Anda di halaman 1dari 1

ALPHABET MITIGATION: MITIGASI TERPADU BERBASIS EDUKASI

MANAJEMEN NON-STRUKTUR STUDI KASUS SEMBURAN


LUMPUR KUTISARI, SURABAYA

Mikko Loren Pangestu1), Bagoes Idcha Mawardi2), Vahira Tri Kemalasari3)


1Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian, Institusi Teknologi Sepuluh Nopember
email: Mickoloren86@gmail.com
2Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian, Institusi Teknologi Sepuluh Nopember
email: Bagoes.idcha@outlook.com
3Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian, Institusi Teknologi Sepuluh Nopember
email: Vahirakemala@gmail.com

ABSTRAK

Semburan lumpur merupakan fenomena yang perlu diwaspadai. Salah satu semburan lumpur
terjadi di Kelurahan Kutisari, Kecamatan Tenggilis, Surabaya pada bulan Oktober hingga
November 2019. Jika ditarik 220 tahun kebelakang, daerah tersebut masuk dalam bagian
lapangan produksi minyak dan gas cekungan Jawa Timur (East Java Basin) yang di
eksplorasi dan di produksi sejak tahun 1800-an. Pada tahun 1888 ditemukan Kuti Anyar Field
yang mengeksplorasi Miocene Ngrayong clastics sejak tahun 1800-an. Setelah lebih dari 100
tahun eksplorasi dan produksi, pada tahun 2000/2001 cekungan ini masih memiliki akumulasi
minyak dan gas yang substansial. Secara keseluruhan ada 32 lapangan produksi minyak dan
gas di Cekungan Jawa Timur (East Java Basin) yang suatu saat diperkirakan bisa mengalami
semburan seperti pada wilayah Kutisari dikarenakan dinamika dalam bumi. Secara litologi,
Surabaya terdiri atas 80% alluvium, termasuk wilayah Kutisari. Jika dikorelasikan dengan
Sesar Kendeng Baribis Segmen Surabaya, nilai PGA (Peak Ground Acceleration) yang
terhitung pada wilayah Kutisari memiliki rentang 363 – 387. Pada rentang tersebut, sumur tua
yang berada di atas alluvium ini akan sangat berpotensi untuk mengalami pergeseran dan bisa
menyebabkan semburan lumpur yang membahayakan, terlebih kandungan didalamnya.
Beberapa kandungannya yang ada pada semburan lumpur daerah Kutisari yakni berupa Sulfat
630 𝑚𝑔⁄𝐿, Mangan 172,9 𝑚𝑔⁄𝐿, dan Besi 31,85 𝑚𝑔⁄𝐿 yang memiliki dampak buruk bagi
kesehatan yakni Diare, Iritasi, dan juga efek kronis lainnya. Sehingga dibutuhkan kesadaran
dari semua lapisan masyarakat terhadap kejadian alam ini. Mengingat bahwa wilayah
penelitian merupakan pemukiman dengan jumlah penduduk sebesar 17.860 jiwa dengan
kepadatan penduduk mencapai 10.427 𝑗𝑖𝑤𝑎⁄𝑘𝑚2. Maka dampak kerugian yang ditimbulkan
akan besar jika semburan lumpur ini terjadi lagi. Sehingga dibutuhkan adanya mitigasi
mengenai semburan lumpur. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah Alphabet Mitigation
berbasis edukasi dengan manajemen Non-struktural mulai dari Pra – Kejadian hingga Pasca –
Kejadian. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan peta mengenai potensi semburan,
pergerakan sesar, serta nilai PGA (Peak Ground Acceleration) dan juga berupa edukasi
mengenai kandungan semburan lumpur. Sehingga mitigasi ini dapat menambah wawasan
mengenai lingkungan sekitar, kewaspadaan, dan dapat meminimalisir tingkat kerugian yang
ditimbulkan.

Kata Kunci : Cekungan Jawa Timur, Mitigasi, Peak Ground Acceleration, Semburan Lumpur

Anda mungkin juga menyukai