Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah (Utami & Luthfiana, 2016). Faktor resiko diare sangat bervariasi. Diare terjadi pada anak-anak dibawah lima tahun, prevalensi diare tertinggi pada kelompok usia 24-59 bulan, sedangkan prevalensi diare terendah di antara anak-anak di <12 bulan (Thiam et al., 2017). Berbeda dengan anak- anak di Pulau Jawa yang memiliki resiko tinggi berusia 0-24 bulan daripada anak-anak berusia 25-59 bulan, karena sistem kekebalan tubuh yang rendah dan memiliki status gizi buruk (Sari & Budyanra, 2017). Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, anak-anak yang ibunya memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung menderita diare. Selain itu, akses dan fasilitas rumah tangga yang baik berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang dapat mengurangi risiko diare (Thiam et al., 2017). Berdasarkan praktik mencuci tangan ibu, resiko diare pada anak-anak yang ibunya memiliki praktik cuci tangan yang buruk lebih tinggi daripada mereka yang ibunya sangat memperhatikan mencuci tangan. Penelitian menunjukkan, mencuci tangan pakai sabun dan dengan cara yang benar dapat mengurangi terjadinya diare hingga lebih dari 40% (Nwaoha et al., 2017). Faktor lingkungan seperti akses ke sumber air bersih, sanitasi dan kepandatan penduduk juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Anak-anak yang rumahnya belum difasilitasi sumber air bersih cenderung menderita diare daripada anak-anak dengan sumber air yang bersih (Connell et al., 2017). Sanitasi yang membaik juga mengurangi insiden terjadinya diare. Membaiknya sanitasi dapat mengurangi transmisi dari patogen yang menyebabkan diare. Anak-anak yang hidup dalam lingkungan rumah yang padat memiliki risiko lebih tinggi menderita diare daripada anak-anak yang tinggal di lingkungan rumah yang jarang. Rumah dengan kepadatan penduduk yang relatif padat cenderung memiliki sanitasi yang buruk (Utami & Luthfiana, 2016). DAFTAR PUSTAKA
Connell, B. J. O., Quinn, M. A., & Scheuerman, P. (2017). GLOBAL JOURNAL OF
MEDICINE AND PUBLIC HEALTH 1 www Risk factors of diarrheal disease among children in the East African countries of Burundi, Rwanda and Tanzania. Gjmedph.Com, 6(1), 1–8. www.gjmedph.com Nwaoha, A. F., Ohaeri, C. C., & Amaechi, E. C. (2017). Prevalence of diarrhoea, and associated risk factors, in children aged 0-5 years, at two hospitals in Umuahia, Abia, Nigeria. UNED Research Journal, 9(1), 7–14. https://doi.org/10.22458/urj.v9i1.1672 Sari, D. P., & Budyanra, B. (2017). The Risk Factor that Affect Children Diarrhea in The Island of Java 2013 (Riskesdas 2013 Data Analysis). Journal of Educational, Health and Community Psychology, 6(1), 1. https://doi.org/10.12928/jehcp.v6i1.6615 Thiam, S., Diène, A. N., Fuhrimann, S., Winkler, M. S., Sy, I., Ndione, J. A., Schindler, C., Vounatsou, P., Utzinger, J., Faye, O., & Cissé, G. (2017). Prevalence of diarrhoea and risk factors among children under five years old in Mbour, Senegal: A cross-sectional study. Infectious Diseases of Poverty, 6(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s40249-017- 0323-1 Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Majority, 5(4), 101–106.