Anak Agung Ketut Eli Dana Sari Gusti Ayu Dian Nanda Pratiwi As
Dewasa ini, TOGA atau Tanaman Obat Keluarga cenderung mulai
kehilangan eksistensinya. Tanaman Obat Keluarga merupakan sebagian dari banyak tanaman yang berkhasiat obat yang banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi. Tanaman Obat Keluarga pada umumnya dapat dimanfaatkan dengan dikonsumsi secara langsung, maupun diolah terlebih dahulu menjadi bentuk sediaan farmasi. Saat ini, sebagian besar masyarakat cenderung malas untuk menanam, merawat, dan mengolah tanaman yang berkhasiat obat tersebut. Keadaan tersebut disebabkan oleh karena masyarakat menganggap melakukan penanaman dan perawatan tanaman obat ini memerlukan perhatian khusus, sementara waktu yang diluangkan oleh masyarakat pada umumnya terbatas. Selain itu juga masyarakat merasa bahwa lebih baik membeli obat kimia di apotek dibandingkan memanfaatkan potensi TOGA itu sendiri dengan alasan kepraktisan, baik dalam cara memperoleh maupun cara penggunaanya. Pemanfaatan TOGA menjadi produk kesehatan memiliki potensi yang cukup baik dalam hal bisnis komersial. Sebagian masyarakat cenderung mulai mencari alternatif dari obat-obat kimia dan mulai berusaha menggunakan obat yang berasal dari alam. Sebagian masyarakat tersebut beranggapan bahwa beberapa tindakan medis lebih menakutkan dan menimbulkan risiko, serta pengobatan dengan obat kimia cenderung lebih mahal. Dengan dasar tersebut, produk olahan TOGA memiliki sasaran konsumen tersendiri. Produk olahan TOGA memang menjanjikan, namun, salah satu permasalahan yang timbul adalah kurangnya bahan baku TOGA yang dapat dimanfaatkan. Seiring pesatnya perkembangan zaman, teknologi mulai dimanfaatkan ke dalam seluruh aspek kehidupan untuk mempermudah manusia. Pemanfaatan teknologi tersebut telah digunakan juga pada makhluk hidup. Bukan sesuatu yang mustahil untuk mengatasi masalah ketersediaan TOGA. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperbanyak jumlah TOGA adalah dengan metode kultur jaringan. Metode kultur jaringan merupakan salah satu alternatif untuk menyediakan bahan tanaman secara massal dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Metode kultur jaringan merupakan salah satu pilihan metode yang tepat untuk mendapatkan bibit dengan jumlah yang banyak demi mendapatkan bahan baku untuk pengolahan lebih lanjut. Metode ini datang sebagai jawaban dari permasalahan utama yang timbul yaitu kurangnya minat masyarakat dalam membudidayakan TOGA. Metode kultur jaringan memiliki kelebihan diantaranya dapat membuat tanaman bebas dari penyakit karena dilakukan secara aseptik, tidak tergantung musim, dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat, serta biaya dalam proses produksi bibit relatif lebih murah dan mudah karena dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya. Dapat dikatakan, metode kultur jaringan sangat menguntungkan untuk perbanyakan tanaman dan dapat dipraktekan dengan mudah pada TOGA. Kendati demikian, metode ini tetap memiliki kelemahan, yaitu diperlukan biaya awal yang relatif lebih besar. Secara umum, metode kultur jaringan memiliki beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah sterilisasi. Proses sterilisasi adalah segala jenis kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan ditempat yang steril. Sterilisasi yang dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol ynag disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Selain perlatan yang harus steril, para teknisi yang melakukan proses kultur juga harus dalam kondisi steril. Tahapan selanjutnya adalah pembuatan media tanam. Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan melalui jalan kultur jaringan. Umumnya media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, gula, dan hormone pendukung pertumbuhan. Media yang telah jadi ditempatkan wadah kaca yang telah diseterilkan dengan autoklaf. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Pada tahap ini, eksplan yang dipilih diharapkan bisa memulai pertumbuhan baru. Eksplan kemudian diperbanyak dengan menanam pada media tanam. Wadah kaca yang telah ditanami ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Proses kultur jaringan yang dilakukan dikatakan berjalan dengan baik apabila eksplan menunjukkan adanya pertumbuhan akar. Eksplan yang telah berakar dipindahkan secara bertahap keluar dari kondisi aseptik. Dengan metode tersebut, bibit dapat diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak dengan waktu relatif lebih cepat. Apabila tanaman dapat dihasilkan dengan cepat, maka dapat menunjang proses pengolahan tanaman.