Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada jaman sekarang, aktivitas kegiatan ekonomi semakin tinggi.


Hal ini dibuktikan dengan semakin pesatnya perkembangan sektor industri
dan sistem transportasi. Akan tetapi, sebagai konsekuensi logis, maka
dampaknya adalah akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang
dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan
zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses
fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu
global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan
hujan asam.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith


pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah
kawasan industri di bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya
merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan
bahwa bahan pencemar di udara yang bercampur dengan air hujan
bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan kerusakan pada bangunan
dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan normal memang sudah
asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini dihasilkan
ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam uap air
yang bercampur di udara.

Masalah itu masih terjadi hingga kini, dan gas polutan yang
menyebabkan pencemaran udara semakin banyak. Salah satunya yaitu,
sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik
yang menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan bermotor
serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut

1
bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-
senyawa asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan
gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari
mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan
kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta menyebabkan kematian
pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung, patung-patung dan
peninggalan sejarah.

Selain merusak, ternyata hujan asam juga memiliki manfaat. Salah


satunya yaitu mencegah global warming atau sering disebut dengan
pemanasan global. Hal ini terjadi karena gas buang seperti SO2, penyebab
hujan asam, mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Untuk lebih jelasnya
maka akan dibahas pada makalah di bawah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa pengertian dari hujan asam?
2. Apa penyebab hujan asam dan bagaimana proses terjadinya?
3. Bagaimana hubungan hujan asam dengan pemanasan global?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus


Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester,
sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan
fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The
Beginnings of Chemical Technology“.

Hujan asam sendiri adalah hujan yang bersifat asam dari pada
hujan biasa (Hunter BT, 2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Hujan
yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar
dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H 2O yang ada
pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut
menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air
hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan turun di
bawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.

Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat
hujan asam tersebut memberikan dampak negatif berupa air yang bersifat
asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam
Rahardiman, Arya. 2009). Istilah keasaman berarti bertambahnya ion
hidrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam
jika kemasukan ion hydrogen yang bersal dari asam sulfat (H 2SO4) dan
atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur
dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hidrogen
peroksida.

3
B. Penyebab Hujan Asam

Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang kurang tepat


untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan
bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena
pengendapan asam dari atmosfer ke permukaan bumi tidak hanya melalui
air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan
pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari
hujan asam.(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi
basah. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup
oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan
karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain
itu, deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan, yaitu saat
terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya
deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini
terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan.
Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam.
Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun
ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi
sangat jauh dari sumber pencemaran.

4
Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :
1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur
Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan
melalui pembakaran. Akan tetapi, sekitar 50% SO2 yang ada di
atmosfer di seluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan
gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50%
lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran
BBF (Bahan Bakar Fosil), peleburan logam dan pembangkit listrik.
Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan
batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut
beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.
Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Oksida
nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber
utama hujan asam. 
a. Sulfur dioksida atau SO2, merupakan gas tidak berwarna,
dilepaskan sebagai produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang
mengandung belerang terbakar. Gas ini dihasilkan karena berbagai
proses industri, seperti pengolahan minyak mentah, pabrik utilitas,
dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat
mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer,
seperti vegetasi membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung
berapi, yang semuanya memancarkan sekitar 10% belerang
dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan
transportasi kendaraan bertanggung jawab atas sekitar 3,7%
(Anonim , 2009).
b. NOx, berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping
aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak
terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik

5
sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak
menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.

2. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas
sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam
serta mengering bersama debu atau partikel lainnya.

