Anda di halaman 1dari 28

INTERFERNTIAL CURRENT ( IFC ) UNTUK MENURUNKAN NYERI

Di susun oleh
Yudha Wahyu Putra, SSt.FT
Amalia Solichati Rizqi, SSt.FT, M.Si

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
2019
Abstrak

Background:Pain is the most frequent reason for the patient to go to the doctor. Pain is a very
subjective symptom, it is usually rather difficult to see the pain except the patient's own
complaint. There are many physical therapy modalities available, Interferntial Current ( IFC ) is
the most frequently used modality, even done by the community itself at home. Purpose:This
study aims to determine whether there is a significant effect of using transcutaneous electrical
nerve stimulation to reduce pain. Research method:The research method uses an experimental
method with a quantitative approach. The sampling technique used is the nonprobability
sampling approach by considering the inclusion and exclusion criteria. Results:From the test
results the Mann Whitney test shows that the Z value is-4, 722 with the Assimp value. Sig. As
big as 0,000, which is smaller than 0.05. thus Ha is accepted and Ho is rejected. So it can be
concluded that there is an effect of the use of Interferntial Current ( IFC ) on the pain threshold.
Pain can be reduced with the application of Interferntial Current ( IFC )
PENELITIAN

I. Judul Penelitian

Pengaruh Pemberian Arus Interferential Current (IFC) untuk meningkatkan ambang

nyeri

II. Bidang Ilmu

Kesehatan

III. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangnya zaman, pola hidup masyarakat juga ikut

mengalami perubahan. Semua orang menginginkan semua yang dilakukan serba cepat,

mudah, dan praktis. Masyarakat sekarang ini semakin malas `berjalan kaki untuk pergi

ke suatu tempat dalam jarak yang dekat dan lebih memilih memakai kendaraan sepeda

motor atau mobil. Hal ini dikarenakan agar lebih cepat dan tidak melelahkan. Hal

tersebut nantinya akan memicu munculnya berbagai penyakit baik penyakit

muskulusketel maupun neuromuskular yang mana penyakit yang dialami mengarah

kepada gangguan nyeri

Nyeri adalah alasan yang paling sering bagi pasien dalam berobat kepada

fisioterapi. Nyeri adalah suatu gejala yang sangat subjektif, biasanya agak sulit melihat

adanya nyeri kecuali dari keluhan penderita itu sendiri. Rasa nyeri biasanya ditimbulkan

karena adanya penyakit pada tubuh. Rasa nyeri terutama merupakan mekanisme

pertahanan tubuh, rasa nyeri ini timbul akibat adanya jaringan yang rusak dan ini akan

bereaksi dengan si individu untuk memindahkan stimulus nyeri tersebut.(Guyton and

Hall, 2017)
Gejala paling umum yang paling tampak pada populasi umum dan dunia

kedokteran adalah keluhan nyeri. Di Amerika keluhan nyeri merupakan penyebab 40%

kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala setiap tahunya. Hasil survey World healt

Organization (WHO) memperlihatkan bahwa dari 26.000 pasien rawat primer di lima

benua, 22% melaporkan adanya nyeri persisten lebih dari setahun yang dapat memicu

peningkatan jumlah pembedahan serta prosedur mahal atau invasi lainya secara

bermakna, dan juga merupakan alasan utama bagi pengguna obat pelengkap dan

alternatif. Sedangkan angka penderita nyeri di Indonesia belum ada namun diperkirakan

hampir sama mengingat jumlah penduduk Indonesia yang hampir sama dengan Amerika

Serikat. Beragam jenis nyeri, nyeri akut adalah alasan paling utama bagi pasien untuk

mencari perawatan medis. Nyeri kronis juga merupakan masalah epidemik bila dilihat

dari penderita pasien dan dampak ekonomi bagi masyarakat. Lebih dari 50% kasus

nyeri kronis terkait dengan nyeri otot rangka. Studi epidemiologi tentang nyeri terbatas

karena adanya ketidak sesuaian definisi, identifikasi dan situasi (Rizki, 2018)

Nyeri sudah menjadi sebuah keluhan atau penyakit tersendiri tidak saja sebagai

alat proteksi tubuh atau gejala penyakit yang lain. Penanganan keluhan nyeri tidak

pernah sederhana karena faktor subyektifitas rasa nyeri sangat besar inter individu

maupun antar individu. Prinsip dasar terapi nyeri adalah sedapat mungkin

menghilangkan proses patologik kausatif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya

nyeri. Disamping itu perlu pula ditambahkan berbagai cara untuk mengatasi rasa nyeri

itu sendiri yang dapat dibagi atas terapi konservatif, bedah maupun keduanya. Cara

konservatif dapat berupa terapi farmakologi dan fisioterapi. Tindakan bedah hanya

dilakukan pada beberapa kasus tertentu atau pada keadaan yang resisten dengan terapi
baku. Pada pasien tertentu, keberhasilan terapi dapat dicapai dengan modalitas seperti

pemberian Interferential Current (IFC). Terapi fisik banyak membantu untuk mengatasi

nyeri baik akut maupun kronis. Dari sekian banyak modalitas terapi fisik yang ada,

InterFerential Current adalah hasil dari penggabungan dua arus frekuensi

menengah yang masing-masing memiliki frekuensi yang tidak sama, sehingga akan

menyebabkan frekuensi dengan amplitudo yang mengalami modulasi yang dikenal

sebagai Amplitude Modulation Frequency (AMF) sering disebut dengan frekuensi

terapi. (Apriliani. 2018 ).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka penulis dapat

menyimpukan untuk melakukan penelitian yang berjudul Interferential Curren( IFC)

untuk menurunkan nyeri

IV. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

Interferential Curren( IFC) terhadap penurunan nyeri?

V. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

signifikan penggunaan Interferential Curren( IFC ) untuk mengurangi nyeri

VI. Manfaat Hasil Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang keilmuan khususnya Fisioterpi

dan informasi ilmiah sekaligus menjadi bahan pertimbangan peneliti selanjutnya.

2. Aspek Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan fisioterapi

khususnya tidakan fisioterapi dalam menurunkan nyeri

VII. Tinjauan Pustaka

1. Nyeri

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai

oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai

suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius,

epikritik) misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan (Giger &

Davidhizar. 2013)

Nyeri terdiri dari dua komponen utama, yaitu sensorik (fisik) dan emosional

(psikologik). Komponen sensorik merupakan mekanisme neurofisiologi yang

menerjemahkan sinyal nosiseptor menjadi informasi tentang nyeri (durasi, intensitas,

lokasi, dan kualitas rangsangan). Sedangkan komponen emosional adalah komponen

yang menentukan berat ringannya individu merasa tidak nyaman, dapat mengawali

kelainan emosi seperti cemas dan depresi jika menjadi nyeri kronik, serta diperankan

oleh rangsangan nosiseptik melalui penggiatan sistem limbik dan kondisi lingkungan

(asal penyakit, hasil pengobatan yang tidak jelas, dan dukungan sosial/keluarga).

Nyeri bersifat sangat subyektif. Terlepas dari ada tidaknya kerusakan jaringan, nyeri
sebaiknya diterima sebagai keluhan yang harus dipercaya.(Syamsiah & Muslihat.

2015)

Nyeri dapat dianggap sebagai ungkapan suatu proses patologik di tubuh kita.

Secara biologis, tanda nyeri menunjukan adanya kerusakan yang secara potensial

berbahaya. Ini merupakan sebuah tanda peringatan terhadap organisme untuk

berhenti atau menghindar dari aktifitas yang merusak dan membiarkan proses

regenerasi berlangsung (Amalia, 2018)

Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks

berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang 10 berkaitan dengan trauma

jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut

berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek

menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri

akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri

neuropatik.( Putra. 2016 )

Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung sampai melebihi

perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus sampai melebihi waktu yang

dibutuhkan untuk penyembuhan suatu trauma, dan terjadinya secara berulang-ulang

dengan interval waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Banyak klinikus memberi

batasan lamanya nyeri 3 atau 6 bulan.

Menurut Paliyaman tahun 2014 Proses terjadinya nyeri adalah :

a. Proses Tranduksi

Suatu stimuli kuat dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-

ujung saraf perifer (reseptor meisner, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Reseptor-reseptor ini disebut sebagai nosiseptif dan mempunyai ambang rangsang

tertentu. Kerusakan jaringan karena trauma pembedahan akan menyebabkan

sintesa prostaglandin. Prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi

reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkan zat-zat nyeri seperti histamin,

serotonin dan lain-lain yang akan menimbulkan sensasi nyeri

b. Proses Transmisi

Penyaluran impuls melalui saraf sensoris sebagai lanjutan proses transduksi

melalui serabut saraf A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,

dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh

traktus spinothalamikus yang selanjutnya disalurkan ke daerah somatosensoris di

korteks serebri dimana isyarat tersebut diterjemahkan

c. Proses Modulasi

Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh

tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis

merupakan proses asenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen

(enkafalin, endorfin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada

kornu posterior medula spinalis. Kornu posterior merupakan pintu yang dapat

terbuka atau tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen

tersebut

d. Proses Persepsi

hasil akhir proses interaksi kompleks dari proses transduksi, transmisi, dan

modulasi yang diterjemahkan oleh daerah somato sensorik kortes serebri

menghasilkan suatu perasaan subyektif sebagai persepsi nyeri.


Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri neuromuskuluskeletal non-neurogenik

Nyeri yang dirasakan pada anggota gerak dapat dinamakan nyeri

neuromuskuloskeletal. Sebagian dari nyeri itu adalah nyeri yang timbul

akibat proses patologik di jaringan yang disertai dengan serabut nyeri. Di

dalamnya terdapat proses patologik, seperti peradangan bakterial, imunologik,

non-infeksi, atau perdarahan dan adanya proses keganasan. Apabila proses tidak

dapat dilihat maka dapat diungkapkan adanya nyeri tekan, nyeri tekan dapat

terjadi dengan penekanan pada daerah sakit

b. Nyeri musculoskeletal neurogenik

Jenis nyeri musculoskeletal lainnya ialah nyeri akibat iritasi langsung

terhadap serabut sensorik perifer. Nyeri itu dikenal sebagai nyeri neurogenik,

yang memiliki dua ciri khas :

1) Nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang

besangkutan.

2) Penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi

(Kylie M. 2009).

c. Nyeri radikular

Radiks posterior dan anterior bergabung menjadi satu berkas di

foramen intervertebral. Berkas itu dinamakan saraf spinal. Baik iritasi pada

serabut-serabut sensorik di bagian posterior maupun di bagian saraf spinal itu

membangkitkan nyeri radikular. Segala sesuatu yang merangsang serabut


sensorik di tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menimbulkan nyeri

radikular, yaitu nyeri yang terasa pada pangkal tingkat tulang belakang dan

menjalar di sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang bersangkutan.

(Giger & Davidhizar. 2013)

Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor ini peka

terhadap rangsang mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang menyebabkan terlepasnya

bahan kimia ion hidrogen, ion kalium, ion polipeptida, histamin dan prostaglandin

untuk kemudian dapat bekerja merangsang nosiseptor. Distribusi nosiseptor

bervariasi di seluruh tubuh, dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor

terletak di jaringan subkutis, otot rangka dan sendi. Impuls rasa nyeri yang berasal

dari nosiseptor akan disalurkan ke susunan saraf pusat afferent melalui dua serat

syaraf, yaitu: Tipe syaraf bermyelin (A-Delta fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri

cepat dan tipe syaraf tak bermyelin (C fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri lambat.

Kemudian akan timbul emosi serta perasaan yang tidak menyenangkan sehingga

timbul rasa nyeri dan reaksi menghindar.11,12 Persepsi nyeri dalam tubuh diatur oleh

substansi yang dinamakan neuroregulator. Neuroregulator ini mempunyai aksi

rangsang dan aksi hambat. Substansi P adalah salah satu contoh neurotansmiter

dengan aksi merangsang. Ini mengakibatkan pembentukan aksi potensial, yang

menyebabkan hantaran impuls dan mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Serotonin

adalah salah satu contoh neurotransmiter dengan aksi menghambat. Serotonin

mengurangi efek dari impuls nyeri. Substansi kimia lainnya mempunyai efek

inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkafelin. Substansi ini bersifat

seperti morfin yang diproduksi oleh tubuh. Endorfin dan enkafelin ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi dalam sistem syaraf pusat. Kadar endorfin dan enkafelin

setiap individu berbeda. Kadar endorfin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

ansietas. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap perasaan nyeri seseorang. Walaupun

stimulusnya sama, setiap orang akan merasakan nyeri yang berbeda. Individu yang

mempunyai kadar endorfin yang banyak akan merasakan nyeri yang lebih ringan

daripada mereka yang mempunyai kadar endorfin yang sedikit. (Parjoto. 2006)

2. Interferential Current (IFC )

a. Pengertian

Interferential Current ( IFC ) adalah elektroterapi yang merupakan gabungan

dua arus bolak balik berfrekuensi menengah dengan menggunakan empat elektrode

sehingga terjadi interaksi arus dalam bentuk superposisi. Arus yang satu mempunyai

frekuensi dengan nilai konstan 4000 Hz dan arus yang mempunyai frekuensi 4150

Hz( Jeorge et al. 2010 )

Interferential Current ( IFC ) dalam aplikasi penggunaan terhadap penurunan

nyeri menggunakan lisfrik secara transkutaneus merangsang saraf, otot atau keduanya

dengan menggunakan elektrode permukaan

Efek fisiologi dari penggunaan Interferential Current ( IFC ) adalah

denggunaan arus tersebut akan terjadi Konffaksi group otot yang akan melatih

kembali otot, mencegah atrofi otot, meningkatkan kekuatan otot. IFC dapat

meningkatkan sirkulasi dengan mengurangi nyeri dan spasme otot melalui efek

pompa otot dan melepaskan polipeptida dan neurotransmiter misalnya endorfin,

dopamin, enkefalin, vasoaktif internal polipeptida, dan serotonin serta Inhibisi

serabut nyeri melalui rangsangan dari serabut saraf besar perifer tipeA misalnya teori
gate control. Penyembuhan luka dan osteogenesis melalui regenerasi jaringan dan

remodelling. (Paliyaman. 2014)

3. Mekanisme Interferential Current ( IFC ) dalam pengurangan nyeri

a. Teori gate control dari. Melzack dan Wall.

Arus interferensi yang diberikan pada intensitas yang sesuai, akan

lebihmengaktivasi serabut saraf afferen besar ( A alfa dan A beta )karena serabut

besar memiliki ambang rangsang listrik yang rendah dan arus intereferensi

mempunyai sifat stimulasi dengan durasi yang rendah. Aktivasi serabut besar akan

merangsang se] interneuron kecil di substansia gelatinosa yang akan memblokir

input rangsang serabut saraf afferen kecii ( A delta dan C) ke sel transmisi ( sel T )

yang aka-n membawa impuls nyeri ke otak, dengan cara inhibisi presinaps. (

Nugroho.2009 )

b. Sistim pengaturan rasa nyeri dari Basbaum dan Fields.

Stimulasi arus interferensi pada jaringan yang rusak / jaringan nyeri akan

mengaktivasi nukleus yang terletak di Peri Aqueductal Gray Matter ( Pag )

batang otak, mensekresi opiat endogen seperti methionin, leucine enkephalin

dan beta endorphin yang berhasiat sebagai analgetik.

c. Menormalisasi sistim neurovegetatif

Pada nyeri muskuloskeletal kronis, terjadi gangguan sistem neurovegetatif dalam

bentuk aktivasi sistem simpatis. Keadaan ini menyebabkan Jaringan kolagen

menjadi kaku,Matriks jaringan kolagen tidak bergerak,Pembuluh darah kontriksi

sehingga menimbulkan anoksia jaringan, tertimbunnya asam laktat, senyawa


amin, yang mengakibatkan timbul nyeri. Keadaan tersebut menimbulkan akfvitas

simpatis meningkat diatas normal. Arus interferensi akan menekan aktivitas

simpati ke arah normal. Pada pemberian arus interferensi I — 3 kali terjadi

kenaikan aktivitas simpatis yang abnormal tadi, sehingga keluhan nyeri

bertambah hebat, Setelah pemberian 3 — 7 kali terjadi penurunan bertahap ke

arah normal sehingga keluhan nyeri berangsur — angsur hilang. Keadaan ini

disebut " Post excitation depression dengan tujuan menormalisasi aktivitas

neurovegetatif. Jadi setelah pemberian arus interferensi jaringan kolagen menjadi

lentur, matriks jaringan menjadi mobil, pembuluh darah tidak berkonffiksi.(

Ganong. 2014)

d. Stimulasi antidromik

Stimulasi ini akan merangsang pelepasan substansi P pada ganglion spinalis yang

akan disebar melalui ujung — ujung saraf nosiseptor sekitar arteriol. Subtansi P

akan menimbulkan vasodilatasi sehingga akan meningkatkan aliran darah yang

membawa Analgesic Chemical substance seperti bradikinin, serotonin,

prostaglandin E.( Keren & Kathy. 2016 )

