Anda di halaman 1dari 12

Artikel penelitian

HUBUNGAN POLA TIDUR DAN AKTIFIATAS FISIK DENGAN


TERJADINYA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS
KARANGTENGAH
Siti Kamillah 1, Yuni Siti Fauziyyah 2
1
Departemen Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
2
Departemen Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Email : sitikamillah0402@gmail.com1, yunifauziah1106@gmail.com2

Abstrak
Pendahuluan : Hipertensi adalah suatu tekanan Abstract
darah yang meningkat di dalam arteri yang Introduction : Hypertension is an increased blood
menyebabkan tekanan sisitol dan diastolnya tinggi. pressure in the arteries causing the pressure of the
Apabila sirkulasi menjadi tegang akan sycitol and high-level. When the circulation
menyebabkan hal yang serius yang tidak terkendali, becomes strained will cause serious things that are
bisa berkembang dan menimbulkan komplikasi not controlled, can develop and cause harmful
yang berbahaya contohnya seperti stroke complications such as hemorrhagic stroke (brain
hemoragik (pendarahan otak), penyakit jantung hemorrhage), Coroner heart disease, and renal
coroner, dan gagal ginjal. Adapun salah satu failure. One of the causes of hypertension is caused
penyebab hipertensi ini diakibatkan oleh pola tidur by poor sleep patterns and patterns of physical
yang buruk dan pola aktifitas fisik yang kurang. activity are lacking.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Objectives : The purpose of this research to know
hubungan pola tidur dan aktifitas fisik dengan the relationship of sleep patterns and physical
terjadinya hipertensi pada lansia di puskesmas activities with the occurrence of hypertension in the
karangtengan cianjur. elderly at the Puskesmas Karangtengan.
Metode : Desain penelitian ini menggunakan Method : The design of this research uses a
rancangan korerasional dengan sampel 92 correlational design with a sample of 92
Responden. respondents.
Hasil : Hasil yang menderita hipertesni adalah 53 Results : The results of HYPERTESNI are 53
orang yang menderita hipertensi dan 39 orang yang people suffering from hypertension and 39 people
tidak menderita hipertensi. Setelah dilakukan uji who do not suffer from hypertension. After the chi-
chi-square didapatkan nilai pola tidur 0,000 < 0,05, square test is obtained the value of sleep patterns
dan pola aktifitas fisik 0,000 < 0,05 yang berarti 0.000 < 0.05, and the physical activity pattern
pola tidur dan aktifitas fisik terdapat hubungan 0.000 < 0.05 which means sleep patterns and
yang signifikan. physical activity is a significant relationship.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini Conclusion : The conclusion of this research is the
adalah ada hubungan pola tidur dan aktifitas fisik relationship of sleep patterns and physical activities
dengan terjadinya hipertensi pada lansia di with the occurrence of hypertension in the elderly
puskesmas karangtengah cianjur tahun 2019. Saran in health Puskesmas Karangtengah cianjur year
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2019. Advice from the research is expected to
informasi dan gambaran langsung menegenai provide information and direct description of
penyakit hipertensi sehingga dapat melaksanakan hypertension disease so as to be able to implement
pencegahan secara dini dan dapat menjadi prevention early and can be new information for
informasi baru bagi puskesmas karangtengah health centers Karangtengah so that it can improve
sehingga dapat meningkatkan pelayanannya. its services.
Kata Kunci : Pola Tidur, Aktifitas Fisik dan Key words: Sleep patterns, physical activity and
Terjadinya Hipertensi hypertensio
Pendahuluan
Hipertensi secara umum dapat di Prevensi tertinggi di Kalimantan Selatan
definisikan sebagai tekanan sistolik lebih (44,1%), Kalimantan Timur (40%) dan
dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih Jawa Barat (39,7).
dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia Prevalensi hipertensi di Jawa Barat
secara alami berfluktuasi sepanjang hari. mencapai 10,5% yang terdiagnosa,
Tekanan darah tinggi menjadi masalah sedangkan berdasarkan hasil pengukuran
hanya bila tekanan darah tersebut sebesar 29,4%. Prevalensi hipertensi yang
persistem. Tekanan darah tersebut tinggi terdapat di Kabupaten Bogor
membuat system sirkulasi dan organ yang (18,6%), Kabupaten Bandung (16,4%),
mendapat suplai darah (termasuk jantung diikuti Kabupaten Cianjur (23%) dan
dan otak) menjadi tegang.1 Purwakarta (13,3%), prevalensi hipertensi
Hipertensi adalah salah satu penyakit terdiagnosis melalui pengukuran yang
yang tergolong silent killer atau penyakit tinggi terdapat di Kabupaten Kuningan
yang dapat membunun manusia secara (44,6%), Kabupaten Sumedang (39,5%)
tidak terduga. Hipertensi sering disebut dan Kabupaten Garut (35%).4
sebagai penyakit darah tinggi. Hai ini Prevalensi hipertensi di Kabupaten
disebabkan, orang yang menderita Cianjur mencapai 23,21%, sedangkan
hipertensi memiliki tekanan darah yang prevalensi hipertensi yang tertinggi berada
sangat tinggi (abnormal) apabila di ukur di Puskesmas Karangtengah dengan
menggunakan tensi metter. Orang awam jumlah 1108 responden.5
menyamakan orang darah tinggi dengan Ada beberapa terjadinya penyebab
seseorang yang memiliki sifat pemarah, hipertenis ada dua bagian, yaitu :
sehingga orang yang sering marah Hipertensi primer didefinisikan sebagai
dikatakan sebagai orang yang memiliki hipertenis yang tidak disebabkan oleh
darah tinggi. Padahal belum tentu orang adanya gangguan organ lain, seperti ginjal
yang memiliki darah tinggi memiliki sifat dan jantung. Hipertensi ini dapat
pemarah dan begitu pula sebaliknya. disebabkan oleh kondisi lingkungan,
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan seperti faktor keturunan, pola hidup yang
penyakit berat lainnya seperti serangan tidak seimbang, keramaian, stress dan
jantung dan stroke.2 pekerjaan. Gaya hidup pun akhirnya
Menurut World Health Organization mendukung timbulnya hipertensi kategori
(WHO) prevelansi hipertensi di dunia ini, antara lain konsumsi berlebih terhadap
tahun 2013 pada penduduk mencapai 1 makanan berlemak dan garam yang tinggi,
miliar orang angka tertinggi terdapat di kebaisaan merokok, serta konsumsi
Afrika (46%) sedangkan prevalensi alkohol, kafein, pola tidur yang tidak
terendah di Amerika (35%). Para peneliti teratur dan aktivitas yang rendah.
memperkirakan bahwa hipertensi hampir Sedangkan hipertensi sekunder adalah
9,4 juta kematian tiap tahun akibat hipertensi yang diakibatkan oleh adanya
komplikasi dari hipertensi.3 gangguan pada organ tubuh, seperti
Prevalensi hipertensi di Indonesia gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan
sebesar (25,8%) dan prevalensi hipertensi dari aorta.6
tertinggi di Kalimantan Selatan (30,8%), Pola tidur menjadi salah satu faktor
Kalimantan Timur (29,6%) dan di Jawa resiko terjadinya hipertensi. Pola tidur
Barat (29,4%). Sedangkan jika di yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang
bandingkan dengan tahun 2018 terjadi buruk dapat mengakibatkan gangguan
peningkatan sebesar 9,3% (dari 25,8% keseimbangan fisiologis dan psikologis.
menjadi 34,1%). Peningkatan ini bias Selain itu durasi tidur yang pendek (kurang
terjadi karena berbagai macam factor. dari 6 jam/hari) dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas
hipertensi karena adanya peningkatan Karangtengah.
tekanan darah selama 24 jam dan denyut Metode
jantung, peningkatan system saraf simpatik Penelitian ini menggunakan
dan peningkatan retensi garam. Sehingga kolerasional merupakan penelitian atau
bisa menyebabkan adaptasi struktural penelaahan hubungan antara dua variabel
system karidiovaskuler sehingga tekanan pada suatu situasi atau sekelompok subjek.
darah menjadi tinggi. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
Pola tidur mencakup kualitas dan antara gejala satu dengan gejala yang
kuantitas seseorang dimana kualitas tidur lainnya, atau variabel satu dengan variabel
adalah jumlah tahapan NREM (Non Rapid yang lain. Penelitian ini menggunakan
Eye Movement) dan REM (Rapid Eye pendekatan cross sectional yaitu suatu
Movement) yang dialami seseorang dalam penelitian untuk mempelajari dinamika
siklus tidurnya dan kuantitas tidur adalah korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
jumlah waktu tidur yang dihabiskan dalam efek, dengan cara pendekatan, observasi
keseharian. Kondisi yang dialami oleh atau pengumpulan data sekaligus pada
individu ini dapat mempengaruhi pola suatu saat (point time approach). Artinya,
tidur, factor-faktor yang mempengaruhi tiap subjek penelitian hanya diobservasi
pola tidur diantaranya gaya hidup, latihan sekali saja dan pengukuran dilakukan
fisik, stress, penyakit, obat-obatan, dan terhadap status karakter atau variabel
diet. Perubahan umur juga bisa subjek pada saat pemeriksaan.10
mempengaruhi pola tidur pada seseorang. Populasi adalah keseluruhan subjek
Hal tersebut menunjukan proporsi tidur atau objek yang akan diteliti yang ada
nyenyak yang rendah terkait dengan diwilayah tertentu. Populasi yang ada
penyakit hipertensi.7 dalam penelitian ini adalah warga
Kurangnya aktifitas fisik Kecamatan Karangtengah Kabupaten
mengakibatkan penyakit kronis yang Cianjur yang ada di wilayah kerja
terjadi pada lansia seperti hipertensi, Puskesmas Karangtengah yang lansia.
stroke, penyakit jantung, diabetes mellitus, Sampel penelitian adalah objek yang
dan kanker. Olahraga teratur diikuti akan diteliti dan dianggap mewakili
dengan peningkatan kebugaran aerobic selueruh yang ada di populasi. Jumlah
dapat menekan penyakit serta kecacatan sampel yang ada pada penelitian ini
menurunkan angka kematian dan sebanyak 92 Responden dengan memkai
meningkatkan kualitas hidup lansia.8 perhitungan rusmus slovin.
Kurangnya kegiatan harian atau kegiatan- Kriteria Inklusi dalam penelitian ini
kegiatan terstruktur akan mempengaruhi adalah bersedia dijadikan Responden,
pengurangan waktu tidur atau kualitas lansia yang ≥45 tahun, dan lansia yang
tidur pada lansia. Aktifitas fisik adalah bisa baca sedangkan ekslusinya yaitu
olahraga yang tidak memberikan dan responden yang sudah masuk kriteria
mudah dilakukan oleh lansia karena Sampel namun apabila responden tersebut
aktifitas fisik dapat mendorong jantung tidak bersedia atau ketika dalam tengah-
bekerja secara optimal, tulang tetap kuat, tengah penelitian responden tersebut tidak
mengembaliakan kelenturan sistes saraf, kooperatif maka responden tersebut akan
memaksimalkan suplai oksigen ke otak, dikeluarkan dari sampel dan di cari
serta menghilangkan radikalyang ada pada sampel pengganti.
tubuh.9 Pada penelitian ini penulis mengambil
Berdasarkan uraian diatas, maka teknik pengambilan sampel ini
penelitian tertarik untuk melakukan menggunakan teknik simple random
penelitian mengenai Hubungan Pola Tidur sampling. Teknik ini merupakan teknik
Dan Aktivitas Fisik Terhadap Terjadinya yang memberika kesempatan sama pada
setiap anggota populasi untuk menjadi Tabel 5.2 Persentase Jenis
sampel dengan cara memberikan nomor Kelamin Responden Wilayah Kerja
urut kepada setiap responden. Puskesmas Krangtengah Cianjur tahun
Imstrumen yang digunakan untuk 2019 (n=92)
variabel pola tidur dan aktifitas fisik yaitu
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
kuesioner dan hipertensi diperoleh dengan
Laki-laki 41 44,6
cara mengukur tekanan darah Perempuan 51 55,4
menggunakan sfigmomanometer dan Total 92 100
stetoscope.
Analisa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa univariat dan
analisa bivariate. Analisa univariat Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa
dilakukan untuk menyajikan distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis
frekuensi dan persentase dari tiap variabel kelamin menunjukkan bahwa sebagian
sedangkan analisa bivariat yaitu analisis besar responden perempuan adalah
yang dilakukan terhadap dua variabel yang sebanyak 51 orang (55,4%), dan responden
diduga berhubungan atau yang yang paling sedikit adalah laki-laki
berkolaborasi, untuk menguji hipotesis sebanyak 41 orang (44,6%).
yang hubungan paparan terjadinya
hipertensi uji statistic yang digunakan Tabel 5.3 Persentase Pekerjaan
ialah chi-square dengan derajat Responden Wilayah Kerja Puskesmas
kemaknaan p = < 0,05. Apabila hasil chi- Krangtengah Cianjur tahun 2019
square p = < 0,05 maka dinyatakan tidak (n=92)
terdapat hubungan atau tidak terdapat
korelasi. Pekerjaan Frekunsi Persentase
%
Hasil IRT 33 35,9
Tabel 5.1 Persentase Usia Wiraswasta 30 32,6
Responden Wilayah Kerja Puskesmas Honorer 12 13
Krangtengah Cianjur tahun 2019 PNS 17 18,5
Usia Frekuensi Persentase % Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2019
45-55 29 31,5
Tahun Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa
56-65 34 37 karakteristik responden berdasarkan
Tahun pekerjaan. Pada karakteristik ini dapat
>65 29 31,5
terlihat bahwa responden dengan ibu
Tahun
rumah tangga lebih banyak yaitu 33 orang
Total 92 100 (35,9%), wiraswasta 30 orang (32,6%,
(n=92) honorer 12 orang (13%), PNS 17 orang
(18,5%).
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 5.4 Persentase Pendidikan
Tabel 5.1 diatas menunjukan Responden Wilayah Kerja Puskesmas
karakteristik responden berdasarkan usia
menunjukkan sebagian besar responden Pendidikan Frekuensi Presentase
berusia 56-65 tahun sebanyak 34 orang %
(37%), sedangkan paling sedikit responden SD 36 39.1
berusia 45-55 tahun dan > 65 tahun yaitu SMP 24 26.1
29 orang (31,5%). SMA 17 18,5
S1 15 16,3
Total 92 100
Krangtengah Cianjur tahun 2019
(n=92)
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa


karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir adalah SD yang
terbanyak 36 orang (39,1%), SMP Tabel 5.6 menunjukkan bahwa
sebanyak 24 orang (26,1%), SMA aktivitas fisik di wilayah kerja puskesmas
sebanyak 17 orang (18,5%), dan S1 15 karangtengah cianjur sebagian besar
orang (16,3%). beraktifitas ringan yaitu 51 orang (55,4%),
Tabel 5.5 Persentase Pola Tidur dan aktifitas berat sebanyak 41 orang
Wilayah Kerja Puskesmas Krangtengah (44,6%). dimana pada perempuan usia >40
Cianjur tahun 2019 (n=92) tahun mulai memasuki masa menopause.12
Peneliti berasumsi bahwa jenis
Pola Tidur Frekuensi Persentase kelamin beresiko terkena penyakit
% hipertensi, dimana lebih banyak wanita
Tidur Tidak 47 51,1 yang mengalami hipertensi setelah umur
Berkualitas >40 tahun, atau ketika wanita yang
Tidur 45 48,9 mengalami menopause.
Berkualitas
Total 92 100 Tabel 5.7 Persentase Gambaran
Sumber : Data Primer, 2019 Hipertensi Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pola Hipertensi Frekuensi Presentase
tidur di wilayah kerja puskesmas Tidak 39 42,4
karangtengah cianjur sebagian besar Hipertensi
memiliki tidur yang tidak berkualitas yaitu Hipertensi 53 57,6
sebanyak 47 orang (51,1%) dan tidur yang Total 92 100
berkualitas sebanyak 45 orang (48,9%). Krangtengah Cianjur tahun 2019
Tabel 5.6 Persentase aktifitas (n=92)
Fisik Wilayah Kerja Puskesmas Sumber : Data Primer, 2019
Krangtengah Cianjur tahun 2019
(n=92) Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa
presentase yang mempunyai hipertensi di
Aktifitas Frekuensi Persentase wilayah kerja puskesmas karangtengah
Fisik % sebanyak 53 orang (57,6%) dan yang tidak
mempunyai hipertensi ada 36 orang
Aktifitas 51 55,4
(42,4%).
Ringan
Aktifitas 41 44,6
Berat
Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 5.8 Hubungan Pola Tidur Dengan Terjadinya Hipertensi pada Lansia
Puskesmas Karangtengah Cianjur Tahun 2019 (n=92)
Pola Hipertensi Tot OR p
Tidur al
Ya Tid (95 V Sumber : Data Primer, 2019
ak % al
CI) ue
bahwa sebagian besar orang yang pola
N % N % N % tidur nya tidak berkualitas menderita
hipertensi. Nilai p value yang di dapat
Tidur 4 9 4 8 4 1 37, 0,
adalah 0,000 yaitu lebih kecil dari
tidak 3 1 , 7 0 625 00
berkualita , 5 0 0 0,05. Berdasarkan analisa diatas dapat
s 5 disimpulkan bahwa ada hubungan
Tidur 1 2 3 7 4 1 antarapola tidur dengan terjadinya
berkualita 0 2 5 7 5 0 hipertensi (ada hubungan yang
s , 0 signifikan antara pola tidur dengan
2
Jumlah 5 5 3 4 9 1
terjadinya hipertensi). Dari hasil
3 7 9 2 2 0 analisa diatas diperoleh nilai OR=
, , 0 37,625 artinya orang yang pola
6 4 tidurnya terganggu berpeluang 37,625
Tabel 5.8 merupakan hasil kali lebih besar menyebabkan
analisis antara hubungan pola tidur hipertensi dibandingkan dengan orang
dengan terjadinya hipertensi pada yang pola tidurnya baik.
lansia. Pada tabel diatas dapat di lihat