C. Hubungan Hujan Asam dengan Pemanasan Global

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang


seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari
keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi.
Selain itu, studi baru yang dilakukan oleh UK’s Hadley Centre for Climate
Prediction and Research, menunjukkan bahwa belerang dalam hujan asam
dapat mengurangi pemanasan global dengan menangkal produksi alami
gas metana oleh mikroba di daerah lahan basah.
Gas metana diperkirakan menyumbang sebanyak 22% dalam
pembentukan efek rumah kaca oleh manusia. Dan mikroba di lahan basah
merupakan produsen terbesarnya. Mereka memberi makan substrat seperti
hidrogen dan asetat pada tanah gambut dan mengeluarkannya sebagai
metana ke atmosfer. Pemanasan global yang terjadi akan menambah
banyak produksi metana. Hal ini dikarenakan memanaskan mikroba
tersebut, akan menyebabkan produksi gas metana bertambah besar.
Namun, pada penelitian ini menunjukan bahwa polusi sulfur dari
industri dapat mengurangi produksi gas metana tersebut. Hal ini
disebabkan oleh ditemukannya juga bakteri pemakan belerang di daerah
lahan basah yang telah dipadati mikroba pemakan methana. Maka akan
terjadi persaingan antar keduanya dalam mendapatkan substrat. Percobaan
ini telah terbukti dapat mengurangi produksi metana di wilayah tersebut
hingga 30%. Pada tahun 2004, disebutkan bahwa pencemaran belerang
diperkirakan telah mengurangi emisi metana dari lahan basah, yaitu dari
sekitar 175 menjadi 160 juta ton/tahun. Dan diperkirakan pada tahun 2030,
akan mencapai 155 juta ton/tahun.

6
Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan
lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming. Efek yang
paling nyata contohnya adalah timbulnya korosi atau karatan dan
timbulnya penyakit. Selain itu, efek tidak langsung dari hujan asam adalah
efek terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian
mineral  seperti Ca, Mg, dan Potassium, yamg merupakan mineral utama
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut
digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang
menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman.
Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa
hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech mencapai
umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
Apabila hal tersebut tetap dibiarkan, maka dapat meningkatkan
pemanasan global. Karena, salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap
karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Gas
karbon dioksida sendiri merupakan gas rumah kaca. Bila tanaman yang
mati semakin banyak, misal terjadi di hutan, maka akan terjadi kerusakan
hutan secara besar-besaran. Sehingga akan hilangnya faktor penyerap gas,
rumah kaca, karbon dioksida di atmosfer. Dan dampaknya yaitu salah
satunya akan terjadi perubahan iklim yang tidak stabil.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari pada hujan biasa
(Hunter BT, 2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Hujan yang
normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar
dan dengan pH 5,6. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam
kuat, maka pH-nya akan turun di bawah 5,6 maka akan terjadi hujan
asam.
2. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur
Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan
melalui pembakaran. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses
kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen
mengendap pada logam serta mengering bersama debu atau partikel
lainnya.
3. Hujan asam dapat mengurangi global warming, yaitu dengan
pencemaran belerang yang akan mengurangi gas methana di lahan
basah. Akan tetapi, hujan asam dapat akan menyebabkan perubahan
iklim yang tidak teratur. Selain itu, efek samping dari hujan asam
menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah
dibandingkan global warming.
B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini pembaca dapat mengetahui
mengenai hujan asam. Selain itu, diharapkan dengan adanya makalah ini,
manusia dapat mengerti akan bahaya dari hujan asam dan hubungan antara
hujan asam dengan pemanasan global. Serta, diharapkan manusia dapat
menjaga bumi sebaik-baiknya agar terhindar dari hujan asam maupun
pemanasan global.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Cause and Effects of Acid Rain (online).


https://helpsavenature.com. Diakses pada tanggal 14 Februari 2018
pukul 21.00 WIB.

Apfel, Amelia. 2008. Acid rain is not only changing soil chemistry, it is affecting
climate change (online). http://news.cornell.edu. Diakses pada tanggal 14
Februari 2018 pukul 12.30 WIB.

Knight, Will. 2004. Acid Rain Limits Global Warming (online).


https://www.newscientist.com. Diakses pada tanggal 14 Februari 2018 pukul
12.30 WIB.

Ophardt, C.O., 2003. Acid Rain (online).


http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook. Diakses pada tanggal 14
Februari 2018 pukul 20.00 WIB.

Rahardiman, Arya. 2009. Hujan Asam (online).


http://keslingbanget.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Februari 2018
pukul 20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai