Anda di halaman 1dari 53

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. DEFINISI
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bersifat sementara dapat pula yang bersifat permanen yang merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
( Sarwono, P. 2005 )
Kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang
dengan sel mani pada waktu bersenggama sehingga tidak akan terjadi
pembuahan dan kehamilan.
(Farrer, 2001)
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi berupa
alat atau obat-obatan.
(Mochtar, 1998)
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup
kontemporer yang berorientasi pada upaya untuk menciptkan
kesejahteraan.
(Bobak, 2004)
Keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang direncanakan dan
tujuanya untuk membantu individu atau pasangan membantu objek-objek
tertentu kemudian menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
(WHO)
Keluarga Berencana mandiri adalah masyarakat yang memilih metode
KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran
emas.
(Pedoman KB, 2000)
2. SASARAN KB
a. Sasaran Langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta
keluarga berencana lestari sehingga memberikan efek langsung pada
penurunan fertilitas.
b. Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintahan
maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Wanita dan Pemuda) yang
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses
pembentukan sistem keluarga kecil bahagia sejahtera.
(Mochtar, 1998)

3. CARA KERJA KONTRASEPSI


Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan
antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara :
a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita
sampai mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi
(Sudarmo dkk, 2001)

4. TUJUAN KONTRASEPSI
Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu :
a. Tujuan Umum : pemberian dukungan dan pemantauan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
b. Tujuan pokok : penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna
mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan
pelayanan KB ke dalam 3 fase, yaitu:
1) Fase menunda kehamilan/kesuburan
Pasangan usia subur dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya karena usia dibawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak terlebih dahulu
karena berbagai alasan. Metode yang dapat digunakan : Pil, IUD,
Implat, Suntik, Sederhana.
2) Fase menjarangkan kehamilan
Pada fase usia istri antara 20-35 tahun, merupakan periode usia
yang paling baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak
2 orang dan jarak antar kehamilan 2-4 tahun yang dikenal sebagai
catur warga. Metode yang dapat digunakan: Suntik, Minipil, Pil,
Implant, IUD
3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Usia istri diatas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 anak. Alasan
mengakhiri kesuburan adalah karena alasan medis. Pilihan utama
adalah kontrasepsi mantap. Pil oral kurang dianjurkan karena usia
ibu relatif tua dan mempunyai risiko kemungkinan timbulnya efek
samping dan komplikasi. Metode yang dapat digunakan: Steril,
IUD, Implant, Suntikan, Pil
(Pinem, 2009)

5. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KB
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang
baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal
dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak
perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak
perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah yang
lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut :
a. SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun
rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan
dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan
oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien
sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan
diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita
dapat membantunya.
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa
pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa
jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling
dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada.
Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan
metode ganda.
d. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat.
Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilihan
jenis kontrasepsi ? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan
digunakan ?
e. J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaiman
alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga
tentang manfat ganda metode kontrasepsii, misalnya kondom yang
dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan
klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila dapat menjawab dengan benar.
f. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian kapan klien akan kembali dan melakukan pemeriksaan
lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga
selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, 2006)

6. METODE KONTRASEPSI
a. Metode Perintang (Barrier)
1) Kondom
a) Macam-macam kondom :
(1) Kulit : terbuat dari membran usus biri-biri, tidak
meregang atau mengkerut, menjalankan panas
tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitifitas selama senggama, lebih mahal dari
jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom.
(2) Lateks : paling banyak dipakai, murah dan elastis.
(3) Plastik : tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih
mahal dari kondom lateks.
(Hartanto, 2003)
b) Efektifitas :
Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila kondom bocor atau
robek, pemakaian kurang teliti mematuhi petunjuk cara
pemakaiannya. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15-36
%.
(Mochtar, 1998)
c) Keuntungan :
Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual lainnya. Keuntungan lain dari
kondom dapat dibeli secara bebas di apotek-apotek dan mudah
digunakan, kondom juga memperkecil penularan penyakit
kelamin.
(Indriarti, 2006)
d) Efek samping :
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu,
menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak dan
amat berbau, terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor
mengeluh alergi terhadap karet.
(Mochtar, 1998)

2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks. Dengan cara seperti ini, sperma tidak
bisa meneruskan perjalanan menuju rahim meskipun sperma sudah
masuk vagina.
(Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003)
a) Jenis-jenis diafragma :
(1) Flat spring (flat metal band).
Flat spring (Diafragma pegas datar)
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk
pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat
dan mudah dipasang.
(2) Coil spring (coiled wire).
Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan
peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan
spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
(3) Arching spring (kombinasi metal spring).
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak
kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan
pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari flat
spring dan  coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat
pada dinding vagina.
b) Cara Kerja :
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diagfragma ini
mempunyai cara kerja sebagai berikut :
(1) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke
uterus dan saluran telur (tuba fallopi)
(2) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
c) Manfaat :
(1) Manfaat kontrasepsi
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
dipersiapkan sebelumnya.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(2) Manfaat non kontrasepsi
- Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual.
- Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan
saat haid.
d) Keterbatasan :
Meskipun alat kontrasepsi diagfragma ini mempunyai manfaat
secara kontrasepsi maupun nonkontrasepsi, tetapi alat ini juga
mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan diagfragma,
antara lain :
(1) Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-
16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila
digunakan dengan spermisida).
(2) Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara
penggunaan yang benar.
(3) Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu
berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
(4) Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan.
(5) Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
(6) Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.

3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (surfaktan nonionik) yang
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
Formulasi spermisida terdiri dari supositoria, krim, jeli, busa dan
film.
(Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003)
a) Jenis-jenis spermisida :
(1) Aerosol (busa).
(2) Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
(3) Krim.
b) Cara Kerja :
(1) Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
(2) Memperlambat motilitas sperma.
(3) Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
c) Pilihan :
- Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
- Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai
pilihan pertama atau metodekontrasepsi lain tidak sesuai
dengan kondisi klien.
- Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah di
bawa dan disimpan. Penggunaannya di anjurkan
menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
- Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan
dengan diafragma.
d) Manfaat :
(1) Manfaat kontrasepsi
- Efektif seketika (busa dan krim).
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Sebagai pendukung metode lain.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
- Mudah digunakan.
- Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
- Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
(2) Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
e) Keterbatasan :
(1) Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai
dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan
akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu
menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka
kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap
tahun).
(2) Spermisida akan jauh lebih efektif, bila
menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
(3) Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara
penggunaannya.
(4) Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai
setiap melakukan hubungan seksual.
(5) Pengguna harus menunggu 10-15 menit
setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan
hubungan seksual.
(6) Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
(7) Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.

b. Metode Hormonal
1. Kontrasepsi Oral (Pil)
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum
oleh wanita yang berisi estrogen dan progesteron berkhasiat
mencegah kehamilan bila diminum secara teratur.
(Hartanto, 2010; Handayani, 2010)
Kontrasepsi pil ini terdiri atas dua jenis yaitu pil kombinasi
yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron, atau hanya
berisi hormon sintesis progesteron saja yang sering disebut dengan
minipil atau pil progestin.
(Handayani, 2010)
Pada pil kombinasi daya guna teoritis hampir 100%, tingkat
kehamilan 0,1/100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian ialah
95-98% efektif, tingkat kehamilan 0,7/100 wanita pertahun. Pil
kombinasi ini bekerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks dan pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
(Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010)
a) Macam-macam pil kombinasi :
(1) Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang
sama dan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
(2) Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang
berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi setiap hari.
(3) Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progesteron dalam tiga dosis
yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.
(Proverawati, 2010; Handayani, 2010)
b) Manfaat :
(1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi), 1 kehamilan / 1000 wanita dalam
tahun pertama penggunaan.
(2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
(3) Tidak mengganggu hubungan sex
(4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang
(5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan
(6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga monopause
(7) Mudah digunakan setiap saat
(8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
(9) Dapat digunakan kontrasepsi darurat
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
c) Keterbatasan :
(1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakan
setiap hari
(2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
(3) Spotting
(4) Pusing
(5) Nyeri payudara
(6) BB naik
(7) Amenorhea (jarang)
(8) Depresi
(9) Tidak mencegah IMS
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
d) Indikasi :
Pada prinsipnya hampir semua boleh menggunakan:
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak atau belum
(3) Gemuk atau kurus
(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas
tinggi
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(6) Pasca keguguran
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
e) Kontraindikasi :
(1) Hamil atau dicurigai hamil
(2) Menyusui eksklusif
(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
(4) Hepatitis
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi, DM
(7) Kanker payudara
(8) Epilepsi/riwayat epilepsi
(9) Tidak bisa menggunakan pil secara teratur setiap hari
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
f) Waktu Mulai Menggunakan :
(1)Setiap saat selagi haid untuk meyakinkan kalau
perempuan tersebut tidak hamil
(2)Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
(a)Setelah melahirkan
(b)Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
(c)Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
(3)Pasca keguguran (seberapa atau dalam waktu 7 hari)
(4)Bila berhenti menggunakan kontrasepsi infeksi dan ingin
menggantikan dengan pil, pil dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu haid.
(buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi,2006)
Pil progestin atau biasa disebut minipil yang berisi hormon
sintesis progesteron saja. Progestin yang terdapat di dalam
minipil terdiri dari dua golongan, yaitu analog progesteron
berupa chlormadinone asetat dan megestrol asetat yang saat ini
tidak dipakai lagi, lalu kedua derivat testosteron yang
diketemukan 1970-an dan dipakai sampai saat ini, meliputi
norethindrone, norgestrel, ethynodiol dan lynestrenol.
(Hartanto, 2010)
Cara kerja pil progestin dengan menghambat ovulasi,
mencegah implantasi, memperlambat transportasi gamet atau
ovum, luteolysis dan mengentalkan lendir serviks yang kental.
Pil jenis ini sangat efektif dapat mencapai 98,5%. Pengguna
jangan sampai lupa satu atau dua pil, jangan sampai muntah,
diare, karena kemungkinan terjadinya kehamilan sangat besar.
(Handayani, 2010; Hartanto, 2010)
Keuntungan minipil, yakni dapat diberikan untuk wanita
yang menderita keadaan tromboembolik, laktasi dan mungkin
cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang
disebabkan oleh estrogen. Minipil juga memiliki kerugian,
terdiri dari kurang efektif dalam mencegah kehamilan
dibandingkan pil oral kombinasi, menambah insiden
perdarahan bercak (spotting), variasi dalam panjang siklus haid
dan yang tidak kalah penting bila lupa minum satu atau dua
tablet minipil atau kegagalan dalam absorbsi minipil oleh
sebab muntah atau diare, sudah cukup untuk meniadakan
proteksi kontraseptifnya. Umumnya kontraindikasi absolut
minipil adalah sama dengan kontraindikasi absolut pil oral
kombinasi.
(Hartanto, 2010; Handayani, 2010)

2. Kontrasepsi Suntik (Injeksi)


a) Jenis kontrasepsi suntikan :
(1) Golongan progestin seperti depo-provera, depo gestion,
depo progestin diberikan setiap tiga bulan sejak suntikan
pertama dan Noristerat diberikan setiap dua bulan untuk
suntikan pertama sampai dengan suntikan keempat,
suntikan kelima dan selanjutnya diberikan tiga bulan
sekali.
(2) Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat
yaitu cyclofem diberikan setiap bulan sekali.
(BKKBN, 1997)
b) Cara kerja :
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan
pengentalan mukus serviks, sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma, hormon tersebut juga mencegah pemotongan
dan pelepasan sel telur. Selain itu, pada penggunaan depo
provera, endometrium menjadi tipis dan atropi dengan
berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan pada jenis suntikan
kedua hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen pada
suntikan cyclofem akan merangsang timbulnya haud setiap
bulan.
(Depkes RI, 1998)
c) Efektifitas :
(1) Kombinasi : sangat efektif 0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan.
(2) Progestin : sangat efektif 0,3 kehamilan per100 perempuan
pertahun
(Setyaarum,2009)
d) Keuntungan :
(1) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
(2) Tingkat efektifitasnya tinggi
(3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
(4) Pengawasan medis yang ringan
(5) Dapat dipakai – diberikan pasca persalinan, pasca
keguguran atau pasca menstruasi
(6) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh
kembang bayi
(7) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta
KB akan mendapat menstruasi
(Manuaba, 1998)
e) Kerugian :
(1) Terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur,
perdarahan, bercak, spoting.
(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
(4) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama dengan
obat-obatan epilepsi
(5) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
(Depkes RI, 1998)
f) Kontra indikasi :
Suntikan KB tidak boleh dipakai oleh :
Ibu yang menderita kanker payudara dan kanker alat kelamin,
ibu yang menderita perdarahan pervaginam, ibu yang diduga
hamil, ikterus, penyakit hati akut, tumor jinak, Diabetes
militus, Epilepsi atau Tuberkulosis, Hipertensi, Depresi.
(Depkes RI, 1998)
g) Efek samping :
Gangguan haid berupa amenore, spotting (bercak darah) dan
menoragia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal
lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala,
pusing, menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek
samping yang berat jarang dijumpai. Kadangkala ibu mengeluh
libido berkurang.
(Mochtar, 1998)
h) Cara penggunaan :
(1) Suntikan KB yang pertama kali sebaiknya diberikan pada
hari kelima haid untuk memastikan bahwa ibu tidak
sedang hamil, dengan cara disuntik intramuskular (daerah
pantat).
(2) Pemberian suntikan KB berikutnya tergantung pada
macam obat yang digunakan, yaitu bisa setiap satu bulan,
dua bulan sekali atau tiga bulan sekali. Macam suntikan
yang digunakan depo provera atau depo geston atau depo
progestin setiap vial mengandung 150 mg, depo medroksi
progesteron asetat (DPMA) san depo noristerat
mengandung 200 mg norentindron enantat.
(BKKBN, 1997)

3. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit
lengan atas sebelah dalam. Berbentuk kapsul silastik (lentur),
panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek api.
Didalamnya terdapat hormon Levonogestrel yang dapat mencegah
terjadinya kahamilan. Sebelum pemasangan Implan sebaiknya
kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu, maksudnya supaya tahu
apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
(BKKBN, 2008)
a) Efektifitas :
Efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan.
(Saifuddin A., 2003)
b) Macam-macam implant :
(1) Non Biodegrable Implan.
- Implan 6 kapsul, berisi hormone Levomorgestrel daya
kerja 5 tahun.
- Nortplan 2 kapsul, berisi hormone Levomorgestrel daya
kerja 3 tahun.
- Norplan 1 kapsul, berisi hormone 3 Ketodesogestrel,
daya kerja 2,5-4 tahun.
Saat ini diuji coba di Indonesia, Implan 1 kapsul dengan
panjang 4 cm, diameter luar 2 mm, terdiri dari suatu
intraeva (ethylinevinil acetate) berisi 60 mg 3
Ketodesogestrel yang dikelilingi suatu Membrane eva
berdaya kerja 2-3 tahun.
(2) Biodegradable
Yang sedang diuji saat ini yaitu Copronor PP, suatu kapsul
polimer berisi hormone Lemomorgestrel dengan daya
kerja 18 bulan.
c) Yang paling sering dipakai :
(1) Norplant
- Dipakai sejak tahun 1987.
- Terdiri dari 6 batang silastik yang padat panjang tiap
batang 40 mm, diameter 2,4 mm.
- Sangat efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun.
- Saat ini Norplan yang paling banyak dipakai.
(2) Implanon
- Dipakai sejak tahun 1987.
- Terdiri dari 2 batang silastik yang padat panjang tiap
batang 40 mm, diameter 2,4 mm.
- Masing-masing batang diisi dengan 68 mg 3
ketodesogastrel di 2 matrik batang.
- Sangat efektif untuk mencegah kehaamilan 3 tahun.
(3) Jadena dan Indoplan
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
d) Cara Kerja :
(1) Lendir servik menjadi kental
(2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi.
(3) Mengurangi transportasi sperma.
(4) Menekan ovulasi.
e) Keuntungan KB Implant :
(1) Keuntungan kontasepsi
- Daya guna tinggi
- Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun)
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat stelah
pencabutan
- Tidak memerlukan peperiksaan dalam
- Bebas dari pengaruh estrogen
- Tidak mengganggu kegiatan senggama
- Tidak mengganggu ASI.
- Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
- Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
(2) Keuntungan Nonkontrasepsi
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi/ memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker indometrium.
- Menurunkan angka kelainan jinak kanker paudara.
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul.
- Menurunkan angka kejadian Endometrios.
f) Kerugian :
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spotting) hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan seperti:
(1) Nyeri kepala.
(2) Peningkatan/ penurunan berat badan,
(3) Nyeri payudara.
(4) Perasaan mual.
(5) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness).
(6) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
(7) Tidak memberikan efek protektif teradap infeksi menular
seksual termasuk AIDS.
(8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini sesuai dengann keinginan, akan tetapi
harus pergi keklinik untuk pencabutan.
(9) Aefektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat
tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat).
(10) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per
100.000 perempuan per tahun).
g) Yang boleh menggunakan Implant :
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi
dan menghendaki mencegah kehamilan jangka panjang.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(6) Pasaca keguguran.
(7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
(8) Riwayat kehamilan ekktoik.
(9) Tekanan darah < 180/ 110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah,atau anemia bulan sabit (sickle cell).
(10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
(11) Sering lupa menggunakan pil.
h) Yang tidak boleh menggunakan KB implant :
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas pentebabnya.
(3) Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
(5) Miom uterus dan kanker payudara.
(6) Gangguan toleransi glukosa.
i) Waktu penggunaan KB implant :
(1) Setiap saat selama siklus haid ke 2 – ke 7.
(2) hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus. Bila
saat setelah hari ke 7 siklus haid.
(3) Hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus. Bila
tidak haid, asal tidak hamil.
(4) Hendaknya menggunakan barrier 7 hari bila coitus. Bila
setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid
kembar.
(5) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non
hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya
dengan nonplant, insersi norplant dapat dilakukan setiap
saat, asal saja di yakini tidak hamil. Tidak perlu menunggu
sampai datangnya haid berikutnya.
(6) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien
ingin menggantinya dengan implant, norplant dapat
diinsersikan pada saat haid ke – 7 dan klien jangan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera
dicabut.
j) Penanganan efek samping yang terjadi :
(1) Amenorhoea
- Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak
memerlukan, penanganan khusus , cukup konseling
saja.
- Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat
implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
- Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
kehamilan , cabut implant dan jelaskan, bahwa
progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga
terjadi kehamilan , klien dirujuk. Tidak ada gunanya
memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya
perdarahan
(2) Perdarahan bercak (spotting) ringan
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan
terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan
klien tidak hamil , tidak diperlukan tindakan apapun. Bila
klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3x 800 mg selama 5
hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi
perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi
perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi. Atau dapat juga
diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk14- 21 hari.
(3) Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul
yang lain msih ditempat , dan apakah terdapat tanda- tanda
infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul
baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda . Bila
adainfeksi cabut seluruh seluruh kapsul yangadadan
pasang kapsul baru padalengan yang lain, atau anjurkan
klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
(4) Infeksi pada daerah insisi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan
sabun dan air, atau antiseptic . Berikan antibiotic yang
sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepasdan klien
diminta kembali satu minggu . Apabila tidak membaik,
cabut implant dan pasang yang baru pada sisi lengan yang
lainatau cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila
ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan
alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka,
dan berikan antibiotic oral 7 hari.
(5) Berat badan naik/ turun
Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat
badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang dietklien apabila
terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Apabila
perubahan Berat Badan ini dapat diterima, Bantu klien
mencari metode lain.
(Saifudin, 2006: MK-54)
k) Pemasangan implant :
(1) Tanyakan kepada ibu apakan sudah mengetahui prosedur
tentang pemasangan implant
(2) Tanyakan kepada ibu apakah mempunyai alergi terhadap
obat anastesi
(3) Minta ibu untuk mencuci lengannya yang akan di pasang
kapsul implant dengan menggunakan sabun dan bilas
dengan air bersih kemudian keringkan dengan handuk
bersih
(4) Bantu klien untuk naik ke meja periksa
(5) Letakkan kain bersih dan kering di bawah lengan ibu
(6) Tentukan tempat pemasangan yaitu 8 cm dari
epicondilus medialis
(7) Beri tanda pada pola pemasangan dengan pola kaki
segitiga terbalik untuk pemasangan 2 kapsul implant
(8) Pastikan bahwa peralatan yang steril sudah tersedia
- Satu set implant +
- Pinset sirurgi
- Klem lengkung
- 4 cucing (betadine, tempat implant, depress, air DTT)
- Spuit 3 cc
- Ben aid/plester
(9) Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan air
bersih
(10) Pakai sarung tangan steril, bila sarung tangan di beri
bedak maka hapus bedak menggunakan air DTT
(11) Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap 2 buah
(12) Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic,
gerakan kea rah luar secara melingkar 2-3 kali
(13) Pasang kain penutup/ doek steril
(14) Suntikkan anastesi local 0,3-0,5 pada kulit (intradermal)
pada tempat insisi yang telah di tentukan, lalu suntikan
ke masing-masing pola sebanyak 1 cc (subdermal)
sepanjang 4 cm.
(15) Uji efek anastesi
(16) Buat insisi dangkal selebar 2 mm
(17) Masukkan ujung trocar (tanda panah menghadap ke atas)
hingga mencapai lapisan subdermal
(18) Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1
(19) Masukkan ujung pendorong (tanda panah menghadap ke
atas) hingga terasa tahanan
(20) Putar searah jarum jam 180° lalu lakukan withdrawal
(21) Kemudian tarik trokar sampai batas tanda kedua lalu
belokka ke pola selanjutnya, hingga tanda batas 1
(22) Putar pendorong berlawanan jarum jam 180° dan
lakukan withdrawal, kemudian raba kapsul, lalu
keluarkan trocar beserta pendorong
(23) Tekan pada daerah insisi dengan menggunakan kassa,
lalu dekatkan luka insisi
(24) Plester luka insisi dengan menggunakan ben aid lalu
perban
(25) Bereskan semua alat
(26) Cuci tangan, kemudian pendokumentasian
l) Konseling pasca pemasangan :
Kapsul implant sudah di pasang pada lengan ibu. Kemudian
cara merawat luka ibu yaitu:
(1) 2-3 hari perban boleh di lepas
(2) 5 hari plester boeh di lepas, jika ibu tidak berani maka
boleh datang ke klinik
(3) 7 hari luka baru boleh terkena air
Implant yang sudah terpasang efektif dalam waktu 24 jam,
setelah 24 jam ibu baru boleh berhubungan senggama dengan
suaminya.
Implant ini efektif sampai 3 tahun pemasangan, jika ibu ingin
memiliki anak atau terdapat ketidaknyamanan, bias di lakukan
pencabutan sewaktu-waktu. Bila ada tanda-tanda infeksi atau
kapsul keluar bisa langsung datang ke klinik
m) Kunjungan ulang
Implant ini efektif dalam jangka waktu 3 tahun, maka 3 tahun
lagi ibu harus datang ke klinik untuk di lakukan pencabutan.
Jika ibu ingin mempunyai anak lagi atau mengalami keluhan,
ibu dapat datang langsung ke klinik.
n) Pencabutan implant
- Tanyakan kepada ibu apakan sudah mengetahui prosedur
tentang pencabutan implant
- Tanyakan kepada ibu apakah mempunyai alergi terhadap
obat anastesi
- Minta ibu untuk mencuci lengannya yang terpasang kapsul
implant dengan menggunakan sabun dan bilas dengan air
bersih kemudian keringkan dengan handuk bersih
- Bantu klien untuk naik ke meja periksa
- Letakkan kain bersih dan kering di bawah lengan ibu
- Tentukan letak implant yang terpasang di lengan
- Beri tanda pada pola pencabutan
- Pastikan bahwa peralatan yang steril sudah tersedia
 Klem U
 Pinset sirurgi
 Klem lengkung
 4 cucing (betadine, tempat implant, depress, air DTT)
 Spuit 3 cc
 Ben aid/plester
- Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan air bersih
- Pakai sarung tangan steril, bila sarung tangan di beri bedak
maka hapus bedak menggunakan air DTT
- Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap
- Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptic, gerakan
kearah luar secara melingkar 2-3 kali
- Pasang kain penutup/ doek steril
- Suntikkan anastesi local 0,3-0,5 pada kulit (intradermal)
pada tempat insisi yang telah di tentukan, lalu suntikan ke
masing-masing pola sebanyak 1 cc (subdermal) sepanjang 4
cm.
- Uji efek anastesi
Presentasi jepit
- Buat insisi di bawah kapsul implant
- Dekatkan kapsul implant ke dekat luka insisi
- Jepit kapsul implant secara hati-hati dengan menggunakan
klem lengkung
- Bersihkan jaringan dengan pinset atau depress
- Keluarkan kapsul implant secara hati-hati
- Ulangi langkah yang sama untuk kapsul selanjutnya
Finger pop out
- Dekatkan kedua kapsul ke pola luka insisi
- Buat luka insisi di dekat kapsul
- Jepit kapsul implant dengan hati-hati
- Bersihkan sisa jaringan dengan pinset atau depress
- Keluarkan kapsul implant dengan hati-hati
- Ulangi langkah tersebut pada kapsul selanjutnya
U Klasik
- Buat luka insisi di tengah kedua kapsul implant secara
vertical
- Masukkan klem U ke dalam luka insisi
- Jepit pada tengah-tengah kapsul
- Keluarkan dan bersihkan dari jaringan
- Keluarkan kapsul dengan pelan-pelan
- Lakukan langkah yang sama untuk kapsul implant
selanjutnya
- Tekan pada daerah insisi dengan menggunakan kassa, lalu
dekatkan luka insisi
- Plester luka insisi dengan menggunakan ben aid lalu perban
- Bereskan semua alat
- Cuci tangan, kemudian pendokumentasian
o) Konseling pasca pencabutan :
Kapsul implant sudah di pasang pada lengan ibu. Kemudian
cara merawat luka ibu yaitu :
(1) 2-3 hari perban boleh di lepas
(2) 5 hari plester boeh di lepas, jika ibu tidak berani maka
boleh datang ke klinik
(3) 7 hari luka baru boleh terkena air
Ibu sudah tidak terpasang alat kontrasepsi apapun, secara
otomatis ibu sudah kembali ke masa subur.

c. Metode IUD
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke
dalam rahim yang sangat efektif , reversibel dan berjangka panjang.
(Handayani, 2010)
a) Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
(1) Copper-T
IUD berbentuk T,terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik.
(2) Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga
halus pada IUD CopperT.
(3) Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari
ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375
mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi
load yaitu standar, small, dan mini.
(4) Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D
berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari
bahan plastik.
b) Cara Kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu :
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri.
(3) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
c) Keuntungan IUD
Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni :
(1) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
(2) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
(3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti).
(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
(5) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
(6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
(7) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
(8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
(9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
(10) Dapat digunakan sampai menapouse ( 1 tahun atau lebih
setelah haid terakhir).
(11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
d) Kelemahan IUD
Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :
(1) Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus
haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit.
(2) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5
hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid
atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan
benar).
(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
(4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang
sering berganti pasangan.
(5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
(6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan
dalam pemasangan IUD.
(7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
(8) Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter atau bidan) yang terlatih.
(9) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
(10) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu.
e) Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
(1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien
tidak hamil.
(2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
(3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah
4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
(4) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejala infeksi.
(5) Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak
dilindungi.
f) Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali
untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu
kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
(1) 1 minggu pasca pemasangan
(2) 1 bulan pasca pemasangan
(3) 3 bulan kemudian
(4) 6 bulan berikutnya
(5) Setiap tahun berikutnya
(6) Bila terlambat haid 1 minggu
(7) perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

d. Metode Operasi atau Sterilisasi


Metode ini bekerja dengan cara melakukan pemutusan atau
pengikatan saluran sel sperma pada laki-laki (vasektomi) dan
pemutusan atau pengikatan saluran telur pada perempuan (tubektomi).
(Uliyah, 2010; Handayani, 2010)
1) MOW (Medis Operatif Wanita)
Adalah suatu cara KB dengan melakukan pembedahan
dengan memotong dan mengambil saluran telur atau membuat
buntu saluran dengan mengikatnya sehingga tidak terjadi
pembuahan atau ovulasi, dan dapat dilakukan di rumah sakit
pemerintah maupun swasta.
(Siswosudarmo, 2007)
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah
(2) Segera efektif post operatif
(Hartanto, 2003)
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium
dalam suasana alami.
(Manuaba, 1998)
c) Kontra Indikasi
(1) Peradangan dalam rongga panggul
(2) Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut)
(3) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor
berada dalam posisi genupektoral.
(4) Obesitas berlebihan
(5) Bekas laparotomi
(Mochtar, 1998)
d) Efek samping
(1) Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi
(2) Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi
(3) Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2003)
2) MOP (Medis Operatif Pria)
Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan
memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan
air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak
terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih selama 15
menit dan pasien tidak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di
Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter
ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan
vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di
lapangan.
(Siswosudarmo, 2007)
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan
dan kehamilan sedikit lebih tinggi
(2) Efektif 6-10 minggu setelah operasi
(Saifuddin, 1996)
b) Keuntungan
(1) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan
kapan saja dan dimana saja
(2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
(3) Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100%
(4) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
(5) Bila pasangan suami, istri, oleh karena suatu sebab ingin
mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens
dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi)
(Mochtar, 1998)
c) Efek samping
(1) Hampir tidak ada resiko trauma internal
(2) Infeksi serius sangat rendah
(3) Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2003)
e. Metode Alami atau Sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
a) Pengertian
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama klien belum
mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan
pasca persalinan. Efektifitasnya dapat mencapai 98%.
MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari
dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi.
(Saifuddin, 2006; Proverawati, 2010)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai
alat kontrasepsi, apabila:
(1) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih
efektif bila diberikan minimal 8 kali sehari.
(2) Belum mendapat haid.
(3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
b) Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah
menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat
laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin
dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar
prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga
tidak terjadi ovulasi.
c) Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila
digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama
setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa
memberikan makanan atau minuman tambahan).
Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada
frekuensi dan intensitas menyusui.
d) Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL) memberikan manfaat
kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
(1)Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain:
- Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan
selama enam bulan pertama setelah melahirkan,
belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
- Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
- Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun
obat.
- Tidak memerlukan pengawasan medis.
- Tidak mengganggu senggama.
- Mudah digunakan.
- Tidak perlu biaya.
- Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
- Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
(2)Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain:
Untuk bayi
- Mendapatkan kekebalan pasif.
- Peningkatan gizi.
- Mengurangi resiko penyakit menular.
- Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi
air, susu formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
- Mengurangi perdarahan post partum/setelah
melahirkan.
- Membantu proses involusi uteri (uterus kembali
normal).
- Mengurangi resiko anemia.
- Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan
bayi.
e) Keterbatasan
Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai
keterbatasan antara lain:
- Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
- Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan
setelah melahirkan, belum mendapat haid dan
menyusui secara eksklusif.
- Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
termasuk Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
- Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak
menyusui.
- Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui
secara eksklusif.
f) Yang Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh
wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi
kriteria sebagai berikut:
- Wanita yang menyusui secara eksklusif.
- Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari
6 bulan.
- Wanita yang belum mendapatkan haid pasca
melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi
(MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di
bawah ini:
- Dilakukan segera setelah melahirkan.
- Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
- Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
- Tidak mengkonsumsi suplemen.
- Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau
bayi sedang sakit.
g) Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan
oleh:
- Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
- Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
- Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih
dari 6 jam.
- Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi
tambahan.
- Wanita yang menggunakan obat yang mengubah
suasana hati.
- Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis
ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine,
bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti
koagulan.
- Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
- Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak
direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai
HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian,
MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian
klinis medis, tingkat keparahan kondisi ibu,
ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.

2) Metode suhu basal


Menghitung masa subur atau menghitung ovulasi dapat pula
dilakukan dengan mengukur perubahan suhu basal tubuh. Suhu
basal tubuh adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Perubahan atau peningkatan suhu basal tubuh pada masa
subur terjadi karena hormon progesteron. Peningkatan suhu basal
tubuh pada masa subur berkisar 0,2-0,5 derajat Celcius, dimulai
1-2 hari setelah ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat
yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per
vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit. Apabila grafik (hasil catatan
suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak
terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum
yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi
kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel
telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi.

3) Metode Kalender
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan
masa dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya.
Dasar berasal dari ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15
sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari
sebelum haid yang akan datang.
(Handayani, 2010; Hartanto, 2010)
a) Menentukan Masa Subur
Menghitung masa subur dapat diketahui dengan cara
melihat dari perubahan periode menstruasi, perubahan pada
lendir servik maupun perubahan pada suhu basal tubuh.
b) Perubahan Periode Menstruasi
Cara menghitung masa subur atau menghitung ovulasi
melalui periode menstruasi dikatakan efektif apabila siklus
menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Adapula ahli yang
berpendapat antara 22-35 hari. Sehingga sel telur keluar pada
pertengahan siklus, sekitar hari ke 14 sampai ke 16 dihitung
dari hari pertama menstruasi. Pendapat dari dr. Knaus bahwa
ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Sedangkan dr. Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu
terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi
antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
c) Bila haid teratur (28 hari)
Siklus normal 28 hari, pertengahan siklusnya hari ke-14
(28:2). Berarti masa suburnya 3 hari sebelum hari ke-14,
yaitu hari ke-11 (14-3) dan 3 hari setelah hari ke- 14, yaitu
hari ke-17 (14+3). Jadi, masa subur berlangsung antara hari
ke-11 sampai hari ke-17 (7 hari) dari siklus haid wanita
normal.
Pendapat lain mengatakan hari pertama dalam siklus haid
dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita mendapat haid mulai tanggal 9 Maret.
Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-
12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20
Maret hingga tanggal 24 Maret.
d) Bila haid tidak teratur :
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi
18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18


Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Contoh:
Seorang wanita mendapat haid dengan siklus terpendek
25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid
sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.

4) Metode Mukosa Serviks


a) Fase Luteal
Fase luteal terjadi sejak hari ke-4 sesudah puncak (hari
terakhir rasa licin pada vulva), leher rahim tertutup dengan
gumpalan lendir kental yang mencegah sel sperma masuk ke
rongga rahim. Korpus luteum dalam indung telur memproduksi
estrogen dan progesteron.
Bila tidak ada segala bentuk kontak alat kelamin sejak
awal titik perubahan hingga awal harl ke-4 sesudah Puncak,
maka sel telur tidak mungkin dibuahi dan akan hancur dalam
saluran telur. Menstruasi menyatakan akhir siklus biasanya 11-
16 hari sesudah ovulasi, dan sekaligus sebagai permulaan
siklus yang berikutnya. Tidak ada lagi gumpalan lendir pada
leher rahim sehingga darah menstruasi dapat mengalir ke luar
rahim. Kedua indung telur kembali beristirahat.
b) Ovulasi Tertunda
Ovulasi tertunda disebabkan adanya perpanjangan Fase
Pra Ovulasi dan Pola Dasar Tidak Subur. Ovulasi tertunda
dapat terjadi pada waktu stres, laktasi (menyusui), atau masa
pre menopause. Pola dasar tidak subur merupakan unsur
penting Metode Ovulasi Billings. Pengenalan mengenai pola
tidak subur tidak berubahnya pada fase pra-ovulasi memberi
kebebasan kepada suami-istri untuk melakukan hubungan
seksual tanpa menjadi hamil dalam fase pra-ovulasi, panjang
ataupun pendek.
 Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali
tidak berubah dan diamati dalam waktu paling sedikit dua
minggu, contohnya:
- Tidak ada lendir (vulva kering).
- Munculnya lendir yang tetap sama pada vulva yang
disertai kadar estrogen yang tetap rendah.
- Kombinasi dari butir 1) dan 2), bila munculnya lendir
tetap tidak berubah dalam pengamatan selama 2
minggu dan diselingi dengan hari-hari kering.
 Pola Dasar Tidak Subur berdasarkan pengeluaran cairan
berasal dari vagina (contoh 2 dan 3). Bila naiknya kadar
estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan reaksi pada
leher rahim, maka pola berubah dan menunjukkan
kemungkinan kesuburan. Naik turunnya kadar estrogen
bisa menimbulkan reaksi endometrium (selaput dinding
rahim) dengan pendarahan breakthrough atau pendarahan
withdrawal.
Peraturan Pra-Ovulasi, bila diterapkan pada Pola
Dasar Tidak Subur menjamin keamanan Metode Ovulasi
Billings dan memastikan perempuan mengenali
kesuburannya kembali dalam kasus ovulasi tertunda yang
dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Kegagalan Leher
Rahim dan Pola Dasar Tidak Subur (PDTS)
Leher rahim harus memproduksi lendir yang bermutu
supaya sperma dapat berfungsi secara tepat. Dalam
beberapa situasi, misalnya menjelang menopause dan
sesudah pemakaian kontrasepsi, leher rahim gagal untuk
merespon terhadap rangsangan estrogen. Akibatnya juga
menggagalkan fungsi cairan lendir untuk menerima sel-sel
sperma. Pada saat ini, wanita tidak subur walaupun dia
berovulasi. Wanita akan mengenal hal itu sebagai pola
yang tidak berubah misalnya:
- Pola dasar tidak subur kering.
- PDTS berlendir tetap sama.
- Kombinasi dari keduanya yaitu kering dan
munculnya yang tidak berubah.
Peraturan pra-ovulasi digunakan kembali sehingga
kesuburan dapat diketahui.
Peraturan metode mukosa serviks atau ovulasi billings
adalah sebagai berikut:
- Untuk mencapai kehamilan.
Untuk menginginkan kehamilan peraturan yang
digunakan adalah peraturan pra ovulasi. Cara ini
membantu untuk mengenali perubahan pola kesuburan
lendir. Hubungan seksual dilakukan selama ada lendir
licin (vulva terasa licin) dan satu atau dua hari sesudah
Puncak.
- Untuk menunda atau menjarangkan kehamilan.
Untuk menunda atau menjarangkan kehamilan maka
digunakan peraturan Pra Ovulasi dan Peraturan Puncak.
Peraturan Pra Ovulasi
Ada tiga hal yang terdapat pada peraturan Pra Ovulasi,
yaitu:
 Peraturan pertama: menghindari hubungan seksual
pada hari-hari perdarahan deras selama menstruasi.
 Peraturan kedua: hubungan seksual boleh dilakukan
pada setiap malam hari kedua (selang-seling),
apabila hari ini sudah dikenal sebagai tidak subur.
 Peraturan ketiga: menghindari hubungan seksual
setiap hari ketika lendir atau perdarahan menyelingi
Pola Dasar Tidak Subur. Hubungan seksual baru
boleh dilakukan lagi bila 3-4 hari berturut-turut
dikenali sebagai PDTS.
Peraturan Puncak
Apabila hari puncak sudah diketahui dengan pasti,
mulai hari keempat sesudah puncak sampai akhir siklus
boleh melakukan hubungan seksual setiap hari pada
setiap saat.

