Anda di halaman 1dari 5

BASRI KAMARUDDIN-22319319

PENENTUAN KOREKSI JARAK MAGNITUDO LOKAL UNTUK WILAYAH OKLAHOMA BAGIAN UTARA
DETERMINATION OF LOCAL MAGNITUDE DISTANCE CORRECTIONS FOR NORTHERN OKLAHOMA
By D. Wesley Greig, Emrah Yenier, Dario Baturan, and Sepideh Karimi
Seismological Research Letter Volume 89, Number 5, September/Oktober 2018

EXECUTIVE SUMMARY

Koreksi jarak pada formula magnitudo lokal (ML) Richter memiliki bias yang signifikan jika diterapkan
pada wilayah yang sifat-sifat atenuasi nya berbeda dengan California bagian Selatan. Magnitudo lokal
Richter memiliki persamaan:

𝑀𝐿 = log(𝐴) − log(𝐴0 ) + 𝑆 (1)

log(A) merupakan logaritma dari amplitudo yang diukur pada seismograf Wood-Anderson
(amplitudo dalam mm), -log(A0) adalah koreksi jarak, dan S adalah koreksi stasiun yang
memperhitungkan perbedaan amplitudo tiap stasiun seismograf karena pengaruh efek lokal.
Koreksi jarak memproyeksikan amplitudo pada jarak referensi. Berdasarkan definisi dari
Richter, jarak referensi yang umum digunakan adalah 100 km.

Koreksi jarak memiliki definisi sebagai berikut:

−𝑙𝑜𝑔𝐴0 = 𝑎𝑙𝑜𝑔(𝑅) + 𝑏𝑅 + 𝑐 (2)


Koefisien a dan b pada persamaan 2 masing-masing merupakan koefisien yang berhubungan
penyebaran geometri dan atenuasi anelastik. Sedangkan koefisien c adalah nilai yang ditetapkan
mengikuti definisi Richter untuk sebuah kejadian gempabumi dengan magnitudo 3. R adalah jarak
hiposenter. Koefisien-koefisien ini mewakili variasi regional yang disesuaikan dengan kondisi lokal
suatu wilayah. Sehingga jika diterapkan diluar wilayahnya, menjadi bias dan akan menghasilkan
magnitudo yang tidak akurat.

Untuk menunjukkan tidak ada bias, studi dari Greig dkk ini mengembangkan sekaligus mengkalibrasi
formula magnitudo lokal untuk wilayah Oklahoma bagian Utara dengan memperhatikan jarak
hiposenter (R). Dua metode digunakan dalam studi ini untuk mengkalibrasi formula magnitudo lokal
wilayah Oklahoma bagian Utara. Metode pertama, metode kalibrasi berdasarkan definisi asli
magnitudo lokal Richter yaitu gempabumi magnitudo 3 memiliki amplitudo 1 mm pada jarak 100 km.
Pendekatan metode pertama ini dengan menetapkan nilai c dalam koreksi jarak. Kemudian metode
kedua, metode penentuan koreksi jarak dengan asumsi momen tensor regional (RMT) dapat dihitung.
Pendekatan pada metode kedua ini dilakukan dengan memperbaiki magnitudo untuk ukuran tertentu
dan kalibrasi parameter gempabumi yang dipahami dengan baik dalam katalog gempabumi. Metode
ini disebut juga metode kalibrasi RMT, yang memberikan hubungan skala magnitudo lokal konsisten
dengan magnitudo momen, untuk kejadian gempabumi dengan magnitudo momen MW > 3.

Studi yang dilakukan Greig dkk ini menggunakan data rekaman 254 kejadian gempabumi hasil proses
regresi secara manual di wilayah Oklahoma bagian Utara. Data rekaman itu diambil selama periode
tanggal 1 Juli 2013 hingga 1 September 2014 dengan jangkauan magnitudo dari 2.0 sampai 4.5 yang
berasal dari 30 seismometer broadband dan 7 seismometer jaringan seismik Oklahoma. Luas wilayah
studi 200 km x 200 km dengan koordinat pusat 36.2o lintang dan -97.2o bujur. Luas wilayah ini
kemudian di bagi kedalam 400 bagian dengan masing-masing 10 km x 10 km. Gambar 1 menunjukkan
sebaran data kejadian gempabumi yang digunakan dalam studi ini.

Gambar 1. Proyeksi permukaan raypaths dari kejadian-kejadian gempabumi di wilayah penelitian.


Segitiga menunjukkan stasiun seismometer dan lingkaran menunjukkan kejadian
gempabumi yang digunakan dalam penelitian.

Untuk kalibrasi magnitudo lokal menggunakan metode kalibrasi RMT, dihitung momen tensor regional
(RMT). Hingga tanggal 1 September 2014, terdapat 55 kejadian gempabumi dengan magnitufo ML >
3.5 yang akan di hitung RMT. Sinyal gempabumi dengan ML < 3.5 biasanya tidak cukup bagus untuk
digunakan dalam inversi RMT. Perhitungan RMT 55 kejadian gempabumi tersebut berbasis
seismogram sintetik dengan menggunakan program Computer Programs in Seismology yang
dikembangkan oleh R.B Herrmann tahun 2009.

Magnitudo momen dari 55 kejadian tersebut sangat penting untuk kalibrasi RMT, maka perlu
merincikan beberapa detail pada solusi-solusi momen tensor untuk memastikan nilai-nilai yang
digunakan. Hasil pencocokan terbaik dalam solusi tersebut adalah 0.96 yang mengindikasikan sangat
dekatnya kecocokan antara sinyal sintetik dan sinyal hasil observasi. Nilai pencocokan terbaik
minimum yaitu 0.6 dan sebanyak 29 dari 37 kejadian memiliki nilai 0.8. Magnitudo momen yang
ditentukan dari inversi RMT ini sangat mirip dengan yang dikeluarkan Unites States Geological Survey
(USGS) dan pusat pengamatan gempabumi Saint Louis University (SLU). Secara umum, terdapat
kesamaan antar ketiga solusi dari inversi RMT, USGS, dan SLU tersebut untuk magnitudo momen MW.

Untuk menghitung magnitudo lokal ML, respon instrumen dikoreksi (dihapus) dan dibuat seismogram
sintetik Wood-Anderson dengan pemrosesan dalam domain frekuensi. Data amplitudo merupakan
amplitudo maksimum (gelombang P dan S) yang otomatis dipilih pada seismogram sintetik Wood-
Anderson kemudian di verifikasi secara manual. Amplitudo maksimum dalam milimeter yang diukur
pada setengah puncak amplitudo setiap komponen horizontal seismogram. Terdapat total 16128 data
amplitudo yang digunakan dalam studi ini.

Model koreksi jarak yang digunakan dalam studi ini merupakan model trilinear untuk koreksi jarak
yang dikembangkan dengan menyesuaikan karakteristik sifat atenuasi wilayah Oklahoma bagian
Utara. Wilayah ini memiliki karakteristik yang mirip dengan wilayah bagian Selatan dari Amerika Utara.
Model dari koreksi jarak dirumuskan seperti pada persamaan 3 berikut:
𝑎1 𝑙𝑜𝑔(𝑅) + 𝑏1 𝑅 + 𝑐 𝑅 < 𝑅1
−𝑙𝑜𝑔𝐴0 = {𝑎2 𝑙𝑜𝑔(𝑅⁄𝑅1 ) + 𝑎1 𝑙𝑜𝑔(𝑅1 ) + 𝑏2 (𝑅 − 𝑅1 ) + 𝑏1 𝑅1 + 𝑐 𝑅1 < 𝑅 < 𝑅2 (3)
𝑎3 𝑙𝑜𝑔(𝑅⁄𝑅2 ) + 𝑎2 𝑙𝑜𝑔(𝑅2 ⁄𝑅1 )+𝑎1 𝑙𝑜𝑔(𝑅1 ) + 𝑏3 (𝑅 − 𝑅2 ) + 𝑏2 (𝑅2 − 𝑅1 ) + 𝑏1 𝑅1 + 𝑐 𝑅 > 𝑅2

Koefisien-koefisien a1, a2, a3, b1, b2, dan b3 adalah koefisien dari a dan b yang berlaku untuk masing-
masing jangkauan jarak hiposenter (R). Variabel R1 dan R2 adalah jarak hiposenter yang
mendefenisikan batas-batas antara tiga jangkauan tersebut (model trilinear).

Koreksi stasiun (S) dari setiap stasiun merupakan bagian dari hasil proses inversi. Nilai koreksi stasiun
terbesar dari 37 stasiun seismometer adalah 0.008 satuan magnitudo. Nilai yang kecil ini kemungkinan
disebabkan karena stasiun yang diinstal di batuan dasar (~15meter dibawah permukaan) sehingga
mengurangi efek amplifikasi dan juga homogenitas relative dari wilayah tersebut. Dengan demikian
efek dari koreksi stasiun pada persamaan 1 dapat diabaikan dalam model koreksi jarak dan
perhitungan akhir magnitudo karena nilainya yang sangat kecil. Koefisien-koefisien model koreksi
jarak untuk wilayah Oklahoma bagian Utara di berikan pada table 1.

Tabel 1. Koefisien-koefisien model koreksi jarak untuk metode kalibrasi Richter dan RMT

Metode kalibrasi Richter yang digunakan dalam studi ini sesuai definisi asli dari magnitudo lokal
Richter yang menjadi acuan yaitu 1 mm amplitude Wood-Anderson pada jarak 100 km untuk gempa
dengan magnitudo ML=3. Kejadian gempabumi dengan magnitudo yang sama pada wilayah yang
berbeda mungkin memiliki amplitudo yang berbeda pula pada jarak menengah hingga jauh jika sifat-
sifat atenuasi menunjukan variasi-variasi regional. Oleh karena itu, model dasar -log A0 pada jarak 100
km sesuai dengan defenisi asli Richter dapat mengetahui bias pada estimasi magnitudo untuk wilayah
yang sifat-sifat atenuasinya berbeda secara signifikan dengan wilayah dimana magnitudo lokal Richter
pertama kali dikembangkan, California Selatan.

Hasil pengamatan magnitudo momen pada 37 kejadian gempabumi (MW > 3.5) yang berhasil di
kalibrasi menunjukkan nilainya lebih kecil 0.1unit magnitudo dari magnitudo lokal Pusat Informasi
Gempabumi nasional USGS (USGS NEIC). Anomali magnitudo ini dalam katalog gempabumi dapat
diabaikan menggunakan formula magnitudo lokal yang dikalibrasi sesuai metode kalibrasi RMT dalam
studi ini. Berdasarkan hasil studi dari Greig dkk ini, ML lebih kecil dari MW untuk kejadian gempabumi
dengan magnitudo MW < 3.0 dan meningkat bersamaan dengan menurunnya magnitudo gempabumi
tersebut. Oleh karena itu, hubungan ML - MW harus ditentukan untuk gempabumi kecil dengan MW <
3.0 agar bisa melakukan estimasi MW secara akurat dari metode kalibrasi RMT. Hasil magnitudo yang
didapatkan dari dua metode ini kemudian di plot dengan beberapa studi tentang kalibrasi magnitudo
lokal yang pernah di lakukan sebelumnya seperti yang terlihat pada gambar 2. Bias yang terjadi dalam
beberapa model yang ditampilkan disini dapat dilihat jelas ketika diperiksa residual magnitudo stasiun
sebagai fungsi jarak hiposenter.

Gambar 2. Plot residual magnitudo stasiun sebagai fungsi jarak hiposenter untuk model koreksi jarak
yang berbeda-beda. a. Model Kalibrasi RMT, b. Model Kalibrasi Richter, c. Model Hutton
and Boore, d. Model Eaton, dan e. Model Badan Survei Geologi Oklahoma (OGS). Dapat
dilihat bahwa model kalibrasi RMT dan Richter dalam studi ini tidak terdapat bias jika
dibandingkan dengan 3 model yang lain.

Studi yang dilakukan Greig dkk ini juga membandingkan antara perbedaan koefisien-koefisien pada
persamaan magnitudo lokal. Korelasi antara nilai a dan b pada persamaan magnitudo lokal di studi
lebih besar dari 0.95. Hal ini memungkinkan untuk mengubah pasangan koefisien ini (a dan b) tanpa
mengubah secara signifikan kualitas pencocokan atau bentuk dari model atenuasi.

Formula koreksi jarak yang diperoleh dalam studi ini berlaku untuk kejadian-kejadian gempabumi di
Oklahoma dengan jarak hiposenter (R) hingga 250 km. Formula ini kemungkinan mengalami bias jika
diterapkan pada jarak hiposenter lebih besar dari 250 km. ketersediaan data yang tidak memadai
untuk menghitung model dengan kepastian jarak lebih dari 250 km. Formula koreksi jarak wilayah
Oklahoma untuk kejadian-kejadian gempabumi yang lebih besar dari 250 km bisa menjadi kajian
selanjutnya dengan data yang lebih banyak.

Greig dkk lewat studi ini berhasil merumuskan formula koreksi jarak magnitudo lokal untuk wilayah
bagian Utara Oklahoma menggunakan data pengukuran amplitudo dari kejadian-kejadian gempabumi
pada jaringan seismometer di wilayah tersebut. Dalam studi ini, gambaran hubungan antara
amplitudo dan jarak hiposenter (koreksi jarak) menggunakan model trilinier karena data yang ada
menggambarkan efek pantulan Moho. Model trilinier ini memberikan nilai-nilai magnitudo yang tidak
bias dengan tetap memperhatikan jarak hiposenter sehingga residual magnitudo yang dihasilkan pun
kecil dan dapat di abaikan.

Dalam studi ini, digunakan dua metode kalibrasi koreksi jarak magnitudo lokal yaitu kalibrasi Richter
dan kalibrasi RMT. Metode kalibrasi menggunakan definisi magnitudo lokal dari Richter sebagai
referensi dimana 1 mm amplitude Wood-Anderson pada jarak 100 km untuk gempa dengan
magnitudo ML=3. Sedangkan metode kalibrasi RMT menyesuaikan magnitudo lokal dengan magnitudo
momen yang dihitung dari inversi momen tensor regional (RMT) untuk kejadian-kejadian gempabumi
dengan magnitudo MW > 3.5.

Persamaan 3 merupakan Model koreksi jarak yang diperoleh dari kedua metode kalibrasi ini. Model
ini memiliki bentuk yang sama tetapi dipisahkan oleh konstanta tambahan sekitar 0.1. Magnitudo yang
dihasilkan dalam studi ini masing-masing 0.127 dan 0.235 lebih kecil dari magnitudo yang dihitung
menggunakan model dari Badan Survey Geologi Oklahoma (OGS). Perbandingan antara parameter-
parameter dalam model koreksi jarak pada studi ini mencegah interpretasi fisik dari parameter-
parameter tersebut. Hal ini konsisten dengan studi-studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil
dari studi ini menyoroti pentingnya kalibrasi dari model koreksi jarak yang tepat untuk pengkajian
magnitudo lokal yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai