Di susun oleh
Yudha Wahyu Putra, SSt.FT
Amalia Solichati Rizqi, SSt.FT, M.Si
Background:Pain is the most frequent reason for the patient to go to the doctor. Pain is a very
subjective symptom, it is usually rather difficult to see the pain except the patient's own
complaint. There are many physical therapy modalities available, Interferntial Current ( IFC ) is
the most frequently used modality, even done by the community itself at home. Purpose:This
study aims to determine whether there is a significant effect of using transcutaneous electrical
nerve stimulation to reduce pain. Research method:The research method uses an experimental
method with a quantitative approach. The sampling technique used is the nonprobability
sampling approach by considering the inclusion and exclusion criteria. Results:From the test
results the Mann Whitney test shows that the Z value is-4, 722 with the Assimp value. Sig. As
big as 0,000, which is smaller than 0.05. thus Ha is accepted and Ho is rejected. So it can be
concluded that there is an effect of the use of Interferntial Current ( IFC ) on the pain threshold.
Pain can be reduced with the application of Interferntial Current ( IFC )
PENELITIAN
I. Judul Penelitian
nyeri
Kesehatan
mengalami perubahan. Semua orang menginginkan semua yang dilakukan serba cepat,
mudah, dan praktis. Masyarakat sekarang ini semakin malas `berjalan kaki untuk pergi
ke suatu tempat dalam jarak yang dekat dan lebih memilih memakai kendaraan sepeda
motor atau mobil. Hal ini dikarenakan agar lebih cepat dan tidak melelahkan. Hal
Nyeri adalah alasan yang paling sering bagi pasien dalam berobat kepada
fisioterapi. Nyeri adalah suatu gejala yang sangat subjektif, biasanya agak sulit melihat
adanya nyeri kecuali dari keluhan penderita itu sendiri. Rasa nyeri biasanya ditimbulkan
karena adanya penyakit pada tubuh. Rasa nyeri terutama merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, rasa nyeri ini timbul akibat adanya jaringan yang rusak dan ini akan
Hall, 2017)
Gejala paling umum yang paling tampak pada populasi umum dan dunia
kedokteran adalah keluhan nyeri. Di Amerika keluhan nyeri merupakan penyebab 40%
kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala setiap tahunya. Hasil survey World healt
Organization (WHO) memperlihatkan bahwa dari 26.000 pasien rawat primer di lima
benua, 22% melaporkan adanya nyeri persisten lebih dari setahun yang dapat memicu
peningkatan jumlah pembedahan serta prosedur mahal atau invasi lainya secara
bermakna, dan juga merupakan alasan utama bagi pengguna obat pelengkap dan
alternatif. Sedangkan angka penderita nyeri di Indonesia belum ada namun diperkirakan
hampir sama mengingat jumlah penduduk Indonesia yang hampir sama dengan Amerika
Serikat. Beragam jenis nyeri, nyeri akut adalah alasan paling utama bagi pasien untuk
mencari perawatan medis. Nyeri kronis juga merupakan masalah epidemik bila dilihat
dari penderita pasien dan dampak ekonomi bagi masyarakat. Lebih dari 50% kasus
nyeri kronis terkait dengan nyeri otot rangka. Studi epidemiologi tentang nyeri terbatas
karena adanya ketidak sesuaian definisi, identifikasi dan situasi (Rizki, 2018)
Nyeri sudah menjadi sebuah keluhan atau penyakit tersendiri tidak saja sebagai
alat proteksi tubuh atau gejala penyakit yang lain. Penanganan keluhan nyeri tidak
pernah sederhana karena faktor subyektifitas rasa nyeri sangat besar inter individu
maupun antar individu. Prinsip dasar terapi nyeri adalah sedapat mungkin
nyeri. Disamping itu perlu pula ditambahkan berbagai cara untuk mengatasi rasa nyeri
itu sendiri yang dapat dibagi atas terapi konservatif, bedah maupun keduanya. Cara
konservatif dapat berupa terapi farmakologi dan fisioterapi. Tindakan bedah hanya
dilakukan pada beberapa kasus tertentu atau pada keadaan yang resisten dengan terapi
baku. Pada pasien tertentu, keberhasilan terapi dapat dicapai dengan modalitas seperti
pemberian Interferential Current (IFC). Terapi fisik banyak membantu untuk mengatasi
nyeri baik akut maupun kronis. Dari sekian banyak modalitas terapi fisik yang ada,
menengah yang masing-masing memiliki frekuensi yang tidak sama, sehingga akan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka penulis dapat
V. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang keilmuan khususnya Fisioterpi
2. Aspek Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan fisioterapi
1. Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai
suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius,
Davidhizar. 2013)
Nyeri terdiri dari dua komponen utama, yaitu sensorik (fisik) dan emosional
yang menentukan berat ringannya individu merasa tidak nyaman, dapat mengawali
kelainan emosi seperti cemas dan depresi jika menjadi nyeri kronik, serta diperankan
oleh rangsangan nosiseptik melalui penggiatan sistem limbik dan kondisi lingkungan
(asal penyakit, hasil pengobatan yang tidak jelas, dan dukungan sosial/keluarga).
Nyeri bersifat sangat subyektif. Terlepas dari ada tidaknya kerusakan jaringan, nyeri
sebaiknya diterima sebagai keluhan yang harus dipercaya.(Syamsiah & Muslihat.
2015)
Nyeri dapat dianggap sebagai ungkapan suatu proses patologik di tubuh kita.
Secara biologis, tanda nyeri menunjukan adanya kerusakan yang secara potensial
berhenti atau menghindar dari aktifitas yang merusak dan membiarkan proses
berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang 10 berkaitan dengan trauma
jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut
berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek
menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri
akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri
perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus sampai melebihi waktu yang
dengan interval waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Banyak klinikus memberi
a. Proses Tranduksi
Suatu stimuli kuat dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf perifer (reseptor meisner, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Reseptor-reseptor ini disebut sebagai nosiseptif dan mempunyai ambang rangsang
b. Proses Transmisi
melalui serabut saraf A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
c. Proses Modulasi
Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh
tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis
kornu posterior medula spinalis. Kornu posterior merupakan pintu yang dapat
terbuka atau tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen
tersebut
d. Proses Persepsi
hasil akhir proses interaksi kompleks dari proses transduksi, transmisi, dan
non-infeksi, atau perdarahan dan adanya proses keganasan. Apabila proses tidak
dapat dilihat maka dapat diungkapkan adanya nyeri tekan, nyeri tekan dapat
terhadap serabut sensorik perifer. Nyeri itu dikenal sebagai nyeri neurogenik,
besangkutan.
2) Penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi
(Kylie M. 2009).
c. Nyeri radikular
foramen intervertebral. Berkas itu dinamakan saraf spinal. Baik iritasi pada
radikular, yaitu nyeri yang terasa pada pangkal tingkat tulang belakang dan
terhadap rangsang mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang menyebabkan terlepasnya
bahan kimia ion hidrogen, ion kalium, ion polipeptida, histamin dan prostaglandin
terletak di jaringan subkutis, otot rangka dan sendi. Impuls rasa nyeri yang berasal
dari nosiseptor akan disalurkan ke susunan saraf pusat afferent melalui dua serat
syaraf, yaitu: Tipe syaraf bermyelin (A-Delta fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri
cepat dan tipe syaraf tak bermyelin (C fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri lambat.
Kemudian akan timbul emosi serta perasaan yang tidak menyenangkan sehingga
timbul rasa nyeri dan reaksi menghindar.11,12 Persepsi nyeri dalam tubuh diatur oleh
rangsang dan aksi hambat. Substansi P adalah salah satu contoh neurotansmiter
mengurangi efek dari impuls nyeri. Substansi kimia lainnya mempunyai efek
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkafelin. Substansi ini bersifat
seperti morfin yang diproduksi oleh tubuh. Endorfin dan enkafelin ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi dalam sistem syaraf pusat. Kadar endorfin dan enkafelin
setiap individu berbeda. Kadar endorfin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
ansietas. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap perasaan nyeri seseorang. Walaupun
stimulusnya sama, setiap orang akan merasakan nyeri yang berbeda. Individu yang
mempunyai kadar endorfin yang banyak akan merasakan nyeri yang lebih ringan
daripada mereka yang mempunyai kadar endorfin yang sedikit. (Parjoto. 2006)
a. Pengertian
dua arus bolak balik berfrekuensi menengah dengan menggunakan empat elektrode
sehingga terjadi interaksi arus dalam bentuk superposisi. Arus yang satu mempunyai
frekuensi dengan nilai konstan 4000 Hz dan arus yang mempunyai frekuensi 4150
nyeri menggunakan lisfrik secara transkutaneus merangsang saraf, otot atau keduanya
denggunaan arus tersebut akan terjadi Konffaksi group otot yang akan melatih
kembali otot, mencegah atrofi otot, meningkatkan kekuatan otot. IFC dapat
meningkatkan sirkulasi dengan mengurangi nyeri dan spasme otot melalui efek
serabut nyeri melalui rangsangan dari serabut saraf besar perifer tipeA misalnya teori
gate control. Penyembuhan luka dan osteogenesis melalui regenerasi jaringan dan
lebihmengaktivasi serabut saraf afferen besar ( A alfa dan A beta )karena serabut
besar memiliki ambang rangsang listrik yang rendah dan arus intereferensi
mempunyai sifat stimulasi dengan durasi yang rendah. Aktivasi serabut besar akan
input rangsang serabut saraf afferen kecii ( A delta dan C) ke sel transmisi ( sel T )
yang aka-n membawa impuls nyeri ke otak, dengan cara inhibisi presinaps. (
Nugroho.2009 )
Stimulasi arus interferensi pada jaringan yang rusak / jaringan nyeri akan
arah normal sehingga keluhan nyeri berangsur — angsur hilang. Keadaan ini
Ganong. 2014)
d. Stimulasi antidromik
Stimulasi ini akan merangsang pelepasan substansi P pada ganglion spinalis yang
akan disebar melalui ujung — ujung saraf nosiseptor sekitar arteriol. Subtansi P
a. Tempat penelitian
Fisis prodi Fisioterapi Universitas Widya Dharma Klaten. Adapun yang menjadi
alasan pemilihan lokasi ini didasarkan dari survei awal yang telah diteliti .
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dan sejak persiapan sampai dengan laporan penulisan laporan
2. Pendekatan Penelitian
atau fenomena yang diteliti. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah
studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol
(cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok
a. Populasi
b. Sampel
1) Kriteria inklusi
a) Subyek sehat
2) Kriteria eksklusi
minggu terakhir.
Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah bila subjek yang tidak
4. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel
tersebut adalah Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aplikasi penggunaan
Interferential Current(IFC) dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini,
maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Aplikasi Interferential Current ( IFC )
Area yang akan dilakukan terapi adalah bagian lengan bawah bagian depan. Adapun
cara yang dipakai adalah sebagai berikut :Area yang akan diberikan terapi
hidupkan Electrical Stimulation, letakkan ped pada area yang telah di tentukan,
naikkan intensitas dengan arus Interferential Current ( IFC ) sampai subjek merasa
tidak nyaman selanjutnya beritahu kepada subjek saat merasa tidak nyaman untuk
bilang STOP, biarkan selama 10 menit. Lepaskan pad yang menempel pada area
yang diterapi
Nyeri diukur dengan menggunakan stimulasi electric Faradic. Adapun cara yang
dipakai adalah sebagai berikut Area yang akan diberikan Faradic dibersihkan dengan
menggunakan alkohol selanjutnya hidupkan Faradic, letakkan ped pada area yang
telah di tentukan, naikkan intensitas Faradic sampai subjek merasa tidak nyaman
selanjutnya beritahu kepada subjek saat merasa tidak nyaman untuk bilang STOP,
lihat nilai dari intensitas yang tertera dilayar, nilai yang tertera dilayar adalah nilai
Teknik dan alat pengumpulan data atau instrumen penelitian yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu :
b. Prosedur Pengukuran
1) Pengambilan sampel yang memenuhi pengukuran
4) Pengumpulan data dasar dan daerah yang akan diukur dicuci dengan
dinilai ambang nyeri pada lengan bawah kanan dengan Faradic. Secara
diminta untuk berkata "ya" atau "tidak". Intensitas arus yang tertera pada
waktu 10 menit dan diberikan pada area lengan bawah bagian depan.
Adapun procedure yang dipakai adalah sebagai berikut : Subyek tidur dengan
posisi terlentang rileks dan senyaman mungkin, kemudian Area yang akan
alkohol selanjutnya hidupkan Electrical Stimulation, letakkan ped pada area yang
sampai subjek merasa tidak nyaman selanjutnya beritahu kepada subjek saat
merasa tidak nyaman untuk bilang STOP, biarkan selama 10 menit. Lepaskan
T Test. Sebelum data di analisis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji
Nyeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan posttes
tgroup dengan quasi experiment, di mana setiap sampel akan mendapat perlakuan
penilaian sebelum dan setelah intervensi terapi. Jumlah sampel yang diambil adalah
Widya Dharma Klaten. Karateristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut:
berikut:
1. 18– 20 5 42
2. 21– 23 7 58
Jumlah 12 100
Sumber: Hasil penelitian tahun 2019.
Tabel 1. Mendiskripsikan bahwa distribusi responden berdasarkan usia
sebanyak 7 orang (58%) dan yang sebagian kecil berumur 18–20 tahun yaitu
berikut
1. Pria 6 50
2. Wanita 6 50
Jumlah 7 100
Sumber: Hasil penelitian tahun 2019.
JUMLAH
SumbeJUMLAH
Tabel 2. Mendiskripsikan bahwa distribusi responden berdasarkan
Sumbejenis
r:
kelamin menunjukkan bahwa antara laki – laki dan perempuan jumlahnya
r: sama
Hasilp
yaitu berjumlah 6 orang(50%) berjenis kelamin laki – laki dan 6 orang (50%)
Hasilp
enelitia
berjenis kelamin perempuan enelitia
n tahun
n tahun
2019.
2. Analisis Data 2019.
a. Statistik Deskriptif
penelitian ini. Uji statistik yang digunakan meliputi statistik deskriptif dan
diperoleh data berupa mean dan Standar Deviasi dari varibel-variabel yang
ada pada penelitian ini. Data-data tersebut ditunjukkan dalam tabel sebagai
berikut:
sebesar 30.76 dan standar deviasi 12.87 dan setelah perlakukan nilai rata-rata
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah
ini uji normalitas data yang dipakai adalah menggunakan uji Shapiro Wilk.
Ketentuan dalam uji Shapiro Wilk adalah dengan melihat nilai Shapiro Wilk
hitung dan tingkat Signifikansinya. Dalam hasil uji SPSS, nilai shapiro hitung
dengan nilai Sig. Adapun kaidah yang dipakai adalah jika nilai p > 0,05
maka data berdistribusi normal ; dan jika nilai p < 0,05, maka data
berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
perlakuan adalah sig 0,074 > 0,05dan nilai nyeri setalah perlakuan adalah sig
0,34 > 0,05. Hal ini berarti data di atas berdistribusi normal.
nyeri
Hasil pre dan post nilai dari nyeri setelah perlakuan pemberian
T Test. Uji ini untuk mengetahui perbedaan nilai nyeri sebelum dan setelah
hasil paired sample T Test dalam spss adalah jika nilai probabilitas atau sig
(2-tailed) < 0.005, artinya terdapat perbedaan yang siginifikan antara nilai
Paired Differences
3. Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan posttest group
dengan quasi experiment, di mana setiap sampel akan mendapat perlakuan penilaian
sebelum dan setelah intervensi terapi. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak
sebanyak 7 orang (58%) dan yang sebagian kecil berumur 18–20 tahun yaitu
sebanyak 5 orang (42%). Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
berdasarkan pekerjaan dari data yang ada menunjukkan bahwa semua responden
rata- rata sebesar 30,76 dan standar deviasi 12.87 dan setelah perlakukan nilai rata-
adalah dengan pemberian Interferential Curren( IFC) maka nyeri yang dirasakan
Hal di atas sesuai penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2018 ) di mana
nyeri.
dengan rancangan pre-test and post-test control group design dengna jumlah
mengakitifkan serabut saraf tipe α dan β karena kedua serabut saraf tersebut
memiliki nilai ambang yang rendah. Aktifnya serabut saraf bermeilin besar
menutup gerbang nyeri dan memblokir rangsang impuls nosiseptif keotak yang
X. PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Ellen Z, Hillegass. 2016. Intisari Intisari Fisioterapi Buku Praktik Klinik. Jakarta : EGC.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. . Jakarta. EGC
Giger & Davidhizar. 2013. Transcultural Nursing Assessment and Intervention. Missouri :
Mosby Year Book.
Kylie M., 2009. Postural management throught special seating and other positioning equipment
motivation. Brockley academy.
Katz, Harry C., & Kochan, T. A., & Colvin, A. J. S. 2015.Multinational corporations
international unionism Electronic version. Cornell University, ILR School site
Keren W,Hayes dan Kathy D.2016. Agen Modalitas untuk praktik Fisioterapi.Jakarta. EGC.
Kylie M., 2009. Postural management throught special seating and other positioning equipment
motivation. Brockley academy.
Mubarak dan Nurul Cayatin.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.Jakarta
:SalembaMedika.
Parjoto. Slamet, 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Penerbit Ikatan
Fisioterapi Cabang Semarang.
Purbo Kuntono Heru, 2010. Workshop Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri Bahu. Makalah.
Surakarta: PFMI (Perhimpunan Fisioterpi Muskuluskeletal Indonesia) dan Mahasiswa
Prodi DIV Fisiterapi UMS.
Putra, Yudha Wahyu. (2016). Perbedaan Efektivitas Jarak Aplikasi Inframerah terhadap
Peningkatan Ambang Nyeri Ditinjau dari Tingkat Usia (Studi Eksperimen Jarak Aplikasi
Inframerah 30 Cm, 35 Cm, 40 Cm Dan 45 Cm Pada Dewasa Dini (18 tahun–39 tahun)
Dan Dewasa Madya (40 tahun–60. Tesis. UNS (Sebelas Maret University)
Putra, Y. W., & Rizqi, A. S. (2018). Index Massa Tubuh (IMT) Mempengaruhi Aktivitas Remaja
Putri SMP Negeri 1 Sumberlawang. Gaster, 16(1), 105-115.
Rizqi, A. S., & Putra, Y. W. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Peningkatan Word
Of Mouth Di Klinik Pratama 'Aisyiyah Medical Center Surakarta.
Wahyu, Y. (2013). Efektifitas Jarak Infra Merah Terhadap Ambang Nyeri. Portal Publikasi
Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yeyen Sari. 2018. Pengaruh Pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Terhadap Penurunan Nyeri. UMS Pres. Surakarta