5) Coitus interuptus
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus
atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal
atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa
latin disebut juga interrupted intercourse.
a) Pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di
mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
b) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada
pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di
cegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi
kemungkinan air mani mencapai rahim.
c) Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan
dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-
27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih
efektif.
d) Manfaat
Coitus interuptus  memberikan  manfaat baik
secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
 Manfaat kontrasepsi
- Alamiah.
- Efektif bila dilakukan dengan benar.
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Tidak ada efek samping.
- Tidak membutuhkan biaya.
- Tidak memerlukan persiapan khusus.
- Dapat di kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
- Dapat digunakan setiap waktu.
 Manfaat non kontrasepsi
- Adanya peran serta suami dalam keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
- Menanamkan sifat saling pengertian.
- Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
e) Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara
lain:
- Sangat tergantung dari pihak pria dalam
mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama
senggama.
- Memutus kenikmatan dalam berhubungan senggama
(orgasme).
- Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi,
sesaat dan setelah interupsi coitus.
- Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
- Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pemeriksaan :
Jam :
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama : untuk mengetahui siapa peserta KB Implan dan
memudahkan kita dalam tindakan
Umur : kontrasepsi merupakan salah satu kontrasepsi
rasional dalam fase menjarangkan kehamilan
pada umur 30 – 35 tahun. Dapat digunakan pada
wanita tua (diatas 35 tahun) kecuali cyclofem
(Hartanto, 2004 : 30).
Agama : untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang
digunakan bertentangan dengan agama yang
dianut atau tidak (Hartanto, 2004 : 31).
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien
terhadap alat kontrasepsi, pemberian konseling
dan pengambilan keputusan tentang penggunaan
alat atau metode kontrasepsi yang akan
mempengaruhi kehidupan fertilitasnya (Hartanto,
2004 : 208).
Pekerjaan : untuk mengetahui pekerjaan peserta KB
Alamat : untuk mengetahui alamat klien
2. Alasan Kunjungan
Alasan mengapa klien datang ke pelayanan kesehatan
3. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan klien saat kunjungan
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kontrasepsi Implan boleh diberikan pada klien yang sedang
mengalami penyakit infeksi alat genital (sifilis, GO),TBC
pelvik, kanker alat genetalia, penyakit radang panggul.
Sedangkan metode kontrasepsi implan tidak diperbolehkan
pada ibu/klien yang menderita penyakit hepatitis, riwayat
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, memiliki mioma pada
rahim, terdapat benjolan abnormal pada payudara, varises
yang berat dan nyeri pada tungkai, tromboflebitis, rasa nyeri
hebat pada betis, paha dada atau tungkai bengkak, epilepsi,
asma, atau sedang mengkonsumsi obat-obatan anti kejang
(Hartanto, 2004: 208-209).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada ibu yang pernah menderita Infeksi Menular Seksual,
TBC pelvik, penyakit radang panggul diperbolehkan untuk
menggunakan kontrasepsi implan. Sedangkan metode
kontrasepsi implan tidak diperbolehkan pada ibu/klien yang
pernah menderita penyakit hepatitis, riwayat penyakit
jantung, hipertensi, diabetes, memiliki mioma pada rahim,
terdapat benjolan abnormal pada payudara, varises yang
berat dan nyeri pada tungkai, tromboflebitis, rasa nyeri
hebat pada betis, paha dada atau tungkai bengkak, epilepsi,
asma, atau sedang mengkonsumsi obat-obatan anti kejang
(Hartanto, 2004: 208-209).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi
implan bila memiliki riwayat dalam keluarga seperti
penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hpertensi), diabetes,
asma, kanker/keganasan. (Hartanto, 2004: 209).
5. Riwayat Obstetri
a. Haid
Pada ibu/klien yang mengalami gangguan menstruasi seperti
nyeri pada saat haid yang berlebihan (dismenorhea berat),
perdarahan haid yang banyak dapat menggunakan metode
kontrasepsi implan.. Implan dapat diberikan pada saat hari ke
2-7 menstruasi (Saifuddin, 2003 : MK-73).
b. Riwayat Perkawinan
Dalam penggunaan kontrasepsi Implan peserta disarankan
tidak mempunyai pasangan seks lain.
c. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Diberikan pada peserta KB implan yang dalam fase
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan
d. Riwayat KB
Jenis KB yang pernah digunakan, alasan penggunaan, lama
pemakaian, alasan berhenti atau ganti cara, rencana KB
berikutnya dan apa tujuan peserta ikut KB.
6. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Untuk mengetahui apakah selama penggunaan KB Implan
ibu mengalami peningkatan atau penurunan berat badan.
Menu sebelum KB dan selama KB yang dikonsumsi
(komposisinya 4 sehat 5 sempurna atau tidak, seberapa
banyak porsinya), konsumsi air putih? (Hartanto, 2004 :
208).
b. Eliminasi menurut (Hartanto, 2004 : 220).
BAB : frekuensi, warna, konsistensi, keluhan/gangguan?
Bagaimana cara bercebok ibu?
BAK : frekuensi, warna, konsistensi, keluhan/gangguan?
c. Pola Istirahat
Kebiasaan tidur siang berapa jam, tidur malam berapa jam,
ada keluhan/gangguan atau tidak
d. Pola Aktifitas
Pola aktivitas yang terlalu berat, terutama bertumpu pada
lengan kiri lebih baik dibatasi.
e. Personal hygiene
Kebiasaan mandi berapa kali, berapa kali ganti baju dan
celana dalam, berapa kali dan kapan gosok gigi, setelah
BAK/BAB cuci tangan/tidak (Saifuddin, 2003 : MK-73)
f. Pola seksual
Frekuensi hubungan suksual sebelum dan selama menjadi
peserta KB ada keluhan/gangguan baik dari istri/suami?
g. Pola kebiasaan lain
Ibu merokok/ punya suami/anggota keluarga yang serumah
yang merokok? Atau minum alkohol atau memakai obat-
obatan psikotropika, suka minum jamu/ tidak? Mempunyai
binatang peliharaan/tidak.
7. Keadaan Psikososial dan Spiritual
a. Keadaan Psikososial
Apakah keikutsertaan ibu menjadi peserta KB sukarela?
Didukung oleh suami/tidak?
b. Keadaan Sosial
Hubungan dengan suami, hubyngan angguta keluarga yang
lain, hubungan dengan petugas hamonis/tidak? Siapa
pengambil keputusan dalam kelurga.
c. Keadaan Spiritual
Pola dalam beribadah melakukan sholat/berdoa sesuai agama
dan keyakinan pasien dilakukan teratur /tidak?
8. Latar belakang social Budaya
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan dan keluarga yang
bersifat mendukung maupun yang menghambat yang
berhubungan dengan penggunaan KB misalnya masih adanyua
anggapan banyak anak banyak rejeki atau suami menginginkan
anak laki-laki padahal sudah mempunyai banyak anak
perempuan, dsb.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : compos mentis/somnolens/koma
TTV : TD tidak boleh lebih dari 160/90
mmHg, nadi tidak lebih dari 100
x/menit, respirasi dan suhu dalam
batas normal.
BB sekarang : untuk mengetahui berat badan ibu
naik atau turun selama menggunakan
KB.
TB : Tinggi badan dalam batas yang normal.
2. Pemeriksan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kebersihan kulit kepala perlu
diperhatikan, keadaan rambut yang
rontok, warna rambut, penyebaran
rambut tidak mempengaruhi
efektifitas dari implan.
Muka : Pada klien yang mukanya tampak
kuning (ikterus) maka tidak boleh
dilakukan pemasangan implan. Pada
klien yang terdapat hiperpigmentasi
(chloasma gravidarum) perlu dicurigai
adanya kehamilan dan tidak boleh
dilakukan pemasangan implan,.
Mata : Apabila sklera tampak kuning
(ikterus) maka merupakan salah satu
kontraindikasi pemasangan implan.
Sedangkan bila konjungtiva tampak
pucat (anemis) diperbolehkan
menggunakan implan karena dapat
memperbaiki anemia.
Mulut : Keadaan dari lidah yang bersih atau
tidak, adanya caries dentis, adanya
stomatitis, pembesaran pada tonsil
tidak mempengaruhi bila dipasang
implan.
Telinga : Adanya serumen, serta keadaan fungsi
pendengaran tidak berpengaruh
terhadap efektifitas kerja implan.
Leher : Apabila terdapat pembesaran kelenjar
tiroid (gondok) tidak mempengaruhi
efektifitas dari implan, bila terdapat
pembesaran kelenjar limfe (TBC)
tidak boleh menggunakan implan, bila
ada bendungan vena jugularis
(kelainan pada jantung) maka tidak
boleh dipasang implan.
Dada : Bila ditemukan pernapasan retraksi
otot dada adanya wheezing (asma)
tidak boleh dipasang implan.
Mammae : Pada payudara bila terdapat benjolan
abnormal maka tidak boleh dipasang
implan. Bila terdapat hiperpigmentasi
pada areola dan papilla mammae
maka dicurigai adanya kehamilan
(implan tidak boleh di pasang).
Abdomen : Bila terdapat tanda kehamilan seperti
perut yang teraba tegang (dicurigai
hamil) pemasangan implan tidak
boleh dilakukan.
Genitalia : Adanya oedema, varises, condiloma
matalata atau condiloma akuminata,
ada pengeluaran keputihan masih
diperbolehkan dipasang implan.
Ektremitas : Adanya varises, nyeri pada tungkai,
betis, paha, adanya tromboflebitis
tidak dianjurkan untuk menggunakan
implan.

II. DIAGNOSA DAN IDENTIFIKASI MASALAH


Masalah biasa dihubungkan dengan bagaimana caranya pasian menerima
kenyataan mengenai diagnosanya.
Identifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan data yang terkumpul dan
interpretasi yang benar.
Diagnosa kebidanan, yaitu :
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi Standar Nomen Klatur (kartu nama) diagnosa
kebidanan.
Diagnosa :
Ny. ”.....”, umur ..... tahun, PAPIAH, peserta KB ........(jenis KB), usia
anak terkecil .....tahun, lama pemakaian....., KU ibu......ada /tidak
kontraindikasi pemakaian. Prognosa baik/buruk
Dengan didukung DS dan DO yang menunjang
Masalah :
Untuk mengetahui selama menjadi pengguna KB ibu mempunyai
keluhan/tidak. Misal (gangguan siklus haid, nyeri kepala, nyeri perut, dll).
Dengan didukung DS dan DO yang menunjang.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah. Diagnosa potensial
berdasakan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi.
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sekarang hanya merupakan antisipasi
pencegahan bila mungkin menanti sambil waspada dan bersiap-siap bila
benar-benar terjadi langkah ini penting agar asuhan aman.

IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA


Mencerminkan sifat kesinambungan dari proses penatalaksanaan bukan
hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga waktu kita terus bersama dengan pasien.
Beberapa data mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak untuk keselamatan jiwa pasien. Sebagian data bisa menunjukan
satu situasi yang memerlukan langkah segera sementara menunggu
intervensi dari dokter. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan
tapi memerlukan konsultasi dokter dan kolaborasi.

V. INTERVENSI
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi sekarang atau yang telah diantisipasi.
Suatu rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah di identifikasi oleh kondisi pasien dan setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga memberi gambaran besar dari pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut tentang apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, pengajaran
kepada pasien, konseling pasien dan semua rujukan yang mungkin
diperlukan untuk masalah sosek, cultural atau masalah psikologis.
Dalam intervensi berisi tentang :
Diagnosa : Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi Standar Nomen Klatur (kartu nama)
diagnosa kebidanan.
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi dan rasional :
Masalah : Untuk mengetahui selama menjadi pengguna
KB ibu mempunyai keluhan/tidak. Misal
(gangguan siklus haid, nyeri kepala, nyeri perut,
dll). Dengan didukung DS dan DO yang
menunjang.
(Siswishanto, 2004 : 16-23)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh bisa dilakuakn oleh bidan,
pasien dan anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahakan
pelaksanaanya. Pelaksanaan yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dari asuahan pasien.
Dalam implementasi berisi tentang :
Tanggal :
Jam :
Implementasi :
(Depkes RI, 1995 : 11).

VII. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Tanggal :
Jam :
Didalam pendokumentasian/catatan asuhan dapat diterapkan SOAP
S : Data Subyektif
Data yang diperoleh dari anamnese atau allow anamnese.
O : Obyektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik beserta
pemeriksaan diagnostic dan pendukung lain, juga cacatan
medik lain.
A : ASSASMENT
Analisa dan anterpretasi berdasarkan data yang terkumpul
dibuat kesimpulan.
1. Diagnosa
2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
3. Perlunya tindkan segera
P : Planning/perencanaan
Merupakan gambaran pendokementasian dari tindakan
(Implementasi).
Evaluasi rencana didalamnya termasuk :
1. asuhan mandiri
2. kolaborasi
3. tes diagnostic/lab
4. konseling
5. follow up
(Depkes RI, 1995 : 7-10)

Anda mungkin juga menyukai