) kemampuan bank dalam berusaha
mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba.
merupakanrasio antara laba sebelum pajak dengan risked assets. risked assets
merupakan penjumlahan antara kredit yang diberikan ditambah dengan
penenempatan pada surat – surat berharga.

Laba sebelum Pajak


RORA=
Rissked Asset

 Return On Assets (Management)

Pengukuran kinerja dengan ROA menunjukkan kemampuan dari modal


yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. ROA
adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki
perusahaan. ROA (Return on Assets) adalah rasio antar laba setelah pajak
dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang
sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume
penjualan.

Laba Bersih
ROA=
Total Aset

 Net Profit Margin (Earnings)

Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk menunjukkan kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak
terhadap penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba
bersih yang diperolehdari setiap penjualan, pertimbangan seluruh kegiatan
manajemen bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen
kualitas aktiva, menajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen
likuiditas semuanya akan bermuara pada perolehan laba.

Laba Bersih
NPM=
Penjualan

21
 Loan to Deposit Ratio (Liquidity)

Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara


jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Rasio LDR ini
menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana dari pihak ketiga
yang dihimpunnya. Imbalan yang diterima dari penyaluran kreditnya
merupakan pendapatan bagi bank tersebut sebaliknya bank harus
mengeluarkan imbalan atas dana pihak ketiga yang merupakan biaya bagi
bank tersebut. Semakin rendah nilai LDR yang juga menunjukkan rendahnya
penghasilan bank, maka akan memotivasi bank untuk melakukan manajemen
laba dengan meningkatkan laba

Jumlah Kredit yang diberika n


LDR=
Jumlah dana pihak ketiga

3.4.2 Variabel Dependen


 Manajemen Laba

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau


mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel
manajemen laba sebagai variabel independen. Dalam penelitian ini earnings
management menggunakan proksi discretionary accrual. Model untuk
mengukur earnings management yang menggunakan proksi discretionary
accrual salah satunya adalah model modified Jones (Dechow et al., 1995
dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Tahap-tahap penentuan discretionary
accrual adalah seperti berikut:

(1) Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas


(cash flow approach), yaitu :
TACCit = NIit – CFOit

Keterangan:
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

22
NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
(2) Menentukan koefisien dari regresi akrual. Akrual diskresioner merupakan
perbedaan antara total akrual (TACC) dengan nondiscretionary accrual
(NDACC). Langkah awal untuk menentukan nondiscretionary accrual
yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut:
TACCit/TAit-1 = β1 (1/TAit-1 ) + β2 ((Δ REVit-ΔRECit)/TAit-1 ) + β 3
(PPEit/TAit-1 ) + e
Keterangan:
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

TA it-1 = Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t

ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i


pada tahun t

PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t

(3) Menentukan nondiscretionary accrual. Regresi yang dilakukan di (2)


menghasilkan koefisien β1, β2, dan β3. Koefisien β1, β2, dan β3 tersebut
kemudian digunakan untuk memprediksi nondiscretionary accrual melalui
persamaan berikut:
NDACCit = β1(1/TAit-1) + β2((ΔREVit-ΔRECit)/TAit-1) +
β3(PPEit/TAit-1) + e
Keterangan:
NDACCit = Nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t
e = Error
(4) Menentukan discretionary accrual. Setelah didapatkan akrual
nondiskresioner, kemudian discretionary accrual bisa dihitung dengan
mengurangkan total akrual dengan nondiscretionary accrual.

23
DACCit = (TACCit/TAit-1) – NDACCit
Keterangan:
DACCit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

3.5 Alat dan Teknik Analisis Data


Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis regresi linier berganda. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 20. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan pengujian dalam
penelitian ini:
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif, menurut Ghozali (2005), memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi). Standar deviasi, varian, maksimum dan minimum menunjukkan hasil
analisis terhadap dispersi data. Sedangkan skewness (kemencengan) dan kurtosis
menunjukkan bagaimana data terdistribusi. Varian dan standar deviasi
menunjukkan penyimpanagan data terhadap nilai rata-rata. Apabila standar
deviasi kecil, berarti nilai sampel atau populasi mengelompok di sekitar nilai
rata-rata hitungnya, karena nilainya hampir sama dengan nilai rata-rata, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap anggota sampel atau populasi mempunyai
kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai deviasi besar, maka penyebaran dari rata-
rata juga besar. Hal tersebut menunjukkan adanya selisih nilai maksimum dan
minimum yang terlalu ekstrim.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan
model dalam penelitian ini. Pengujian ini juga bertujuan untuk memastikan
bahwa di dalam model regresi tidak terdapat multikolinearitas,
heteroskedastisitas, autokorelasi serta untuk memastikan bahwa data yang
dihasilkan berdistribusi normal. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data
yang diperoleh dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu untuk memenuhi

24
asumsi dasar. Pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini sama dengan
pengujian yang dilakukan oleh Zahara dan Veronica (2009), antara lain:
1) Menguji normalitas data dengan melakukan one sample Kolmogorov
Smirnov,
2) Menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan Grafik Scatterplot,
3) Menguji multikolinearitas dengan melihat tolerance value dan variance
inflation factor (VIF), dan
4) Menguji autokorelasi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (statistik-
d).

3.5.2.1. Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal agar uji
statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dalam penelitian
dilakukan dengan cara melihat grafik Histogram dan Normal P Plot. Uji
statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual dalam
penelitian ini adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov. Uji
ini diyakini lebih akurat daripada uji normalitas dengan grafik, karena uji
normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara
visual kelihatan normal. Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan dengan
membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal.
Apabila asymptotic significance lebih besar dari 5 persen, maka data
terdistribusi normal.

3.5.2.2.Uji Heteroskedastisitas

25
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas,
yaitu keadaan dimana variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap. Uji Heteroskedastisitas yang akan dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan grafik Scatterplot. Uji grafik dilakukan
dengan membaca pola Scatterplot. Apabila titik-titik membentuk pola
tertentu pada Scatterplot, maka dapat disimpulkan terdapat
heteroskedastisitas dan model regresi harus diperbaiki.

3.5.2.3. Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat korelasi antara variabel bebas (independen). Dalam model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Multikolinearitas dapat diketahui dengan beberapa cara salah
satunya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF)
yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen (Ghozali, 2011). Jika
nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika
tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan multikolinieritas
pada penelitian tersebut.

3.5.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghozali, 2011).
Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi dapat diketahui melalui uji
Durbin Watson statistic. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi,
sebagai berikut:

26
1. Jika 0 < d < dL, maka tidak ada autokorelasi positif, hipotesis di tolak;

2. Jika dL ≤ d ≤ dU, maka tidak ada autokorelasi positif, tidak ada


keputusan / tidak dapat disimpulkan;

3. Jika 4-dL < d < 4, maka tidak ada autokorelasi negatif, hipotesis ditolak;

4. Jika 4-dU < d < 4-dL, maka tidak ada autokorelasi negatif, tidak dapat
disimpulkan; dan

5. Jika dU < d < 4-dU, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

3.5.3. Analisis Regresi


Regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) Analisis regresi
pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis regresi dalam
penelitian ini akan dilakukan dengan uji koefisien determinasi, uji signifikasi
simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parameter individual (uji statsitik t).

Rumus Regresi :

ADit = α + β1CARit + β2RORAit + β3NPMit + β4ROAit + β5LDRit + ε

Dengan ekspektasi :
β1 < 0, β2 < 0, β3 < 0, β4 < 0 dan β5 < 0
Dimana :
ADit = Akrual Diskresioner
CARit = nilai rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
RORAit = nilai rasio RORA (Return On Risked Assets)
ROAit = nilai rasio ROA (Return On Assets)
NPMit = nilai rasio NPM (Net Profit Margin)
LDRit = nilai rasio LDR (Loan to Deposite Ratio)

