Anda di halaman 1dari 10

Rabu, 02 November 2016

Makalah Fiqih Kontemporer tentang


INSEMINASI, CLONING, BANK SPERMA DAN
RAHIM SEWAAN
Oleh
Arif Budi Amsar Lubis
13 106 008
Jurusan Biologi Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSEMINASI, CLONING, BANK SPERMA DAN RAHIM SEWAAN

KATA PENGANTAR

  

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Selanjutnya Shalawat
beserta Salam tak lupa pula kita mohonkan kepada Allah semoga selalu tercurah pada junjungan
umat, pelita di kala malam dan pelipur lara di kala duka, yaitu Nabi Muhammad Saw.Allahumma
Shalli ‘Ala Muhammad, wa’ala Ali Muhammad.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik bantuan
yang berbentuk moril maupun materil. Dalam kesempatan ini, penulis  menghaturkan rasa terima
kasih kepada:

a.       Orang tua penulis, yang berkat kerja keras dan pengorbanan beliau penulis bisa seperti sekarang ini,
dan bisa menyelesaikan penulisan laporan ini.

b.      Zulkifli, S.Ag., M.H.I selaku dosen pembimbing.

c.       Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja sama
anda semua.

Semoga semua bantuan dan bimbingan menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Amin .

BAB I
PENDAHULUANk

A.    Latar Belakang

       Ketergantungan  umat manusia terhadap ilmu kedokteran dewasa ini telah mampu merubah
kecenderungan manusia dari system pengobatan tradisional ke system pengobatan professional.
Perkembangan dalam menjalankan misinya dewasa ini banyak terlegitimasi oleh firman Allah, hadis
Nabi SAW, dan kaedah-kaedah yang telah ditetapkan ulama.

        Fenomena yang kita temui sekarang banyak di masyarakat munculinseminasi,cloning, bank


sperma dan rahim sewaan. Umumnya, dalam persoalan ini banyak berbagai pendapat mengenai hal
ini,apakah boleh atau tidak dalam ajaran Islam.

       Namun, mereka tidak tahu bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini. Bahkan, sebagian dari
masyarakat banyak yang mengalami kesulitan dan dampak negatif  dariinseminasi,cloning dan rahim
sewaan.

       Hal ini disebabkan mereka kurang paham mengenai ketentuan atau cara-cara pelaksanaannya.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan menjelaskan apa itu inseminasi, cloning, bank sperma
dan rahim sewaan.  Selain itu, penulis juga menjelaskan pandangan Islam mengenai hal ini

B.     Batasan Masalah

Dari uraian di atas dapat di identifikasi yang menjadai fakusan masalah bagi penulis antara lain:

1.      Pengertian pengertian inseminasi, cloning, bank sperma dan rahim sewaan

2.      inseminasi, cloning, bank sperma dan rahim sewaan menurut pandangan islam

  

C.    Rumusan Masalah

Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi
kendala-kendala kehidupan..Salah satunya adalah kesulitan mempunyai anak dengan berbagai
faktor.Tetapi terkadang kecanggihan teknologi mempengaruhi etika-etika terhadap islam.
Kemungkinan kehamilan dipengaruhi oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin
muda usia makin baik hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah
embrio yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang dipindahkan akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan terjadinya kehamilan multipel
dengan masalah yang berhubungan dengan kelahiran prematur juga lebih besar.

Semua keinginan manusai pada saat sekarang ini bisa di kabulkan dengan kecangihan zaman
sekarang ini, namun semua hal itui harus dilihat dari sudut padang agama islam, bagaimana islam
memandang iseminasi cloning bank sperma dan rahim sewaan. Pada dasarnya islam sangat menjaga
kehormatan nasab dan menjaga. Jadi tidak semua hal itu bisa boleh menurut islam kareena besar
mudaratnya daripada keuntungnnya.

D.    Tujuan

1.         Untuk mengetahui pengertian inseminasi, cloning, bank sperma, dan rahim sewaan

2.         Untuk mengetahui pandangan atau tinjauan hokum islam mengenai inseminasi, cloning, bank
sperma, dan rahim sewaan

BAB II

PENGERTIAN INSEMINASI, CLONING, BANK SPERMA

DAN RAHIM SEWAAN

A.    Pengertian Inseminasi, Cloning, Bank Sperma dan Rahim Sewaan

1.      Pengertian Inseminasi

Menurut istilah Inggris “ artificial insemination “ yang berarti inseminasi buatan , yang dalam
bahasa arab disebut al-talqih alshina’i. kedua etimologi ini, ditarikke dalam bahasa Indonesia
diistilahkan dengan pemanian buatan, pembuahan buatan, dan penghamilan buatan.[1]

Inseminasi ada dua macam yaitu,inseminasi ilmiah(natural insemination) yaitu pembuahan


dengan cara hubungan badan antara dua jenis makhluk biologis. Inseminasi buatan (arhficial
insemination) kata taqlik artinya dengan inseminasi, dari dokter bahasa arab dalam upaya
pembuatan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan dengan istilah bayi tabung bagi manusia.
[2]

Dalam ensiklopedi hokum islam inseminasi buatan adalah suatu upaya pembuatan rahim
(uterus) hewan atau manusia untuk mendapatkan keturunan, melalui proses kopulasi alamiah.
Upaya medis dilakukan karena beberapa sebab yaitu, terjadinya penyumbatan sel telur, sehingga
sperma sulit mencapai suatu tujuan untuk menyatu dengan ovum.[3]
2.      Pengertian Cloning

Cloning secara etimologi, klon (bahasa yunani) sebagai kata benda yang artinya:

a.        Aqreqat progeni yaitu suatu individu yang dihasilkan secara aseksual

b.      Suatu individu yang berasal dari sel somatic tunggal orang tuanya dan secara genetic ia identic.

Jika diartikan sebagai kata kerja, klon(cloning) diartikan sebagai upaya memperbanyak bentuk
klon, mengcopy atau menghasilkan klon oleh karena itu, cloning merupakan produksi satu atau lebih
individu makhluk hidup, termasuk manusia yang identik secara genetika.[4]

3.      Pengertian Bank Sperma

Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu dibekukan dan disimpan ke
dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilalitas sperma. Dalam bahasa medis disebut
cryio banking, yaitu suatu teknik penyimpanan sel cryopreserved untuk digunakan dikemudian hari.
[5]

Bank sperma juga merupakan suatu teknik penyimpanan sel croupre served untuk
digunakan di kemudian hari yang bertujuan untuk mempertahankan garis keturunan dari keluarga.

4.      Pengertian Sewa Rahim

Sewa rahim adalah menanam ovum seorang wanita yang subur bersamaan dengan sperma
suaminya didalam rahim wanita lain dengan balasan sejumlah uang atau tanpa balasan karena
berbagai sebab diantaranya rahim pemilik ovum tidak baik untuk hamil atau ketiadaan rahim
bersamaan dengan adanya dua sel telur yang subur atau salah satunya atau karena pemilik ovum
ingin menjaga kesehatan dan kecantikannya dari beberapa motif yang ada.

Menurut W.J.Spurwadarminto kata sewa bearti pemakaian(peminjaman) sesuatu dengan m
embayar uang. Sedang arti kata rahim yaitu kandungan. Jadi pengertian sewa rahim menurut bahasa
adalah pemakaian atau peminjaman kandungan dengan membayar uang atau dengan pembayaran
suatu imbalan.

Sedangkan menurut istilah ialah menggunakan rahim wanita lain untuk mengandung benih
wanita(ovum) yang telah disewakanya dengan benih laki-laki(sperma) yaitu pasangan suami, istri,
dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sampai lahir kemudian suami istri yang ingin memiliki
anak akan membayar dengan sejumlah uang kepada wanita yang menyewakan rahim.[6]

B.     Padangan Hukum Islam Mengenai Inseminasi, Cloning, Bank Sperma, dan Rahim Sewaan
1.      Pandangan Hukum Islam Terhadap Inseminasi

Tentang iseminasi, pandangan hukum islam ialah terdapat perbedaan ulama fiqih dalam
memahami larangan rasullah SAW yaitu: “rasullah SAW melarang mengambil upah dari sapi
jantan”(H.R al-Bukhari, Abu Daud, dan at-Tarmidzi dari Ibnu Umar). Jumhur utama fiqih
memahaminya sebagai memperjual belikan sperma pejantan. Alasan mereka bahwa rasulullah SAW
melarang menjual belikan sperma hewan harta yang dianggap tidak bernilai oleh syara’ karena tidak
jelas kualitas barang yang dijual, dan tidak bisa dilakukan serta diterima barang yang diperjual beli.

Apabila mengkaji tentang Inseminasi dari hukum islam,maka harus dikaji dengan memakai
metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-
prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasangan umat islam. Inseminasi, apabila dilakukan
dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami yang berpoligami), maka islam
membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan kedalam vagina
atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim,kemudian buahnya
ditanam kedalam rahim istri,asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan
alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak.

            Menurut Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70

Artinya:Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut mereka


didaratan dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia sejajar
dengan hewan yang di inseminasi.

Hadist Nabi:

Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain(vagina  istri orang lain).Hadist Riwayat Abu Daud,Al-Tirmizi dan
hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.

Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang mengawini/melakukan


hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang
sah.

Menurut pendapat imam asy-syafei dan imam malik, menyatakan bahwa pemilik hewan
pejantan boleh mengambilan upah dari kopulasi yang di lakukan hewan penjantan tersebut dari
pemilik sapi betina yang dikopulasikan hewan jantan dengan syarat ditentukan lamanya kopulasi
tersebut. Alasannya dengan mengqiaskan kepada penyerbukan tumbuh-tumbuhan yang banyak
dilakukan pada zaman rasulullah SAW.

Hukum bagi inseminasi buatan pada manusia menurut M.Syaltut, apabila inseminasi buatan
itu dilakukan untuk mendapatkan keturunan bagi suami istri yang sah, dan sperma yang seinjeksikan
ke dalam rahim wanita itu adalah sperma suaminya, maka hukumnya boleh dengan syarat bahwa
upaya alamiah untuk mendapatkan anak melalui hubungan seksual tidak berhasil maka medis pun
dilakukan inseminasi ini dibolehkan karena kebutuhan suami istri terhadap keturunan sudah
mencapaitingkat yang sangat dibutuhkan.

2.      Pandangan Hukum Islam mengenaiClonig.

Cloning manusia dalam buku karangan yusuf qordhawy bahwa tidak diperbolehkannya cloning
terhadap manusia atas beberapa pertimbangan antara lain:

a.       Cloning akan meniadakan keaneka ragaman (varietes) Allah menciptakan alam ini dengan
keberagaman, hal ini tertuang dalam QS. al-fathir ayat 26-27

b.      Cloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Hal ini juga akan menimbulkan
kejahatan.

c.       Adanya cloning akan menghilangan sunatullah(nikah)

d.      Memproduksi anak melalui proses cloning akan mencegah terlaksananya hukum-hukum syarak.

Kloning terhadap hewan atau tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan
manusia maka hukumnya mubah/boleh dalilnya :

1.      Q.S. Al-Baqarah:29

2.      Q.S. Al-Jatsiyah

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama’ dapat di ketahui


mafsadat dari kloning lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karna itu,praktek kloning
manusia bertentangan dengan hukum islam dengan demikian kloning manusia dalam islam
hukumnya haram. Dalil-dalil keharaman.:

1.      Q.S.An-Najm:45-46

2.      Q.S.Al-Qiyamah:37-38

3.      Q.S.Al-Hujurat:13,]

4.      Q.S.Al-Ahzab:5
5.      Q.S.Al-Israa’:70

6.      Q.S.At-tiin:4[7]

Dilihat dari tinjauan cloning reproduktif yaitu pencipataan manusia baru maka kloning
manusia dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan tuhan. Dalam Al
Qur’an dikatakan seluruh sel tubuh bersal dari pati tanah. Selain itu agama melihat reproduksid ari
hubungan seksual yang dipandang sebagai suatu proses kehidupan yang sakral sebagai dimaksudkan
oleh Tuhan, dan tidak berhak dikacaukan oleh manusia. Hal ini menyimpang dari rencana Tuhan.

Menurut pendapat Rassel E. Saltzman, bagaimana pun cloning tetap tidak diperbolehkan,
karena pada prosesnya terdapat pengambilan sel dari makhluk hidup yang berhak mendapatkan
kehidupan. Sel yang di ambil untuk cloning berarti sama saja dengan membunuhnya untuk kemudian
dijadikan sebagai organisme baru.

Pada hal setiap makhluk hidup sekicil apa pun berhak mendapatkan dan menikmati
kehidupan. perspekti. Sel yang di ambil untuk cloning berarti sama saja dengan membunuhnya untuk
kemudian dijadikan sebagai organisme baru. Pada hal setiap makhluk hidup sekicil apa pun berhak
mendapatkan dan menikmati kehidupan. Perspektif agama islam cloning dan huku agama islam
cloning dan hukumnya secara tersurat tidak terdapat  dari kitab-kitab meraji islam, baik alqur’an,
hadist dan kitab-kitab lama klasik. Penentuan hukum cloning murni merupakan ijtihad.

3.      Pandangan Hukum Islam TerhadapBank Sperma

Pandangan hukum islam mengenai bank sperma ialah praktek jual beli sperma haram
hukumnya, donor sperma pun haram hukumnya mana hukum dari pihak sperma. Hal ini ada dua
bentuk pendapat yang muncul; pertama hukum mewujudkan bank sperma tersebut dan kedua
hukum menggunakan khidmat bank tersebut yakni mendapatkan sperma laki-laki untuk disewakan
dengan sel telur perempuan bagi mewujudkan satu kehamilan dengan inseminasi buatan.

Yusuf Al-Qarawadi (1995) membahas masalah menggunakan donor sperma harus


diklasifikasikan sebagai yang sama dengan melakukan perzinahan dan karena itu dianggap sebagai
kejahatan grevious dan dosa besar. Dia juga menekankan tentang pentingnya menjaga garis
keturunan dalam Islam. Seorang mantan kepala Al-Azhar Masjid dan Universitas, Syaikh Mahmud
Shaltut seperti dikutip oleh Abul Fadl Mohsin Ebrahim (1988) merilis fatwa (keputusan keagamaan)
yang mengutuk tindakan inseminasi donor sperma dan setara untuk melakukan perzinahan.[8]

Disegi hukum bank sperma tersebut harus dihapuskan istrinya jika suaminya meninggal
dunia. Jika telah berlaku perceraian di antara suami istri. Jika hal-hal di atas dilakukan istri terhadap
rahimnya, maka dia telah melakukan keharaman dan wajib di kenakan ta’zir.
Berikut tinjauan hukum Islam terhadap bank sperma dilihat dari analisis asal dan tempat
penanaman sperma adalah sebagai berikut.

a.       Bibit dari suami-isteri dan ditanam pada isteri. Inseminasi buatan yang bibitnya berasal dari sperma
suami dan ovum isteri, jika dikaitkan dengan batasan nikah dan zina, maka ia bukan termasuk
kategori zina karena suami-isteri tersebut telah terikat dengan akad nikah. Oleh sebab itu
pertemuan sperma dan ovumnyadihalalkan.

b.      Bibit dari suami-isteri dan ditanamkan pada orang lain. Dalam kasus ini Lembaga Fiqih Islam OKI
menghukumi haramkarena dikhawatirkan pencampuran nasab dan hilangnya keibuan serta
halangan syara lainnya. Majelis Ulama DKI Jakarta juga menghukumi haram.

c.       Sperma suami yang telah meninggal dan ovum isteri ditanam pada rahim isteri. Pembuahan ovum
dengan sperma dari suami yang telah meninggaltidak dapat dibenarkan oleh Islam, karena keduanya
sudah tidak ada hubungan pernikahan lagi.

d.      Sperma laki-laki lain dibuahkan dengan ovum wanita lain dan ditanam pada wanita yang tidak
bersuami. Di atas telah dinyatakan bahwa pembuahan hanya dihalalkan bagi orang yang memiliki
ikatan pernikahan yang sah. Oleh karena itu inseminasi model ini tidak dibenarkan.

e.       Sperma suami dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanam pada isteri. Walaupun isteri
sendiri yang dijadikan tempat penanaman embrio, tetapi karena konsepsinya berasal dari
pembuahan bibit yang tidak memiliki ikatan pernikahan yang sah, maka inseminasi model ini
juga tidak dibenarkan.

f.       Sperma laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum isteri dan ditanamkan pada rahim isteri.
Inseminasi model ini sama halnya dengan inseminasi model huruf e, yaitu walaupun ovum dan
tempat penanaman bibit ada pada isteri sendiri namun karena sperma dari orang lain
maka diharamkan oleh Islam.

g.      Sperma laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanamkan pada
rahim isteri. Bibit yang berasal dari donor yang tidak memiliki ikatan pernikahan yang sah,
sebagaimana uraian terdahulu,tidak dibenarkan oleh Islam. [9]

4.      Pandangan Hukum Islam Terhadap Rahim Sewaan

Penyewaan rahim ini diharamkan didalam islam. Hal ini berlandasakan kepada dalil-dalil
dibawah ini

a.       Tidak adanya hubungan perkawinan antara pemilik sperma dengan pemilik rahim
b.      Adanya ikatan syari’at antara hak melakukan pembuahan didalam rahim seseorang dan hak
melakukan jima‘ (menggauli) dengan pemilik rahim. Dalam kaidah fiqh,“siapa saja yang berhak
melakukan jima dengan seorang perempuan maka perempuan berhak hamil dari hasil hubungan
tersebut. Maka jelaslah bahwa barang siapa yang tidak brehak untuk melakukan jima‘ dengan
perempuan maka perempuan tersebut tidak berhak hamil dari hubungan tersebut.

c.       Tidak sah rahim itu menjadi barang jual beli

d.      Syari’at islam melarang kepada segala hal yang membawa kepada perselisihan umat manusia.

e.       Syari’at melarang percampuran nasab

f.       Penyewaan rahim akan mengakibatkan terlantarnya anak dan mnyebabkan orang tua melepaskan
tanggung jawab.

Pandangan hukum islam mengenai rahim sewaan, hukum Indonesia di perbolehkan bayi
tabung yaitu metode pembuahan antara sperma milik suami dan ovum milik istri yang terikat
perkawinan secara sah dimata hukum kemudian ditanamkan dirahim  istri dimana pun itu berasal.

Dalam pasal 27 undang-undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan diatur bahwa upaya
kehamilan diluar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang syah dengan
ketentuan:

a.       Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim
istri dimana ovum barasal.

b.      Dilakukan oleg tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

c.       Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Praktek sewa rahim tidak boleh oleh peraturan perundang-undangan, praktek transfer embrio
ke rahim titipan(bukan rahim istri yang memiliki ovum tersebut) difatwakan “haram”.

Menurut ulama NU dalam sidang masail diniyah memutuskan; penolakan tegas terhadap
praktek penyewaan rahim untuk kepentingan iseminasi buatan. Praktek ibu titipan tersebut
dinyatakan haram dan tidak sah. Sebagaimana sabda rasulullah SAW, yaitu:

Artinya: tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan
spermanya kedalam rahim orang lain.(H.R Abu Daud)

Mursyidah mengatakan bahwa rahim sewaan hukumnya haram karena bertentangan


dengan ajaran islam dan mencederai kemanusian. Dalam lembaga fiqih islam OKI menghukumi
haram, karena dikhawatirkan pencampuran nasab dan hilangnya keibuan serta halangan syara’
lainnya.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa inseminasi merupakan mengawinkan

Anda mungkin juga menyukai