Oleh :
KELOMPOK 4
2020
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)
DI RUANG 5 (CVCU) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh Kelompok 4
Menyetujui,
( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Ruangan
( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Tujuan lnstruksional
1.1 Tujuan Umum
Menjelaskan salah satu gangguan pada Sistem Kardiovaskular yaitu
Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
1.2 Tujuan Khusus
1. Keluarga klien mampu menjelaskan pengertian PJB
2. Keluarga klien mampu menjelaskan penyebab PJB
3. Keluarga klien mampu menjelaskan patofisiologi PJB
4. Keluarga klien mampu menjelaskan tanda dan gejala PJB
5. Keluarga klien mampu menjelaskan penatalaksanaan umum PJB
2. Materi
1. Pengertian PJB
2. Penyebab PJB
3. Tanda dan gejala PJB
4. Penatalaksanaan umum PJB
3. Metode
1. Ceramah
2. tanya jawab
4. Media
1. PPT
2. Leaflet
5. Settiing
5.1 Setting waktu
Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan perserta Metode Media
kegiatan mahasiswa & alat
1 2
1 : Penyaji
2 : Moderator
3 : Observer
3 4
4 : Notulen
: Peserta
6. Organisasi Kegiatan
1. Penyaji : Maulana Ahmad Badaruddin
2. Moderator : Adelia Putri Sartinah
3. Observer dan Fasilitator : Rani Widiyawati
4. Notulen : Ni Kadek Yuliastari
7. Job Deskripsi
1. Moderator
Uraian Tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan
c. Memotivasi peserta agar bertanya
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi
e. Menutup acara penyuluhan
2. Penyuluh
Uraian Tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan bahasa yang
mudah dipahami oleh pasien
b. Menjawab pertanyaan peserta
3. Fasilitator
Uraian Tugas :
a. Membagikan kuesioner pretest dan posttest pada peserta
b. Ikut bergabung dan duduk diantara peserta
c. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan
d. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan
penyuluhan
e. Membagikan leaflet kepada peserta
4. Observer
Uraian Tugas :
a. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
b. Mengamati jalannya penyuluhan dari awal hingga akhir
penyuluhan.
c. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
5. Notulen
Uraian Tugas :
a. Menulis pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Membagikan daftar hadir kepada peserta
8. Evaluasi
4.1 Evaluasi Proses :
1. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dengan baik dan antusias
2. Peserta terlibat aktif dalam penyuluhan
3. Peserta aktif bertanya
4.2 Evaluasi hasil :
1. Peserta mampu menjelaskan kembali pengertian, penyebab,
patofisiologi, tanda dan gejala dan penatalaksanaan umum dari PJB
9. Materi (terlampir)
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
DI RUANG 5 (CVCU) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
TANGGAL 12 Maret 2020
NB:
a. Pengorganisasian
b. Keaktifan
c. Lain – lain
(ttd)
MATERI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
1. Pengertian PJB
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa
sejak
lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada
akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi
kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB
seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab (Rahayoe, 2006).
Kelainan jantung kongenital atau bawaan adalah kelainan jantung atau
malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung kongenital
merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan sampai
dengan lahir Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi malformasi
struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang meninggalkan
maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000). Kelainan ini merupakan
kelainan bawaan tersering pada anak, sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup.
Kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejalan segera setelah bayi
lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur
beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien berumur beberapa tahun
Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi saat lahir. Namun pada
anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat sehingga diagnosis telah dapat
ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan teknologi kedokteran di
bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan kelainan jantung kongenital
dapat ditolong dan sehat sampai dewasa (Ngustiyah, 2005).
Kelainan jantung bawaan dapat melibatkan katup-katup yang
menghubungkan ruang-ruang jantung, lubang di antara dua atau lebih ruang
jantung, atau kesalahan penghubungan antara ruang jantung denga arteri atau
vena. Dalam diagnosa PJB, perhatian utama ditujukan terhadap gejala klinis
gangguan sistem kardiovaskuler pada masa neonatus. Indikasinya seperti
sianosis sentral (kebiruan pada lidah, gusi, dan mucosa buccal bukan pada
ekstremitas dan perioral, terutama terjadi saat minum atau menangis), penurunan
perfusi perifer (tidak mau minum, pucat, dingin, dan berkeringat disertai distres
nafas), dan takipneu > 60x / menit(terjadi setelah beberapa hari atau minggu,
karena takipneu yang terjadi segera setelah lahir menunjukkan kelainan paru,
bukan PJB) (Manuaba, 2002).
Kelainan jantung kongenital beraneka raga. Pada bayi yang lahir dengan
kelainan ini, 80% meninggal dalam tahun pertama, di antaranya 1/3 meninggal
pada minggu pertama dan ½ dalam 1-2 bulan (Prawirohardjo, 1999).
2. Penyebab PJB
Dalam banyak kasus, sesuatu yang tidak beres dalam perkembangan awal
janin. Beberapa kondisi jantung rusak karena gen atau kromosom. Sering kali, kita
tidak mengerti mengapa jantung bayi tidak berkembang normal (Britis heart
foundation, 2009).
Di Indonesia diperkirakan sekitaar 40.000 bayi lahir dengan penyakit
jantung bawaan (PJB) setiap tahun dan sebagian besar meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun. Pada garis besar, kelainan yang Nampak pada bayi saat
dilahirkan dapat berupa biru atau tidak biru. Sering kali bayi menunjukkan gejala
gagal tumbuh kembang, ataupun sakit saluran pernafasan berulang. Sebagian
besar kasus tidak diketahui penyebabnya dan multifaktorial. Faktor-faktor
penyebabnya diantaranya adalah infeksi virus rubella (German rubella) pada masa
kehamilan ibu, genetik misalnya pada sindroma down, ataupun karena obat-
obatan yang dimakan selama hamil (Arief, 2007).
Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi saat lahir. Namun
pada anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat sehingga diagnosis telah
dapat ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan teknologi
kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan kelainan jantung
kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa.
Sebab-sebab kelainan jantung bawaan dapat bersifat eksogen, atau
endogen.
a. Eksogen : infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum
ibu (misalnya thalidomide), radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung
kongenital. Diferensiasi lengkap susunan jantung terjadi pada kehamilan
bulan kedua. Faktor eksogen mempunyai pengaruh terbesar terhadap
terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
b. Endogen : Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam
terjadinya kelainan jantung congenital (Prawirohardjo, 1999).
Menurut Latief, dkk (2005) penyakit jantung bawaan (PJB) merupaka
kelainan yang disebebkan oleh gangguan perkembangan sistem kardiovaskular
pada embrio. Terdapat peranan faktor endogen dan eksogen. Masih disangsikan
apakah tidak ada faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah:
1) Lingkungan: diferensial bentuk jantung lengkap pada akhir bulan kedua
kehamilan. Faktor penyebab PJB terutama terdapat selama dua bula pertama
kehamilan ialah rubella pada ibu dan penyakit virus lain, talidomid, dan
mungkin obat-obat lain, radiasi. Hipoksia juga dapat menjadi penyebab PDA.
2) Hereditas: Faktor genetik mungkin memegang peranan kecil saja,
sedangkan kelainan kromosom biasanya tidak terdapat. Walaupun demikian
beberapa keluarga mempunyai insiden PJB tinggi, jenis PJB yang sama
terdapat pada anggota keluarga yang sama.
Menurut Ontoseno, Teddy (2007) perubahan sistem sirkulasi pada saat
lahir terjadi saat tangisan pertama. Ketika itulah terjadi proses masuknya oksigen
yang pertama kali ke dalam paru. Peristiwa ini membuka alveoli, pengembangan
paru serta penurunan tahanan ekstravaskuler paru dan peningkatan tahanan
oksigen sehingga terjadi vasodilatasi disertai penurunan tahanan dan penipisan
dinding arteri pulmonalis. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan ventrikel
kanan serta peningkatan saturasi oksigen sistemik. Perubahan selanjutnya, terjadi
peningkatan aliran darah ke paru secara progresif, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan di atrium kiri sampai melebihi tekanan atrium kanan.
Kondisi ini mengakibatkan penutupan foramen ovale juga peningkatan tekanan
ventrikel kiri disertai peningkatan tekanan serta penebalan sistem arteri sistemik.
Peningkatan tekanan oksigen sistemik dan perubahan sintesis serta metabolisme
bahan vasoaktif prostaglandin mengakibatkan kontraksi awal dan penutupan
fungsional dari duktus arteriosus yang mengakibatkan berlanjutnya penurunan
tahanan arteri pulmonalis. Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari
duktus arteriosus terjadi pada 10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi
penutupan duktus arteriosus secara fungsional setelah 72 jam postnatal.
Kemudian disusul proses trombosis, proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4
minggu postnatal yang akhirnya terjadi penutupan secara anatomis. Pada neonatus
prematur, mekanisme penutupan duktus arteriosus ini terjadi lebih lambat, bahkan
bisa sampai usia 4-12 bulan.
Pemotongan tali pusat mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler
sistemik, terhentinya aliran darah dan penurunan tekanan darah di vena cava
inferior serta penutupan duktus venosus, sehingga tekanan di atrium kanan juga
menurun sampai di bawah tekanan atrium kiri. Hal ini mengakibatkan penutupan
foramen ovale, dengan demikian ventrikel kanan hanya mengalirkan darahnya ke
arteri pulmonalis. Peristiwa ini disusul penebalan dinding ventrikel kiri oleh
karena menerima beban tekanan lebih besar untuk menghadapi tekanan arteri
sistemik. Sebaliknya ventrikel kanan mengalami penipisan akibat penurunan
beban tekanan untuk menghadapi tekanan arteri pulmonalis yang mengalami
penurunan ke angka normal.
Penutupan duktus venosus, duktus arteriosus, dan foramen ovale diawali
penutupan secara fungsional kemudian disusul adanya proses proliferasi endotel
dan jaringan fibrous yang mengakibatkan penutupan secara anatomis
(permanen).Tetap terbukanya duktus venosus pada waktu lahir mengakibatkan
masking effect terhadap total anomalous pulmonary venous connection di bawah
diafragma. Tetap terbukanya foramen ovale pada waktu lahir mengakibatkan
masking effect terhadap kelainan obstruksi jantung kanan. Tetap terbukanya
duktus arteriosus pada waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap semua
PJB dengan ductus dependent sistemic dan ductus dependent pulmonary
circulation (Teddy, 2007).
Arief dan Kristiyanasari, Weni, 2009. Neonatus dan asuhan keperawatan anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=2507&coid=1&caid=34.
Latief , dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak ,buku kuliah 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. 2002. Jakarta: EGC.