Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Disusun Oleh :

AHMAD JANUAR JAFARUDDIN

201663003

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi

Nama : AHMAD JANUAR JAFARUDDIN

NIM : 201663003

Jurusan : Teknik Pertambangan

Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

Disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Asisten Dosen Asisten Dosen

Eka Dini Novitasari Janeke Waromi


NIM : 201569052 NIM : 201569043

Mengetahui,
Dosen Krismin

Albert Sorondanya
NIP

2
LAPORAN PRAKTIKUM
KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah


Kristalografi Dan Mineralogi Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan
Universitas Papua Tahun
Akademik 2016/2017

OLEH :

AHMAD JANUAR JAFARUDDIN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
2016

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Kristalografi dan Mineralogi ini. Laporan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi
ini dibuat sebagai syarat untuk menempuh responsi dari pada Mata kuliah
Kristalografi dan Mineralogi pada semester satu.

Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk pedoman kami dan juga
sebagai literatur dalam pembelajaran mata kuliah dan pratikum Kristalografi dan
Mineralogi di jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan, Universitas Papua, Kampus II Sorong. Dan tak lupa saya
pengucapkan terima kasih kepada semua asisten dosen Kristalografi dan
Mineralogi atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan.

Sorong, 21 November 2016

AHMAD JANUAR JAFARUDDIN

4
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentangsifat-sifat geometri
krsital terutamaperkembangan,pertumbuhan,kenampakan, bentuk luar, struktur
dalam dan sifat-sifat fisis lainnya.
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang befokus pada sifat kimia, struktur
Kristal, dan fisika(termasuk optic)dari mineral. Studi ini juga mencakup proses
pembentukan dan perubahan mineral.
I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Kristalografi dan Mineral adalah agar


mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk Kristal dan kelasnya serta
mengetahui pendeskripsian mineral-mineral.

I.2.2. Tujuan
Kegiatan mempelajari dan melakukan Praktikum Kristalografi,
kita di tuntut untuk dapat ;
 Mengenal dan menguasai bentuk-bentuk kristal
 Kita mengetahui cara menggambar kristal
 Kita mengetahui tentang mineral-mineral pembentukan batuan

1.3 ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kristalografi yaitu :

1.3.1 ALAT
 Penggaris
 Busur derajat
 Jangka

5
1.3.2 BAHAN
 Milimeter Block
 Pensil mekanik ukuran 0,5
 Pensil warna
 Penghapus

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mineralogi yaitu :

1.3.3 ALAT DAN BAHAN


 Keping porselin
 Koin logam
 Kuku
 Sampel Mineral

I.4. WAKTU

I.4.1 Waktu pelaksanaan praktikum kristalografi

 Praktikum Hari Pertama


Hari/tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016
Waktu : 15.00-17.00 WIT
 Paktikum Hari Kedua
Hari/tanggal : Kamis, 27 Oktober 2016
Waktu : 15.00-17.00 WIT
 Praktikum Hari Ketiga
Hari/tanggal : Kamis,03 November 2016
Waktu : 15.00-17.00 WIT
 Praktikum Hari Keempat
Hari/tanggal : Kamis, 10 November 2016
Waktu : 15.00-17.00 WIT

6
I.4.2 Waktu pelaksanaan praktikum mineralogi

 Hari/tanggal : Kamis,17 November 2016


 Waktu : 10.00-15.30 WIT

I.5 LANGKAH KERJA

I.5.1 Langkah kerja praktikum Kristalografi:

 Siapkan buku millimeter block, alat tulis, penggaris, busur


derajat, dan pensil warna.
 Buatlah sumbu Kristalografi masing-masing dua kelas Kristal
pada 7 Sistem Kristal yang akan di gambar dengan ukuran
perbandingan dan besar sudutnya masing-masing,
 Langkah selanjutnya, dapat dilihat pada Buku Panduan
Praktikum Kristalografi Dan Mineralogi yang ada.
 Jika Sistem Kristal telah selesai di gambar, maka berilah warna
pada masing-masing Sistem Kristal tersebut.

I.5.2 Langkah kerja Praktikum Mineralogi:

 Siapkan alat tulis, lembaran deskripsi dan sampel mineral yang


akan di deskripsikan.
 Deskripsikan sifat-sifat fisik dari sampel mineral meliputi
pemberian warna, kilap, gores, kekerasan, perawakan, belahan,
dan pecahan

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kristalografi

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri


dan Kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan,bentuk luar,
struktur dalam dan sifat-sifat fisis lainnya.

 Sifat geometri, memberka pengertian letak,panjang, dan jumlah sumbu


Kristal yang menyususn suatu bentuk Kristal tertentun dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasinya.
 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar, bahwa
disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk
Kristal lainnya
 Struktur dalam, mebicarakan susunan dan jumalah sumbu-sumbu
Kristal juga menghitung parameter, dan parameter rasio.
 Sifat fisik Kristal, sangat tergantung pada struktur(susunan atom-
atomnya), besar kecilnya Kristal tidak mempengaruhi, yang penting
bentuk yang dibatasi oleh bidang Kristal, sehingga akan dikenal dua zat
yaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.1. Pengertian Kristal

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion


penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara
tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami
proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal,
yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal
terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.

8
2.1.2. Simetri kristal

Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut


menjadi kelas-kelas Kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan kelas-
kelas kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang
terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut :

 Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetri menengah.Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang
simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal,
yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.Bidang simetri
menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu
kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang
siemetri diagonal.
 Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh
satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan
yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu gire,
giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya.Gire, atau sumbu simetri biasa,
cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal
pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali
kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (4),
empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya.Giroide adalah

9
sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada
bidang horisontal.Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang
cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan
nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri
itu.
 Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal
menembus pusat Kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada
permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat
kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang
berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang
yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan
menjadi 32 klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada
jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem
isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh
kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh
kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin
mempunyai tiga kelas.Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang
disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering
digunakan, yaitu simbolisasi Schon_ies dan Herman Mauguin
(simbolisasi internasional).

10
` 2.1.3 Sistem kristal

 Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi
sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β
dan γ ) tegaklurus satu sama lain (90˚).

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah


gold, pyrite,galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

11
 Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b
mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat
lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurussatu sama lain
(90˚).

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid

12
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini
adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris:
1992)

 Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak


lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing
membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d
memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, Pada kondisi
sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ
= 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral

13
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah
quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori,
Arlondo. 1977)

 Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai


nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan
sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal
setelah terbentuk bidang dasar, yangterbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi
α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral

14
 Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah


tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

 Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu


simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi
sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini


adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris.
1992)

15
 Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari


tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n
tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus
terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b
paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang
sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus
(90˚),sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid
 Doma
 Prisma

16
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah
azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris.
1992)

 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang


lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-
masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ
≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah


albite, anorthite,labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase
(Pellant, chris. 1992)

17
2.2. Pengertian mineralogi

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari


mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
cara terjadinya dan kegunaannya. Sampai dengan 2015 telah terdapat lebih dari
4000 spesies mineral yang diakui oleh IMA.

2.2.1 Pengertian mineral

Mineral adalah suatu zat yang terdapat di alam dengan komposisi


kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang
kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.

Berikut adalam beberapa pendapat para ahli :

 L.G. Berry dan B. Mason, 1959 - Mineral adalah suatu benda padat
homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
 D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 - Mineral adalah suatu
bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
 A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 - Mineral adalah suatu bahan
atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau
dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

18
2.2.2 Proses pembentukan mineral

Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsur


tersebut misalnya belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap
atau gas. Meskipun telah didefenisikan kristalin tetapi dianggap sebagai
mineral, tipe ini dikenal ada dua macam, yaitu :

 Metamict Mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian


struktur kristalnya hancur. Umumnya senyawa dari asam lemah dan
basa lemah seperti Zirkon ( ZrSiO4) dan Thorite ( ThSiO4)
 Amorf Mineral, yang terjadi karena pendinginan yang cepat
sehingga tidak terbentuk kristal. Mineral ini yang paling umum
adalah opal, mineral lempung, dan allumunium oxides

2.2.3 Pendeskripsian Mineral Secara Megaskopis

Dalam mendeskripsi mineral harus mengenali sifat fisiknya, karena


setiap mineral mempunyai sifat-sifat fisik tertentu. Adapun sifat-sifat fisik
yang harus diketahui, yaitu :

 WARNA (colour)

19

Anda mungkin juga menyukai