PROPOSAL
Diajukan kepada :
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan proposal
ini sebatas dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Saya sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “PENGARUH RASIO CAMEL
TEHADAP MANAJEMEN LABA PADA BANK UMUM SYARIAH
TAHUN 2015-2018”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
ii
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif...................................................................24
3.5.2 Uji Asumsi Klasik.........................................................................24
3.5.2.1 Uji Normalitas.........................................................................24
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas............................................................26
3.5.2.3 Uji Multikolonieritas...............................................................26
3.5.2.4 Uji Autokorelasi......................................................................26
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda..................................................27
3.5.4 Uji Hipotesis..................................................................................28
3.5.4.1 Uji T.........................................................................................28
3.5.4.2 Uji F.........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Beberapa penelitian menemukan adanya praktik manajemen laba di
sektor perbankan. Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia,
juga menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings
management pada bank dalam usaha memenuhi ketentuan kecukupan CAR
(Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Dan Arnawa(2006) juga
menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara
meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca progam rekapitalisasi.
Bank syariah yang merupakan salah satu bentuk operasional bank
yang ada di Indonesia, dimana seperti bank konvensional, bank syariah juga
terikat dengan peraturan baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun Bank
Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, dan ditambah dengan aturan
syariah.
Penilaian kinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap
faktor- faktor pemodalan (capital), kualitas asset (asset quality), manajemen
(management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) kelima fokus
penilaian ini sering disebut dengan singkatan CAMEL. Sehingga penelitian
pada bank syariah untuk melihat indikasi praktik manajemen laba yang
dipengaruhi oleh kinerjanya menjadi hal yang menarik untuk dibahas.
2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahi indikasi praktik manajemen laba di Bank Umum Syariah
2. Mengetahui pengaruh Rasio CAMEL secara parsial terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum Syariah
3. Mengetahui pengaruh Rasio CAMEL secara simultan terhadap praktik
manajemen laba di Bank Umum syariah?
3
BAB II
4
(principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent)
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Dibutuhkan kontrak yang jelas yang berisi hak dan kewajiban masing-masing
pihak dengan tujuan meminimalisir konflik keagenan.
5
Menurut Belkaoui (2007) isu-isu yang terjadi dalam manajemen laba
antara lain :
3. Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimetris
dalam suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui
manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan
expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar
mendapatkan laba di masa yang akan datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastic dapat diatasi
dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba
memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar
mendapatkan laba di masa yang akan datang.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa
mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan
net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
6
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
7
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Syariah.
Menurut undang- undang nomor 27 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank syariah adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Alasan berdirinya bank syariah adalah adanya unsur riba (bunga) di bank
konvensional, padahal dalam Al-Qur’an dan Sunnah sudah dengan jelas melarang
adanya bunga dan juga banyaknya pendapat dari para ahli fiqih yang
mengharamkan adanya bunga.
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana dan maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank syariah tidak menggunakan
sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau
dititipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan
maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai
dengan hukum islam.
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
memperbolehkan Bank Umum Konvensional mempunyai Unit Usaha Syariah
atau sering disebut UUS. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat
Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit 25
kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit usaha syariah.
Unit Usaha Syariah dapat berkembang menjadi Bank Umum Syariah. Jadi
dapat dikatakan Unit Usaha Syariah merupakan cikal bakal Bank Umum Syariah
(Peraturan Bank Indonesia No. 4/1/PBI/2002 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum
8
Pasal 1 Ayat 9). Namun tidak semua bank syariah berawal dari Unit Usaha
Syariah, contohnya Bank Muamalat. Bank ini berdiri langsung berbadan hukum
Bank Umum Syariah.
Adanya Unit Usaha Syariah merupakan bukti komitmen pemerintah dalam
usahanya mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Komitmen ini
diwujudkan dalam bentuk aturan mengenai dual banking system di perbankan
konvensional. Peraturan ini memperbolehkan Bank Umum Konvensional untuk
menjalankan usaha syariah melalui Unit Usaha Syariah tersebut.
9
Organisasi dan ruang lingkup tanggung jawab Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution dalam buku “Accounting, Auditing
and Governance Standard for Islamic Financial Institutions” adalah :
1. Majelis Umum, merupakan pihak yang mempunyai wewenang tertinggi,
terdiri dari anggota pendiri dan anggota bukan pendiri, dan bertemu minimal
setahun sekali.
2. Dewan Pengurus, diangkat oleh Majelis Umum yang mewakili badan pengatur
dan pengawas, lembaga-lembaga keuangan Islam, dewan pengawas syariah,
profesor universitas, organisasi dan asosiasi yang bertanggung jawab untuk
membuat standar akuntansi dan auditing, akuntan resmi (certified accountant)
dan para pemakai lembaga keuangan-lembaga keuangan Islam.
3. Badan Standar Akuntansi dan Auditing, diangkat oleh Dewan Pengurus yang
mencerminkan berbagai kategori yaitu badan pengatur dan pengawas,
lembaga-lembaga keuangan Islam, dewan pengawas syariah, professor
universitas, organisasi dan asosiasi yang bertanggung jawab untuk mengatur
profesi akuntansi dan atau yang bertanggung jawab untuk membuat standar
akuntansi dan auditing, akuntan resmi, dan para pemakai laporan dari
lembaga-lembaga keuangan Islam.
4. Dewan Syariah, diangkat oleh Dewan Pengurus dan mempunyai wewenang
untuk memeriksa laporan akuntansi dan auditing yang diusulkan, standar
praktek dan pedoman praktek dari sudut pandang syariah serta memeriksa
setiap pertanyaan yang diterima oleh AAOIFI yang berhubungan dengan
masalah-masalah syariah.
5. Komite Eksekutif, anggota yang mempunyai kekuasaan untuk memeriksa
rencana jangka pendek dan jangka panjang yang dibuat oleh Badan Standar,
anggaran tahunan AAOIFI, peraturan-peraturan yang mengatur pembentukan
komite dan gugus tugas dan penunjukkan konsultan.
6. Sekretariat Umum, mengkoordinasi kegiatan badan-badan berikut ini dan
bertindak sebagai rapporteur dari Majelis Umum, Dewan Pengurus, Badan
Standar, Komite Eksekutif, Dewan Syariah dan sub komite. Selain itu
Sekretariat Umum juga mengawasi studi yang berkaitan dengan pembuatan
laporan, standar dan pedoman akuntansi dan auditing serta menguatkan
10
hubungan AAOIFI dan organisasi-organisasi lain dan mewakili AAOIFI pada
konferensi, seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah.
Rasio model CAMEL terdiri dari dari komponen Capital, Asset quality,
Management, Earning dan Liquidity. erdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan
Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah komponen capital digunakan
untuk menilai tingkat kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur
risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul.
11
kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk
antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul (Surat Edaran Bank Indonesia
No. 9/24/DPbS).
12
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004.
NO NAMA JUDUL
HASIL PENELITIAN
. PENELITI PENELITIAN
1. Koosrini Pengaruh Rasio 1. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa
Setiawati Camel Terhadap Variabel Rasio CAR, ROA, NPM Dan
(2010) Praktik Manajemen LDR Berpengaruh Negatif, Hanya
Laba Di Bank Variabel Rasio RORA Yang
Umum Syariah Berpengaruh Positif. Namun Semuanya
Tidak Berpengaruh Secara Signifikan
Terhadap Praktik Manajemen Laba Di
Bank Umum Syariah.
2. Fransina Kinerja Bank 1. Hasil Uji Hipotesis Dengan
Wattimena Dengan Rasio Menggunakan Regresi Berganda
(2012) Camel Terhadap Menunjukkan Bahwa Terdapat
Praktik Manajemen Pengaruh Yang Signifikan Negatif
Laba Rasio CAR, Rasio ROA, Rasio RORA,
Rasio NPM Dan Rasio LDR Terhadap
Manajemen Laba
3. Luh Gede Pengaruh Rasio 1. Hasil Penelitian menyatakan variabel
13
Kusuma Camel Pada Praktik rasio CAR, ROA, dan NPM
Dewi, I Manajemen Laba berpengaruh negatif tidak signifikan
Wayan Di Bpr Provinsi pada manajemen laba di BPR Provinsi
Suartana Bali Bali. Variabel rasio RORA dan LDR
dan IB berpengaruh signifikan pada
Putra manajemen laba di BPR Provinsi Bali,
Astika Secara rata-rata dapat disimpulkan ada
(2013) indikasi praktik manajemen laba di
BPR Provinsi bali
4. Zahara Dan Pengaruh Rasio 1. Hasil kami menunjukkan bahwa secara
Sylvia Camel Terhadap rata-rata, tidak ada praktik manajemen
Veronica Praktik Manejemen laba yang signifikan (diukur
Siregar Laba Di Bank menggunakan akrual diskresioner) di
(2009) Syariah bank syariah, dan rasio CAMEL tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, kecuali NPM yang
memiliki efek positif dan signifikan. Ini
menunjukkan bahwa meskipun rata-rata
tidak ada manajemen laba di bank
syariah, profitabilitas bank mendorong
manajemen untuk terlibat dalam
aktivitas manajemen laba. Studi ini
menemukan bukti bahwa manajemen
laba dalam BUS secara signifikan lebih
tinggi daripada UUS itu.
5. Titik Aryati Rasio Keuangan 1. Hasilnya menunjukkan lima rasio
dan Sebagai Prediktor keuangan yang signifikan untuk
Henikus Bank Bermasalah mempengaruhi kemungkinan bank
Manao di Indonesia bangkrut dalam jangka waktu lima
(2000) tahun. Rasionya adalah CAR, RORA,
ROA, kewajiban call-money neto
dengan aset lancar, dan LDR. Namun,
ketika menguji asosiasi satu tahun
14
sebelum kegagalan bank, penelitian ini
mengungkapkan RORA, ROA, LDR,
biaya operasi untuk pendapatan operasi,
dan kewajiban call-money untuk arus
aset menjadi signifikan untuk prediksi
kebangkrutan dalam industri perbankan
di Indonesia.
RORA (X2)
MANAJEMEN
LABA
ROA (X3) (Y)
NPM (X4)
LDR (X5)
CAR adalah rasio kinerja bank untuk kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, misalnya kredit yang
diberikan. CAR menunjukan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat
ditutup oleh ekuitas bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik
kondisi sebuah bank. Berdasarkan ketentuan BI, bank dinyatakan termasuk
bank sehat jika memiliki CAR minimum 8% (Firdaus, 2013).
15
2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rasio CAR berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Setiawati (2010)
menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik
manajemen laba. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
16
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas,
maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
17
signifikan. Dari uraian di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
BAB III
18
METODE PENELITIAN
Berdasarkan dimensi waktu dan urutan waktu, penelitian ini bersifat cross
sectional yaitu mengambil sampel waktu kejadian pada suatu waktu tertentu dan
juga bersifat time series atau data panel (data pooled), yaitu mengambil sampel
berdasarkan urutan waktu. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah:
1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan bulanan untuk periode 2015
sampai 2018 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan terpublikasi
periode 2015 sampai dengan 2018, baik yang diperlukan untuk mendeteksi
manajemen laba maupun menghitung rasio CAMEL.
19
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan
keuangan perbankan bulanan 2015-2018 yang dapat diakses langsung melalui
situs Bank Indonesia (www.bi.go.id). Periode ini dipilih karena pelaksanaan
sistem penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah mulai diterapkan untuk penilaian data. Data
pendukung lain diperoleh dengan metode studi pustaka dan jurnal-jurnal ilmiah,
serta literatur lain yang memuat bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Total Ekuitas
CAR=
Total Aktiva
20
RORA (Return On Risked Assets) kemampuan bank dalam berusaha
mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba.
merupakanrasio antara laba sebelum pajak dengan risked assets. risked assets
merupakan penjumlahan antara kredit yang diberikan ditambah dengan
penenempatan pada surat – surat berharga.
Laba Bersih
ROA=
Total Aset
Laba Bersih
NPM=
Penjualan
21
Loan to Deposit Ratio (Liquidity)
Keterangan:
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
22
NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode ke t
(2) Menentukan koefisien dari regresi akrual. Akrual diskresioner merupakan
perbedaan antara total akrual (TACC) dengan nondiscretionary accrual
(NDACC). Langkah awal untuk menentukan nondiscretionary accrual
yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut:
TACCit/TAit-1 = β1 (1/TAit-1 ) + β2 ((Δ REVit-ΔRECit)/TAit-1 ) + β 3
(PPEit/TAit-1 ) + e
Keterangan:
TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
23
DACCit = (TACCit/TAit-1) – NDACCit
Keterangan:
DACCit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t
24
asumsi dasar. Pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini sama dengan
pengujian yang dilakukan oleh Zahara dan Veronica (2009), antara lain:
1) Menguji normalitas data dengan melakukan one sample Kolmogorov
Smirnov,
2) Menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan Grafik Scatterplot,
3) Menguji multikolinearitas dengan melihat tolerance value dan variance
inflation factor (VIF), dan
4) Menguji autokorelasi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (statistik-
d).
