Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang menyebabkan
keluar atau tidaknya cairan darah dari pembuluh darah. Keluarnya cairan atau
plasma darah bisa disertai kemungkinan kontak dengan dunia luar atau tidak.
Menurut Woodruff (1974), perdarahan adalah keluarnya darah dari system
vaskuler. Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena
oleh dokter maupun pasiennya, perdarahan dianggap mengancam kehidupan.
Perdarahan dapat dikatakan normal apabila terjadi selama 5 hingga 20 menit
setelah pencabutan, meskipun dalam beberapa jam setelahnya masih terjadi
sedikit perdarahan. Sedangkan perdarahan normal pasca ekstraksi akan berhenti
setelah tidak lebih dari 10 menit (Pedlar and Frame, 2001).
Perdarahan dalam dan luar dapat disebabkan oleh berbagai factor, misalnya
penyakit dan cedera. Perdarahan dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Namun,
tubuh memiliki metode tersendiri unuk mencegah terjadinya perdarahan yang
parah, yaitu, hemostatis. Ketika tubuh mendeteksi bahwa ada darah yang mengalir
dari pembuluh darah yang pecah, tubuh akan membekukan darah untuk menutup
luka dan menghentikan aliran darah. Setelah itu, tubuh akan memulai proses
penyembuhan.
Namun, apabila tubuh terkena luka parah, maka tubuh tidak akan memiliki
waktu yang cukup untuk membekukan darah. Apanila tubuh kehilangan terlalu
banyak darah, organ tubuh akan mulai berhenti bekerja dan menyebabkan
kematian.
Untuk mengantisipasi perdarahan yang lebih parah maka digunakan tehnik
balut bidai sebagai pertolongan pertama untuk menghentikan perdarahan dan
meringan cedera yang dialami.
Balut bidai adlah tindakan memfiksasi atau mengimobilisasi bagian tubuh
yang mengalami cedera dengan cara menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fiksator atau imobilisator.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari perdarahan dan balut bidai?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis perdarahan?
1.2.3 Bagaimana penanganan pertama pda perdarahan?
1.2.4 Apa tujuan balut bidai?
1.2.5 Apa prinsip balut bidai?
1.2.6 Apa saja macam-macam balut bidai?
1.2.7 Apakah hal-hal penting dalam pembalutan?
1.2.8 Apa saja jenis –jenis pembiadaian?
1.2.9 Bagaimana tehnik-tehnik pembalutan?
1.2.10 Apakah indikasi dan kontra indikasi balu bidai?
1.2.11 Apakah komplikasi balut bidai?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mahasiswa/i mengerti tentang pengertian dari perdarahan dan balut bidai
1.3.2 Mahasiswa/i mengerti jenis-jenis perdarahan
1.3.3 Mahasiswa/i mengerti penanganan pertama pda perdarahan
1.3.4 Mahasiswa/i mengerti tujuan balut bidai
1.3.5 Mahasiswa/i mengerti prinsip balut bidai
1.3.6 Mahasiswa/i mengerti macam-macam balut bidai
1.3.7 Mahasiswa/i mengerti hal-hal penting dalam pembalutan
1.3.8 Mahasiswa/i mengerti jenis-jenis pembidaian
1.3.9 Mahasiswa/i mengerti tehnik-tehnik pembalutan
1.3.10 Mahasiswa/i mengerti indikasi dan kontra indikasi balut bidai
1.3.11 Mahasiswa/i mengerti komplikasi balut bidai

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat rusaknya
pembuluh darah. Pendarahan dapat terjadi di dalam tubuh (perdarahan internal),
seperti rupture organ ataupun pembuluh darah besar, ataupun di luar tubuh
(perdarahan eksternal) seperti perdarahan melalui vagina, mulut, rectum atau
melalui luka dari kulit (Lammers, 2009). Apabila perdarahan telah mencapai 15%
dari total estimasi jumlah darah tubuh, maka diperlukan pergantian cairan untuk
mengembalikan kehilangan darah yang keluar akibat perdarahan. Kehilangan
darah melebihi 15% dari total estimasi jumlah darah tubuh akan menyebabkan
terjadinya hipoperfusi jaringan dan mengarah kepada keadaan syok hemoragik
(Leksana, 2007).
Menurut KBBI, perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah sebagai akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan terbagai menjadi dua, yaitu perdarahan
tertutup dan perdarahan terbuka. Perdarahan tertutup adalah perdarahan dimana
kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh,
sedangkan perdarahan terbuka adalah perdarahan dimana kulit juga mengalami
cedera sehingga darah bias keluar dari tubuh dan terlihat ada diluar tubuh.
Perdarahan adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang menyebakan
keluar atau tidaknya cairan darah dari pembuluh darah. Keluarnya cairan atau
plasma darah bias disertai kemungkinan kontak dengan dunia luar atau tidak.
Jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang
menyebabkan kematian. Pada kasus gawatdarurat hanya henti nafas (respiratory
arrest) yang mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu dari pada
perdarahan yang masif. Luka robekan pada pembuluh besar dileher, tangan dan
paha dapat menyebabkan kematian dalam satu sampai tiga menit. Sedangkan
perdarahandari aorta atau vena cava dapat menyebabkan kematian tiga puluh
detik.
Balut bidai adalah penangan umum trauma ekstermitas atau imobilisasi dari
lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk).

3
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota
tubuh yang dirasakan cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan
rasa nyeri (Muriel Steet, 1995)
Balut bidai adalah suatu cara untuk memstabilkan/ menunjang persendian
dalam menggunakan sendi yang benar/ melindungi trauma dari laur (Barbara C,
long, 1996)
2.2 Jenis-jenis Perdarahan
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh darah
disertai dengan kerusakan jaringan kulit, yang memungkinkan darah keluar dari
tubuh dan terlihat jelas dari luka. Bila kita menjumpai perdarahan terbuka, maka
kita sebagai penolong harus berhati-hati karena darah korban bisa saja menular
pada kita.
Berdasarkan rusaknya pembuluh darah yang mengalami gannguan,
perdarahan luar diklasifikasikan menjadi:
2.2.1 Perdarahan Nadi (Arteri)
Plasma darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar menyembur sesuai
dengan denyut nadi dan berwarna merah terang karena kaya akan O 2.
Banyaknya plasma darah yang keluar dipengaruhi tekanan sistolik, bila
tekanan menurun maka pancaran darah berkurang. Hal ini yang membuat
perdarahan arteri sulit dikendalikan, sehingga perlu pemantauan dan
pengendalian ekstra.
2.2.2 Perdarahan Balik (Vena)
Plasma darah yang berasal dari pembuluh balik keluar mengalir dan
berwarna merah gelap. Perdarahan jenis ini mudah untuk dikendalikan
karena tekanan dalam pembuluh darah balik lebihh rendah dari pada
teakanan luar.
2.2.3 Perdarahan Kapiler
Perdarahan berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes
perlahan. Hal ini dikarenakan tekanan pembuluuh darah ini sangat kecil
dibandingkan pembuluh arteri dan vena. Warna plasma darah yang keluar
bervariasi antara merah terang seperti darah arteri dan merah gelap seperti
darah vena.

4
2.3 Penanganan Pertama Pada Perdarahan
Penanganan pertama pada perdarahan dibedakan menjadi dua berdasarkan
jenis perdarahannya, yaitu:
2.3.1 Penanganan Pertama Perdarahan Luar (perdarahan terbuka)
2.3.1.1 Tekanan langsung di tempat perdarahan
Cara ini adalah yang terbaik untuk peradarahan luar pada
umumnya. Caranya adalah dengan menggunakan setumpuk kasa
steril atau kain bersih biasa, tempat perdarahan itu ditekan.
Tekanan tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau sampai
pertolongan yang lebih lanjut dapat diberikan. Penekanan
dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga tidak
ada lagi perdarahan. Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu
basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru. Kemudian
kasa tersebut di tutup dengan balutan yang menekan, dan bawa
penderita ke rumah sakit.

5
2.3.1.2 Elevasi (dilakukan bersamaan penekanan)
Tindakan ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak
saja. Tinggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari
jantung. Ini akan menyebabkan daya tarik bumi mengurangi
tekanan darah, sehingga memperlambat perdarahan. Jangan
menggunakan metode ini bila ada indikasi cedera otot rangka dan
benda tertancap
2.3.1.3 Tekanan pada tempat-tampat tertentu
Tempat-tempat yang ditekan adalah hulu (pangkal) pembuluh nadi
yang terbuka. Jadi tujuan dari penekanan ini adalah untuk
menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi yang
cedera.

