PENGAUDITAN INTERNAL
(MODEL-MODEL INTERNAL KONTROL)
Di SusunOleh :
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan HinayahNya sehingga makalh pengauditan internal
ini dapat terselesaikan dengan judul "Model-Model Internal Control" dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Penyusun berharap modul ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
membantu lebih memahami materi pengauditan internal serta dapat menambah
pengetahuan lebih lanjut mengenai pengauditan dalam hal pengujian pengendalian
kontrol.
Modul ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh kerena
itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan modul ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuan dan saran-sarannya.
Terdapat hubungan langsung antara tujuan, yang merupakan hal yang
diperjuangkan untuk dicapai perusahaan yang mencerminkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dalam perusahaan, pelaksanaan pengawasan
dapat dilaksanakan secara langsung oleh pemiliknya sendiri dan melalui sistem
internal control. Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan
masalah yang dihadapi perusahaan semakin kompleks, sehingga semakin sulit
bagi pemilik / pihak pimpinan untuk melaksanakan pengawasan secara langsung
terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Tujuan audit kontrol untuk menentukan
bahwa kontrol telah diterapkan dengan baik, kontrol dirancang untuk mencapai
tujuan manajemen khusus atau ketaatan dengan persyaratan yang ditentukan dan
untuk memastikan akurasi dan kelayakan transaksi.
Dengan demikian maka dirasakan perlunya bantuan manajer-manajer,
auditor internal, dan auditor eksternal yang profesional sesuai dengan bidang yang
ada dalam organisasi misalnya bidang pemasaran, produksi, keuangan, audit, dan
lain-lain. Perlu adanya struktur organisasi yang memadai, yang akan menciptakan
suasana kerja yang sehat karena setiap staf bisa mengetahui dengan jelas dan pasti
wewenang dan tanggung jawabnya serta dengan siapa ia bertanggung jawab.
Adanya standar prosedur kerja yang jelas sehingga setiap staf memahami
prosedur kerjanya. Selain itu, dengan bertambah besarnya perusahaan diperlukan
suatu pengawasan yang lebih baik agar perusahaan dapat dikelola secara efektif.
Keseluruhan inilah yang disebut sistem internal control.
Untuk menjaga agar sistem internal control ini benar-benar dapat
dilaksanakan, maka sangat diperlukan adanya pengujian substantif atau
pemeriksaan. Fungsi pengujian ini merupakan upaya tindakan penemuan dan
pencegahan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan dan pemantauan
internal control secara berkesinambungan. Prosedur pengujian substantif
dirancang untuk memperoleh bukti mengenai kelengkapan, keakuratan dan
keabsahan data-data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi serta ketepatan
penerapan perlakuan akuntansi terhadap transaksi-transaksi dan saldo-saldo.
2
Perekonomian pada era globalisasi menyebabkan perekonomian yang kompleks,
dimana perekonomian yang semakin kompleks membutuhnkan keandalan
informasi akuntansi yang dihasilkan, serta tanggung jawab kepada para investor
yang menanamkan modalnya pada organisasi. Kebutuhan masyarakat terhadap
informasi keuangan yang andal melatarbelakangi munculnya profesi akuntan
publik.
Profesi akuntan publik berkaitan erat dengan internal control dalam suatu
organisasi dimana internal control yang baik mencerminkan organisasi yang
sehat, demikian juga dengan internal control organisasi yang buruk akan
mencerminkan organisasi yang tidak sehat. Organisasi yang sehat serta internal
control yang baik akan meyakinkan investor untuk menanamkan modal pada
organisasi, serta dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi
kinerja organisasi baik berupa operasional, maupun sumber daya manusia (SDM).
Diperlukan pengawasan terhadap internal control, agar dapat dipastikan seluruh
kegiatan/aktivitas yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi. Pengawasan
yang dilakukan organisasi adalah melakukan pengujian terhadap keakuratan data
dan internal control dengan menggunakan pengujian substantif.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi audit internal.
2. Menjelaskan manfaat internal control.
3. Memaparkan sistem internal control.
4. Memaparkan karakteristik internal control.
5. Menjelaskan model-model internal control.
3
1.4 Manfaat
Mampu memahami definisi audit internal, manfaat internal control, sistem
internal control, karakteristik internal control, dan model-model internal control.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
tanggung jawab di antara kedua kelompok auditor tersebut sangat berbeda satu
sama lain. Seorang auditor internal bekerja pada perusahaan, lembaga
pemerintahan, atau perusahaan nirlaba, sedangkan auditor eksternal bekerja pada
suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). Meskipun pihak yang melakukan internal
audit merupakan bagian dari organisasi yang diaudit itu sendiri, tetapi
pelaksanaan internal audit harus tetap obyektif dan independen dari aktivitas yang
diaudit. Auditor internal umumnya melapor kepada manajer senior atau dewan
direksi, sedangkan auditor eksternal hanya memiliki struktur pelaporan yang
terbatas kepada kantor akuntan tempat auditor tersebut bekerja dan pihak ketiga
(kreditor dan investor).
Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian internal audit
secara baik, berikut ini akan dikutip beberapa definisi internal audit. Ikatan
Auditor Internal (Institute of Internal Auditors – IIA) dikutip oleh Messier
(2005:514), mendefenisikan audit internal sebagai berikut :
Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif, dan konsultasi
yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan
pendekatan sistematis dan disipilin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektifitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa internal audit merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan
informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan
internal audit dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak
terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan internal audit secara
independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna
informasi.
Sawyer (2005:10) mengemukakan definisi audit internal yang
menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas sebagai
berikut :
6
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah :
Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal,
tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut
juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di Standar dan
menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih
menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan risiko,
tata kelola, dan kontrol.
Perusahaan yang berkembang di Indonesia memiliki kedudukan yang
penting dalam perekonomian dan pembangunan bagi masyarakat Indonesia, maka
peran internal audit menjadi semakin penting untuk mengawasi perusahaan secara
independen.
Definisi lain menurut Sukrisno (2004:221) mengenai internal audit sebagai
berikut :
Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan
profesi yang berlaku.
7
Definisi di atas menunjukkan bahwa internal audit telah mengalami
perkembangan. Lingkup internal audit tidak lagi hanya terbatas melakukan
pemeriksaan di bidang keuangan saja, tetapi juga melakukan pemeriksaan di
bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, operasional dan lain-lain.
Bertolak dari definisi-definisi di atas, dalam perkembangannya konsep
internal audit telah mengalami perubahan. Peranan internal audit sebelumnya
hanya sebatas sebagai pengawas di dalam perusahaan yang kerjanya hanya
mencari kesalahan, sedangkan saat ini internal audit dapat memberikan saran dan
masukan berupa tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada. Oleh karena itu,
saat ini internal audit dapat juga dikatakan sebagai konsultan perusahaan dalam
mencapai tujuannya di masa yang akan datang. Internal auditor harus selalu
meningkatkan pengetahuan baik di bidang auditing sendiri maupun pengetahuan
di bidang bisnis perusahaan agar dapat memberikan saran dan masukan berupa
tindakan perbaikan tersebut.
AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
mengemukakan definisi audit internal sebagai pengawasan intern yang susunan
organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam
perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksan kecermatan dan
seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan
mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan.
Sesuai dengan defenisi diatas, maka dalam arti sistem pengawasan intern
mecakup pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan yang bersifat
akuntansi dan administratif.
8
2. Pengawasan administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara dan
prosedur yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan
terahadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan yang pada umumnya tidak
lansung berhubungan dengan pembukuan (akuntansi). Dalam pengawasan
administratif termasuk analisa statistik, time and motion study, laporan
kegiatan, program latihan pegawai dan pengawasan mutu.
Sistem internal control yang baik tidak dapat menjamin tidak adanya
penyimpangan kecurangan dan pemborosan dalam suatu perusahaan, apabila
orang-orang yang melaksanakan kegiatan tersebut tidak selalu bertindak sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapka. Usaha untuk melaksanakan sistem intern
control yang baik adalah dilaksanakan sistem internal control yang baik adalah
dilaksanakannya pemeriksaan yang teratur oleh pimpinan perusahaan dengan
membuatu suatu departemen / bagian yang disebut departemen Internal Auditing.
Semakin berkembanya satuan-satuan usaha ekonomis, baik ditinjau dari unit-unit
operasi maupun struktur organisasi menurut suatu sistem manajemen yang lebih
baik, dengan mempekerjakan pekerja atau karyawan yang sesuai dengan
keahliannya pada berbagai bidang tingkat unit operasi dan tempat yang berbeda
pula. Dengan bertambah kompleksnya tugas-tugas manajemen, maka mereka
tidak mampu melakukan pengawasan dan koordinasi yang efektif untuk seluruh
perusahaan. Oleh karena itu manajemen perlu dibantu oleh suatu unit yang khusus
mengenai dan menelaah prosedur-prosedur dan operasi perusahaan.
Dengan adanya departemen Internal Audit, diharapkan akan dapat membantu
anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah prosedur operasi dari
berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan
terhadap kebijasanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifitas
9
sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi timbulnya
spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya keahlian dalam
bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya.
10
perusahaan. Petugas yang memimpin ini untuk melakukan pemeriksaan itu
disebut dengan pemeriksaan intern (Internal Auditor).
11
3. Untuk meyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap
segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Untuk menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang
dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah
dibebankan.
Kontrol tidak perlu dibatasi secara eksklusif. Juga tidak perlu terikat atau
memiliki daftar “apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh kontrol”. Kontrol dapat
membantu manajer. Pendapat yang berkembang saat ini menyatakan bahwa
kontrol haruslah menjadi sarana positif untuk membantu manajer mencapai
tujuan dan sasaran.
12
memadai, kesempatan atau godaan untuk melakukan penyelewengan bisa
dikurangi atau dihilangkan. Hal ini merupakan keniscayaan, sebelum karyawan
berpikir untuk merusak system kontrol. Namun jika aktiva dibiarkan tanpa
pengawasan, karyawan dapat saja beralasan bahwa kondisinya memang
memungkinkan untuk melakukan penyelewengan terhadap aktiva.
13
Sawyer (2005:32) menyebutkan fungsi internal audit bagi manajemen
sebagai berikut :
Sistem usaha biasanya lebih kompleks, namun cara kerjanya tetap sama.
Sistem lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang
persediaan, diseut sistem umpan balik (feedback system). Seperti halnya yang
berlaku pada termostat, keluaran (dalam hal ini lingkungan) dibandingkan dengan
suatu standar sehingga diperoleh respon yang tepat. Semua sistem operasi
memiliki bagian – bagian dasar yang terdiri atas masukan (input), pemrosesan
(processing), dan keluaran (output).
14
Pemrosesan
Masukan keluaran
Kontrol
Pemrosesan
Masukan keluaran
Umpan Balik
15
Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) – jangan disamakan dengan
sistem terbuka – sesuai dengan pandangan manajemen klasik tentang kontrol
untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri
atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang sesuai dengan rencana, untuk
meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.
16
2.3.2 Standar-Standar Operasi
Standar produksi
Standar akuntansi biaya
Standar tugas
Standar industri
Standar historis
Standar “estimasi terbaik”.
Hal – hal yang baru yang menjadi perhatian adalah bahwa standar tersebut
bersifat wajar, mengadung faktor – faktor toleransi yang layak, mencerminkan
kondisi saat ini,dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.
17
Selain standar operasi yang merupakan bagian dari system kontrol, terdapat
kerangka standar yang harus diikuti system kontrol itu sendiri. Standar-standar ini
adalah
a. Standar-standar Umum
Keyakinan yang Wajar : Kontrol harus memberikan keyakinan
yang wajar bahwa tujuan kontrol internal akan dicapai.
Perilaku yang Mendukung : Manajer dan karyawan harus
memiliki perilaku yang mendukung kontrol internal.
Integritas dan Kompetensi : Orang-orang yang terlibat dalam
pengoperasian kontrol internal harus memiliki tingkat
profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi yang memadai
untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
Tujuan Kontrol : Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan
wajar harus ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
Pengawasan Kontrol : Manajer harus terus menerus mengawasi
keluaran yang dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-
langkah tepat terhadap penyimpangan yang memerlukan tindakan
tersebut.
b. Standar-standar Rinci
Dokumentasi : Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan
harus didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus
siap tersedia.
Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan Tepat
Waktu
Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian : Transaksi
dan kejadian harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang
bertugas untuk itu.
18
Pembagian Tugas : Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan
pemeriksaan transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu
(dan unit).
Pegawasan : Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan
berkelanjutan untuk memastikan pencapaian tujuan kontrol
internal.
Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan : Akses
harus dibatasi ke individu yang memang berwenang, seseorang
yang bertanggung jawab untuk pengamanan dan penggunaan
sumber daya dan orang lain yang mencatat. Aspek ini harus
diperiksa secara periodic dengan membandingkan jumlah yang
tercatat dengan jumlah fisik.
2.4 Karakteristik Internal Kontrol
a. Tepat waktu
b. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling
rendah.
19
tambahan biaya yang harus membandingkan biaya yang timbul akibat hal-hal
yang bisa dicegah, dideteksi, dan dikoreksi oleh sistem kontrol dengan biaya
kontrol terebut. Manajemen tidak hanya harus memerhatikan efektivitas
kontrol, tetapi juga efisien dan keekonomisannya. Kontrol harus ditingkatkan
hanya jika manfaat yang diberikan lebih besar daripada biaya tambahannya.
c. Akuntabilitas
d. Penerapan
Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:
20
e. Fleksibilitas
f. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak
hanya mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan
standar bias disiapkan dan dilaksanakan bila kontrol bias menentukan
penyebab kesulitan. Tidak ada tindakan korektif yang benar-benar efektif
kecuali bila penyebabnya diketahui. Misalnya adalah sistem akuntansi biaya
yang memungkinkan berbagai elemen biaya dan kuantitas diidendifikasi dan
dibandingkan dengan standar. Jadi, varians dalam biaya produk atau kuantitas
dapat ditelusuri ke masing-masing elemen jika terjadi penyimpangan dari
standar.
g. Kelayakan
21
sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan
manfaat yang semula diinginkan.
Kontrol bisa menjadi usang. Sistem atau tujuan yang semula direncankan
bisa berubah, tetapi tidak demikian dengan kontrol. Oleh karena itu, kontrol harus
diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespons kebutuhan.
Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi, informasi yang
diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga diberikan ke orang yang
tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak bermanfaat.
Orang biasanya menolak kontrol, terutama bila mereka tidak ikut dalam
perancangannya atau tidak memahami tujuan yang akan dicapai. Juga, kontrol
yang dianggap tidak wajar dapat melumpuhkan kreativitas dan inidiatif. Di
samping itu, bila kontrol menjadi dasar penghargaan atau hukuman, maka orang-
orang yang terkena imbasnya bisa menganggapnya sebagai penghalang.
22
Unit produksi sebuah perusahaan manufaktur memproduksi kepingan
logam, tetapi tempah penjualannya berjarak dua mil. Kereta angkut diisi
dengan keping logam yang dihasilkan pada pabrik, termasuk logam-logam
mahal seperti baja tahan karat, molybdenum, tembaga, titanium, dan
beryllium. Secara periodik, kereta angkut dikaitkan ke traktor kemudian
diangkat dari pabrik ke tempat penjualan.
23
secara legal, maka perbedaan antara waktu standar dengan waktu aktual
akan menunjukkan penyimpangan ini. Mendengar ini, mata si penjaga
membelalak lebar dan mereka setuju untuk mengumpulkan data tersebut
dengan antusias. Informasi yang dibutuhkan untuk sistem kontrol sekarang
menjadi lebih jelas bagi mereka.
24
Kontrol internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi
Committee of sponsoring organization. Mendefenisikan dan menjelaskan kontrol
internal untuk:
25
Gambar piramida dibawah ini menunjukkan hubungan antara ke 5 elemen
internal control .
Efektivitas internal control tidak dapat meningkat dari integritas dan nilai
etis dari senior management saja. Integritas & nilai etis merupakan elemen inti
dari lingkungan pengendalian. Hal ini dikarenakan integritas & nilai etis
mempengaruhi design, administrasi, dan pengawasan dari komponen internal
control yang lain.
26
Kompetensi seharusnya berhubungan terhadap pengetahuan & keahlian
yang diperlukan untuk memenuhi tugas yang terdapat dalam suatu perkerjaan.
Komitment terhadap kompetensi termasuk juga pertimbangan manajement
terhadap tingkat kompetensi tertentu atas suatu pekerjaan dan bagaimana
tingkatan tersebut menerjemahkan kedalam persyaratan keahlian dan pengetahuan
Struktur organisasi
27
d. Kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan bisnis yang dijalankan
e. Ketersediaan sumber daya dalam membantu pelaksanaan tugas
Perusahaan harus peduli dan sepakat untuk menghadapi resiko yang ada.
Perlu dibuat tujuan yang terintegrasi melalui semua nilai rantai aktivitas (chain
activities) yang ada, sehingga perusahaan beroperasi dengan baik. Setelah tujuan
ditetapkan, perusahaan selanjutnya harus mengidentifikasi risiko untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut dan menganalisis serta mengembangkan cara-cara untuk
mengelolanya.
28
Penilaian Resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko
yang relavan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan
keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengkhtisaran, dan
peloparan data-data keuangan. risiko yang relavan dengan pelaporan keuangan
mencakup pristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan
secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai
keadaan, antara lain perubahaan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem
informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk,
atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, dan standar
auntasi baru.
29
b. Pemisahaan tugas
c. Pengendalian fisik
d. Tela’ah kinerja
5. Monitoring (Pengawasan)
Pengawasan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waku. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secaa terus-menerus, evaluasi
secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai
30
entitas, auditor intern atau personal yang melakukan pekerjaan serupa
memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan
dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti
keluhan pelanggan dan respon darri badan pengatur yang dapat memberikan
petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen
pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen
tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas,
karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman
dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas unuk
mengirimkan, mengolah, memelihara dan mengakses informasi, serta penerapan
persyaratan hukum dan peraturan.
Tujuan
31
5. Tujuan dan rencana terkait harus mencakup target kinerja dan indikator yang
bisa diukur.
Komitmen
Kemampuan
32
Pengawasan dan pembelajaran
BAB III
KESIMPULAN
33
a. Tepat waktu
b. Ekonomis
c. Akuntabilitas
d. Penerapan
e. Fleksibilitas
f. Menentukan penyebab
g. Kelayakan
h. Masalah-masalah dengan kontrol
34
Daftar Pustaka
http://www.valueconsulttraining.com/internal-audit-training/107-risk-based
WITA).
35
http://cinndyrq.blogspot.co.id/2013/09/sistem-pengendalian-intern-dan.html
36