GENETIKA
PERCOBAAN V
ALEL GANDA
NIM : H41112311
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a.
Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh
sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang
Namun, kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus
tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua dua macam alel, sehingga lokus tersebut
dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple
Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO.
Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan
(plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam
darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan
(beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan
Golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan macam antigen dalam eritrosit yang
dimilikinya. Bermstein tahun 1925 menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh suatu seri
alel ganda. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada
permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel I A dalam
kromosom, yang mampu membentuk antigen B memiliki alel I B, yang memiliki alel IA dan IB dapat
membentuk antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak mempu membentuk antigen sama sekali
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret 2013 pukul 14.30-17.30 WITA.
Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian ) dan memiliki
pekerjaan yang hampir sama dalam kromosom homolog. Dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe,
alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu
lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus, maka disebut
alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka disebut alel ganda
Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu
menghasilkan varian yang sama. Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3, yang
masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat
menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya bukan hanya 2 (dua), tetapi ada 4
(empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda (Anang,
Asep, 2011).
Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua gen yang
terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda karena adanya
interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan
pada satu gen (menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada sehingga
genotipe individu diploid dapat diformulasikan sebagai berikut (Susanto, Agus Hery, 2011) :
Pengaruh peranan alel ganda dapat dilihat pada kelinci. Beberapa warna dasar kulit kelinci
1. c+ adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu bercampur kuning, cokelat dan
dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan kelinci liar (normal).
2. cch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu perak, tanpa warna kuning. Kelinci
3. ch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih, kecuali telinga, hidung, kaki, dan ekor
bahwa dominansi alel-alel tersebut ialah: c+ > cch > ch > c. Perkawinan antara kelinci normal dengan
chincilla menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berupa kelinci normal. Tetapi keturunan F2
gen yang menyebabkan warna abu-abu dan chinchilla merupakan alel (Suryo, 2005).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua
bentukan alel. Golongan darah ABO pada manusia, misalnya, ditentukan oleh tiga alel pada satu gen
tunggal : IA, IB, dan i. Golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe : A, B,
AB, atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di
permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah
A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), dan tidak keduanya (golongan
Hal ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner bahwa sel-sel darah merah
(eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang
dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi
tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi
adalah adanya reaksi antigen antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan ke
dalam aliran darah dari seekor hewan akan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu
Mengikuti penemuan Karl Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan
mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan
eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibodi itu atau sama sekali tidak
membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B,
sedangkan dua antibodi itu disebut anti A (atau a) dan anti B (atau b). Melalui tes darah maka setiap
orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen A dan B
merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya
sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen antibodi (Suryo, 2005).
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang
dimilikinya sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi
yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk
Kompatibilitas golongan darah sistem ABO pada transfusi darah (Selma, Risni, 2011)
A A Anti B B, AB A, O
B B Anti A A, AB B, O
AB A dan B - - A, B, AB, O
Golongan darah O, A, B, dan AB mempunyai arti sangat penting untuk keperluan transfusi
darah, karena adanya interaksi antara antigen dan antibodi pemberi darah (donor) dengan penerima
darah (resipien) dapat menimbulkan penggumpalan darah 9agglutinasi), yaitu bila antigen A
bertemu dengan anti A atau antigen B bertemu dengan anti B. Setelah mempelajari daftar transfusi
darah, maka dalam ilmu Kedokteran modern predikat pemberi umum (“universal donor”) untuk
mereka dengan golongan darah O dan penerima umum (“universal recipient”) untuk mereka yang
Selain tipe ABO, K. Landsteiner, bersama-sama dengan P.Levine, pada tahun 1927 berhasil
mengklasifikasi golongan darah manusia dengan sistem MN. Sama halnya dengan sistem ABO,
pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen – antibodi. Namun,
kontrol gen pada golongan darah sistem MN tidak berupa alel ganda, tetapi dalam hal ini hanya ada
sepasang alel, yaitu IM dan IN , yang bersifat kodominan. Dengan demikian, terdapat tiga macam
fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam genotipe, masing-masing golongan darah M (IMIM),
golongan darah MN (IMIN), dan golongan darah N (ININ) (Selma, Risni, 2011).
Selain pada manusia dan hewan, alel ganda juga terdapat pada tumbuhan. Contoh umum
alel ganda pada tanaman ialah alel s, yang berperan dalam mempengaruhi sterilitas. Ada dua macam
sterilitas yang dapat disebabkan oleh alel s, yaitu sterilitas sendiri (self sterility) dan sterilitas silang
(cross sterility). Mekanisme terjadinya sterilitas oleh alel s pada garis besar berupa kegagalan
pembentukan saluran serbuk sari (pollen tube) akibat adanya semacam reaksi antigen antibodi
antara saluran tersebut dan dinding pistil (Susanto, Agus Hery, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah autoclick, jarum lancet, dan kaca
preparat.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah darah manusia, kapas beralkohol,
serum A dan B.
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Masukkan lancet ke dalam autoclick kemudian atur pada kedalaman nomor tiga.
2. Mengoleskan alcohol pads pada permukaan tangan yang akan diambil darahnya.
3. Meletakkan autoclick berisi lanset diatas tangan yang sudah dioleskan alcohol pads lalu tekan
autoclikc-nya.
4. Menekan-nekan tangan yang sudah ditusuk agar darahnya keluar lalu darah tersebut diletakkan di
5. Kemudiam menguji darah tersebut dengan cara meneteskan serum anti A dan anti B.
BAB IV
Golongan Darah
No. Nama Anti A Anti B
A B AB O
1. Suci Alfiah - - Ö
2. Nur Rahma - - Ö
3. Ira Rabiah + + Ö
4. Selviani - + Ö
5. Nur Sakinah - + Ö
6. Rita Tosang - - Ö
7. Purnama Sari - - Ö
9. Nurul Elfiani - + Ö
14. Nurfaidah - + Ö
19. Nurlina - + Ö
22. Rusli - + Ö
25. Daud + - Ö
30. Jumrawati - - Ö
32. Andre + - Ö
40. Rosiyantuti + - Ö
41. Ummawati - + Ö
44. Wahyuni - - Ö
46. A. Rismayani - + Ö
Total 11 16 4 16
Dik :
Dit :
(p + q + r) = 1
Oleh karena (p + q + r) = 1
B. Presentasi Genotip
IV. 3 Pembahasan
Pada percobaan ini golongan darah masing-masing individu dalam populasi Laboratorium
Genetika dicari dengan cara melakukan tes golongan darah dengan uji serum. Apabila darah
mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum A berarti di dalam darahnya mengandung antigen A
dengan kata lain orang tersebut bergolongan darah A. Apabila darah mengalami penggumpalan
ketika ditetesi serum B berarti golongan darah orang tersebut adalah B, apabila menggumpal ketika
di tetesi serum A dan B maka golongan darah orang tersebut adalah AB, sedangkan apabila tidak
terjadi penggumpalan sama sekali maka golongan darah orang tersebut adalah O.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada individu dalam populasi Laboratorium Genetika,
diperoleh data dimana individu bergolongan darah A berjumlah 11 orang, individu bergolongan
darah B sebanyak 16 orang, individu bergolongan darah AB hanya 4 orang dan individu bergolongan
darah O sebanyak 16 orang. Data-data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan hukum Hardy
Weinberg dimana frekuensi alel IA dilambangkan dengan p, alel IB dilambangkan dengan q, dan alel i
dilambangkan dengan r. Sehingga diperoleh frekuensi alel IA sebesar 0,17, alel IB 0,25 dan alel i
sebesar 0,58. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa frekuensi alel i lebih banyak
dibandingkan dengan frekuensi alel-alel lainnya hal ini juga yang menyebabkan jumlah individu yang
bergolongan darah O secara umum lebih banyak daripada individu dengan golongan darah lainnya.
Hal ini karena dalam golongan darah A-pun, tidak serta merta hanya alel IA yang terdapat dalam
darahnya namun bisa juga heterozigot sehingga dalam golongan darah A tersebut juga terdapat i.
Dan apabila terjadi perkawinan antara heterozigot maka anakannya memiliki kemungkinan darah O.
Sedangkan untuk frekuensi golongan darah AB sangat kecil, seperti yang terjadi dalam pengambilan
data kelas dimana hanya diperoleh 4 orang yang bergolongan darah AB, hal ini disebabkan karena
dari perkawinan maka golongan darah AB kemungkinan hanya lahir dari pasangan bergolongan
darah A homozigot dengan B homozigot, golongan darah AB dengan AB, Golongan darah A
heterozigot dengan B heterozigot, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk dihasilkan golongan
Adapun presentasi genotip yang diperoleh untuk alel ii sebesar 34%, alel IA IA sebesar 2%, alel
IA i sebesar 20%, alel IB IB sebesar 6%, alel IB i sebesar 29%, dan alel IAIB sebesar 8%. Dari presentasi ini
juga dapat dilihat dimana presentasi genotip golongan darah AB hanya 8% yang merupakan angka
yang lebih kecil dibandingkan angka presentasi golongan darah yang lain.
Dari presentasi genotip tersebut dapat dilihat bahwa alel ii untuk golongan darah O yang
memiliki presentase yang paling besar. Banyaknya orang-orang bergolongan darah O seperti yang
telah dibahas sebelumnya diakibatkan karena kemungkinan munculnya genotip untuk golongan
darah O paling besar. Misalkan saja seorang bergolongan darah A heterozigot dan B heterozigot
menikah, maka salah satu kemungkinan atau 25% kemungkinan anaknya bergolongan darah O.
Perkawinan antara golongan darah A heterozigot dan A heterozigot juga demikian. Karena dari
banyaknya kemungkinan perkawinan yang bisa menghasilkan keturunan bergolongan darah O maka
orang dengan golongan darah O lebih banyak dibandingkan golongan darah yang lain. Banyaknya
golongan darah O ini juga disebabkan karena dalam darah O tidak terdapat antigen. Dari data di
seluruh dunia antigen A lebih banyak daripada antigen B, untuk darah AB memerlukan kedua
antigen ini sedangkan O tidak. Sehingga golongan darah O sangat banyak karena tidak perlu
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Golongan darah masing-masing individu dapat ditetapkan dengan cara melakukan pengujian
terhadap darah individu tersebut dengan meneteskan serum pada darah untuk melihat terjadinya
penggumpalan darah atau tidak, dan berdasarkan percobaan yang dilakukan di Laboratorium
Genetika diperoleh yang bergolongan darah A sebanyak 11 orang, golongan darah B sebanyak 16
orang, golongan darah AB hanya 4 orang, dan golongan darah O sebanyak 16 orang.
2. Pola pewarisan alel ganda khususnya pada golongan darah manusia ditentukan oleh seri alel yang
terdapat dalam kromosom, alel-alel tersebut adalah IA, IB, dan i. Interaksi antara alel-alel IA, IB, dan i
3. Frekuensi alel dalam populasi Laboratorium Genetika diperoleh ferekuensi alel I A sebesar 0,17, alel
V.2 Saran
Adapun saran mengenai percobaan ini sebaiknya pinset yang digunakan untuk menggosok-
gosok darah untuk melihat terjadinya penggumpalan harus dibersihkan dengan baik karena apabila
tidak demikian maka bisa saja kemungkinannya dimana terjadi pencampuran antara darah yang satu
Bintang, Galai. 2012. Alel Ganda. http://teloanyar.blogspot.com. Diakses pada 29 Maret 2013 pukul 21.15
WITA.
Campbell, Neil A., dkk., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.