2.3.1.4 Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan adalah


sebagai berikut:
2.3.1.4.1 Imobilisasi dengan atau tanoa pembidaian
2.3.1.4.2 Kompres dingin
2.3.1.4.3 Metode Torniket

6
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran
darah dibawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain
yang lebar, pembalut segitiga yang di lipat-lipat, atau
sepotong ban dalam sepeda dapat digunakan untuk
keperluan ini. Panjang torniket harus cukup untuk dua
kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang
paling baik unuk memasang torniket ini adalah lima jari
di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari
di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).
Cara menggunakan torniket ini adalah:
2.3.1.4.3.1 Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki.
Lebih bagus lagi apabila sebelumnya dialasi
dengan kain atau kain kasa untuk mencegah
timbulnya lecet pada kulit yang terkena
torniket langsung.
2.3.1.4.3.2 Apabila menggunakan kain maka ikatan
dengan sebuah simpul hidup, kemudian
selipkan sebatang kayu diatas simpul
tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan
simpul air untuk mengencangkan torniket,
tetapi jangan diputar terlalu keras, karena
dapat melukai jaringan-jaringan dibawahnya.
2.3.1.4.3.3 Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat
memperkecil denyut nadi bagian tubuh yang
berada dibawah torniket, akan terlihat dari
warna kulit di sekitar daerah tersebut menjadi
kekuningan.
2.3.1.4.3.4 Untuk memudahkan pengusungan,
perlihatkan torniket, jangan ditutup dengan
selimut. Selain itu setiap 10 menit torniket
harus dikendurkan selama 30 detik, untuk
memberi kesempatan darah memberi

7
makanan-makanan ke jaringan dibawah
torniket tersebut. Sementara torniket kendor,
luak dapat ditekan dengan kasa steril.
2.3.1.4.3.5 Penderita yang di torniket harus segera di
kirim ke rumah sakit, untuk memperoleh
pertolongan selanjutnya.
2.3.2 Penangan pertama perdarahan dalam ( tertutup )
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh
darah tetapi tidak disertai dengan kerusakan jaringan kulit, yang
memungkinkan darah tidak keluar dari tubuh dan tidak terlihat jelas seperti
luka pada memar. Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan
tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor, ledakan dan lain sebagainya. Perdarahan dalam ini
juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Mengingatkan perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat
(tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dari pemeriksaan
fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya.

Bebarapa tanda perdarahan dalam dapat dikenali, misalnya:


2.3.2.1 Cedera pada bagian luar tubuh, yang mungkin merupakan
petunjuk bagian dalam juga mengalami cedera.
2.3.2.2 Adanya memar disertai nyeri dan pembengkakan.
2.3.2.3 Gejala dan tanda-tanda syok.
Penatalaksanaan pada perdarahan dalam:
2.3.1.1 Baringkan penderita

8
2.3.1.2 Periksa dan pertahankan A-B-C (Air Breath Control)
2.3.1.3 Berikan oksigen bila ada
2.3.1.4 Rawat sebagai penderita syok
2.3.1.5 Jangan memberikan makan dan minum sementara
2.3.1.6 Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lain
2.3.1.7 Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
2.3.1.8 Sangat perlu diperhatikan adalah penanganan perdarahan
berarti mengendalikan perdarahan bukan berarti
menghentikan peradarahan sama sekali.
2.4 Tujuan Balut Bidai
2.4.1 Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak.
2.4.2 Memberikan tekanan
2.4.3 Melindungi bagian tubuh yang cedera
2.4.4 Mencegah terjadinya pembengkakan
2.4.5 Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
2.4.6 Memudahkan dalam transportasi penderita
2.4.7 Menarik kulit atau otot serta organ lain ke posisi semula
2.4.8 Mempercepat penyembuhan
2.5 Prinsip Balut Bidai
2.5.1 Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah atau tidak terlalu
lentur
2.5.2 Panjang bidai mencakup dua sendi
2.5.3 Ikatan pada bidai paling sedikit dua sendi terikat, bila bisa lebih dari dua
ikat lebih baik
2.5.4 Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar
2.5.5 Prinsip pertolongan pertama pada patah tulang
2.5.6 Pertahankan posisi
2.5.7 Cegah infeksi
2.5.8 Atasi syok dan perdarahan
2.5.9 Imobilisasi ( fiksasi dengan pembidaian )
2.5.10 Pengobatan:

9
Antibiotika, ATS (Anti Tetanus Serum), anti inflamasi (anti radang),
analgetik/ pengurangan rasa sakit.

2.6 Macam-macam Bidan dan Pembalut yang Dipakai


Menurut bahan dan karakteristiknya dapat mengunakan pembalut sebagai
berikut:
2.6.1 Kassa (kassa bandage atau kassa gulung)
2.6.2 Bahan karet atau elastic (elastic bandage atau tensocrape)
2.6.3 Bahan katun (cotton bandage)
2.6.4 Bahan lunak atau sintetik (shosft band)
2.6.5 Pita berperekat (hepavik, plester, plast)
2.6.6 Pita keras (gypsone, polygips, gyps paris)

Macam-macam jenis bidai yang dipakai:


2.6.1 Bidai Keras (Rigid Splint)
Umumnya terbuat dari kayu, aluminium, karton, plastic atau bahan lain
yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik
dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan
bahan yang memenuhi syarat dilapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai
2.6.2 Bidai Traksi (Thomas Splint atau Traction Splint)
Bidai bentuk jadi dan bervarisai tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnnya dipakai pada
patah tulang paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha
2.6.3 Soft Splint

10
Jenis ini terbuat dari bahan yang lembut. Jenis soft splint udara, bantal,
dan mitella. Soft splint sebaiknya tidak digunakan pada fraktur angulasi,
karena meningkatkan tekanan secara otomatis. Saat akan menggunakan
splint udara, harus secara rutin diperiksa tekanannya untuk memastikan
bahwa splint tidak terlalu kuat/ longgar/ splint udara baik untuk fraktur
pada lengan bawah atau tungkai bawah. Splint udara berguna untuk
memperlambat perdarahan, tetapi dapat meningkatkan tekanan seperti
peningkatan suhu/ tekanan. Kelemahan dari splint udara adalah nadi
tidak dapat dimonitor bila spilnt terpasang, dan dapat menimbulkan
sindrom kompartemen dan menimbulkan sakit pada kulit.
2.6.4 Bidai Improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong
Contoh: majalah, Koran karton
2.6.5 Penyangga atau Gendongan
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitella
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cedera
Contoh: gendongan lengan, neck collar

2.7 Hal-hal Penting Dalam Pembalutan


2.7.1 Respon klien
2.7.2 Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan
2.7.3 Pengikatan tidak boleh terlalu kencang/ longgar
2.7.4 Observasi vaskularisasi daerah dital
2.7.5 Luka harus dalam keadaan bersih
2.7.6 Balutan harus bersih dan mencakup seluruh permukaan luka

11
2.7.7 Bila ada simpul balutan, usahakan sedater mungkin/ jangan diatas luka
2.7.8 Bila timbul rasa kebal, kesemuatan, dan dingin disekitar balutan, segera
lepas dan perbaiki balutan
2.7.9 Perhatikan bentuk bagian yang akan dibalut (bulat, siku, datar)
2.8 Jenis-jenis Pembidaian
2.8.1 Pembidain sebagai tindakan pertolongan sementara
2.8.1.1 Dilakukan di tempat kejadian cedera sebelum penderita dibawa
ke rumah sakit
2.8.1.2 Bahan untuk bidai bersifat sederhana tetapi memenuhi
persyaratan bidai
2.8.1.3 Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan
kerusakan yang lebih berat
2.8.1.4 Bisa dilakukan oleh siapapunn yang sudahh mengetahui prinsip
dan tehnik dasar pembalutan
2.8.2 Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitive
2.8.2.1 Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan
2.8.2.2 Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/
dislokasi
2.8.2.3 Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan
2.8.2.4 Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
2.9 Tehnik-tehnik Pembalutan
Digolongkan menjadi beberapa macam menurut bentuk dan ukurannya,
yaitu:
2.9.1 Balut Pita
Disebut dengan balut pita karena bentuk dan cara penggunaannya
menyerupai pita panjang atau pendek dapat digulung, diikat, ditarik
menurut ukuran lebarnya.
2.9.2 Balut Kain Segitiga
Kain segitiga terbuat dari bahan tenun yang tidak berkapur, sifatnya
lemas dan kuat. Untuk membuat kain segitiga diambil kain yang panjang
dan lebarnya 90 sampai 110 cm sehingga merupakan kain persegi empat.
Kain persegi empat dipotong lurus dari sudut ke sudut yang berhadapan

12
sehingga didapatkan dua kain segitiga. Adapun ukurannya dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan dan organ yang akan dibalut, tetapi cara
mempergunakannya bermacam-macam yaitu dengan cara dilebarkan
keadaan terbuka (cara mitella), dilipat-lipat menyerupai dasi panjang,
dibelah dari puncak sampai setengah tinggi kain segitiga (cara platenga),
dibelah kiri dann kanan sisi kaki sejajar dengan alasnya (cara funda)
Tehnik Pembalutan Pada Telapak Tangan

Tehnik Pembalutan Pada Pergelangan Tangan

Tehnik Pembalutan Pada Lengan Sebagai Penyangga

Tehnik Pembalutan Pada Kepala

13
Tehnik Pembalutan Pada Mata

Tehnik Pembalutan Pada Dada

Tehnik Pembalutan Pada Paha dan Kaki

2.10 Indikasi dan Kontra Indikasi Balut Bidai


2.10.1 Indikasi Balut Bidai
Pembidaian dilakukan apabila didapatkan:
2.10.1.1 Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

14
Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah
satu bagian tubuh ditemukan:
2.10.1.1.1 Ekstermitas yang cedera lebih pendek dari yang
sehat, atau mengalami angulasi abnormal
2.10.1.1.2 Pasien tidak mampu menggerakan ektermitas yang
cedera
2.10.1.1.3 Posisi ekstermitas yang abnormal
2.10.1.1.4 Memar,bengkak dan nyeri sumbu
2.10.1.1.5 Deformitas
2.10.1.1.6 Pasien merasakan sensai seperti jeruji ketika
menggerakan ekstrermitas yang mengalami cedera
(krepitasi)
2.10.1.1.7 Fungsiolesa
2.10.1.1.8 Perdarahan bisa ada atau tidak
2.10.1.1.9 Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal
lokasi cedera
2.10.1.1.10 Kram otot (sprain) disekitar lokasi cedera
2.10.1.1.11 Jika mengalami keraguan perlakukanlah klien
seperti mengalami fraktur
2.10.1.2 Adanya kecurigaan terjadinya pergeseran sendi
2.10.1.3 Dislokasi persendian
2.10.2 Kontra Indikasi Balu Bidai
Pembidaian boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas,
pernafasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat
gangguan sirkulasi dan / gangguan persyarafan yang berat pada
distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya
penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu
dilakukan
2.11 Komplikasi Balut Bidai
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa timbul oleh tindakan pembidaian:

15
2.11.1 Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur
oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai
2.11.2 Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembiadain yan terlalu ketat
2.11.3 Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat rusaknya
pembuluh darah. Pendarahan dapat terjadi di dalam tubuh (perdarahan internal),
seperti rupture organ ataupun pembuluh darah besar, ataupun di luar tubuh
(perdarahan eksternal) seperti perdarahan melalui vagina, mulut, rectum atau
melalui luka dari kulit. Apabila perdarahan telah mencapai 15% dari total estimasi
jumlah darah tubuh, maka diperlukan pergantian cairan untuk mengembalikan
kehilangan darah yang keluar akibat perdarahan. Kehilangan darah melebihi 15%
dari total estimasi jumlah darah tubuh akan menyebabkan terjadinya hipoperfusi
jaringan dan mengarah kepada keadaan syok hemoragik.
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota
tubuh yang dirasakan cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan
rasa nyeri
3.2 Saran
Pertolongan pertama yang benar akan membantu proses penyembuhan,
apabila penangan pertama pada perdarahan tidak benar maka dapat menimbulkan
infeksi lebih lanjut pada cedera/ luka. Penangan pperdarahan yang baik akan
membantu menstabilkan kondisi klien.

16
Pembalutan pada penangan pertama diupayakan meringankan rasa nyeri dan
menfiksasi cedera yang dapat menimbulkan cedera lanjutan.

17

Anda mungkin juga menyukai