Judul : Literasi Simbolik : Model Edukasi Zakat Kontemporer untuk Menarik
Muzakki di Kecamatan Bolak Sumur, Kabupaten Malang
Fokus : Teknik Edukasi Zakat
Informan : Direktur LAZ Kecamatan Bolak Sumur
P : sejak kapan LAZ melakukan edukasi zakat kepada masyarakat
J : sekitar 5 tahun yang lalu mas, kalau tidak salah tahun 2015’an awal februari, saat itu yang menjadi direktur masih bukan saya, tapi pak Paisal, beliau kemudian meninggal karena penyakitnya di rumah sakit, dan keluarganya pindah ke Jakarta.
P : Apakah program ini merupakan prioritas?
J : tentu mas, dulu sempat mengalami kendala karena LAS ini akan dibekukan karena respon masyarakat tidak membayar zakat disini. Sehingga kami melakukan musyawarah untuk membuat program yang mana program itu dapat menimbulkan kepercayaan dari masyarakat.
P : sejauh ini, apakah program ini efektif ?
J : sangat berpengaruh mas, dulu muzakki kita bisa dibilang dapat dihitung dengan jari, dan itu berjalan selama beberapa tahun, sampai-sampai kami kekurangan biaya operasional. Banyak pengurus yang mengundurkan diri, pokoknya semrawut gitu lah mas, semuanya kacau. Sekrang muzakki kami sudah mencaiapai 300’an orang. Saya dulu di LAZ Semarang mas, disana juga banyak masalah, sama juga masalahnya, bahkan anak saya sering mengingatkan kepada saya untuk risens saja.
P : jumlah tersebut, dari orang sekecamatan semua apa dari luar?
J : sekacamatan sini mas, dulu ada yang dari luar tapi kami sepakat untuk yang dari dalam saja, karena ndak tau ya sebabnya, sejak saya memimpin sudah tidak boleh. Mungkin karena sulit dijangkau atau yang lainnya. Orang dari luar itu kan tidak tetap mas, jadi kita sulit memantau dan mereka juga kadang sulit diberikan laporan. Kan tidak etis mas, membayar zakat tapi tidak tau laporannya. Sya juga takut mas, takut nanti pas ditanya malaikat, saya tidak bisa menjawab, ini kan resikonya besar mengenai uang umat mas.
P : bagaimana teknis edukasi ini?
J : sebenarnya kami dulu coba-coba mengadakan sosialisasi ke masyarakat di Desa Campelong, eh ternyata respon mereka baik, dan 1 minggu setelah itu mereka membayar zakat ke kita. Akhirnya kami jadikan desa ini sebagai desa binaan, sesekali kami bersilaturahmi kesana, membantu anak yatim dan mendirikan lembaga pendidikan dari uang zakat. Kemudian entah mungkin karena kehendak Allah, banyak desa-desa lain yang satu orang ikut jadi muzakki. Terus begitu mas, setiap ada muzakki, kami adakan sosialisasi di desa mereka, sampai saat ini.
P : apakah hanya demikian teknisnya?
J : iya mas
P : bagaimana bentuk sosialisasinya?
J : Kami kerjsama dengan RT/RW setempat dan juga kepala desa, mereka responnya baik, kata mereka izin dulu kepada kiai atau tokoh masyarakat. Kami lakukan itu mas. Setalah ada izin, kami menyampaikan dengan tujuan yang baik. Kami mengundang semua elemen masyarakat, kiai, pemuda, lansia, kepala desa dan perangkatnya dan semua, mereka hadir mas, karena kita juga mengadakan bakti sosial berupa pemberian baju kepada lansia, fakir dan janda. Kami jelaskan tentang pentingnya dan wajibnya berzakat, bukan hanya zakat idul fitri yang wajib.
P : acaranya apa saja?
J : bantuan sosial, sambutan kepala desa atau RW setempat, penyampaian dari direktur atau penggantinya dan doa bersama. Diakhir sosialisasi, kami lakukan MoU dengan pemerintah dan menjadikan desa tersebut sebagai desa binaan. Agar lebih menyakinkan, kami rangkul tokoh agama sebagai ketua binaan di desa tsebut.
P : Apa saja kegiatan desa binaan zakat tersebut?
J : ya mereka kan mitra mas, kami dampingi terus, bahkan kami bangunkan rumah sederhana untuk ditempati. Kami beri majalah, kwitansi, dan setiap bulan skali diadakan pengajian umum. Alhamdulillah masyarakat disana senang, mereka juga memberikan bantuan ke orang miskin disana.