Anda di halaman 1dari 36

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep anak

1. Pengertian

Merujuk dari kamus besar bahasa Indoesia mengenai

pengertian anak secara umum diartikan dengan

manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum

dewasa.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor

23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 1

ayat 1, anak adalah seorang yang belum berusia 18

tahun, termasuk yang masih dalam kandungan. World

Healt Organitation (WHO), (2013) menyatakan bahwa

batasan usia anak adalah sejak anak didalam

kandungan sampai usia 19 tahun.

Anak adalah individu yang rentan karena

perkembangan kompeks yang terjadi disetiap tahap

masa kanak – kanak dan masa remaja. Lebih jauh,

anak juga secara fisiologis lebih rentan

dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman

yang terbatas, yang mempengaruhi pemahaman dan

persepsi mereka mengenai dunia (Slepin, 2008).

2. Klasifikasi anak

Kategori usia menurut Departemen Kesehatan RI

(2009) dibagi menjadi berapa kategori yaitu masa

14
15

balita (0-5 tahun), masa kanak – kanak (5-11

tahun). WHO (2014) mengkategorikan usia anak yaitu

infant (0-1 tahun), toddler (1-3 tahun), early

Childhood (3-7 tahun), middle Childhood (7-13

tahun).

Menurut Supartini (2004) dalam Bawa (2013)

membagi klasifikasi anak sebagai berikut :

a. Priode prenatal

Priode ini terdiri atas fase germinal,

embrio, dan fetal. Fase germinal, yaitu mulai

dari konsepsi sampai kurang lebih usia kehamilan

2 minggu. Fase embrio mulai dari usia kehamilan

2 minggu sampai 8 minggu dan priode fetal

dimulai dari 8 minggu sampai 40 minggu atau

kelahiran. Pada periode ini terjadi pertumbuhan

yang sangat cepat dan sangat penting karena

terjadi pembentukan organ dan sistem organ anak.

Selain itu, adanya hubungan antara kondisi

ibu dan fetus yang memberi dampak pada

pertumbuhannya. Oleh karena itu, perawatan

prenatal yang adekuat sangat diperlukan untuk

memelihara dan meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan fetus yang optimal. Asuhan nutrisi

ibu yang adekuat selama masa kehamilan terutama

kadar protein yang tinggi akan membantu anak

untuk mencapai perkembangan otak yang optimal.


16

Sebaliknya, penyakit atau masalah kesehatan yang

sering ibu akan berdampak pada kesejahtraan

fetus, bahkan sangan dimungkinkan terjadinya

pertumbuhan abnormal pada ibu yang mengonsumsi

obat diluar pengawasan dokter, atau terpaksa

kehamilan harus diakhiri apabila ibu menderita

penyakit yang mengancam nyawa apabila kehamilan

diteruskan (misalnya : preeklamsia berat,

gangguan kardiovaskuler, atau gangguan fungsi

ginjal berat), (Supartini, 2004) dalam (Bawa,

2013).

b. Periode bayi

Periode ini terbagi atas neonatus dan bayi.

Neonatus adalah sejak lahir (0 hari) sampai 28

hari. Diatas 28 hari sampai usia 12 bulan

termasuk kategori periode bayi. Pada periode

ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepat

terutama pada aspek kognitif, motorik, sosial,

dan pertumbuhan rasa percaya diri anak melalui

sensori-motorik mutlak diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, karena anak

masih tergantung secara total pada lingkungan,

terutama keluarga sebagai lingkungan pertama

(Supartini, 2004) dalam (Bawa, 2013).


17

c. Periode kanak – kanak awal

Periode ini terdiri atas usia anak 1 sampai 3

tahun yang disebut dengan toddler dan

prasekolah, yaitu antara 3-6 tahun. Toddler

menunjukkan perkembangan motorik yang lebih

lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktifitas

anak lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa

ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang

ada di sekelilingnya. Dengan demikian, bahaya

atau resiko terjadinya kecelakaan harus

diwaspadai pada periode toddler. Orang tua perlu

mendapat bimbingan antisipasi terhadap

kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman

kecelakaan tersebut. Kemampuan intraksi sosial

lebih luas terutama pada anak prasekolah dan

mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah,

dan perkembangan konsep diri telah dimulai pada

periode ini. Pada usia prasekolah, perkembangan

fisik lebih lambat dan relative menetap. System

tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih

dengan toileting. Keterampilan motorik, seperti

berjalan, berlari, melompat menjadi semakin

luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu

sempurna (Supartini, 2004) dalam (Bawa, 2013).


18

d. Periode kanak – kanak pertengahan

Periode ini dimulai pada usia 6 tahun

sampai 11 tahun atau 12 tahun, dengan

pertumbuhan anak laki – laki sedikit lebih

meningkat dari pada perempuan, dan perkembangan

motorik lebih sempurna. Untuk hal itu, anak

membutuhkan aktifitas yang regular kurang lebih

4-5 jam perhari. Periode ini dikenal sebagai

fase usia sekolah, yaitu anak mempunyai lain

selain keluarga, terutama sekolah. Anak banyak

mengembangkan kemampuan intraksi social, belajar

tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan

selain keluarganya. Bahkan, peran guru menjadi

sangan penting karena ucapan dan prilaku guru

disekolah dapat dijadikan modal dalam

pengembangan kemampuan moral dan social

dilingkungan rumahnya. Anak sudah mulai mampu

untuk mengambil bagian dalam kelompok, belajar

tentang nilai social dari kelompok (Supartini,

2004) dalam (Bawa, 2013).

e. Periode kanak – kanak akhir

Periode ini merupakan transisi, yaitu anak

mulai memasuki usia remaja, pada usia 11 atau 12

tahun sampai 18 tahun. Anak perempuan mulai

memasuki fase prapubertas pada usia 11 tahun,

sedangkan anak laki – laki 12 tahun.


19

Perkembangan yang mencolok pada periode ini

adalah kematangan identitas seksual dengan

berkembangnya organ reproduksi dan pencapaian

identitas diri anak sebgai remaja yang akan

meninggalkan masa kanak – kanak dan memasuki

perkembangan sebagai orang dewasa, terutama pada

fase remaja akhir. Boleh dikatakan pada fase ini

anak melalui krisi identitas sebagai seorang

remaja yang sedang tumbuh untuk menjadi dewasa

dan dengan sendirinya diperlukan bantuan orang

tua untuk memfasilitasinya melewati fase

tersebut sehingga berhasil mempunyai identitas

diri yang positif (Supartini, 2004) dalam (Bawa,

2013).

3. Tumbuh kembang anak

Perkembangan individu dimulai sejak dalam

kandungan kemudian dilanjukan kedalam 8 tahap mulai

dari bayi (0-18 bulan), toddler (1,5-3 tahun), anak

– anak awal atau prasekolah (3-6 tahun), anak usia

sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa

muda (18-35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun),

dan tahap terakhir yaitu dewasa akhir (>65 tahun)

(Wong, 2009).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang anak.

Menurut Dahlan (2004) dalam Bawa (2013), dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak


20

setiap individu akan mengalami siklus berbeda

setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat

secara cepat dan lambat tergantung dari individu

atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya :

a. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang

dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai

tumbuh kembang anak disamping faktor lain.

Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas

dan kecepatan dalam pembelahan sel telur,

tingkat sensitivitas jaringan terhadap

rangsangan, usia pubertas dan berhentinya

pertumbuhan tulang.

b. Faktor lingkungan

1) Lingkungan pra natal

Lingkugan pranatal merupakan lingkungan

dalam kandungan mulai konsepsi sampai lahir

yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,

lingkungan mekanisme seperti posisi janin

dalam uterus, zat kimia atau toksin seperti

menggunakan obat – obatan, alkohol atau

kebiasan merokok ibu hamil, hormonal seperti

adanya hormon somatotrifin, plasenta, tiroid,


21

insulin dan lain – lain yang berpengaruh pada

pertumbuhan janin.

2) Lingkungan post natal

Lingkungan setelah lahir yang dapat

mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti

budaya lingkungan, social ekonomi keluarga,

nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi

anak dalam keluarga dan status kesehatan.

3) Status social ekonomi

Status social ekonomi juga dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Hal ini dapat terlihat pada anak dengan

social ekonomi keluarga tinggi, tentunya

pemenuhan kebutuhan gizi sangat baik

dibandingkan dengan anak dengan social

ekonomi yang rendah.

4) Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang

paling penting dalam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan

perkembangan yang menjadi kebutuhan untuk

tumbuh dan berkembang selama masa

pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat gizi yang

diperlukan seperti protein, karbohidrat,

lemak, mineral, vitamin, air.


22

5) Iklim dan cuaca

Hal ini dapat dilihat pada masa musim

tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah

diproleh. Demikian juga terdapat musim

tertentu pula terkadang kesulitan mendapatkan

makanan yang bergizi seperti saat musim

kemarau penyediaan air bersih atau sumber

makanan sangan sulit.

6) Olahraga atau latihan fisik

Dapat memacu perkembangan anak, karena

meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplay

oksigen keseluruh tubuh dapat teratur. Selain

itu latihan juga meningkatkan setimulasi

perkembangan otot dan perkembangan sel.

7) Posisi anak dalam keluarga

Hal ini dapat dilihat pada anak pertama

atau tunggal, dalam aspek perkembangan secara

umum, kemampuan intelektual lebih menonjol

dan cepat berkembang karena sering

berintraksi dengan orang dewasa, akan tetapi

dalam perkembangan motorik kadang – kadang

terlambat karena tidak ada stimulasi yang

biasanya dilakukan saudara kandungnya.

c. Faktor hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh

kembang anak antara lain : somatotroving (growt


23

hormon) yang berperan dalam mempengaruhi

pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulsi

terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem

skeletal, hormon tiroid dengan menstimulasi

metabolisme tubuh, sedangkan glukokortikoid yang

mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel

interstisial dari testis untuk memproduksi

testosteron dn ovarium untuk memproduksi

estrogen selanjutnya hormon tersebut akan

menstimulasi perkembangan seks baik pada anak

laki – laki maupun perempuan yang sesuai dengan

peranan hormonnya.

d. Faktor internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak adalah :

1) Kecerdasan

Anak yang dilahirkan dengan tingkat

kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai

perestasi yang cemerlang maupun stimulus yang

diberikan lingkungan demikian tinggi.

Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat

kecerdasan yang tinggi dapat didorong oleh

stimulasi lingkungan untuk berprestasi secara

cemerlang.
24

2) Pengaruh emosi

Anak belajar mengekspresikan perasaan dan

emosinya dengan meniru perilaku orang tuanya.

Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan

mengembangkan perilaku emosional seperti

diatas karena maturasi atau pematangan

keperibadian diperoleh anak melalui peroses

belajar dari lingkungan keluarganya

(Supartini, 2004) dalam (Bawa, 2013).

B. Konsep Batita

Batita adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1-3 tahun

) pada periode ini anak berusaha mencari tahu

bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengotrol

orang lain melalui kemarahan, penolakan dan tindakan

keras kepala (Perry, 1998) dalam (Artana, 2013).

Tingkat perkembangan anak usia toodler menurut

Damaiyanti (2008).

1. Usia 1 tahun

Merupakan usia yang penuh berbagai hal yang

menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara

bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau

persaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu

yang tidak disukai, ini akan menyatakan sikap dan

nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata –

kata maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu

disukai. Kenyataan ini berbeda pada saat usia


25

dibawah satu tahun, si kecil akan menjadi seorang

penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan

menyelinap keluar masuk setiap sudut rumah,

menyentuh semua benda yang ditemukannya,

menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda

apapun yang dapat dijatuhkan, memanjat apa yang

bisa dipanjat, memasukkan benda – benda kecil

kedalam benda yang lebih besar dan sebagainya

(Hurlock, 2002) dalam (Artana, 2013).

2. Usia 2 tahun

Anak akan cenderung mengikuti orang tuanya kesana

kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram

tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh

kesungguhan. Pada usia tahun anak suda mulai

belajar bergaul, senang sekali menonton anak lain

bermain, perasaan takut dan cemas sering terjadi

apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri.

Seandainya orang tua harus berpergian lama atau

memutuskakn untuk kembali bekerja dan meminta

bantuan orang lain untuk mengawasi anaknya,

biasanya anak tidak rewel pada saat orang tua

pergi, tetapi pada saat mereka kembali anak akan

terus menerus melekat pada orang tuanya dan tidak

mengizinkan siapapun juga mendekatinya, karena ia

takut orang tuanya akan pergi lagi. Perasaan takut

akan semakin menghambat pada saat tidur anak mau


26

berbaring jika ayah atau ibunya duduk disampingnya

(Hurlock, 2002) dalam (Artana, 2013).

3. Usia 3 tahun

Biasanya anak lebih mudah dikendalkan, karna anak

sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka

menganggap ayah dan ibunya sebagai orang yang

istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang

muncul pada usia 3 tahun tampaknya makin

berkurang, sikap pada orang tua bukan saja

bersahabat tetapi sangat ramah dan hangat. Anak

menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga

mereka akan bertingkah laku baik dan menurut

sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan

kehendak orang tuanya karena mereka tetap makhluk

hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3

tahun anak cenderung meniru apapun yang dilakukan

orang tuanya sehari – hari, ini disebut proses

identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak

dibentuk jauh lebih banyak dari petunjuk yang

diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model

dri mereka, membina keperibadian, membentuk sikap

dasar, baik terhadap pekerjaan orang tua dan

dirinya sendiri (Hurlock, 2002) dalam (Artana,

2013).
27

Sedangkan menurut Jean piagiet pada usia pada usia

1-3 tahun anak sudah dapat :

1. Membedakan diri sendiri degan setiap objek.

2. Menegnal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai

bertindak dengan tujuan tertentu contohnya :

menarik seuntas tali untuk menggerakkan sebuah

mobil – mobilan atau menggerakkan mainan supaya

bisa berfungsi sesuai keinginan anak.

3. Menguasai keadaan tetap dari objek misalnya :

menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak

terjangkau oleh mata. Sewaktu lahir berat otak anak

sekitar 27% berat otak orang dewasa. Sedangkan pada

usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90%

dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram).

Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa

perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini

memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.

4. Pada usia 1-3 tahun, anak memiliki rasa ingin tau

yang sangat besar. Pada usia ini, anak

mengembangkan rasa keingin tahuannya melalui

beberapa hal :

a. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa

kata.

b. Pada usia 12-17 bulan, anak sudah dapat memahami

kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa 4-5

kata. Selain itu anak juga sudah dapat


28

mengembangkan komunikasi dengan menggunakan

gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah.

c. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat

mengucapkan kata – kata sederhana seperti “mama”

atau “papa”. Belajar melalui pengamatan atau

mengamati hal – hal yang ada disekitarnya.

Banyak “keajaiban disekitarnya mendorong rasa

ingin tau anak. Anak kemudian melakukan hal –

hal yang sering dianggap bermain, padahal anak

sedang mencari tau apa yang akan terjadi

kemudian setelah anak melakukan suatu hal

sebagai pemuas rasa ingin taunya.

d. Pada usia 18 bulan umumnya anak sudah bisa

mengucapkan kata ganti diri dan merangkai dengan

beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan –

pesan seperti “Adik mau susu” Anak belajar

menangkap kata – kata baru.

e. Pada usia 19-23 bulan, anak mengalami

perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata –

kata. Perbendaharaan kata pada usia ini mencapai

50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa

setiap benda memiliki nama sehingga hal ini

mendorongnya untuk melancarkan kemampuan

bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih

cepat.
29

f. Pada usia 36 bulan anak cenderung meniru apapun

yang dilakukan orang tuanya sehari – hari, ini

disebut peroses identifikasi. Dalam peroses

inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak

dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya

dan lingkungan disekitarnya, seperti membentuk

model diri mereka, membina keperibadian,

membentuk sikap dasar, baik terhadap pekerjaan,

orang tua dan dirinya sendiri.

C. Konsep Demam

1. Pengertian

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi

suhu tubuh normal sehari – hari yang berhubungan

dengan peningkatan titik patokan suhu

dihipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara

36,50C sampai dengan 37,20C. Derajat suhu yang dapat

dikatakan demam adalah rectal temperature kurang

lebih 38,00C atau oral temperature kurang lebih

37,50C atau axillary temperature 37,30C sampai

dengan 38,00C (Kaneshiro & Zieve, 2010).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas

normal sebagai akibat peningkatan pusat penatur

suhu dihipotalamus (Sodikin, 2012).


30

2. Etiologi

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi

ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi

bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,

ataupun parasit. Infeksi pada umumnya menimbulkan

demam anak – anak antara lain pneumonia, bronkitis,

osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,

bakterimia, sepsis, bakterial gastroentritis,

meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media,

infeksi saluran kemih, dan lain – lain (Graneto,

2010).

Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat

dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi)

dihipotalamus (Sodikin, 2012).

3. Klasifikasi

Demam dapat dikalasifikasikan menjadi 8 yaitu :

a. Demam karena infeksi yang suhunya bisa mencapai

lebih dari 37,20C. Penyebabnya beragam, yakni

infeksi virus dan disebabkan oleh bakteri.

b. Demam non infeksi, seperti kanker, tumor, atau

adanya penyakit autoimun seseorang ( rematik,

lupus, dan lain – lain ).

c. Demam fisiologis, seperti kekurangan cairan

(dehidrasi), suhu udara yang terlalu panas atau

keadaan lingkungan yang panas, dan lain – lain.


31

d. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi

sekali pada malam hari dan turun kembali

ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering

disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila

demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang

normal dinamakan juga demam hektik.

e. Demam remi

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak

pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan

suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua

derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang

dicatat pada demam septik.

f. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama

beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti

ini terjadi setiap dua hari sekali disebut

tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam

diantara dua serangan demam disebut kuartana.

g. Demam kontinyu

Pada tife demam kontinyu variasi suhu sepanjang

hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada

tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali

disebut hiperpireksia.
32

h. Demam sikik

Pada tife demam siklik terjadi kenaingan suhu

badan selama beberapa hari yang diikuti oleh

periode bebas demam untuk beberapa hari yang

kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti

semula.

4. Klasifikasi suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh dengan pengukuran axila menurut

Widagdo (2012) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Hipotermia (<350C)

b. Normal (36,50C – 37,50C)

c. Demam (>37,50C – 38,30C)

d. Hipertermia (38,30C – 400C)

e. Hiperpireksia (>400C – 41,50C)

5. Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh

(respon imun atau kekebalan tubuh) anak terhadap

infeksi atau zat asing yang masuk kedalam tubuhnya.

Bila ada infeksi atau zat asing masuk kedalam tubuh

maka akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan

dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab

demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen

endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa

berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau

merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing


33

(non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan

melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada

tubuh untuk disampaikan kepusat pengatur panas

dihipotalamus.

Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang

pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan

peningkatan produksi prostaglndin, ini akan

menimbulkan reaksi kenaikan suhu tubuh dengan cara

menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat

sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas

menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan

dan pengeluaran panas, inilah yang menimbulkan

demam pada anak. Selama demam, hipotalamus cermat

mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh

jarang sekali melebihi 410C . suhu yang tinggi ini

akan merangsang aktifitas “tentara” tubuh (sel

makrofag dan sel limposit T) untuk memerangi zat

asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang

menghasilkan asam amino yang berperan dalam

pembentukan antibody atau sistem kekebalan tubuh.

Suatu tife demam kadang – kadang dapat

dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti

misalnya tife demam intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat

dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas,

misalnya: abses, pnemonia, infeksi saluran kencing


34

atau malaria, tetapi kadang – kadang sakit,

biasanya digolongkan sebagai influenza atau common

cold.

Sedangkan sifat – sifat demam dapat berupa

menggigil, menggigil bila pengaturan termostat

dengan mendadak diubah dari tingkat normal kenilai

yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari

kerusakan jaringan, zat pirogen atau dehidrasi suhu

tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk

mencapai suhu baru. Bila faktor yang menyebabkan

suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat

hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai

rendah, mungkin akan kembali ketingkat normal

(Sinarty, 2003) dalam (Artana, 2013).

Selain infeksi, demam juga dapat disebabkan oleh

keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi

terhadap pemakaian dan juga gangguan pada pusat

regulasi, suhu sentral dapat menyebabkan

peninggian temperatur seperti head stroke,

pendarahan otak, koma atau gangguan sentral

lainnya.

Pada perdarahan internal pada saat terjadinya

reabsorbsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan

temperatur. Kemungkinan beberapa hal secara khusus

perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul

demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam


35

dan keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.

Demam yang tiba – tiba tinggi lebih sering

disebabkan oleh penyakit virus.

Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan

kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali

melebihi 410C. Demam pada infeksi virus yaitu demam

pada bayi dan anak umumnya disebabkan oleh infeksi

virus. Pada demam yang disertai sariawan, ruam

cacar, atau ruam lainnya yang mudah dikenali, virus

sebagai penyebab demam dapat segera disimpulkan

tanpa membutuhkan pemeriksaan khusus.

Demam ringan juga dapat ditemukan pada anak

dengan batuk filek (common cold), dengan rinovirus

salah satu penyebab yang paling sering ditemukan.

Penyebab lain demam pada anak adalah entritis

(peradangan saluran cerna), sedangkan demam pada

infeksi bakteri yaitu demam yang disebabkan oleh

infeksi bakteri pada anak, salah satu yang paling

sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih

(ISK). Umumnya tidak disertai dengan gejala

lainnya. Resiko paling besar dimiliki bayi yang

berusia dibawah 6 bulan, infeksi bakteri yang lebih

serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi

selaput otak). Juga dapat menimbulkan gejala demam.

Namun demikian persentasenya tidaklah besar. Dari

bayi lebih 3 bulan dan anak 1-3 tahun dengan demam


36

390C, hanya 2% - 6% saja yang bakterinya sudah

memsuki peredaran darah (baktermia).

Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap

peningkatan set poin, tetapi ada peningkatan suhu

tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi

tidak disertai peningkatan set poin (Julia, 2000)

dalam (Artana, 2013).

6. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis demam menurut Purwoko, 2008 :

a. Suhu tubuh meningkat >380C

b. Wajah sangat pucat, perasaan kedinginan dan

kulit merinding.

c. Menggigil dengan gigi gemeletuk.

d. Kulit panas, merah.

e. Rasa sakit diseluruh tubuh.

f. Berkeringat.

g. Sakit kepala.

Adapun manifestasi klinis menurut Graneto, 2010 :

Pada pasien dengan demam adalah suhu tubuh diatas

normal yaitu 37,20C, badan panas bila disentuh,

pernafasan meningkat, muka memerah, anak tidak

aktif dan lemah, resah gelisah, selera makan rendah

atau menurun, mengigil, lesu, rewel serta sulit

tidur, dan mata berair.


37

7. Batasan karakteristik

Menurut NANDA (2012) batasan karakteristik pada

demam meliputi :

a. Konvulsi

Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami

peluktuasi kontraksi dan peregangan dengan

sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang

tidak terkendali seperti kejang.

b. Kulit kemerah – merahan.

Tanda pada hipertermia seperti kulit kemerah –

merahan disebabkan karena adanya vasodilatasi

pembuluh darah.

c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Hal ini berhubungan dengan danya produksi panas

yang berlebihan, kehilangan panas berlebihan,

produksi panas minimal, kehilangan panas

minimal, atau kombinasi antara keduanya.

d. Kejang

Kejang terjadi karena adanya peningakatan

temperatur yang tinggi sehingga otot tubuh

mengalami fluktuasi kontraksi dan peregangan

dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan

yang tidak terkendali seperti kejang.


38

e. Takikardia

Takikardia merupakan tanda – tanda dini dari

gangguan atau ancaman syok, pernafasan yang

memburuk, atau nyeri (wong, 2009).

f. Takipnea

Takipnea merupakan tanda – tanda dini dari

ganguan atau ancaman syok, pernafasan yang

memburuk, atau nyeri.

g. Kulit terasa hangat

Fase dingin pada hipertermia akan hilang jika

titik pengaturan hipotalamus baru telah

tercapai. Dan selama fase plateau, dingin akan

hilang dan anak akan merasa hangat. Hal ini juga

terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh

darah sehingga kulit menjadi hangat.

8. Faktor yang berhubungan

Menurut NANDA (2012) faktor yang berhubungan atau

penyebab dari demam meliputi :

a. Anestesia

Setiap tanda – tanda vital dievaluasi dalam

kaitannya dengan efek samping anestesi dan tanda

– tanda ancaman syok, pernafasan yang memburuk

atau nyeri karena anestesi ini dapat menyebabkan

peningkatan suhu, kekakuan otot,

hipermetabolisme, destruksi sel otot (Wong,

2009).
39

b. Penurunan perpirasi

Penguapan yang tidak dapat keluar akan menggangu

sirkulasi dalam tubuh sehingga menyebabkan

hipertermia yang diakibatkan oleh kenaikan set

point hipotalamus.

c. Dehidrasi

Tubuh kehilangan panas secara kontinu melalui

evaporasi, sekitar 600 sampai 900 cc air tiap

harinya menguap dari kulit dan paru – paru

sehingga terjadi kehilangan air dan panas.

kehilangan panas air ini yang menyebabkan

dehidrasi pada hipertermia.

d. Lingkungan yang panas

Panas pada 80% area luas permukaan tubuh

diradiasikan kelingkungan. Vasokontriksi perifer

meminimalisasi kehilangan panas. jika lingkungan

lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan

memnyerap panas melaui radiasi.

e. Penyakit

Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau

sumsum tulang belakang (yang meneruskan pesan

hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu mennjadi

berat.

f. Peningakata laju metabolisme

Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil

sampingan metabolisme yaitu reaksi kimia dalam


40

seluruh sel tubuh. Aktifitas yang membutuhkan

reaksi kimia tambahan akan meningkatkan laju

metabolik, yang juga akan menambah produksi

panas. sehingga peningkatan laju metabolisme

sangat berpengaruh terhadap hipertermia.

g. Medikasi

Demam juga disebabkan oleh adanya bentuk

hipersensitivitas terhadap obat.

h. Trauma

Penyakit atau trauma pada hipotalamus tau sumsum

tulang belakang (yang memneruskan pesan

hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu menjadi

besar.

i. Aktifitas berlebihan

Gerakan polunter seperti aktifitas otot pada

olahraga membutuhkan energi tambahan. Laju

metabolik meningkat saat aktifitas berlebih dan

hal ini menyebabkan peningkatan produksi panas

hingga 50 kali lipat.

9. Dampak demam

Demam diatas 410C dapat menyebabkan hiperpireksia

yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan

berbagai perubahan metabolisme, fisiologi, dan

akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf

pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah

disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta


41

akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila

suhu >430C dan kematian terjadi dalam beberapa jam

bila suhu 430C (Febry & Marendra, 2010).

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam menurut Shvoong, (2010) :

untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas normal

tanpa menggunakan obat yaitu dengan cara dikompres

(tepid sponge bath), pertama siapkan air hangat,

selanjutnya mencelupkan waslap atau handuk kecil

kedalam baskom dan mengusapnya keseluruh tubuh,

lakukan tindakan diatas beberapa kali setelah kulit

kering, setelah itu keringkan tubuh dengan handuk

dan hentikan prosedur bila suhu tubuh sudah

mendekati normal. Ataupun bisa dengan kompres yang

lebih mudah dan praktis yaitu kompres plester.

Menurunkan demam pada anak dapt dilakukan secara

self manajement maupun non-self manajement.

Pengelolaan secara self manajement merupakan

pengelolaan demam yang dilakukan sendiri tanpa

menggunakan jasa tenaga kesehatan. Pengelolaan

secara self manajement dapat dilakukan dengan

terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi

keduanya. Sedangkan non-self manjement merupakan

pengelolaan demam yang menggunakan jasa tenaga

kesehatan (Shvoong, 2010).


42

Penatalaksanaan demam juga dapat dilakukan dengan

cara memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan herbal

seperti bawang merah, kompres air hangat, minum air

kelapa muda, dan air rebusan kunyit (Granet, 2010).

Penanganan pertama demam paa anak :

a. Berikan kompres air hangat dibagian tubuh yang

memiliki pembuluh darah besar seperti leher,

ketiak dan selangkangan atau lipatan paha, juga

dibagian luar dan terbuka seperti dahi dan

perut. Kompres hangat membuat pembuluh darah

tepi dikulit melebar yang selanjutnya membuat

pori – pori terbuka sehingga memudahkan

pengeluaran panas dari tubuh. Hindari

pengompresan dengan menggunakan air dingin atau

es batu karena tindakan ini mengakibatkan

pembuluh darah tepi mengecil sehingga panas yang

seharusnya dialirkan darah kekulit agar keluar

menjadi terhalang sehingga panas tubuh tidak

berkurang.

b. Saat mandi gunakan air hangat, selain membuat

tubuh segar dan nyaman, air hangat juga sangat

baik untuk menghilangkan kuman dan bakteri

dikulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh

selanjutnya gunakan pakaian agar tidak

kedinginan.
43

c. Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang

bahannya menyerap keringat agar lebih nyaman dan

tidak kegerahan.

d. Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup

untuk melawan infeksi. Usahakan agar sirkulasi

udara kamar atau tempat istirahat baik sehingga

kamar tetap bersuhu normal.

e. Perbanyak minum air mineral agar mencegah

terjadinya dehidrasi (Feby & Marendra, 2010).

D. Konsep tepid sponge bath

1. Definisi

Tepid sponge bath adalah teknik kompres hangat yang

menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh

darah besar dengan teknik seka. Pemilihan tepid

sponge bath sebagai terapi selain dapat menurunkan

suhu tubuh, tetapi juga mampu mengurangi ansietas

yang di akibatkan oleh penyakit (Hamid, 2011).

2. Tujuan dan manfaat tepid sponge bath

Tujuan utama dari tepid sponge bath adalah

menurunkan suhu tubuh pada anak yang sedang

mengalami demam. Manfaat dari pemberian tepid

sponge bath adalah menurunkan suhu tubuh yang

sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman,

mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh

penyakit yang mendasari demam (hamid, 2011).


44

3. Mekanisme kerja

Pada dasarnya mekanisme kerja dari tepid sponge

bath sama dengan kompres hangat pada umumnya, namun

dengan teknik yang sedikit dimodifikasi. Ketika

pasien diberikan kompres hangat, maka akan ada

penyaluran sinyal kehypotalamus yang memulai

keringat dan vasodilatasi perifer. Karena itulah

blocking dilakukan pada titik – titik yang secara

anatomis dekat dengan pembuluh besar. Vasodilatasi

inilah yang menyebabkan peningkatan pembuangan

panas dari kulit (Potter dkk, 2010).

4. Prosedur kerja tepid sponge bath

Tahap – tahap pelaksanaan tepid sponge bath menurut

(Rosdahl & Kowalski, 2008) meliputi :

a. Tahap persiapan

1. Persiapan alat meliputi : Ember atau waskom

untuk tempat air hangat (260C – 350C), lap

mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi,

perlak, termometer dan handscon.

2. Cuci tangan 6 langkah sebelum kontak dengan

pasien dan dengan lingkungan pasien.

b. Tahap peaksanaan

1) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada

keluarga cara tepid sponge bath.

2) Ukur suhu tubuh pasien dan catat.


45

3) Buka seluruh pakaian pasien letakkan lap mandi

didahi, aksila, dan pangkal paha. Lap

eksteremitas selama 5 menit, punggung dan

bokong selama 5 – 10 menit, lakukan teknik

seka selama 20 menit. Pertahankan suhu air

(260C – 350C).

4) Hentikan prosedur jika pasien kedinginan atau

menggigil atau segera setelah suhu tubuh

pasien mendekati suhu normal. Setelah itu

pakaikan pakaian pasien dengan pakaian yang

tipis dan mudah menyerap keringat.

5) Ukur suhu tubuh dan catat.

c. Tahap terminasi

1) Rapikan alat – alat yang sudah digunakan.

2) Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan

tindakan tepid sponge bath.

3) Dokumentasi : catat suhu tubuh sebelum dan

sesudah dilaksanakannya tepid sponge bath.

E. Konsep kompres plester

1. Definisi

Alternatif lain dalam melakukan metode fisik

untuk menurunkan demam adalah dengan menggunakan

kompres plester yang banyak dijual di apotek

ataupun minimarket. Kompres plester adalah kompres

demam dengan hydrogel on polyacylte-base yang

memberikan efek pendinginan alami. Untuk


46

mempercepat proses pemindahan panas dari tubuh

keplester, plester juga memiliki kandungan paraben

dan mentol (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani, 2013).

2. Mekanisme kerja

Pada dasarnya mekanisme kerja kompres plester

tidaklah terlalu berbeda dengan kompres hangat atau

tepid sponge bath. Titik – titik penempelan kompres

plester dengan tepid sponge bath adalah sama yaitu

titik dimana dapat ditemukan pembuluh darah besar

seperti dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres

plester juga dapat membantu untuk vasodilatasi

perifer dan membuka pori – pori sehingga panas

dapat di transmisikan (Djuwariyah, Sodikin,

Yulistiani, 2013)

3. Prosedur kerja

a. Tahap persiapan

1) Persiapan alat : sarung tangan, kompres

plester, dan termometer.

2) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien.

b. Tahap pelaksanaan

1) Ukur suhu tubuh, kemudian catat.

2) Bersihkan bagian tubuh klien yang akan

ditempelkan plester kompres.

3) Buka kemasan pester kompres.

4) Lepaskan lapisan transparan.


47

5) Tempelkan plester kompres (daerah yang

melekat) pada bagian tubuh klien (dahi).

6) Ukur suhu tubuh dan catat.

c. Tahap terminasi

1) Rapikan alat – alat yang digunakan.

2) Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan

tindakan.

3) Dokumentasi.
48

F. Kerangka konsep

Infeksi/zat asing masuk kedalam tubuh, akan


merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
melepaskan pirogen dan merangsang
hipotalamus.

Anak Batita mengalami


peningkatan suhu tubuh

a. Baluran bawang a. Obat


merah antipiretik
b. Air rebusan kunyit Kompres
c. Tepid sponge b. plester

Memacu peningkatan Membantu vasodilatasi


suhu tubuh sehingga perifer dan membuka
merangsang pori – pori sehingga
hipotalamus untk panas dapat di
menurunkan kembali. transmisikan

Perubahan suhu tubuh


pada anak batita
yang mengalami demam

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1.1 Kerangka Konsep perbandingan efektivitas


pemberian tepid sponge bath dengan kompres plester terhadap
penurunan suhu tubuh anak demam usia toddler di ruang anak
RSUD Dr. Soedjono Selong lombok timur.
49

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep

diatas maka dapat dirumuskan hasil hipotesis

penelitian sebagai berikut

Ha : Ada perbedaan efektivitas pemberian tepid sponge

bath dengan kompres plester terhadap penurunan

suhu tubuh batita yang mengalami demam di RSUD

Dr. Soedjono Selong Lombok timur.

Anda mungkin juga menyukai