Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam

pelayanan keperawatan adalah penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP). Salah satu model praktek yang dapat diterapkan dari model

MPKP adalah Metode TIM. Metode tim adalah metode pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok klien

melalui upaya kooperatif dan kolaborasi (Douglas dalam Nursalam 2007). MPKP

metode TIM telah di terapkan di RSU. Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi.

Namun kepuasan pasien rawat inap masih dalam kategori kurang.

Wahyuni (2007) melakukan penelitian yang dilakukan di RSUD

Banjarnegara menyatakan bahwa bahwa sebesar 30 % lebih keluhan pasien rawat

inap ditujukan kepada pelayanan keperawatan dan hasil survey kepuasan pasien

yang dilakukan dari sebanyak 296 orang responden yang diteliti ternyata

prosentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan

(keramahan dan ketanggapan) hanya 61 %, angka tersebut masih di bawah

standar mutu yang ditetapkan oleh manajemen Rumah Sakit yaitu sebesar 80%.

Sementara itu di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada Krikilan saat

ini menerapkan manajemen keperawatan dengan metode TIM. Dari observasi

1
2

yang dilakukan peneliti, masing-masing komponen dalam tim sudah berjalan

sebagai mana mestinya.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 05-15

Juni 2015 bertempat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada

Krikilan, peneliti melakukan observasi dengan menggunakan metode wawancara,

dari 15 responden yang ditemui 5 0rang diantaranya (33%) menyatakan kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan dirasakan masih dalam kategori kurang

(Misalnya adalah keluarga pasien memandikan sendiri dan perawat dirasakan

kurang komunikatif). Sementara itu data BOR Ruang Rawat Inap Kelas III untuk

tahun 2012 adalah sebesar 60%, 2013 sebesar 67% dan 2014 sebesar 69%.

Untuk bulan Januari-Juli 2015 BOR di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti

Husada Krikilan RSU. Bhakti Husada sebesar 55.5%. ketika dibandingkan

dengan BOR Ruang Rawat Inap Kelas II, untuk tahun 2012 adalah sebesar 69%,

2013 sebesar 70% dan 2014 sebesar 72%. Untuk bulan Januari-Juli 2015 BOR di

Ruang Rawat Inap Kelas II RSU. Bhakti Husada Krikilan RSU. Bhakti Husada

sebesar 60%. Terpilihnya Ruang Rawat Inap Kelas III, dikarenakan kualitas

pelayanan dirasakan masih kurang ketika dibandingkan dengan kelas II.

Demi tercapainya kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan standar

yang telah diteteapkan, maka pelayanan keperawatan dilaksanakan didasarkan

pada profesionalisme, ilmu pengetahuan, aspek legal dan etik. Untuk itu perlu

kiranya diselenggarakan program penerapan praktik keperawatan professional

untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara komprehensif (Kemenkes

RI, 2012). Salah satu upaya manajemen keperawatan dalam mewujudkan


3

pelayanan keperawatan yang berkualitas melalui model praktek keperawatan

professional yang salah satunya adalah metode TIM. Metode TIM di terapkan

dengan didasari berbagai keterbatasan yang di miliki oleh yaitu keterbatasan

jumlah tenaga perawat serta keterbatasan kualifikasi pendidikan tenaga

perawatnya (Nursalam, 2007). Melalui penerapan ini diharapkan mampu

mewujudkan kualitas pelayanan keperawatan yang diharapkan dan mampu

memacu diri dalam kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan standar rumah

sakit kelas dunia atau bertaraf internasional (Kemenkes RI, 2012). Kualitas

pelayanan (servis quality) merupakan salah satu faktor penting dan fundamental

khususnya bagi manajemen keperawatan dan para stakeholdernya. Hal ini

dikarenakan dampak dari servis quality menentukan kualitas layanan kesehatan.

Servis quality memiliki 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance,

empathy, dan tangible (Sari, 2009).

Adapun keuntungan dari metode tim adalah kemungkinan pelayanan

keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan,

memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberikan kepuasan kepada tim untuk pemanfaatan kemampuan anggota tim

secara efektif dan efesien (Burges dalam Nursalam 2011).

Berdasarkan situasi yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan manajemen keperawatan dengan

kualitas pelayanan di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada Krikilan

Banyuwangi’’
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

yaitu “adakah hubungan manajemen keperawatan dengan kualitas pelayanan di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi?“

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan

manajemen keperawatan dengan kualitas pelayanan di Ruang Rawat Inap

Kelas III RSU. Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas III

RSU. Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi

b. Mengidentifikasi kualitas pelayanan di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU.

Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi

c. Menganalisis hubungan manajemen keperawatan dengan kualitas

pelayanan di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada Krikilan

Banyuwangi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang ilmu

keperawatan khususnya mengenai penerapan manajemen keperawatan yang


5

dalam hal ini adalah model asuhan keperawatan professional dan kualitas

pelayanan yang ada di rumah sakit.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Mengetahui kontribusi manajemen keperawatan yang diterapkan terhadap

mutu pelayanan di ruangan yang ada di rumah sakit.

b. Bagi Perawat

Menambah wawasan kepada perawat bahwa manajemen keperawatan erat

kaitannya dengan mutu pelayanan.

E. Keaslian Penelitian

1. Hasil penelitian Trimumpuni (2009), menunjukkan bahwa ada hubungan antara

persepsi kehandalan perawat dengan kepuasan klien rawat inap di RSU Puri

Asih Salatiga. Perawat kurang handal yang menjadikan pasien tidak puas adalah

63,3%, ini lebih besar dibanding dengan pasien yang merasa puas sebesar

21,2%, sedang perawat handal yang menjadikan pasien merasa puas sebesar

78,8%, ini lebih besar dibanding pasien yang tidak puas sebesar 36,7%.

Pelanggan akan puas bila kualitas produk (barang/jasa) yang ditawarkan relatif

baik. Kualitas produk yang bisa diberikan rumah sakit yaitu kualitas pelayanan

medis, paramedis, dan penunjang medis. Perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang saya lakukan lebih menekankan

pada penerapan managemen keperawatan (MAKP metode TIM) dalam

meningkatkan kualitas layanan kesehatan.


6

2. Hasil penelitian Hendrajana (2005) tentang pengaruh kualitas pelayanan medis,

paramedis, dan penunjang medis terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antara pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap

kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3. Hasil penelitian Widodo (2009), yang melakukan analisa beberapa faktor yang

mempengaruhi kepuasan konsumen atas jasa pelayanan rawat inap Rumah Sakit

Umum Pandan Arang di Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukan ada

pengaruh faktor lingkungan fisik fasilitas dan pemberian pelayanan berpengaruh

secara positif terhadap tingkat kepuasan konsumen atas jasa pelayanan rawat

inap Rumah Sakit Umum Pandan Arang di Kabupaten Boyolali.

Dari ketiga hasil penelitian diatas, berbeda dengan penelitian yang akan

saya laksanakan. Letak perbedaanya bahwa penelitian saya lebih terfokus pada

hubungan penerapan managemen keperawatan terhadap kualitas pelayanan,

khsusnya di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU. Bhakti Husada. Sementara itu

ketiga penelitian diatas lebih menekankan pada kepuasan pasien dan juga tentang

kualitas layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai