Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Yunani Kuno terhadap Perkembangan Retorika di Romawi

Semenjak kejatuhan kekaisaran Yunani kuno, Eropa tidak lagi mempunyai penguasa yang
dominan. Walaupun demikian, Yunani kuno telah memberi pengaruh yang besar kepada negara-
negara di Eropa pada zaman itu, yaitu melalui peninggalan iptek dan arsitektur. Pada bidang
iptek, Yunani kuno sangat termahsyur akan kepandaiannya karena banyak sekali ilmuwan
maupun filsuf ternama yang menjadi titik awal perkembangan iptek berasal dari negara tersebut,
salah satunya dalam bidang retorika. Dalam bidang arsitektur pun tak kalah bagusnya, sampai
sekarang pun Yunani tetap terkenal berkat buah karya arsitekturnya yang indah. 

Singkat cerita, ketika Yunani kuno telah hancur muncul lah Romawi sebagai kerajaan yang
disegani di Eropa. Romawi tak kehilangan akal untuk memanfaatkan sisa-sisa kejatuhan Yunani
Kuno, yaitu dengan mengirimkan orang-orang pilihan dari Yunani guna dimanfaatkan baik ilmu
dan jasanya bagi Romawi. Livius Andronicus, adalah seorang Yunani yang dijadikan budak
belian bagi Romawi. Ia memiliki kemampuan yang baik dalam bertutur kata sehingga dijuluki
ahli retorika. Mengetahui kemampuan Livius dalam beretorika, Romawi akhirnya
menjadikannya sebagai pengajar retorika bagi bangsa Romawi.  Kelak dari model pengajaran
tersebut, lahirlah para retorika terkenal dari negara Romawi, antara lain Cicero dan Quintilianus.
Mekanisme seperti inilah yang dilakukan bangsa Romawi terhadap negara jajahannya karena
selain merampas gold (harta benda) mereka juga mencomot orang-orang terbaik dari negara
jajahannya.

Did You Know?


Perkembangan awal retorika di Romawi terjadi antara tahun 300 sebelum masehi
sampai 130 masehi

Teori dan Prinsip-prinsip dalam Berpidato 


Baik Cicero maupun Quintilinus, kedua orang romawi ini menelurkan beberapa teori dasar
dalam penerapan retorika konservatif di dunia. Salah satunya adalah dengan
dikemukakannya prinsip-prinsip dalam berpidato atau oratori yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu (a) studi atau pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang orator, (b) pemilihan
topik yang efektif dalam pidato,  dan (c) bentuk dan penyajian sebuah pidato. Kedua orator ini
berusaha mengubah pola pikir pada zaman itu, yang sebagian besar telah beralih pada langgam
Asia, karena persuasi yang berkepanjangan dalam pendidikan mengenai subjek khayalan (apa
yang dimiliki dan apa yang tidak dimiliki).
Pada zaman kekaisaran romawi, dikenal juga dengan sebutan zaman Hellenis, karena pengaruh
besar dari Hellenis dengan gaya seni pidato latin. Ia mengusulkan agar retorika pada bangsa
romawi sebaiknya dikembalikan seperti pada masa Yunani kuno. Mengingat lebih banyak
pengaruh buruk daripada pengaruh baiknya, retorika romawi pada saat itu ia anggap sudah
mengalami kemerosotan. Hellenis menginginkan retorika kembali menjadi sesuatu yang
bermartabat dan dikembalikan fungsinya seperti sediakala.  Namun, pemerintah Romawi
menutup mata akan hal tersebut, dan justru membatasi ruang rakyatnya untuk beretorika dengan
menutup forum diskusi dan perdebatan yang dilakukan oleh para cendekiawan. Abad-abad
pertama dalam masehi merupakan gambaran kelam dari perkembangan retorika sehingga oleh
para ahli sering disebut sebagai abad peralihan.

Anda mungkin juga menyukai