Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Pneumatik
Hidrolik
Sistem Cascade - I

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Teknik Teknik Mesin 13035 Nur Indah. S., ST., MT

Abstract Kompetensi
Pneumatik adalah sebuah sistem yang Mahasiswa mampu menjelaskan sistem
memanfaatkan tenaga fluida berupa gas pneumatik dan hidrolik, simbol-simbol,
sementara hidrolik adalah sistem yang keterbatasan sistem, dan aplikasinya di
memanfaatkan tenaga fluida cair. Sistem industri.
pneumatik dan hidrolik biasanya terdiri atas
kompresor, katup-katup, dan aktuator.
Tentang Perkuliahan
Pneumatik dan hidrolik merupakan mata kuliah tingkat lanjut untuk program studi
teknik mesin yang akan membahas tentang teori dan aplikasi gerak linier pada tabung,
gerak ganda komponen aktuator pada pneumatik dan hidrolik, fungsi tabung dan katup
dengan system kontrolnya, dan fungsi dan penggunaannya dalam rangkaian
pneumatik, cara kerja pemancar angin dan penggunaan logika pneumatik serta dasar
teknologi listrik.

Data Dosen
Nama : Nur Indah. S.ST., MT

Pendidikan : S1 – Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

S2 – Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

No. Telepon : 081807967591 (WA)

Email : nur.indah@mercubuana.ac.id

Sistem Perkuliahan
Perkuliahan ini akan diadakan sebanyak 16 pertemuan, dimana pertemuan ke-8
dan ke-16 masing-masing adalah Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir
Semester (UAS). Jadwal UTS dan UAS mengikuti jadwal yang telah disusun oleh pihak
Universitas Mercu Buana. Penilaian perkuliahan ini didasarkan pada 6 komponen,
yaitu:

 Kehadiran : 10%
 Tugas : 20%
 Kuis : 5%
 Praktikum : 20%
 UTS : 20%
 UAS : 25%

Jumlah maksimal ketidakhadiran mahasiswa mengikuti sistem yang ada pada


Universitas Mercu Buana. Keterlambatan mahasiswa maksimal 40 menit, lebih dari itu

2018 Pneumatik & Hidrolik


2 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
maka kehadiran mahasiswa pada hari itu tidak dianggap, kecuali jika ada
pemberitahuan kepada dosen pengampu sebelumnya.

Tugas kelompok mahasiswa adalah berdiskusi yang kemudian dilanjutkan


dengan presentasi. Pada saat berdiskusi, penilaian setiap mahasiswa meliputi:

 Keaktifan mahasiswa dalam mengeluarkan pendapat


 Keaktifan mahasiswa dalam memberikan tanggapan terhadap pendapat
anggota kelompok yang lain

Penilaian presentasi untuk setiap mahasiswa meliputi:

 Kecakapan berbicara di depan umum termasuk sikap ketika berbicara


 Kecakapan membawakan materi sesuai dengan pemahamannya
 Kesesuaian isi presentasi dengan pemahaman presenter dan tema yang
ditentukan
 Keadilan dalam pembagian tugas pembuatan presentasi

Jika diperlukan presentasi di luar tugas kelompok, maka penilaian presentasi


tersebut sama dengan penilaian presentasi pada tugas kelompok.

Praktikum akan dilaksanakan berkelompok. Total modul praktikum adalah 5 buah


modul, dimana setiap modulnya harus diselesaikan oleh setiap kelompok. Penilaian
praktikum meliputi:

 Kehadiran mahasiswa
 Keaktifan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
dalam modul praktikum

Pembahasan
Pengontrolan Gerak Berangkai (Review)

Dalam kuliah telah dibahas cara membuat rangkaian berangkai. Rangkaian berangkai
adalah rangkaian pengontrolan 2 atau lebih silinder pneumatik dengan urutan gerak
tertentu. Contoh rangkaian bernagkai yang dibahas di kuliah sebelumnya adalah
pengontrolan 2 buah silinder dalam rangka pendistribusian kotak-kotak sebagaimana
tampak pada Gambar 12.1.

2018 Pneumatik & Hidrolik


3 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12.1. Sistem Pneumatik yang Memerlukan Pengontrolan Gerak Berangkai

Pada Gambar 12.1, silinder 1A akan bekerja mendorong kotak paling bawah keluar
tumpukan, baru setelahnya silinder 2A akan bekerja mendorong kotak tadi meluncur ke
bawah. Urutan kerja kedua silinder tersebut adalah:

1. Silinder 1A bergerak outstroke dan bekerja mendorong kotak terbawah keluar.


2. Setelah silinder 1A mencapai posisi outstroke maksimum, silinder 2A bergerak
outstroke dan bekerja mendorong kotak yang telah keluar dari tumpukan
meluncur ke bawah.
3. Setelah silinder 2A mencapai posisi outstroke maksimum, silinder 1A akan
mulai bergerak instroke.
4. Setelah silinder 1A selesai bergerak instroke dan kembali ke posisi semula,
silinder 2A akan mulai bergerak instroke.

Gambar 12.2 menunjukkan rangkaian pneumatik yang bisa digunakan untuk kasus
seperti Gambar 12.1.

2018 Pneumatik & Hidrolik


4 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12.2. Pengontrolan Gerak Bolak-Balik 2 Buah Double Acting Cylinder Secara
Berangkai

Ketika katup A pada Gambar 12.2 ditekan, katup A akan mengirimkan sinyal udara ke
katup B sehingga akan mengaktifkan katup B. Dengan aktifnya katup B, udara
terkompresi akan mampu menglair menuju bagian belakang piston pada silinder 1A
sehingga silinder 1A akan bergerak outstroke. Saat silinder 1A mencapai posisi
outstroke maksimum, piston silinder tersebuta akan mengaktifkan katup D, sedemikian
sehingga katup D akan mengirimkan sinyal ke katup C dan akan mengaktifkan katup
C. Dengan aktifnya katup C, udara terkompresi akan mampu mengalir menuju bagian
belakang silinder 2A dan akan membuat silinder tersebut bergerak outstroke.

Setelah itu, gerakan outstroke silinder 2A akan mengaktifkan katup F sedemikian


sehingga katup F akan memberikan sinyal kepada katup B dan akan mengembalikan
katup B ke posisi semula. Dengan kembalinya katup B ke posisi semula, silinder 1A
akan bergerak instroke. Setelah silinder 1A kembali ke posisi semula, silinder 1A akan
mengaktifkan katup E sedemikian sehingga katup E akan mengirimkan sinyal ke katup
C dan akan membuat katup C kembali ke posisi semula. Dengan kembalinya katup C
ke posisi semula, silinder 2A akan bergerak instroke. Dengan demikian, rangkaian
pada Gambar 12.2 memungkinkan untuk pengontrolan bolak-balik 2 buah double
acting cylinder.

2018 Pneumatik & Hidrolik


5 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Rangkaian yang Tidak Dapat Dioperasikan

Pengontrolan 2 buah silinder yang lainnya dapat ditemui di alat pembor dan penjepit
sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 12.3.

Gambar 12.3. Alat Pembor dan Penjepit

Pada Gambar 12.3 tampak bahwa tabung/silinder A bekerja sebagai penjepit


sementara tabung/silinder B bekerja menaik-turunkan alat pembor. Gambar 12.4
menunjukkan ilustrasi urutan kerja alat pembor dan penjepit.

Gambar 12.4. Urutan Gerak Alat Pembor dan Penjepit

2018 Pneumatik & Hidrolik


6 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alat pembor dan penjepit sebagaimana tampak pada Gambar 12.3 bekerja dengan
urutan:

1. Tabung bergerak outstroke dan menjepit obyek kerja.


2. Silinder B bergerak outstroke dan akan melakukan pemboran pada obyek kerja.
3. Setelah selesai melakukan pemboran, silinder B akan bergerak instroke
sehingga alat bor akan tertarik ke atas.
4. Silinder A bergerak instroke dan melepaskan jepitannya pada obyek kerja.

Jika diasumsikan gerak instroke silinder sebagai 0 dan gerak outstroke silinder sebagai
1, maka urutan gerak alat pembor dan penjepit adalah: A1, B1, B0, A0. Rangkaian
pada Gambar 12.5 menunjukkan rangkaian yang mungkin dapat diterapkan pada alat
pembor dan penjepit.

Gambar 12.5. Rangkaian Alat Pembor dan Penjepit yang Ditawarkan

Pada rangkaian Gambar 12.5, kedua silinder diharapkan mampu bergerak dengan
urutan A1, B1, B0, A0. Keempat roller valve pada rangkaian tersebut akan menjadi

2018 Pneumatik & Hidrolik


7 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
katup-katup yang akan memberikan sinyal udara dari silinder yang satu ke silinder
yang lain. Katup C akan aktif saat silinder A bergerak outstroke. Dengan aktifnya katup
C, maka katup D akan aktif dan akan menggerakkan silinder B sehingga silinder B
akan bergerak outstroke. Ketika silinder B bergerak outstroke, silinder B akan secara
otomatis mengaktifkan katup E. dengan aktifnya katup E, maka katup D akan kembali
ke posisi semula dan akan menyebabkan silinder B kembali ke posisi semula. Dengan
kembalinya silinder B ke posisi instroke, silinder B akan secara otomatis mengaktifkan
katup G. dengan aktifnya katup G, maka katup B akan kembali ke posisi semula,
sehingga akan menyebabkan silinder A kembali ke posisi semula. Dengan kembalinya
silinder A ke posisi semula, silinder A akan mengaktifkan katup F. aktifnya katup F
akan membuat katup B kembali aktif sehingga silinder A akan dapat bergerak
outstroke. Logika inilah yang diharapkan dari rangkaian pada Gambar 12.5.

Namun demikian logika yang telah dijabarkan tersebut tidak dapat dioperasikan.
Gambar 12.6 menunjukkan rangkaian Gambar 12.5 yang telah dialiri udara (garis biru
menunjukkan saluran yang telah diisi udara).

Gambar 12.6. Rangkaian Alat Pembor dan Penjepit yang Ditawarkan yang Telah
Dialiri Udara

2018 Pneumatik & Hidrolik


8 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada gambar 12.6 tampak bahwa ketika katup A diaktifkan (dengan harapan katup A
akan mengaktifkan logika rangkaian yang telah dijelaskan), katup B tidak dapat aktif
karena ada sinyal udara lain yang datang dari arah yang berlawanan, sehingga katup
B akan diam di tempat. Gambar 12.7 menunjukkan perbedaan saat katup A belum
diaktifkan dan telah diaktifkan.

Pada Gambar 12.7 tampak bahwa katup A tidak dapat mengaktifkan katup B karena
masih ada sinyal udara lama yang belum hilang yang datang dari arah yang
berlawanan sehingga katup B tidak dapat bergerak (diam di tempat). Hal ini yang
menjadi kendala mengapa rangkaian pada Gambar 12.5 dan 12.6 tidak dapat
dioperasikan. Rangkaian pada Gambar 12.5 dan 12.6 tidak dapat dioperasikan karena
adanya sinyal udara lama yang belum hilang.

Katup A Off Katup A On


Gambar 12.7. Perbedaan Saat Katup A Belum Diaktifkan Dan Telah Diaktifkan

Sistem Cascade

Dengan melihat bahwa rangkaian pada Gambar 12.5 dan 12.6 tidak dapat
dioperasikan, maka perlu solusi agar logika rangkaian alat pembor dan penjepit dapat
dijalankan. Solusi yang diberikan adalah dengan menggunakan sistem cascade.

Dengan menggunakan sistem cascade, permasalahan adanya sinyal lama yang


menghambat sinyal baru dapat teratasi dengan cara membagi urutan gerak piston ke
dalam beberapa kelompok. Sistem cascade memerlukan sebuah alat pendistribusi

2018 Pneumatik & Hidrolik


9 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang disebut busbar (pneumatic energy line). Gambar 12.8 menunjukkan symbol yang
digunakan untuk menunjukkan sebuah busbar.

Gambar 12.8. Simbol Busbar

Busbar diperlukan untuk setiap kelompok urutan gerak silinder. Jika urutan gerak
silinder dibagi ke dalam 2 kelompok, maka diperlukan 2 buah busbar. Gambar 12.9
menunjukkan 2 buah busbar untuk pengontrolan 2 kelompok urutan gerak silinder.

Gambar 12.9. Dua Buah Busbar Untuk Pengontrolan Dua Kelompok Urutan Gerak
Silinder

2018 Pneumatik & Hidrolik


10 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12.10 menunjukkan sebuah busbar yang menggunakan manifold.Tampak
pada gambar tersebut sebuah batang persegi panjang yang terdiri atas sebuah saluran
udara dengan beberapa lubang.

Gambar 12.10. Sebuah Manifold

Urutan rangkaian alat pembor dan penjepit dapat dioperasikan jika menggunakan
sistem cascade dengan membagi urutan geraknya menjadi 2 kelompok, sehingga
penulisan urutan gerak kedua silinder alat pembor dan penjepit menjadi: A1, B1 / B0,
A0. Garis miring pada penulisan urutan tersebut menunjukkan pemisah antara
kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian, gerak silinder A1 dan B1 dikontrol oleh
kelompok 1, sementara gerak silinder B0 dan A0 dikontrol oleh kelompok 2. Gambar
12.11 menunjukkan rangkaian cascade untuk pengontrolan dua buah silinder pada alat
pembor dan penjepit. Pada gambar tersebut tampak 2 buah busbar yang mewakili 2
kelompok urutan gerak.

Tampak pada Gambar 12.11 bahwa busbar kelompok 1 dihubungkan dengan katup
kontrol silinder A dan B untuk gerak outstroke kedua silinder sementara busbar
kelompok 2 dihubungkan dengan katup-katup yang sama untuk gerak instroke kedua
silinder. Dengan adanya pembagian kelompok ini, jika kelompok 1 aktif, maka
kelompok 2 tidak aktif, begitu pun sebaliknya. Jika katup tuas pada rangkaian Gambar
12.11 diaktifkan, maka rangkaian otomatis dengan urutan gerak seperti yang telah
dijelaskan dapat dioperasikan dengan terlebih dahulu mengaktifkan busbar kelompok
1. Roller valve di posisi outsroke silinder B berfungsi untuk mengganti aktifasi
kelompok 1 menjadi kelompok 2. Dengan aktifnya kelompok 2, maka kelompok 1 akan

2018 Pneumatik & Hidrolik


11 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mati. Pergantian aktifasi kedua kelompok inilah yang mencegah adanya sinyal udara
lama yang menghambat sinyal udara baru.

Gambar 12.11. Rangkaian Cascade Untuk Pengontrolan Dua Buah Silinder Pada Alat
Pembor dan Penjepit

Rangkaian pada Gambar 12.11 menunjukkan rangkaian dengan urutan gerak 2 buah
silinder A1, B1 / B0, A0. Lalu bagaimana jika ingin membuat urutan geraknya menjadi
A1, A0 / B1, B0 (Silinder A bergerak outstroke lalu instroke, baru kemudian silinder B
bergerak outstroke lalu instroke)? Gambar 12.12 menunjukkan rangkaian pengontrolan
yang dimaksud.

2018 Pneumatik & Hidrolik


12 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12.12. Rangkaian Dua Buah Silinder Dengan Urutan Gerak A1, A0 / B1, B0

Daftar Pustaka
Crosser, P., Ebel, F., 1999, Pneumatics Basic Level.
Durfee, W., Sun, Z., Van de Ven, J., 2015, Fluid Power System Dynamics, Center for
Compact and Efficient Fluid Power.
Jayakumar, V., 2010, Applied Hydraulics and Pnematics, Tamil Nadu, Lakshmi
Publication.
Parr, A., 2011, Hydraulics and Pneumatics: A Technician’s and Engineer’s Guide,
Elsevier
Patient, P., Pickup, R., Powell, N., 1985, Pengantar Ilmu Teknik Pneumatika, Jakarta,
Gramedia.

2018 Pneumatik & Hidrolik


13 Nur Indah. S., ST., MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai