Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Langsat Vol. 4 No.

1 Januari-Juni 2017

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL MENGGAMBAR SISWA MELALUI


PENDEKATAN COTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI TK KEMALA
BHAYANGKARI 12
Pratiwi Mugi Lestari
Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 12 Murung Pudak
Tabalong Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Berdasarkan pengamatan peneliti pada Tk Kemala Bhayangkari 12, khususnya dalam
pembelajaran menggambar di Tk Kemala Bhayangkari 12 anak masih kurang kreatif
dalam menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak dalam menggambar. Coretan
yang dihasilkan anak masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap
pengerjaan tugas menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak
menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja. Selain itu ketika anak
diberikan tugas untuk mengambar suasana kelas sering ramai, anak sering jalan-jalan
sendiri dan tidak serius dalam menggambar. Hal ini jika dibiarkan terus menerus tanpa
adanya inovasi dari guru dikhawatirkan akan berdampak pada hasil pembelajaran anak
yang menjadi tidak bermakna. Salah satu upaya meningkatkan kreativitas menggambar
dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching and learning. Pendekatan inipun
dapat digunakan pada pembelajaran yang dilakukan secara kelompok. Permasalahan
yang terlihat selama ini dalam pembelajaran menggambar pada TK Kemala Bhayangkari
12 adalah rendahnya kreativitas anak pada pembelajaran menggambar yang dapat
disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor yang berasal dari
luar diri anak. Penggunaan pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor dari
luar diri anak yang dapat mempengaruhi motivasi dan rendahnya kreativitasanak. Oleh
sebab itu perlu dilakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning, dengan tujuan dapat meningkatkan kreativitas anak
dalam menggambar di TK Kemala Bhayangkari 12 Kabupaten Tabalong. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Adapun setting penelitian adalah anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 12 tahun
ajaran 2016/2017. Data kuantitatif diperoleh melalui teknik pengukuran dengan tes
tertulis secara individu maupun kelompok, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui
instrument penelitian berupa lembar observasi. Untuk lembar observasi berupa aktivitas
guru dalam pembelajaran, aktivitas anak dalam pembelajaran maupun kelompok. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning dalam menggambar pada TK Kemala Bhayangkari 12
tahun Pelajaran 2016/2017, dapat meningkatkan kreativitas anak secara bertahap siklus
I rata-rata 47,37 % dan siklus II rata-rata 78,95 %. Aktivitas anak pada siklus I dengan
skor perolehan sebesar 58,69(mulai muncul) meningkat pada siklus II sebesar 82,38
(berkembang sesuai harapan). Disarankan kepada guru agar menggunakan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran menggambar untuk
meningkatkan kreativitas anak.
Kata Kunci: Pendekatan CTL, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, mengambar

PENDAHULUAN kebanyakan guru kurang memperhatikan hasil


Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan belajar anak terhadap pembelajaran yang satu ini.
lembaga pendidikan formal sebelum anak Guru sering menggunakan menggambar sebagai
memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap pembelajaran relaksasi pada anak tanpa
penting karena bagi anak usia ini merupakan memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati
golden age (usia emas) yang didalamnya terdapat hasil karya anak dalam pembelajaran menggambar
“masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka terkesan tanpa arahan. Pada prinsipnya kegiatan
merupakan suatu masa yang menuntut menggambar yang dilakukan oleh anak merupakan
perkembangan anak perkembangan anak kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan,
dikembangkan secara optimal. minum, berbicara, dan bercerita kepada orang lain.
Sejak usia dini anak sudah dikenalkan Kegiatan menggambar bersamaan dengan kegiatan
menggambar. Dalam pembelajaran di TK orang lain seperti memilih dan mengenakan

61
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

pakaian yang dilakukan oleh anak. Teaching and Learning Pada Tema
Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak Kebutuhanku di TK Kemala Bhayangkari 12
bisa menata benda-benda disekitarnya. Jika hal Kabupaten Tabalong?, (2) Bagaimana
tersebut tidak dilakukan oleh anak, maka pendidik aktivitas guru dalam melaksanakan
perlu segera mendidik dan membimbingnya. pembelajaran dengan mengunakan
Ditjen Dikdasmen, (2006), tentang standar
Pendekatan Contextual Teaching and
kompetensi kelompok B, menyebutkan bahwa
anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi Learning Pada Tema Kebutuhanku di TK
dengan berbagai gagasan, imajinasi dan Kemala Bhayangkari 12 Kabupaten
menggunakan berbagai media/bahan menjadi Tabalong?, dan (3) Apakah terdapat
suatu karya seni. Kemudian dalam hasil belajar peningkatan hasil belajar Mengambar Pada
anak, diharapkan agar dapat menggambar Tema Kebutuhanku Dengan menggunakan
sederhana dengan berbagai media seperti arang, Pendekatan Contextual Teaching and
kapur, crayon, pensil warna, pastel dan lain-lain. Learningdi TK Kemala Bhayangkari 12
Untuk saat ini tuntutan dari kurikulum tersebut Kabupaten Tabalong?
belum bisa direalisasikan di TK Kemala Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
Bhayangkari 12 Murung Pudak. ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan
Berdasarkan pengamatan peneliti pada TK aktivitas guru dalam melaksanakan
Kemala Bhayangkari 12, khususnya dalam
pembelajaran dengan mengunakan
pembelajaran menggambar di TK Kemala
Bhayangkari 12anak masih kurang kreatif dalam Pendekatan Contextual Teaching and
menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak Learning Pada Tema Kebutuhanku di TK
dalam menggambar. Coretan yang dihasilkan anak Kemala Bhayangkari 12 Kabupaten Tabalong,
masih berkesan umum dan menampilkan gambar (2) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas
yang sama setiap pengerjaan tugas menggambar. siswa dalam melaksanakan pembelajaran
Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak dengan mengunakan Pendekatan Contextual
menggambar gunung saja, atau anak menggambar Teaching and Learning Pada Tema
pohon saja. Selain itu ketika anak diberikan tugas Kebutuhanku di TK Kemala Bhayangkari 12
untuk mengambar suasana kelas sering ramai, Kabupaten Tabalong, dan (3) Untuk
anak sering jalan-jalan sendiri dan tidak serius mengetahui peningkatan hasil belajar
dalam menggambar. Hal ini jika dibiarkan terus
mengambar siswa dengan mengunakan
menerus tanpa adanya inovasi dari guru
dikhawatirkan akan berdampak pada hasil Pendekatan Contextual Teaching and
pembelajaran anak yang menjadi tidak bermakna. Learning Pada Tema Kebutuhanku di TK
Melihat kondisi yang seperti ini penulis Kemala Bhayangkari 12 Kabupaten Tabalong
mencoba meningkatkan kreatifitas anak dalam Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian
menggambar melalui pendekatan Contekstual ini adalah (1) Manfaat teoritis yakni mendapatkan
Teaching learning. Kepada anak akan teori baru tentang peningkatan hasil belajar siswa
diperlihatkan bentuk asli dalam pembelajaran TK Kemala Bhayangkari 12 Murung Pudak
menggambar. Pendekatan ini dirasa perlu melalui metode yang diterapkan; (2) Manfaat
diterapkan untuk mengganti metode konvensional Praktis yakni (a) Bagi Siswa adalah
dalam pembelajaran menggambar di TK Kemala meningkatkan peran aktif siswa dalam
Bhayangkari 12. kegiatan belajar mengajar, meningkatkan
Dari ketidak berhasilan tersebut guru semangat belajar siswa, dan meningkatkan
berupaya untuk menuntaskan pembelajaran dalam hasil belajar siswa; (b) Bagi Guru yakni
menggambar dengan melakukan Penelitian sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya memilih model dan strategi pembelajaran yang
Meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar sesuai untuk menyelenggarakan pembelajaran
Menggambar Siswa Melalui Pendekatan aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
Contextual Teaching and Learning Pada Tema siswa, (c) Bagi sekolah yakni hasil penelitian
Kebutuhankudi TK Kemala Bhayangkari 12.
ini dapat memberikan sumbangan yang baik
Rumusan, Tujuan, dan Manfaat bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
Bagaimana aktivitas siswa dalam sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.
melaksanakan pembelajaran Mengambar TINJAUAN PUSTAKA
dengan mengunakan Pendekatan Contextual
Pengertian Belajar
62
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

Belajar merupakan kegiatan semua orang. mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara
Pengetahuan terbentuk dan berkembang fisik, mental intelektual dan emosional guna
disebabkan adanya belajar. OIeh karena itu memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
seseorang dikatakan belajar bila dapat aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
diasumsikan dalam diri seseorang itu menjadi
Jenis Aktivitas Belajar Siswa
suatu proses kegiatan yang mengakibatkan
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-
perubahan tingkah Iaku. Perubahan tanpa disertai
prinsip diatas, diharapkan kepada guru untuk dapat
usaha bukanlah di namakan belajar.Belajar adalah
mengembangkan aktivitas siswa. Jenis-jenis
proses melibatkan manusia secara orang perorang
aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan
sebagai satu kesatuan organism sehingga terjadi
menjadi:
perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan
1. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang
sikap.
berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu
melihat, mengamat, dan memperhatikan.
usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
2. Oral Activities, yaitu aktivitas yang
lingkungan yang mendukung dan memungkitkan
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau
mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
belajar dikatakan milik anak, maka mengajar
3. Listening Aktivities, aktivitas yang
sebagai kegiatan guru. (Dimyati 2006 : 156 )
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
Pengertian Aktivitas Belajar berkonsentrasi menyimak pelajaran.
Menurut Mulyono (2001), aktivitas artinya 4. Motor Activities, yakni segala keterampilan
“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik yang dimilikinya.
fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau
Belajar
perilaku yang terjadi selama proses belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
mengajar. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud
belajar, yaitu (a) faktor Internal (dari dalam
adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, individu yang belajar) yakni faktor yang
mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan ditekankan pada faktor dari dalam individu yang
siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
yang diberikan. kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara
lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan,
Aktivitas Belajar tanggapan dan lain sebagainya; (b) Faktor
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Eksternal (dari luar individu yang belajar)
akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara yakni Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif.
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
menjadi segar dan kondusif, dimana masing- siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
masing siswa dapat melibatkan kemampuannya mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep
semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan Peran Guru dan Anak dalam Pembelajaran
mengarah pada peningkatan prestasi. Dalam proses belajar – mengajar, guru
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan mempunyai tugas untuk mendorong,
yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi
pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan anak untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
dilaksanakan secara sengaja. terjadi dalam kelas untuk membantu proses
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar perkembangan anak. Secara lebih terperinci tugas
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam guru berpusat pada:
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka 1) Mendidik dengan titik berat memberikan arah
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada pendek maupun jangka panjang.
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam 2) Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar pengalaman belajar langsung.
aktif. Belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar 3) Membantu perkembangan aspek–aspek pribadi

63
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Learning ( CTL) sebagai sebuah sistem
Melalui peranannya sebagai pengajar, guru mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa
diharapkan mampu mendorong anak untuk makna muncul dari hubungan antar isi dan
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan konteksnya. Konteks memberikan makna
melalui berbagai sumber dan media. Guru pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang
hendaknya mampu membantu setiap anak untuk
ditemukan anak dalam suatu konteks yang
secara efektif dapat mempergunakan berbagai
kesempatan belajar dan berbagai sumber serta luas, semakin bermaknalah isinya bagi
media belajar. mereka. Model Contextual Teaching and
Learning ( CTL) melibatkan para anak dalam
Pengertian Menggambar aktivitas penting yang membantu mereka
Kreativitas adalah proses mental yang
mengaitkan pelajaran akademis dengan
melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru,
atau hubungan baru antara gagasan dan konsep konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
yang sudah ada. Kreativitas adalah proses Ketika para anak menyususn proyek atau
timbulnya ide baru, sedangkan inovasi adalah menemukan permasalahan yang menarik,
pengimplementasian ide itu sehingga dapat mencari informasi dan menarik kesimpulan,
merubah dunia (Santoso, 2008:45). ketika mereka secara aktif memilih,
Dalam melakukan sesuatu seperti menyusun, mengatur, menyentuh,
menggambar dibutuhkan kreativitas karena merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan,
kreativitas mampu membelah batasan dan asumsi dan membuat keputusan, mereka mengaitkan
dan membuat koneksi pada hal lama yang tidak isi akademis dengan konteks dalam situasi
berhubungan menjadi sesuatu yang baru. kehidupan, dan dengan cara ini mereka
Menggambar tidak hanya sekedar kegiatan
menemukan makna. (Jhonson 2008:35).
membuat sebuah gambar namun lebih dari itu
yaitu sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi Bagi anak normal ketika melihat suatu
anak-anak. Kegiatan untuk menyalurkan ide dan gambar maka terjadi proses berpikir, dimana
gagasan kedalam kertas gambar. cita-cita dan angan-angannya akan tumbuh
Menggambar adalah membuat gambar. terus. Pada saat ini gambar berfungsi sebagai
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret, stimulasi munculnya ide, pikiran maupun
menggores, menorehkan benda tajam ke benda gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya
lain dan memberi warna, sehingga mendorong anak untuk berbuat, mengikuti
menimbulkan gambar (Pamadhi, 2008). pola berpikir seperti gambar atau justru
Menggambar adalah kegiatan-kegiatan muncul ide baru dan menggugah rasa. Proses
membentuk imajinasi, dengan menggunakan ini kadangkala tidak disadari oleh orang tua,
banyak pilihan tehnik dan alat. Bisa pula sehingga kritikan atau evaluasi diberikan
menggambar berarti membuat tanda-tanda kepada anak seolah-olah diberikan kepada
tertentu di atas permukaan dengan mengolah orang dewasa.
goresan dari alat gambar Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia
Kegiatan menggambar dilakukan dengan masih didominasi oleh kelas yang berfokus
kesadaran penuh berupa maksud dan tujuan pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
tertentu maupun sekedar membuat gambar sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama
tanpa arti. Kegiatan ini dimulai dari dalam menentukan strategi belajar. Sehingga
menggerakkan tangan untuk mewujudkan sering mengabaikan pengetahuan awal anak.
sesuatu bentuk gambar secara tidak segaja, Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar
sampai dengan menggambar untuk maksud yang memberdayakan anak didik. Salah satu
tertentu. Anak-anak akan merasa senang pendekatan yang memberdayakan anak didik
setelah menggambar karena hal itu menjadi adalah pendekatan kontektual learning.
suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Contektual learning dikembangkan oleh
Apalagi, ketika gambar anak tersebut The Washington State Concortium for
ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan Contextual Teaching And Learning yang
tentang makna dan arti bentuk gambar yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah,
dihasilkan. dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah
Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
satu kegiatannya adalah melatih dan memberi
Model Contextual Teaching and
64
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

kesempatan kepada guru-guru dari enam mengalami (experiencing), menerapkan


propinsi di Indonesia untuk belajar (applying), kerjasama (coorperating) dan
pendekatan kontekstual di Amerika Serikat mentransfer (transfering)Depdiknas, (2006).
melalui Direktorat Depdiknas. 1. Mengaitkan (relating) adalah strategi yang
Pendekatan contextual learning paling hebat dan merupakan inti
merupakan konsep belajar yang membantu konstruktivisme. Guru menggunakan strategi
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan
dengan situasi dunia nyata anak dan sesuatu yang sudah dikenal anak. Jadi dengan
demikian mengkaitkan apa yang sudah
mendorong anak membuat hubungan antara
diketahui anak dengan informasi baru.
pengetahuan yang dimilikinya degan 2. Mengalami (experiencing) merupakan inti
penerapannya dalam kehidupan mereka belajar contextual dimana mengaitkan berarti
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US menghubungkan informasi baru dengan
Departement of Education) (dikutip pengalaman maupun mengetahui sebelumnya.
Depdiknas, 2006). Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika anak
Dalam konteks ini anak perlu mengerti dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status melakukan bentuk-betuk penelitian yang aktif.
apa mereka dan bagaimana mencapainya. 3. Menerapkan (applying), anak menerapkan
Dengan ini anak akan menyadari bahwa apa suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan
yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi
anak dengan memberikan latihan yang realistik
nanti. Sehingga akan membuat mereka
dan relevan.
memposisikan sebagai diri sendiri yang 4. Kerjasama (coorperating), anak yang bekerja
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat secara individu sering tidak membantu
untuk hidupnya nanti dan anak akan berusaha kemajuan yang signifikan. Sebaliknya anak
untuk menanggapinya. Tugas guru dalam yang bekerja secara kelompok sering dapat
pembelajaran contextual adalah membantu mengatasi masalah yang komplek dengan
anak dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
guru lebih berurusan dengan strategi daripada hanya membantu anak mempelajari bahan ajar
memberi informasi. Guru hanya mengelola tetapi konsisten dengan dunia nyata.
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama 5. Mentransfer (transfering), peran guru membuat
untuk menemukan suatu yang baru bagi anak. bermacam-macam pengalaman belajar dengan
fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Proses belajar mengajar lebih diwarnai
Menurut Blanchard (dikutip Depdiknas,
student centered daripada teacher centered.
2006) ciri-ciri contextual adalah:
Menurut Depdiknas guru harus
a) Menekankan pada pentingnya pemecahan
melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: masalah.
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan b) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai
dipelajari oleh anak. konteks.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman c) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar
hidup anak melalui proses pengkajian secara anak dapat belajar mandiri.
seksama. d) Mendorong anak untuk belajar dengan
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat temannya dalam kelompok atau secara mandiri
tinggal anak yang selanjutnya memilih dan e) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan
mengiyakan dengan konsep atau teori yang anak yang berbeda-beda Menggunakan
akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. penilaian otentik
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan Menurut Rachmadiarti (2002), suatu
konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki
proses kegiatan belajar mengajar dapat
anak dan lingkungan hidup mereka. dikatakan berorientasi pada kontekstual
5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman learning apabila mempunyai tujuh pilar yaitu:
anak, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan 1. Konstruktivisme (constructivisme).
refleksi terhadap rencana pembelajaran dan Kontruktivisme merupakan landasan berpikir
pelaksanaannya. Depdiknas, (2006) contextual learning and teaching (CTL), yang
Dalam pengajaran contextual menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi
merupakan suatu proses belajar mengajar
yang penting, yaitu mengaitkan (relating),
65
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

dimana anak sendiri aktif secara mental kontekstual, gambaran perkembangan belajar
membangun pengetahuannya, yang dilandasi anak didik perlu diketahui guru agar bisa
oleh struktur pengetahuan yang dimiliki. memastikan bahwa anak mengalami
2. Menemukan (inquiry. Menemukan merupakan pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis adalah pada penyelesaian tugas yang relevan
konstektual karena pengetahuan dan dan kontekstual serta penilaian dilakukan
keterampilan yang diperoleh anak diharapkan terhadap proses maupun hasil.
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
Langkah Model Pembelajaran Contextual
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
Teaching and Learning.
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), Kegiatan Awal
bertanya (questioning), mengajukan dugaan • Guru menyiapkan peserta didik secara psikis
(hiphotesis), pengumpulan data (data dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
gathering), penyimpulan (conclusion. • Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan
3. Bertanya (questioning). Pengetahuan yang awal siswa terhadap materi yang akan
dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. diajarkan.
Bertanya merupakan strategi utama • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
pembelajaran berbasis contextual. Kegiatan pokok-pokok materi yang akan dipelajari
bertanya berguna untuk menggali informasi, • Penjelasan tentang pembagian kelompok dan
menggali pemahaman anak, membangkitkan cara belajar.
respon kepada anak, mengetahui sejauh mana
Kegiatan Inti
keingintahuan anak, mengetahui hal-hal yang • Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan
sudah diketahui anak, memfokuskan perhatian permasalahan yang diajukan guru. Guru
pada sesuatu yang dikehendaki guru, berkeliling untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan • Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil
dari anak untuk menyegarkan kembali penyelesaian dan alasan atas jawaban
pengetahuan anak. permasalahan yang diajukan guru.
4. Masyarakat Belajar (learning community). • Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil kerja (LKS: soal cerita perkalian terlampir)
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi
’sharing’ antar teman, antar kelompok, dan kerja sama,
antar yang tahu ke yang belum tahu. • Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil
Masyarakat belajar terjadi apabila ada kerja kelompok dan kelompok yang lain
komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih menanggapi hasil kerja kelompok yang
yag terlibat dalam komunikasi pembelajaran mendapat tugas,
saling belajar. • Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui
5. Permodelan (modelling). Permodelan pada tanya jawab, guru dan siswa membahas cara
dasarnya membahasakan yang dipikirkan, penyelesaian masalah yang tepat,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan • Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan
anak didiknya untuk belajar dan melakukan apa kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan
yang guru inginkan agar anak didiknya siswa, materi yang belum dipahami dengan
melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual baik, kesan dan pesan selama mengikuti
guru bukan satu-satunya model. pembelajaran.
6. Refleksi (reflection). Refleksi merupakan cara
berpikir atau respon tentang apa yang baru Kegiatan Akhir
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa • Guru dan siswa membuat kesimpulan cara
yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya menyelesaikan soal cerita perkalian bilangan,
dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu • Siswa mengerjakan lembar tugas
sejenak agar anak didik melakukan refleksi • Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan
yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang lain, kemudian, guru bersama siswa
yang diperoleh hari itu. membahas penyelesaian lembar tugas dan
7. Penilaian yang sebenarnya (autentic sekaligus dapat memberi nilai pada lembar
assesment). Penilaian adalah proses tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil
pengumpulan berbagai data yang bisa memberi (ini dapat dilakukan apabila waktu masih
gambaran mengenai perkembangan belajar tersedia.
anak. Dalam pembelajaran berbasis Penelitian yang Relevan
66
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

