Aliran Aliran Hukum
Aliran Aliran Hukum
Keberdaan teori dalam ilmu sangat penting, karena teori merupakan konsep yang akan
menjawab suatu masalah. Teori oleh kebanyakan ahli dianggap sebagai sarana yang
memberikan rangkuman untuk memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu
pengetahuan. Segala hal yang kemungkinan akan mempertentangkan eksistensi suatu bidang
ilmu, akan dijawab oleh teori. Dengan demikian, teori merupakan sarana yang memberikan
penjelasan secara sistematis dan terorganisasi terhadap substansi permasalahan dalam ilmu
pengetahuan.
Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan definisi tentang “teori” sebagai berikut :
1. Fred N. Kerlinger (James A. Black dan Dean J. Champion,1992:47)
Menguraikan “teori’ adalah sekumpulan konstruksi (konsep,definisi,dan dalil) yang saling
terkait yang menghadirkan suatu pandangan secara sistematis tentang fenomena dengan
menetapkan hubungan di antara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
2. Braithwaite (James A. Balck dan Dean J. Champion, 1992: 48)
Mengemukakan bahwa “teori” adalah sekumpulan hipotesis yang membentuk suatu sistem
deduktif, yaitu yang disusun sedimikianrupa, sehingga dari beberapa hipotestis yang menjadi
dasar pikiran beberapa hipotesis semua hipotesis lain secara logis mengikutinya.
3. Kartini Kartono (1990:2) menulis bahwa “teori” adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan
Untuk menerangkan sekelompok gejala-gejala yang saling berkaitan.
“Teori hukum boleh disebut sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif, setidak –
tidaknya dalam urutan yang dmeikian itulah, kita merekonstruksikan kehadiran teori itu secara
jelas. Pada saat orang mempelajari hukum positif, maka ia sepanjang waktu berhadapan pada
peraturan – peraturan hukum dengan segala cabang kegiatan dan permasalahannya, seperti
pada keabsahannya, penafsirannya, dan sebagainya.”
Adapun aliran – aliran teori dalam kepustakaan ilmu hukum sesuai perkembangannya,
mencatat beberapa aliran teori hukum.
C. Aliran Historis
Aliran historis atau aliran sejarah mengatakan, bahwa “hukum itu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan sejarah, dan semua bangsa di dunia mempunyai
jiwa bangsa (volkgeys). Aliran ini dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny (1779-1861), ia
adalah seorang ahli hukum Jerman. Dalam kiprahnya, aliran historis menolak kecemerlangan
akal seseorang. Ia menganggap bahwa hukum itu ditemukan dalam masyarakat dan
mengagungkan kejayan hukum pada masa lalu, serta menganggap peranan ahli hukum lebih
penting daripada pembuat undang-undang.
Aliran sejarah menempatkan perhatiannya terhadap sejarah tata hukum yang pernah
terjadi di dunia, sehingga mengembangkan pengertian bahwa hukum adalah sesuatu yang
universal. Adapun hakikat dari sistem hukum menurut von Savigny adalah sebagai
pencerminan jiwa rakyat yang mengembangkan dan memajukan hukum. Di lain pihak,
Pucha, salah seorang murid von Savigny mengembangkan pandangan gurunya, bahwa
semua hukum merupakan perwujudan dari kesadaran yang umum.
D. Aliran Sosiologis
Aliran pemikiran sosiologis pada prinsip nya mengatakan, bahwa hukum itu adalah apa
yang menjadi kenyataan dalam masyarakat, bagaimana secara fakta hukum diterima, tumbuh
dan berlaku dalam masyarakat. Aliran ini dipelopori oleh Roscou Pound (juris dari Amerika
Serikat), Eugen Ehrlich, Emil Durkheim dan Max Weber.
Aliran sosiologis memandang, bahwa hukum merupakan “kenyataan sosial” dan hukum
tidak dinilai sebagai kaidah. Kelahiran aliran ini didorong oleh refleksinya tentang cara orang
memandang hukum dalam masyarakat. Emil Durkheim (1858-1917) seorang sosiolog dalam
mengemukakan kajiannya, tentu saja didasarkan dari data masyarakat. Durkheim melihat,
bawha hal yang penting dalam kehidupan masyarakat adalah dalam bentuk “solidaritas”.
Teori Max Weber adalah “teori perkembangan hukum” yang menganggap bahwa
perkembangan hukum itu senantiasa selaras dengan perkembangan masyarakatnya. Teori
Weber ini oleh berbagai pakar dinilai sangat cocok apabila digunakan bagi masyarakat yang
tidak pernah melakukan revolusi, seperti Jerman.