VIII. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, penulis memilih lokasi di Laboratorium Sumber

Fisis prodi Fisioterapi Universitas Widya Dharma Klaten. Adapun yang menjadi

alasan pemilihan lokasi ini didasarkan dari survei awal yang telah diteliti .

b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dan sejak persiapan sampai dengan laporan penulisan laporan

dilaksanakan dari bulan Maret – Juli 2019.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen bertujuan untuk

mengetahui adanya kemungkinan akibat pengaruh (cause effect) terhadap keadaan

atau fenomena yang diteliti. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah

studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol

fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat

(cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok

eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen (Arikunto, 2016).

3. Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan

UNWIDHA angkatan 2017/2018 dan 2018/2019

b. Sampel

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan

UNWIDHA angkatan 2017/2018 dan 2018/2019. Dengan teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah dengan pendekatan nonprobability sampling yaitu

purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampel yang dipilih


dari populasi berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

ekslusi yaitu sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Subyek sehat

b) Umur antara 18 tahun – 23 tahun

c) Bersedia mengikuti program penelitian.

2) Kriteria eksklusi

a) Terdapat keluhan nyeri pada saat akan diberi perlakuan.

b) Mendapat terapi medika mentosa dengan efek analgetik dalam 1

minggu terakhir.

c) Tidak sedang mendapat modalitas untuk mengurangi nyeri.

d) Terdapat kontra indikasi inframerah

3) Kriteria drop out

Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah bila subjek yang tidak

menyelesaikan semua rangkaian modalitas

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel

tersebut adalah Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aplikasi penggunaan

Interferential Current(IFC) dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri

5. Definisi Operasional Variabel

Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini,

maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Aplikasi Interferential Current ( IFC )

Area yang akan dilakukan terapi adalah bagian lengan bawah bagian depan. Adapun

cara yang dipakai adalah sebagai berikut :Area yang akan diberikan terapi

Interferential Current ( IFC ) dibersihkan dengan menggunakan alkohol selanjutnya

hidupkan Electrical Stimulation, letakkan ped pada area yang telah di tentukan,

naikkan intensitas dengan arus Interferential Current ( IFC ) sampai subjek merasa

tidak nyaman selanjutnya beritahu kepada subjek saat merasa tidak nyaman untuk

bilang STOP, biarkan selama 10 menit. Lepaskan pad yang menempel pada area

yang diterapi

b. Aplikasi pengukuran Nyeri

Nyeri diukur dengan menggunakan stimulasi electric Faradic. Adapun cara yang

dipakai adalah sebagai berikut Area yang akan diberikan Faradic dibersihkan dengan

menggunakan alkohol selanjutnya hidupkan Faradic, letakkan ped pada area yang

telah di tentukan, naikkan intensitas Faradic sampai subjek merasa tidak nyaman

selanjutnya beritahu kepada subjek saat merasa tidak nyaman untuk bilang STOP,

lihat nilai dari intensitas yang tertera dilayar, nilai yang tertera dilayar adalah nilai

dari ambang nyeri.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data atau instrumen penelitian yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu :

a. Alat dan Bahan

Interferential Current ( IFC ) dan Faradic

b. Prosedur Pengukuran
1) Pengambilan sampel yang memenuhi pengukuran

2) Subyek diberi penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian

3) Subyek diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian

4) Pengumpulan data dasar dan daerah yang akan diukur dicuci dengan

sabun/alkohol dan dilap sampai kering

5) Pengukuran nilai ambang nyeri dilakukan sebelum dan setelah perlakuan

terapi. Adapun procedure yang dipakai adalah sebgai berikut : Subyek

tidur dengan posisi terlentang rileks dan senyaman mungkin, kemudian

dinilai ambang nyeri pada lengan bawah kanan dengan Faradic. Secara

perlahan intensitas dinaikkan sampai subyek merasa tidak nyaman dan

diminta untuk berkata "ya" atau "tidak". Intensitas arus yang tertera pada

ENRAF kemudian dicatat, angka tersebut merupakan nilai ambang nyeri.

6) Pemberian terapi Interferential Current ( IFC ) dilakukan dengan dengan

waktu 10 menit dan diberikan pada area lengan bawah bagian depan.

Adapun procedure yang dipakai adalah sebagai berikut : Subyek tidur dengan

posisi terlentang rileks dan senyaman mungkin, kemudian Area yang akan

diberikan terapi Interferential Current ( IFC ) dibersihkan dengan menggunakan

alkohol selanjutnya hidupkan Electrical Stimulation, letakkan ped pada area yang

telah di tentukan, naikkan intensitas dengan arus Interferential Current ( IFC )

sampai subjek merasa tidak nyaman selanjutnya beritahu kepada subjek saat

merasa tidak nyaman untuk bilang STOP, biarkan selama 10 menit. Lepaskan

pad yang menempel pada area yang diterapi

7. Teknik Analisis Data


Data ambang nyeri yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis paired sample

T Test. Sebelum data di analisis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji

normalitas . Untuk uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk

IX. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantititatif guna mendapatkan

gambaran tentang pengaruh terapi Interferential Current ( IFC ) untuk menurunkan

Nyeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan posttes

tgroup dengan quasi experiment, di mana setiap sampel akan mendapat perlakuan

penilaian sebelum dan setelah intervensi terapi. Jumlah sampel yang diambil adalah

sebanyak 12 responden yang merupakan mahasiswa prodi Fisioterapi Universitas

Widya Dharma Klaten. Karateristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Distribusi responden menurut usia

Distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia

No Usia Jumlah Persentase (%)

1. 18– 20 5 42
2. 21– 23 7 58
Jumlah 12 100
Sumber: Hasil penelitian tahun 2019.
Tabel 1. Mendiskripsikan bahwa distribusi responden berdasarkan usia

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 21-23 tahun yaitu

sebanyak 7 orang (58%) dan yang sebagian kecil berumur 18–20 tahun yaitu

sebanyak 5 orang (42%)

b. Karakteristik reponden menurut jenis kelamin

Karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat ditampilkan sebagai

berikut

Tabel 2. Karakteristik reponden menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Pria 6 50
2. Wanita 6 50
Jumlah 7 100
Sumber: Hasil penelitian tahun 2019.
JUMLAH
SumbeJUMLAH
Tabel 2. Mendiskripsikan bahwa distribusi responden berdasarkan
Sumbejenis
r:
kelamin menunjukkan bahwa antara laki – laki dan perempuan jumlahnya
r: sama
Hasilp
yaitu berjumlah 6 orang(50%) berjenis kelamin laki – laki dan 6 orang (50%)
Hasilp
enelitia
berjenis kelamin perempuan enelitia
n tahun
n tahun
2019.
2. Analisis Data 2019.

a. Statistik Deskriptif

Bab ini menjelaskan tentang hasil-hasil pengujian hipotesis dari

penelitian ini. Uji statistik yang digunakan meliputi statistik deskriptif dan

diperoleh data berupa mean dan Standar Deviasi dari varibel-variabel yang
ada pada penelitian ini. Data-data tersebut ditunjukkan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 4. Descriptive Statistics

Keterangan N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

Ambang nyeri awal 12 17.8 55.00 30.76 12.87

Ambang nyeri akhir 12 21.4 59.00 36.57 12.56

Sumber: Hasil penelitian tahun 2019.

Tabel di atas menunjukkan mean variabel independent dengan

perlakukan sebelum intervensi menunjukkan nilai ambang nyeri rata-rata

sebesar 30.76 dan standar deviasi 12.87 dan setelah perlakukan nilai rata-rata

sebesar 36.57 dan standar deviasi 12.56.

b. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan

untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah

sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Dalam penelitian

ini uji normalitas data yang dipakai adalah menggunakan uji Shapiro Wilk.

Ketentuan dalam uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk

hitung dan tingkat Signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai shapiro hitung

ditunjukkan dengan nilai value, sedangkan signifikansinya ditunjukkan

dengan nilai Sig. Adapun kaidah yang dipakai adalah jika nilai p > 0,05
maka data berdistribusi normal ; dan jika nilai p < 0,05, maka data

berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat

pada table dibawah ini

Tabel 5. Uji Normalitas Data

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

awal .214 12 .136 .874 12 .074

akhir .175 12 .200* .926 12 .338

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai nyeri sebelum

perlakuan adalah sig 0,074 > 0,05dan nilai nyeri setalah perlakuan adalah sig

0,34 > 0,05. Hal ini berarti data di atas berdistribusi normal.

c. Uji Hipotesis Pengaruh Interferential Current ( IFC ) terhadap penurunan

nyeri

Hasil pre dan post nilai dari nyeri setelah perlakuan pemberian

Interferential Current ( IFC ) dihitung dengan menggunakan paired sample

T Test. Uji ini untuk mengetahui perbedaan nilai nyeri sebelum dan setelah

diberikan perlakuan dengan data yang berdistribusi normal. Ketentuan dari

hasil paired sample T Test dalam spss adalah jika nilai probabilitas atau sig

(2-tailed) < 0.005, artinya terdapat perbedaan yang siginifikan antara nilai

nyeri sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan. Jika nilai probabilitas


atau sig (2-tailed) >0.005, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara nilai ambang nyeri sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan.

Adapun hasil uji hipotesis dapat dilihat dari table berikut

Tabel 6. Nilai Uji Hipotesis dengan paired sample T Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 pretest - postest -5.80917 2.00335 -10.045 11 .000

Berdasarkan tabel d iatas menunjukkan bahwa nilai sig 0,000< 0.005

artinya terdapat perbedaan yang siginifikan antara nilai nyeri sebelum

perlakuan dengan setelah perlakuan. Hal ini berarti ada pengaruh

Interferential Curren( IFC) terhadap penurunan nyeri

3. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantititatif guna mendapatkan gambaran

tentang pengaruh pengaruh Interferential Curren( IFC) terhadap penurunan nyeri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan posttest group

dengan quasi experiment, di mana setiap sampel akan mendapat perlakuan penilaian

sebelum dan setelah intervensi terapi. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak

12 responden yang merupakan mahasiswa Fisioterapi Universitas Widya Dharma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan usia

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 21–23 tahun yaitu

sebanyak 7 orang (58%) dan yang sebagian kecil berumur 18–20 tahun yaitu
sebanyak 5 orang (42%). Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki – laki dan

perempuan adalah sama yaitu berjumlahb 6 (50%). Distribusi responden

berdasarkan pekerjaan dari data yang ada menunjukkan bahwa semua responden

(100%) berprofesi sebagai mahasiswa

Statistik deskriptif, menunjukkan mean variable independent dengan

perlakukan sebelum intervensi Interferential Curren( IFC) menunjukkan nilai

rata- rata sebesar 30,76 dan standar deviasi 12.87 dan setelah perlakukan nilai rata-

rata sebesar 33,57 dan standar deviasi 12.56.

Hasil Uji statistic di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

Interferential Curren( IFC) terhadap ambang nyeri. Pengaruh yang terjadi

adalah dengan pemberian Interferential Curren( IFC) maka nyeri yang dirasakan

oleh seseorang akan berkurang

Hal di atas sesuai penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2018 ) di mana

penelitian tersebut menggunakan responden mahasiswa Fisioterapi Universitas

Widya Dharma Klaten diperoleh hasil bahwa dengan pemberian modalitas

electrical stimulation maka akan memicu penurunan nyeri. Interferential Curre n

(IFC) merupakan modalitas yang electrical stimulation yang dapat menurunkan

nyeri.

Penelitian Yeyen (2018) yang mengunakan metode quasi eksperimen

dengan rancangan pre-test and post-test control group design dengna jumlah

sample 30 mahasiswi santriwati di PESMA dan pemain perempuan Marching

Band dimana Intervensi yang dipakai dalam pengurangan nyeri adalah


interferential current, analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test

dan Mann Whitney menyimpulkan bahwa pemberian Interferential Curren (IFC)

dapat menurunkan nyeri.