Penelitian Hariyatmi (2007) menunjukkan HASIL DAN PEMBAHASAN


bahwa penerapan strategi CTL pada pembelajaran
Aktivitas Anak
di SDN Muhammadiyah 3 Surakarta berpengaruh
Berdasarkan observasi aktivitas anak
positif terhadap peningkatan aktifitas siswa pada
mengikuti kegiatan pembelajaran siklus I dan
diskusi, menjawab pertanyaan, menghargai teman
siklus II, terlihat perbandingan hasil observasi
bicara, memperhatikan saat belajar. Peningkatan
kegiatan pembelajaran pada table berikut.
aktifitas belajar siswa tersebut dapat meningkatkan
Tabel 1. Aktivitas Anak Siklus I dan II
hasil belajar kognitif siswa sebesar 31%. Aktivitas Anak Siklus I Siklus II
Selanjutnya Kartiningrum (2005) menyatakan dalam mengikuti P1 P2 P1 P2
bahwa model pengajaran kooperatif dengan pembelajaran 53,54% 63,85% 76,25% 88,52%
Rata- rata 58,69% 82,38%
pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar Kriteria Berkembang Sesuai Berkembang Sangat
dan aktivitas siswa pada pokok bahasan usaha dan Harapan Baik
energi siswa kelas V semester II SDN4 Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui
Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006. bahwa aktivitas anak disetiap kelompok pada
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan siklus I untuk tingkat kriteria sangat aktif dan
bahwa penggunaan model CTL pada pokok aktif masih belum ada hanya sampai batas kriteria
bahasan Usaha dan Energi dapat meningkatkan cukup aktif saja tetapi di siklus II sudah ada yaitu
hasil belajar dan mengidentifikasi sejauh mana untuk kriteria aktif dan sangat aktif selalu
aktivitas mental (mental activities) siswa kelas V mengalami peningkatan pada pertemuan 2 di
SDN 4 pekalongan. Hal ini ditunjukkan dengan siklus II kemudian untuk kriteria kurang aktif dan
adanya peningkatan nilai rerata dan ketuntasan cukup aktif di siklus I masih ada tetapi pada siklus
belajar pada setiap siklusnya. II sudah tidak ada lagi khususnya pada pertemuan
METODOLOGI kedua siklus II.
Semua anak TK Kemala Bhayangkari 12 Aktivitas Guru
Kabupaten Tabalong Tahun Pelajaran 2016/2017 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
berjumlah sebanyak 19 orang terdiri dari 11 orang guru dalam proses pembelajaran yang
laki-laki dan 8 orang perempuan. Penlitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dapat dilihat dari
dilaksanakan secara kolaboratif dimana Pihak tabel berikut.
yang melakukan tindakan adalah Kepala TK yang Tabel 2. Aktivitas Guru Siklus I dan II
melaksanakan pembelajaran dan berkedudukan Siklus I Siklus II
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
sebagai observer. I II I II
Terdapat empat langkah tindakan yang Skor 69 73 77 80
dilakukan dalam penelitian ini yaitu perencanaan, Nilai 78,4 82,9 87,5 90,9
tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi Kriteria Baik Sangat Sangat Sangat
Baik Baik baik
(Asrori, 2008:100). Faktor-faktor yang diteliti Berdasarkan hasil pada table di atas,
adalah factor guru yaitu mengamati kegiatan dan pelaksanaan siklus I, motivasi belajar anak baik,
langkah-langkah dalam guru dalam anak dapat menyesuaikan diri dengan pendekatan
menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran Contextual Teaching and Learning begitu juga
serta kegiatan membimbing anak dalam kelompok pada siklus II yang telah memenuhi tujuan yang
dan factor anak yakni mengamati bagaimana diaharapkan.
aktifitas belajar anak ketika digunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning. Hasil Belajar
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan Nilai tes akhir anak pada siklus I dan II
menggunakan teknik prosentase dengan indicator disajikan dalam table berikut.
keberhasilan aktivitas guru jika skor mencapai Tabel 3. Hasil Belajar Siklus I dan II
Kegiatan pembelajaran Persentase anak Kategori
dan indicator keberhasilan anak jika Berkembang Sesuai Harapan
Siklus I Pertemuan 1 42,11%
persentase aktivitas mencapai % berdasarkan Pertemuan 2 52,63%
interpretasi keaktifan anak, selanjutnya Indikator Siklus II Pertemuan 1 68,42%
ketuntasan hasil belajar dalam penelitian ini Pertemuan 2 89,47%
adalah apabila ketuntasan belajar individual Berdasarkan table di atas dapat diketahui
mencapai 65 % pada kategori BSH (Berkembang bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa
Sesuai Harapan) sedangkan untuk ketuntasan dari siklus I sehingga siklus II dengan demikian
klasikal apabila anak yang mendapat kategori tujuan yang hendak dicapai telah terpenuhi.
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) dan BSB SIMPULAN DAN SARAN
(Berkembang Sangat Baik) mencapai 70% dari Sesuai dengan hasil penelitian, maka dapat
seluruh anak. disimpulkan (1) Aktivitas belajar anak pada siklus

67
Jurnal Langsat Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017

I memperoleh persentasi sebesar 58,69%, dan Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan
pada siklus II sebesar 82,38%, dari persentasi Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
keaktifan tersebut pembelajaran dikatakan berhasil Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajaran.
karena sudah mencapai indikator keberhasilan Bandung: CV Wacana prima.
yang ditetapkan yaitu aktivitas anak dikatakan Depdiknas. 2006. Psikologi Belajar. Semarang
berhasil jika persentasi aktivitas anak mencapai Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran.
berdasarkan interpretasi keaktifan anak, Jakarta. Rineka Cipta
(2) Aktivitas guru dalam mengajar pada siklus I Hariyatmi. (2007). Penerapan strategi CTL pada
memperoleh nilai 70,38, kemudian pada siklus II pembelajaran di SDN Muhammadiyah 3
nilai yang diperoleh 87,30. Dengan demikian Surakarta. UNS
pembelajaran dapat dikatakan berhasil karena Jhonson . (2008). Model-model pembelajaran dan
sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
ditetapkan, dan (3) Hasil belajar yang diperoleh Aksara
pada siklus I untuk ketuntasan individual yaitu Kartiningrum, F. (2005). Meningkatkan hasil
sebesar 42,11% dan pada siklus II sebesar 52,63%, belajar Matematika pokok bahasan
dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar Perbandingan dengan pendekatan CTL pada
68,42 %, siklus II sebesar 89,47%. Dengan siswa kelas V SDN 4 Pekalongan tahun
demikian ketuntasan belajar sudah tercapai. pelajaran 2005/2006
Selanjutnya saran yang diberikan adalah (1) Pamadhi, H. (2008). Pengertiam Gambar Dan
Bagi peneliti lain dan guru lain dapat Mengambar. http://sondix.blogspot.com
menggunakan pednekatan Contextual Rachmadiarti. (2002). Perkembangan dan Konsep
Teaching and Learning, (2) Bagi anak anak Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
disarankan agar lebih aktif dan semangat Jakarta: Universitas Terbuka
Slamento. (2006). Pendidikan Anak usia
dalam mengikuti pembelajaran, (3) Bagi
Dini. .Cetakan 1.Di cetak dan dijilid di
peneliti sebagai pelaksana penelitian
Indonesia Oleh PT. Macanan Jaya
diharapkan lebih mempelajari lagi model Cemerlang.
permainan supaya hasil pembelajaran dapat Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang
lebih maksimal dalam melaksanakan kegiatan Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
pembelajaran, menjadi bekal sebagai calon Suryabrata, S. (2008). Metode Penelitian. Jakarta:
guru agar siap melaksanakan tugas di PT Raja Grafindo Persada.
lapangan. Tanadi, S. (2008). Pengembangan Kecerdasan
Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
DAFTAR RUJUKAN
Anton, M. M. (2001). Pengertian Aktivitas
Belajar. http://sondix.blogspot.com (diakses
21 Agustus 2016)

68

Anda mungkin juga menyukai