Semenjak kejatuhan kekaisaran Yunani kuno, Eropa tidak lagi mempunyai penguasa yang
dominan. Walaupun demikian, Yunani kuno telah memberi pengaruh yang besar kepada negara-
negara di Eropa pada zaman itu, yaitu melalui peninggalan iptek dan arsitektur. Pada bidang
iptek, Yunani kuno sangat termahsyur akan kepandaiannya karena banyak sekali ilmuwan
maupun filsuf ternama yang menjadi titik awal perkembangan iptek berasal dari negara tersebut,
salah satunya dalam bidang retorika. Dalam bidang arsitektur pun tak kalah bagusnya, sampai
sekarang pun Yunani tetap terkenal berkat buah karya arsitekturnya yang indah.
Singkat cerita, ketika Yunani kuno telah hancur muncul lah Romawi sebagai kerajaan yang
disegani di Eropa. Romawi tak kehilangan akal untuk memanfaatkan sisa-sisa kejatuhan Yunani
Kuno, yaitu dengan mengirimkan orang-orang pilihan dari Yunani guna dimanfaatkan baik ilmu
dan jasanya bagi Romawi. Livius Andronicus, adalah seorang Yunani yang dijadikan budak
belian bagi Romawi. Ia memiliki kemampuan yang baik dalam bertutur kata sehingga dijuluki
ahli retorika. Mengetahui kemampuan Livius dalam beretorika, Romawi akhirnya
menjadikannya sebagai pengajar retorika bagi bangsa Romawi. Kelak dari model pengajaran
tersebut, lahirlah para retorika terkenal dari negara Romawi, antara lain Cicero dan Quintilianus.
Mekanisme seperti inilah yang dilakukan bangsa Romawi terhadap negara jajahannya karena
selain merampas gold (harta benda) mereka juga mencomot orang-orang terbaik dari negara
jajahannya.