Tabel 5.9 Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Terjadinya Hipertensi pada Lansia
Puskesmas Karangtengah Cianjur Tahun 2019 (n=92)
Aktifitas Hipertensi Tot OR p
Fisik al
Ya Tid (95 V
ak % al
CI) ue
N % N % N %
Aktifitas 4 8 9 1 5 1 12, 0,
Ringan 2 2 7 1 0 727 00
, , 0 0
4 6
Aktifitas 1 2 3 7 4 1
Berat 1 6 0 3 1 0
, , 0
8 2
Jumlah 5 5 3 4 9 1
3 7 9 2 2 0
, , 0
6 4
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.8 merupakan hasil lansia. Dari tabel diatas dapat dilihat
analisis antara hubungan aktifitas fisik bahwa sebagian besar orang yang
dengan terjadinya hipertensi pada aktifitas rendah atau tidak beraktifiats
mengalami hipertensi. Nilai p value menyebabkan hipertensi dibandingkan
yang didapat diatas yaitu 0,000 yakni dengan orang yang aktifitas nya berat
lebih kecil daripada 0,05. Yang dapat atau sering ber aktifitas.
disimpulkan dari analisa diatas adalah
ada hubungan antara aktifitas fisik
dengan terjadinya hipertensi (ada
hubungan yang signifikan antara
aktifitas fisik dengan terjadinya
hipertensi). Hasil dari analisi
diperoleh nilai OR= 12,727 artinya
orang yang mengalami aktifitas ringan
berpeluang 12,727 kali lebih besar

Pembahasan Hipertensi lebih banyak yang


Gambaran karakteristik responden menyerang perempuan dari pada laki-laki,
berdasarkan umur ini berkaitan dengan faktor hormonal
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi dimana pada perempuan usia >40 tahun
responden berdasarkan usia terhadap lansia mulai memasuki masa menopause.12
di wilayah puskesmas karangtengah Peneliti berasumsi bahwa jenis
didapatkan bahwa usia 56-65 tahun kelamin beresiko terkena penyakit
sebanyak 34 orang (37,%) yang diteliti, hipertensi, dimana lebih banyak wanita
jumlah responden yang berusia 45-55 yang mengalami hipertensi setelah umur
tahun dan >65 tahun ada sebanyak 29 >40 tahun, atau ketika wanita yang
orang (31,5%). Jadi mayoritas usia mengalami menopause.
responden lebih banyk yang berusia 55-65
tahun dibandingkan dengan usia 45-55 Gambaran karakteristik responden
tahun dan > 65 tahun. Lansia terbagi berdasrkan pekerjaan
menjadi tiga yaitu masa awal (46-55 Dilihat dari hasil frekuensi
tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), responden berdasarkan pekerjaan dalam
dan masa menua > 65 tahun. penelitian ini ada ibu rumah tangga (IRT)
Bertambahnya umur maka tekanan atau tidak bekerja lebih banyak yaitu 33
darah akan meningkat. Setelah umur 45 orang (35,9%), wiraswasta 30 orang
tahun, akan mengalami penebalan oleh (32,6%, honorer 12 orang (13%), PNS 17
karena adanya penumpukan zat kolagen orang (18,5%).
pada lapisan otot sehingga pembuluh darah Pekerjaan dapat mencegah
akan menyempit dan menjadi kaku.11 terjadinya hipertensi, karena dengan
Gambaran karakteristik responden bekerja, dan tubuh dapat melakukan
berdasarkan jenis kelamin aktifitas fisik yang baik untuk peredaran
Dilihat dari hasil frekuensi darah. Tapi dalam menentukan bahwa
responden berdasarkan jenis kelamin pekerjaan merupakan salah satu yang
dalam penelitian ini jenis kelamin yang berhubungan dengan hipertensi tidak dapat
menunjukkan bahwa sebagian besar dilihat hanya dari status seseorang bekerja
responden perempuan adalah sebanyak 51 atau tidak, namun perlu juga di
orang (55,4%), dan responden yang paling pertimbangkan dalam lama waktu bekerja.
sedikit adalah laki-laki sebanyak 41 orang Dan waktu kerja yang terlalu panjang atau
(44,6%). Menurut peneliti lansia yang terlalu sedikit dapat mempengaruhi gaya
berjenis kelamin perempuan lebih banyak hidup, seperti waktu pemulihan dan
yang menderita hipertensi di bandingkan istirahat tidur akan berkurang ketika lama
laki-laki. waktu kerja yang terlalu panjang,
sedangkan sedikit bekerja atau tidak
bekerja dapat mempengaruhi aktifitas
fisik.13

Gambaran karakteristik responden


berdasarkan pendidikan

Dilihat dari hasil penelitian Gambaran karakteristik responden


karakteristi responden yang mempunyai berdasarkan pola tidur
hipertensi berdasarkan pendidikan dalam Dilihat dari hasil penelitian ini
penelitian ini pendidikan terakhir adalah menunjukkan bahwa pola tidur di wilayah
SD yang terbanyak 36 orang (39,1%), kerja puskesmas karangtengah cianjur
SMP sebanyak 24 orang (26,1%), SMA sebagian besar memiliki tidur yang tidak
sebanyak 17 orang (18,5%), dan S1 15 berkualitas yaitu sebanyak 47 orang
orang (16,3%). Pendidikan yaitu suatu hal (51,1%) dan tidur yang berkualitas
yang penting untuk meningktkan sebanyak 45 orang (48,9%).
pengetahuan. Responden yang memiliki pola
Pendidikan terakhir yaitu SD tidur yang baik atau tidur yang
disebabkan karena pengaruh usia, pada berkualitasitu cenderung orang yang
saat muda belum banyak yang mendirikan terhindar dari penyakit hipertensi dan
sekolah dan juga ada pengaruh dari berbeda dengan orang yang mempunyai
ekonomi kelurga. Maka dari pada itu pola tudr yang buruk atau tidur yang tidak
pendidikan mempengaruhi seseorang berkualitas. Pada kondisi tersebut sesuai
dalam memperoleh dan mecerna suatu dengan hasil berdasarkan penelitiannya
informasi yang diterima, dan semakin bahwa risiko terjadinya hipertensi
tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkat secara siggnifikan pada
semakin banyak informasi yang akan di individu yang didiagnosis dengan
terima. Karena keterbatasan informasi gangguan tidur nya terganggu,
yang diterima oleh responden yang tidak dibandingkan dengan individu yang
memahami dalam pentingnya menjaga didiagnosis dengan gangguan tidur nya
kesehatan diri, contohnya seperti tidak terganggu.15
pemeriksaan tekanan darah secara teratur, Hasil dari penelitian ini sesuai,
pola tidur yang tidak teratur dan aktifitas bahwa masalah pola tidur yang buruk atau
fisik kurang. Sehingga tingkat pendidikan tidur yang tidak berkualitas yang bisa
bisa mempengaruhi penyakit hipertensi.14 menjadi penyebab terjadinya hipertensi.
Dari hasil analisis penelitian ini Oleh karena itu pola tidur yang baik atau
dan di dukung dengan teori yang ada tidur yang berkualitas pada lansia sangat
dipenelitian berasumsi bahwa semakin berpengaruh untuk mempertahankan
tinggi pendidikan seseorang maka semakin tekanan darah agar tetap stabil dan bisa
tinggi pula pengetahuan yang diperoleh terkontrol.
mengenai kesehatan diri mereka
khususnya tentang penyakit hipertensi. Gambaran karakteristik responden
berdasarkan aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap maka semakin kecil resiko terkena
gerakan tubuh yang terjadi akibat penyakit hipertensi. Aktifitas fisik yang
kontraksi otot skeletal yang meningkatkan dilakukan secara teratur dan tepat dengan
pengeluaran energi. Aktifitas ini dapat frekuensi dan lamanya waktu yang sesuai
berupa aktifitas di tempat kerja, aktifitas di akan membantu seseorang dalam
perjalanan, aktifitas di rumah, dan aktifitas menurunkan jantung sehingga dapat
di waktu luang.16 memompa darah lebih baik tanpa harus
Hasil menunjukkan bahwa aktivitas mengeluarkan energy yang besar.17
fisik di wilayah kerja puskesmas Hasil penelitian diatas
karangtengah cianjur sebagian besar menunjukkan bahwa aktifitas fisik pada
beraktifitas ringan yaitu 51 orang (55,4%), lansia dapat dijalankan apabila lansia
dan aktifitas berat sebanyak 41 orang memiliki motivasi untuk mau dan berusaha
(44,6%). menjalankan aktifitas fisik secara terartur
Hasil penelitian yang dilakukan denagn frekuensi yang lama waktu yang
bahwa aktifitas fisik secara teori semakin sesuai.
sering seseorang melakukan aktifitas fisik
untuk mengetahui apakah ada hubungan
pola tidur dengan terjasinya hipertensi.
Gambaran karakteristik responden Penelitian ini dilakukan pada responden
berdasarkan terjadinya hipertensi lansia dari umur >45 tahun di wilayah
Hipertensi adalah salah satu puskesmas karangtengah cianjur. Hasil uji
penyakit yang tergolong silent killer atau chi-square di penelitian ini adalah dapat
penyakit yang dapat membunun manusia dilihat bahwa sebagian besar orang yang
secara tidak terduga. Hipertensi sering pola tidurnya terganggu mempunyai
disebut sebagai penyakit darah tinggi. Hal hipertensi. Dari nilai p value yang didapat
ini disebabkan, orang yang menderita adalah 0,000 yaitu lebih kecil daripada
hipertensi memiliki tekanan darah yang 0.05. berdasarkan analisa diatas dapat
sangat tinggi (abnormal) apabila di ukur disimpulkan bahwa ada hubungan yang
menggunakan tensi metter. Orang awam bermakna antar hubungan pola tidur
menyamakan orang darah tinggi dengan dengan terjadinya hipertensi (adanya
seseorang yang memiliki sifat pemarah, hubungan yang signifikan antara pola tidur
sehingga orang yang sering marah dengan terjadinya hipertensi). Hasil analisi
dikatakan sebagai orang yang memiliki yang diperoleh pula nilai OR= 37,625
darah tinggi. Padahal belum tentu orang artinya orang yang pola tidurnya terganggu
yang memiliki darah tinggi memiliki sifat atau tidur nya yang tidak berkualitas
pemarah dan begitu pula sebaliknya. berpeluang 37,625 kali lebih besar
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan menyebabkan hipertensi dibandingkan
penyakit berat lainnya seperti serangan dengan orang yang pola tidur nya
jantung dan stroke.18 terganggu atau tidurnya yang tidak
Hasil penelitian diatas berkualitas dibandingkan dengan pola tidur
menunjukkan bahwa presentase yang yang baik atau tidur yang berkualitas.
mempunyai hipertensi di wilayah kerja Pola tidur mencakup kualitas dan
puskesmas karangtengah sebanyak 53 kuantitas seseorang dimana kualitas tidur
orang (57,6%) dan yang tidak mempunyai adalah jumlah tahapan NREM (Non Rapid
hipertensi ada 36 orang (42,4%). Eye Movement) dan REM (Rapid Eye
Hubungan Pola Tidur Dengan Movement) yang dialami seseorang dalam
Terjadinya Hipertensi Pada Lansia Di siklus tidurnya dan kuantitas tidur adalah
Puskesmas Karangtengah jumlah waktu tidur yang dihabiskan dalam
Analisis bivariate yang digunakan keseharian. Kondisi yang dialami oleh
pada penelitian ini adalah uji chi-square individu ini dapat mempengaruhi pola
tidur, factor-faktor yang mempengaruhi Hal ini sesuai dengan penelitian
pola tidur diantaranya gaya hidup, latihan yang dilakukan bahwa pola tidur yang
fisik, stress, penyakit, obat-obatan, dan terganggu atau tidur yang tidak berkualitas
diet. Perubahan umur juga bisa akan penyebabkan hipertensi. Oleh karena
mempengaruhi pola tidur pada seseorang. itu pola tidur yang baik pada lansia akan
Hal tersebut menunjukan proporsi tidur mempertahankan tekanan darah agar
nyenyak yang rendah terkait dengan dalam kondisi yang stabil atau tekanan
penyakit hipertensi.19 darah yang terkontrol.
yang luang harus menyempatkan diri
untuk berjalan kaki anatara 15-30 menit,
dengan adanya aktifitas yang rutin maka
hipertensi akan menurun. Dan seseorang
yang beraktifitas yang mengeluarkan
keringat akan mempermudah peredaran
darah dalam tubuh bisa membuat
hipertensi menurun.
Kurangnya aktifitas fisik
mengakibatkan penyakit kronis yang
Hubungan Aktifitas Fisik dengan terjadi pada lansia seperti hipertensi,
Terjadinya Hipertensi di Puskesmas stroke, penyakit jantung, diabetes mellitus,
Karangtengah dan kanker. Olahraga teratur diikuti
Analisis bivariate yang digunakan dengan peningkatan kebugaran aerobic
pada penelitian ini adalah uji chi square dapat menekan penyakit serta kecacatan
untuk mengetahui apakah ada hubngan menurunkan angka kematian dan
aktifitas fisik dengan terjadinya hipertensi meningkatkan kualitas hidup lansia.
pada lansia di wilayah puskesmas Kurangnya kegiatan harian atau kegiatan-
karangtengah. Hasil penelitian ini kegiatan terstruktur akan mempengaruhi
diperoleh adanya hubungan yang pengurangan waktu tidur atau kualitas
signifikan anatara aktifitas fisik dengan tidur pada lansia. Aktifitas fisik adalah
terjadinya hipertensi pada lansia karena p olahraga yang tidak memberikan dan
value yang didapat sebesar 0,000 dengan mudah dilakukan oleh lansia karena
kata lain nilai p value > 0,05 sehingga Ho aktifitas fisik dapat mendorong jantung
nya ditolak. Hasil dari analisi diperoleh bekerja secara optimal, tulang tetap kuat,
nilai OR= 12,727 artinya orang yang mengembaliakan kelenturan sistes saraf,
mengalami aktifitas ringan berpeluang memaksimalkan suplai oksigen ke otak,
12,727 kali lebih besar menyebabkan serta menghilangkan radikalyang ada pada
hipertensi dibandingkan dengan orang tubuh.20
yang aktifitas nya berat atau sering ber Oleh karena itu aktifitas fisik
aktifitas. dengan terjadinya hipertensi pada lansia
Menurut peneliti yang termasuk ke memiliki peranan yang penting dalam
dalam aktifitas ringan dikarenakan mempertahankan tekanan darah agar
responden yang melakukan aktifitas fisik kondisi stabil atau tekanan darahnya
adalah umur >45 tahun seperti olahraga terkontrol.
secara teratur, berjalan kaki. Pada waktu
Kesimpulan melakukan kontrol tekanan darah ke
Dari hasil penelitian ini posyandu terdekat.
berdasarkan karakteristik responden dapat Diharapkan untuk melakukan
disimpulkan bahwa usia 56-65 tahun, penyuluhan kepada responden yangq
berjenis kelamin perempuan, ibu rumah mempunyai hipertensi tentang
tangga, dan pendidikan terakhir SD lebih pengetahuan hipertensi sehingga
mendominasikan dalam penelitian ini. responden dapat memahami tentang
Hasil analisa bivariate dalam penyakit hipertensi tersebut. Hal ini akan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sangat membantu bagi responden dan juga
terdapat hubungan pola tidur dan aktifitas bisa menjalankan program perawatan
fisik terhadap terjadinya hipertensi pada maupun pengobatan mengenai hipertensi
lansia di Puskesmas Karangtengah. dan dapat dipertahankan dalam kondisi
Saran stabil atau terkontrol dan tidak sampai
Bagi responden yang mempunyai menyebabkan komplikasi seperti stroke.
hipertensi daharapkan berusaha dan mau Bagi peneliti selanjutnya
melakukan pola hidup sehat seperti pola diharapkan dalam penelitian ini lebih
tidur terjaga, istirahat yang cukup dan spesifik lagi. Dan lebih memperhatikan
melakukan aktifitas fisik setiap hari luang setiap variabel-variabel lainnya yang bisa
seperti melakukan jalan kaki selama 15-30 mempengaruhi sehingga mendapatkan data
menit. Memiliki motivasi dan lebih aktif yang lebih lengkap serta menambah
lagi untuk melakukan pencegahan atau jumlah respondennya.
menurunkan tekanan darah, dan rutin

Daftar Pustaka Penderita Hipertensi Di Wilayah


1. Martini, S. (2018). Pola Tidur Yang Kerja Puskesmas Muka Cianjur
Buruk Meningkatkan Resiko Tahun2018
Hipertensi. MKMI, 298.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciajur.
2. Ridwan, M. (2017). Mengenal, (2018). Profil Kesehatan Kabupaten
Mencegah, ,Mengatasi Silent Killer Cianjur Tahun 2018, Cianjur.
"Hipertensi". Jogjakarta: Romawi 5. Kementrian Kesehatan RI. 2013.
Pustaka. Pokok pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar Provinsi Jawa Barat 2014,
3. Mujahidin, Mar'ah. (2018). Hubngan
Jakarta.
Peran Keluarga Dengan Kepatuhan
6. Yanti, (2018). Hubungan Antara
Diet Hipertensi Pada Lansia
Paparan Asap Rokok, Stress Dan
Status Gizi Terhadap Terjadinya Status Gizi Terhadap Terjadinya
Hipertensi Pada Usia 18-59 Tahun Di Hipertensi Pada Usia 18-59 Tahun Di
Wilayah Kaerja Puskesmas Wilayah Kaerja Puskesmas
Warungkondang Tahun 2018, Cianjur. Warungkondang Tahun 2018, Cianjur.
7. Martini, S. (2018). Pola tidur yang 14. Setiyorini, Yekti. (2014). Hubungan
buruk meningkatkan resiko hipertensi. kualitas tidur dengan tekanan darah
MKMI, 298. pada lansia hipertensi di gamping
8. Firman . (2017). Hubungan aktivitas sleman Yogyakarta, Yogyakarta.
fisik dengan pola tidur pada usia 15. Martini, S. (2018). Pola tidur yang
lanjut. 1. buruk meningkatkan resiko hipertensi.
9. Firman . (2017). Hubungan aktivitas MKMI, 298.
fisik dengan pola tidur pada usia 16. Eriana, Ina.(2017) Hubungan gaya
lanjut. 1. hidup dengan kejadian hipertensi
10. Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi pada pegawai negeri sipil UIN
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Alauddin Makasar Tahun 2017.
Cipta. 17. Eriana, Ina.(2017) Hubungan gaya
11. Eriana, Ina.(2017) Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi
hidup dengan kejadian hipertensi pada pegawai negeri sipil UIN
pada pegawai negeri sipil UIN Alauddin Makasar Tahun 2017.
Alauddin Makasar Tahun 2017. 18. Ridwan, M. (2017). Mengenal,
mencegah, ,mengatasi silent killer
12. Mujahidin, Mar'ah. (2018). Hubngan
"hipertensi". Jogjakarta: Romawi
Peran Keluarga Dengan Kepatuhan
Pustaka.
Diet Hipertensi Pada Lansia
19. Martini, S. (2018). Pola tidur yang
Penderita Hipertensi Di Wilayah
buruk meningkatkan resiko hipertensi.
Kerja Puskesmas Muka Cianjur
MKMI, 298.
Tahun2018
20. Firman. (2017). Hubungan aktivitas
13. Yanti, (2018). Hubungan Antara fisik dengan pola tidur pada usia
Paparan Asap Rokok, Stress Dan lanjut. 1.

Anda mungkin juga menyukai