3.5.2.2.Uji Heteroskedastisitas
25
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas,
yaitu keadaan dimana variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap. Uji Heteroskedastisitas yang akan dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan grafik Scatterplot. Uji grafik dilakukan
dengan membaca pola Scatterplot. Apabila titik-titik membentuk pola
tertentu pada Scatterplot, maka dapat disimpulkan terdapat
heteroskedastisitas dan model regresi harus diperbaiki.
26
1. Jika 0 < d < dL, maka tidak ada autokorelasi positif, hipotesis di tolak;
3. Jika 4-dL < d < 4, maka tidak ada autokorelasi negatif, hipotesis ditolak;
4. Jika 4-dU < d < 4-dL, maka tidak ada autokorelasi negatif, tidak dapat
disimpulkan; dan
5. Jika dU < d < 4-dU, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Rumus Regresi :
Dengan ekspektasi :
β1 < 0, β2 < 0, β3 < 0, β4 < 0 dan β5 < 0
Dimana :
ADit = Akrual Diskresioner
CARit = nilai rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
RORAit = nilai rasio RORA (Return On Risked Assets)
ROAit = nilai rasio ROA (Return On Assets)
NPMit = nilai rasio NPM (Net Profit Margin)
LDRit = nilai rasio LDR (Loan to Deposite Ratio)
27
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1. Uji t (parsial)
Pengujian hipotesis secara parsial (individual) dilakukan dengan uji T.
Tujuan pengujian uji t adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara parsial.
Model pengujian koefisien parsial digunakan adalah dengan menggunakan
metode uji satu arah seebagai daerah kritis. Keputusan untuk menolak atau
menerima H0 adalah dengan membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel.
Adapun langkah - langkah dalam uji t yaitu:
1. Merumuskan hipotesis statistik
ADit = α + β1CARit + β2 RORAit + β3NPMit + β4ROAit + β5LDRit + ε
H0 : βi = 0 ; berarti tidak ada pengaruh sugnifikan antara variabel CAR,
RORA, ROA, NPM, LDR terhadap manajemen laba secara parsial.
Ha : βi ≠ 0 ; berati ada pengaruh yang signifikan antara variabel CAR,
RORA, ROA, NPM, LDR terhadap manajemen laba secara parsial.
2. Menentukan ttabel
Menentukan taraf nyata (α) = 5%. Derajat bebas (df) = n-k, dimana n =
jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel untuk menetukan nilai ttabel.
3. Menentukan besarnya thitung.
4. Kriteria pengujian
a. Apabila t hitung > t tabel dan – t hitung < - t tabel dengan tingkat
signifikansi (α) < 0,05; maka Ho diterima (Terdapat pengaruh variabel
bebas terhadap praktik manajemen laba).
b. Apabila t hitung < t tabel dan –t hitung > -t tabel dengan tingkat
signifikansi (α) < 0,05; maka Ho ditolak (Terdapat pengaruh variabel
bebas terhadap praktik manajemen laba).
28
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F
pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05
1. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤
0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara
2. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig ≥
0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti bahwa secara
29
DAFTAR PUSTAKA
Aryati, Titik da Hekinus Manao (2000). “Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank
Bermasalah di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi III
Dariah, Siti (2015). “Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik Manajemen Laba
di Bank Umum Syariah”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Dewi, Luh Gede Kusuma, dkk. 2013. “Pengaruh Rasio CAMEL pada Praktik
Manajemen Laba di BPR Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Bali, Vol. 12, No. 1 Juni 2013.
Firdaus, Ilham. 2013. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio
terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang.
Kamil, Fiandri Gemii dan Shinta Dewi Herawati (2016). “Pengaruh Rasio Camel
Terhadap Praktik Manajemen Laba Dl Bank Umum Syariah (Studi Empiris
Pada Perusahaan Perbankan Syariah Yang Terdaftar Di Lndonesia Periode
30
2012-2014)”. Jurnal Akantansi Bisnis dan Ekmomi , Volume 2 No. 1,
Universitas Widyatama.
Zahara dan Veronica Siregar, Sylvia (2009). “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap
Praktik Manejemen Laba di Bank Syariah”. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 12 No. 2 Mei 2009.
31