27
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1. Uji t (parsial)
Pengujian hipotesis secara parsial (individual) dilakukan dengan uji T.
Tujuan pengujian uji t adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara parsial.
Model pengujian koefisien parsial digunakan adalah dengan menggunakan
metode uji satu arah seebagai daerah kritis. Keputusan untuk menolak atau
menerima H0 adalah dengan membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel.
Adapun langkah - langkah dalam uji t yaitu:
1. Merumuskan hipotesis statistik
ADit = α + β1CARit + β2 RORAit + β3NPMit + β4ROAit + β5LDRit + ε
H0 : βi = 0 ; berarti tidak ada pengaruh sugnifikan antara variabel CAR,
RORA, ROA, NPM, LDR terhadap manajemen laba secara parsial.
Ha : βi ≠ 0 ; berati ada pengaruh yang signifikan antara variabel CAR,
RORA, ROA, NPM, LDR terhadap manajemen laba secara parsial.
2. Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5%. Derajat bebas (df) = n-k, dimana n =
jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel untuk menetukan nilai ttabel.
3. Menentukan besarnya thitung.
4. Kriteria pengujian
a. Apabila t hitung > t tabel dan – t hitung < - t tabel dengan tingkat
signifikansi (α) < 0,05; maka Ho diterima (Terdapat pengaruh variabel
bebas terhadap praktik manajemen laba).
b. Apabila t hitung < t tabel dan –t hitung > -t tabel dengan tingkat
signifikansi (α) < 0,05; maka Ho ditolak (Terdapat pengaruh variabel
bebas terhadap praktik manajemen laba).

3.5.4.2. Uji F (Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimaksud dalam penelitian mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen Ghozali (2011). Uji F dilakukan dengan

28
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F

pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05

dengan cara sebagai berikut:

1. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤

0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara

simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen; dan

2. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig ≥

0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti bahwa secara

simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aryati, Titik da Hekinus Manao (2000). “Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank
Bermasalah di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi III

Arnawa, I Gede (2006). “Analisa Indikasi Manajemen Laba melalui Discretionary


Allowance for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi”. Karya
Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.

Dariah, Siti (2015). “Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik Manajemen Laba
di Bank Umum Syariah”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Dewi, Luh Gede Kusuma, dkk. 2013. “Pengaruh Rasio CAMEL pada Praktik
Manajemen Laba di BPR Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Bali, Vol. 12, No. 1 Juni 2013.

Endriani, D (2004). “Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di


Indonesia Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal”. Karya
Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.

Firdaus, Ilham. 2013. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio
terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang.

Gerianta, Wirawan Yasa Dan I Putu Adnyana Usadha (2009). “Analisis


Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum
Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Kamil, Fiandri Gemii dan Shinta Dewi Herawati (2016). “Pengaruh Rasio Camel
Terhadap Praktik Manajemen Laba Dl Bank Umum Syariah (Studi Empiris
Pada Perusahaan Perbankan Syariah Yang Terdaftar Di Lndonesia Periode

30
2012-2014)”. Jurnal Akantansi Bisnis dan Ekmomi , Volume 2 No. 1,
Universitas Widyatama.

Milla, Chusnul (2016). “Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik Manajemen


Laba di Bank Umum Syariah”. undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Gresik.

Setiawati, Koosrini (2010). “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen


Laba Di Bank Umum Syariah”. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Ujiyanto, Muhammad Arif dan Bambang Agus Pramuka (2007). “Mekanisme


Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan”.
Simposium Nasional Akuntansi X: Unhas Makasar, 26-28 Juli 2007.

Wattimena, Fransia (2012). “Kinerja Bank dengan Rasio CAMEL terhadap


Praktik Manajemen Laba”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 3
September 2012, hal. 445-454. Universitas Pattimura Ambon.

Zahara dan Veronica Siregar, Sylvia (2009). “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap
Praktik Manejemen Laba di Bank Syariah”. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 12 No. 2 Mei 2009.

31

Anda mungkin juga menyukai