Katz et al., (2015). Mengemukakan tentang mekanisme yang terjadi dalam

penurunan nyeri yaitu Gate Control Theory. Pemberian Interferential Curren

(IFC) mengakibatkan serabut saraf afferent yang bermeilin besar akan

mengakitifkan serabut saraf tipe α dan β karena kedua serabut saraf tersebut

memiliki nilai ambang yang rendah. Aktifnya serabut saraf bermeilin besar

mengakibatkan teraktivasiya sel Interneuron di Substansia Glatinosa yang akan

menutup gerbang nyeri dan memblokir rangsang impuls nosiseptif keotak yang

akan dibawa oleh sel transmisi.

X. PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik simpulan bahwa ada pengaruh pemberian Interferential

Curren (IFC) terhadap peningkatan ambang nyeri. Pemberian Interferential Curren

(IFC) dapat menurunkan nilai nyeri yang dirasakan oleh seseorang

2. Saran

a. Penelitian selanjutnya agar lebih memprioritaskan pada variabel- variabel lain di

luar model yang telah diteliti

b. Penelitian selanjutnya agar bisa membandingkan terapi penurunan nyeri antara

modalitas dengan penggunaan Interferential Curren (IFC) dengan modalitas yang

lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Apriliasni,Vita. 2018.Perbedaan Pengaruh Interferential Current (IFC) Dan Transcutaneous


Electrical Nerve Stimulation (TENS) Terhadap Penurunan Nyeri Pada Osteoarthritis
Sendi Lutut Di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo. UMS Pres. Surakarta

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi).Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ellen Z, Hillegass. 2016. Intisari Intisari Fisioterapi Buku Praktik Klinik. Jakarta : EGC.

Guyton A.C. and J.E. Hall 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. . Jakarta. EGC

Ganong, W. F. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC

Giger & Davidhizar. 2013. Transcultural Nursing Assessment and Intervention. Missouri :
Mosby Year Book.

Kylie M., 2009. Postural management throught special seating and other positioning equipment
motivation. Brockley academy.

Katz, Harry C., & Kochan, T. A., & Colvin, A. J. S. 2015.Multinational corporations
international unionism Electronic version. Cornell University, ILR School site

Keren W,Hayes dan Kathy D.2016. Agen Modalitas untuk praktik Fisioterapi.Jakarta. EGC.

Kylie M., 2009. Postural management throught special seating and other positioning equipment
motivation. Brockley academy.
Mubarak dan Nurul Cayatin.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.Jakarta
:SalembaMedika.

Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba


Medika.
Nugroho. 2009. Pengaruh nyeri terhadap aktivitas fisik. UNDIP. Semarang

Parjoto. Slamet, 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Penerbit Ikatan
Fisioterapi Cabang Semarang.

Purbo Kuntono Heru, 2010. Workshop Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri Bahu. Makalah.
Surakarta: PFMI (Perhimpunan Fisioterpi Muskuluskeletal Indonesia) dan Mahasiswa
Prodi DIV Fisiterapi UMS.

Putra, Yudha Wahyu. (2016). Perbedaan Efektivitas Jarak Aplikasi Inframerah terhadap
Peningkatan Ambang Nyeri Ditinjau dari Tingkat Usia (Studi Eksperimen Jarak Aplikasi
Inframerah 30 Cm, 35 Cm, 40 Cm Dan 45 Cm Pada Dewasa Dini (18 tahun–39 tahun)
Dan Dewasa Madya (40 tahun–60. Tesis. UNS (Sebelas Maret University)

Putra, Y. W., & Rizqi, A. S. (2018). Index Massa Tubuh (IMT) Mempengaruhi Aktivitas Remaja
Putri SMP Negeri 1 Sumberlawang. Gaster, 16(1), 105-115.

Rizqi, A. S., & Putra, Y. W. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Peningkatan Word
Of Mouth Di Klinik Pratama 'Aisyiyah Medical Center Surakarta.

Rizqi,Amalia. (2018). Pengaruh Trancutaneus Electrical Stimulation terhadap Ambang Nyeri.


Jurnal LINK.Poltekes Semarang

Wahyu, Y. (2013). Efektifitas Jarak Infra Merah Terhadap Ambang Nyeri. Portal Publikasi
Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yeyen Sari. 2018. Pengaruh Pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Terhadap Penurunan Nyeri. UMS Pres. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai