Anda di halaman 1dari 4

Analisis Penerapan Standar Costing oleh PT Pusri Palembang dan UKM Tahu Eco

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen yang diampu oleh

Ibu Susi Handayani, S.E.,Ak.,M.Ak.

Oleh Kelompok 4 :

Nabila Izza Syakira (18080694025)

Ratih Lia Anggraita (18080694038)

Ana Insyafiatul Azizah (18080694058)

Ilham Akbar Abiyasa (18080694076)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2020
1. Analisis PT. Pusri Palembang
Pengendaian thd biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya upah / tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik. Dalam pengendalian biaya diperlukan standar sebagai tolaik ukur dan
pembanding biaya sebenarnya dan biaya standar. PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan perusahaan
manufaktur yang bergerak dibidang produksi dan pemasaran pupuk. Penerapan biaya standar pada
perusahaan ini cukup baik. Selisih pada biaya produksi batas wajar dan dengan alasan yang jelas. Dari
perhitungan selisih yang dilakukan pada tahun 2011 maka dapat diambil kesimpulan, perusahaan
memperoleh selisih favorable pada biaya bahan baku. Sedangkan untuk tenaga kerja perusahaan
memperoleh selisih unfavorable. Untuk biaya overhead pabrik perusahaan memperoleh selisih
favorable. Dari perhitungan selisih yang dilakukan pada tahun 2012 maka dapat diambil kesimpulan,
perusahaan memperoleh selisih unfavorable pada biaya bahan baku. Sedangkan selisih pada tenaga
kerja memperoleh selisih favorable. Pada biaya overhead pabrik perusahaan memperoleh selisih
favorable.

Dalam penghitungan biaya produksi PT. Pusri Palembang menggunakan metode penghitungan
selisih satu sampai tiga, padahal seharusnya PT. Pusri dapat menghitungnya dengan metode atau sistem
biaya standar, agar biaya standar tidak hanya berfungsi sebagai dasar penghitungan anggaran biaya
perusahaan saja namun juga dalam penghitungan biaya produksi perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Serta penetapan biaya produksi seharusnya dapat diperhitungkan secara lebih
efektif lagi agar pengendalian anggaran biaya perusahaan dapat lebih terealisir dan terorganisir.

Analisis Biaya Bahan Baku Langsung:

Th 2011 : Rp 215.978.510.000 [favorable]

Biaya bahan baku tahun 2011 mengalami selisih menguntungkan sebesar Rp 215.678.671.000.

Th 2012 : - Rp 395.546.608.000 [unfavorable]

Biaya bahan baku tahun 2012 mengalami selisih yang tidak menguntungkan sebesar Rp
395.546.980.000.

Analisis Biaya Tenaga Kerja Langsung:

Th 2011 : Rp - 25.118.138.010 [unfavorable]

Biaya tenaga kerja tahun 2011 mengalami selisih yang tidak menguntungkan sebesar Rp 25.118.138.000.

Th 2012 : Rp 29.211.238.000 [favorable]

Biaya tenaga kerja tahun 2012 mengalami selisih menguntungkan sebesar Rp 29.211.238.000.
Analisis Biaya Overhead Pabrik:

Th 2011 :Rp 59.587.120.000 [favorable]

Biaya overhead pabrik tahun 2011 adalah menguntungkan sebesar Rp 59.587.120.000.

Th 2012 : Rp 130.840.182.000 [favorable

Selisih biaya overhead pabrik tahun 2012 adalah menguntungkan sebesar Rp 130.840.182.000.

2. Analisis UKM Tahu Eco


Biaya standar digunakan sebagai patokan dalam menghitung dan menetapkan anggaran
yang akan dikeluarkan selama proses produksi, baik pengeluaran untuk bahan baku maupun
biaya overhead. Penggunaan biaya standar dapat dilihat dari beberapa objek seperti biaya standar
untuk harga per-unit, biaya standar untuk harga produk per-unit. Sedangkan menurut Hansen dan
Mowen (2006) standar dibagi menjadi dua jenis, yakni standar ideal dan standar saat ini yang
dapat dicapai. Seperti studi kasus dari UKM Tahu Eco Semarang. UKM ini merupakan usaha
kecil menengah yang mengolah kedelai menjadi tahu.
Seharusnya UKM Tahu Eco dapat menghitung biaya produksinya lebih menyeluruh
baik tahu putih maupun tahu goreng, agar segala unsur biaya yang ditimbulkan oleh adanya
produksi ini dapat dihitung dengan maksimal. Penghitungan dapat dilakukan baik dari biaya
produksi langsung, tidak langsung maupun overhead pabriknya. Apabila biaya produksi dihitung
lebih menyeluruh dan terperinci, maka akan didapatkan harga pokok produksi tahu yang lebih
akurat dan terpercaya pula. Serta penerapan standar biaya produksi ini sebaiknya selalu
dilakukan pengawasan dan evaluasi terperinci dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan
atau tiga bulan sekali. Karena banyaknya bahan baku produksi yang sering berubah-ubah
menyesuaikan situasi dan kondisi, utamanya saat hari besar dan tahun baru.
Selain menetapkan standar harga, UKM Tahu Eco juga menetapkan standar biaya jam
kerja. UKM ini menyetujui kesepakatan jam kerja selama 8 jam per hari. Dalam bulan Desember
(pada saat penelitian kasus ini) memiliki 31 hari untuk berproduksi. Sedangkan untuk jumlah
pekerja, UKM ini memiliki pekerja sebanyak 20 orang dengan tarif upah yang bermacam-
macam. Beberapa analisis dapat disederhanakan seperti:
Analisis Biaya Bahan Baku Langsung
Tahu Putih Rp. 206.600.000,00
Tahu Goreng Rp. 52.942.087,00
Namun pada kondisi aslinya, bahan baku untuk memproduksi tahu putih mengalami
kenaikan, sebelumnya standar harga dipatok senilai Rp. 6.667 naik menjadi Rp. 7.152 yang
mengakibatkan kerugian sejumlah Rp. 15.100.000. Begitu juga produksi tahu goreng mengalami
kerugian yang berasal dari kenaikan bahan baku, standar harga bahan baku senilai Rp. 6.099 naik
menjadi Rp. 6.336 sehingga terjadi kerugian seharga Rp. 2.054.873.

Analisis Biaya Tenaga Kerja Langsung


Tahu Putih Rp. 6.354/jam
Tahu Goreng Rp. 6.250/jam
Pada bulan ini, standar jam kerja untuk produksi Tahu Putih diperbanyak menjadi 4.944 jam
sehingga mengalami laba sebanyak Rp. 101.667. Sedangkan untuk produksi Tahu Goreng tidak
mengalami laba atau rugi karena standar jam kerja dan tarif upah pekerja sama.

Analisis Biaya Overhead


Tahu Putih selisih Rp. 4.456.936
Tahu Goreng selisih Rp. 56.771
Dari analisis sederhana di atas, dapat disimpulkan UKM Tahu Eco Semarang mengalami
kerugian dari bahan baku senilai Rp. 17.154.873 dari kedua produk yang diproduksi, kerugian ini
dikarenakan biaya bahan baku yang digunakan mengalami peningkatan harga. Sedangkan untuk
biaya tenaga kerja langsung UKM Tahu Eco Semarang mengalami laba yang berasal dari
produksi tahu putih karena adanya dua karyawan yang tidak masuk pada awal bulan sehingga
dapat mengurangi pengeluaran biaya upah tenaga kerja langsung.

Anda mungkin juga menyukai