Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP PENUAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Sang Komang P M P1337420617005
2. Dona Putu Sari P1337420617030
3. Alifa Nur Fitriana P1337420617052
4. M. Candra Romadon P1337420617086

S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Makalah : Konsep Penuaan


1. Ketua Tim
1. Nama Lengkap : Sang Komang P.M
2. Program Studi : S1 Terapan Keperawatan Semarang
3. NIM : P1337420617005
2. Pembimbimbing
1. Nama Lengkap :

Semarang, 19 Januari 2020


Pembimbing, Penulis,

Sang Komang Proklamasindo M


NIM. P1337420617005

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah Keperawatan
Gerontik yang berjudul “Konsep Penuaan” ini sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Tak lupa pula, penyusun kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita
semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan
yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
makalah ini hingga selesai.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
penyempurnaan tugas ini.

Terakhir penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penyusun juga.

Semarang, 19 Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Menua 3
2.2 Teori Proses Menua 3
2.3 Proses Penuaan..............................................................................................................6
2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan 6
2.5 Masalah Kesehatan Pada Lansia 6
2.4 Perkembangan Lansia....................................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12


3.1 Simpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang


berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini.
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa
terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses
penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu
akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar
faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa
fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke
waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant
penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik
dan psikis yang sempurna.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian
pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada
tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari menua?
2. Bagaimana teori proses menua?
3. Bagaimana tahap proses penuaan itu berlangsung?
4. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi ketuaan?
5. Apa saja masalah kesehatan yang dialami lansia?
6. Bagaimana perkembanagan lansia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari menua
2. Untuk mengetahui teori proses menua
3. Untuk mengetahui tahap proses penuaan
4. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi ketuaan
5. Untuk mengetahui apa saja masalah kesehatan yang dialami lansia
6. Untk memahami perkembangan lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menua


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menurut WHO dan
UU No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2
menyebutkan bahwa permulaan lanjut usia dimulai usia 60 tahun. Menua bukanlah
suatu penyakit melainkan merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubhan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir kematian.
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
unntuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo & Martono, 1994).
Proses menua bersifat individual, sebab proses ini terjadi pada orang dengan
usia berbeda. Ada yang usianya belum tergolong lanjut/masih muda namun sudah
menunjukkan kemunduran begitu pula sebaliknya, ada yang sudah usia lanjut namun
fisik masih bugar, sehat dan badan tegap. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan
yang berbeda. Selain iitu, tidak ada satu faktor pun yang menunjukkan dapat
mencegah atau menghambat proses menua.

2.2 Teori Proses Menua


1. Teori Biologis
a. Genetik
1) Genetik clock
Merupakan teori yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat jam
biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies
tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnye memiliki jam biologis yang
menentukan batas usia replikasi DNA, sehingga bila habis waktunya maka sel
akan mati.

3
2) Mutasi Somatik
Penuaan terjadi karena adanya mutase somatic yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan sehinggan mengakibatkan terjadinya kesalahan transkripi RNA atau
DNA dan proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan yang terjadi terus-
menerus mengakibatkan penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi sel
kanker atau penyakit.
b. Non-genetik
1) Teori penurunan system imun tubuh
Mutase yang berulang dapat menyebbabkan berkurangnya kemampuan sel imun
tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutase merusak membrane sel, akan
menyebabkan system imun tidak mengenali dirinya sendiri dan
menghancurkannya. Hal inilah yang mendasari terjadinya penyakit auto-imun
pada usia lanjut.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
3) Teori menua akibat metabolism
Teori ini menerangkan dari hasil percobaan beberapa hewan yang telah dibuktikan
dengan pengurangan asupan kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori dapat menyebabkan
kegemukan dann memperpendek umur.
4) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
5) Teori fisiologis
Teori ini terdiri dari teori oksidasi stress dan teori dipakai-aus. Menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

4
2. Teori Sosiologis
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tetentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia
untuk menjalin interaksi social merupakan kunci mempertahankan status
sosialnya berdasarkan kemampuan sosialisasinya.
b. Teori Aktivitas atau Kegiatan
1) Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social
2) Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Ukuran optimum dilanjutkan pada cara hidup lansia
4) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
c. Teori Kepribadian Berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki. Teori ini mengemukakan bahwa adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian,
pengalaman pad ahidup seseorang merupakan gambaran seseorang tersebut pada
kehidupannya kelak.
d. Teori Pembebasan/Penarikan Diri
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak social
3) Berkurangnya kontak komitmen

5
2.3 Proses Penuaan
1. Tahap Subklinik (Usia 25-35 tahun)
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi
penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone, testosteron dan
estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
2. Tahap Transisi (Usia 35-45 tahun)
Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda
lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai tumbuh,
penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan kemampuan fisik dan
dorongan seksual hingga berkurangnya gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi
penurunan lebih jauh kadar hormone-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar
optimal.
3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan semua
fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual dan
reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Penyakit degeneratif mulai
terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik
maupun psikis yang sangat terganggu.

2.4 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


1. Hereditas atau ketuaan genetik
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres

2.5 Masalah kesehatan pada lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan/ keluarganya,
dikenal dengan istilah 14 I:
1. Immobility (kurang bergerak)
6
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih. Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah
psikologis, depresi atau demensia.
Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi,
infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain. Penanganan : latihan fisik,
perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan
dan makanan yang berserat.
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran
mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik
(faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak
rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll). Akibat yang
ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang
yang bisa menimbulkan imobilisasi.
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan
terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam
jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-obatan,
masalah psikologik dan skibala.
Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan berkemih
yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya
kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada
peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan
7
latihan otot dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya
kandung kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung
penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll. Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering
mengompol pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga
mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna. Demensia tidak hanya masalah
pada memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan
jantung, PPOK dan obesitas.
Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang
timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat,
orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat,
gangguan siklus tidur.
5. Infection (Infeksi)
Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga
sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan
yang rendah lebih sering dijumpai.
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya
perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan
penciuman)
8
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah
berupa implantasi koklea.
Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari
penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata
atan dengan operasi pada katarak.
7. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa
orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia
dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah,
gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan
sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan
hari tuanya. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat,
berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
10. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit. Akibat yang
ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat
mengancam jiwa.

9
11. Insomnia(Sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia
menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti
diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk
masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun
sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
Agar bisa tidur :  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi
asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau
kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan
membaca.
12. Insomnia(Sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia
menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti
diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk
masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun
sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi
asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau
kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan
membaca.
13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual
pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
14. Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya
pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam usus
10
menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam
usus dan perut menjadi sakit.

2.6 Perkembangan Lansia


Erikson (dalam Nietzel & Bernstein, 1987), bahwa tugas perkembangan di lanjut
usia adaIah tercapainya integritas dalam diri seseorang. Artinya ia berhasil memenuhi
komitmen dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan dengan pribadi lain. Ia menerima
kelanjutan usianya Ia menerima keterbatasan kekuatan fisiknya Mungkin pula ia
menerima penyakit yang dideritanya. Sebalikuya ia dapat pula menerima apapun
perlakuan orang lain terhadap dirinya yang sesungguhnya merupakan cerminan perlakuan
dirinya terbadap orang lain tersebut Artinya apabila ia hangat, penuh perbatian, dan
terbuka maka orang lain akan cenderung berbuat sama terhadap dirinya Apabila ia
nyinyir, banyak mengkritik, banyak hal tidak berkenan padanya, maka orang lainpun akan
kurang memperhatikan dan kurang menyukainya bahkan membencinya.

Kalau seseorang tidak dapat mencapai integritas, maka ia akan mengalami


keputusasaan. Ia merasa tidak herguna dalam bidupnya, ia banyak mengeluh sehingga
sisa hidupnya dirasakan sangat berat. Ia kurang dapat menikmati masa tuanya. la akan
banyak menuntut yang akan menyebalkan keluarganya Apapun dirasa tidak tepat
sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menyenangkannya.

Erikson mengatakan bahwa tugas perkembangan daIam lansia adalah komitmen


moral. Pada masa lansia, manusia lebih diharapkan untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhannya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik.
Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan
mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus
memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya
secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan
menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan
berkualitas pada klien lansia. 
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

3.2 Saran

Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia,
untuk menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses
harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik,
namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut
pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai
tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis
pasiennya.  Termasuk pada usia lanjut.

12
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan
dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan
pada klien usia lanjut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kholifaf, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: BPSDM Kemenkes RI

(Anonym). 2018. Masalah Kesehatan Pada Lansia. DitjenYankes Kemenkes RI. Diakses pada
18 Januari 2020, http://yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-
4884.html

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika6.

Dwi Lestari Muliyani. 2009. Penuaan Pada Sistem Neurologis.

http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/01/erfanfandyyahoo-com/. Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2010

14

Anda mungkin juga menyukai