Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK HPT

“HAMA GUDANG”
 
Oleh:
                        Nama                          : Akhmad Subhan Nuerfajri
                        NIM                            : 125040200111175
                        Waktu Praktikum      :Selasa, 06.00-07.30
                        Nama Asisten             : Mbak Ika
 
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat
menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian.
Hama berdasarkan tempat penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis
yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca panen. Hama lapang
adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di
lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak  produk pertanian
saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Menurut
(Kertasapoetra, 1991), hama pasca panen merupakan salah satu
faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi.
Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat
diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan.
Dalam tiap fase produksi pertanian baik pra produksi maupun pasca-
produksi, terjadi gangguan serangga hama yang mengakibatkan
penyusutan hasil pertanian. Khusus pada masa pasca produksi atau
pasca panen penyusutan hasil pertanian, berdasarkan hasil penelitian
BULOG, mencapai 15% (Kartasapoerta, 1989).
Sitophilus oryzae  dbersifat polifag dapat menyerang berbagai jenis
biji-bijian seperti beras, jagung dan kacang tanah. Selama
ini Sitophilus oryzae secara umum masih dianggap sebagai hama
terbatas pada produk pertanian tertentu(beras).
Callosobruchus maculatus merupakan salah satu hama gudang yang
meyerang pada biji kacang hijau yang disimpan. Dimana kerusakan
yang ditimbulkan mampu menurunkan kualitas,kuantitas serta nilai
ekonomis dari biji kacang hijau tersebut.
1.2              Tujuan
Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek Hama Penyakit Tanaman
(HPT) bertujuan untuk memahami dan
menganalisis preferensi Sitophilus oryza eterhadap beberapa jenis
beras serta preferensi populasi Callosobruchus maculatus  pada biji
kacang hijau.
1.3.       Manfaat
Dari praktikum ini diharapkan dapat memberi masukan dalam upaya
pengendalian dan antisipasi serangan hama Sitophilus oryzae terhadap
beberapa jenis beras serta terhadap kacang hijau.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1  Pengertian Hama gudang
 Ware house pest insects generally attack the place of storage products (warehouse). Ware
house pests potentially cause yield loss during storage products.

“Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk


ditempat penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi 
menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam penyimpanan.”
(Anonim, 2014a)
 Ware house pest is a pest which often attacks the human food ingredients that have been
in storage andt he symptoms caused very harmful.
“Hama gudang merupakan hama yang sering menyerang bahan-bahan
makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan gejala yang
ditimbulkan sangat merugikan.”
(Bargbinson, 2002).
 Ware house are several insect pests that have the potential as a pest ware housing.

“Hama gudang adalah beberapa serangga yang berpotensi sebagai


hama pergudangan.”
(Grandos, 2000)
2.2  Kutu Beras (Sitophilus oryzae)
2.2.1        Morfologi
Famili Curculionidae mudah dikenal dengan adanya moncong atau
rostum pada bagian mulut. Pada Sitophilus oryzae betina disamping
untuk menggerek biji pada waktu makan, rostum uga berfungsi untuk
membuat lubang tempat meletakkan telur (Imms, 1960). Seperti
halnya anggota Curculionidae lainnya,Sitophilus oryzae   mempunyai
lapisan kitin yang cukup keras. Sifat khas pada Sitophilus oryzae yaitu
bila mendapat gangguan, kumbang ini akan pura-pura mati dengan
melipatkan atau menarik tungkainya dan tidak bergerak (Kalshoven,
1981). Daerah penyebaran Sitophilus oryzae meliputi hampit di
berbagai daerah. Variasi yang ada dari famili Curculionidae terlihar
pada ukuran tubuh, bentuk serta ukuran rostum. Anggota sub.
Famili Rhyncoporinae  merupakan kelompok kumbang moncong yang
menyerang butian, atau dikenal dengan istilah “Billbug”.Sitophilus
oryzae sebagai salah satu anggota kumbang ini merupakan hama
potensial pada produk pertanian (Borror, 1992).
Sitophilus oryzae sewaktu masih muda berwarna merah kecoklatan,
sedangkan pada umur yang paling tua berwarna coklat hitam. Pada
bagian elitra terdapat empat bintik hitam. Ukuran tubuh ± 2-3,5 mm
(Mangudiharjoo, 1978 dan Kalshoven 1981). Bagian mulut yang
memanjang atau rostrum digunakan untuk merusak biji-bijian yang
mempunyai kulit cukup keras (Rismunandar, 1985). Antena atau
sungut berbentuk menyiku dan terdiri dari delapan ruas (Bejo, 1992).
Imago jantan dan betina Sitophilus oryzae dapat dibedakan dari
bentuk moncongnya. Imago jantan mempunyai moncong yang lebih
pendek, lebar, kasar dan mempunyai banyak bintik-bintik. Imago
betina mempunyai moncong yang lebih panjang, ramping,
melengkung, mengkilat, dan halus dengan bintik- bintik yang lebih
sedikit. Ukuran tubuh yang jantan relatif lebih kecil (Willam, 1980).
 
2.2.2        Klasifikasi
Kumbang Sitophilus oryzae merupakan anggota dari klas insecta.
Dalam klasifikasinya, kedudukan Sitophilus oryzae  adalah:
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Ordo: Coleoptera
Sub ordo: Polyphage
Family: Curculionidae
Sub Family: Rhyncoporinae
Genus: Sitophilus
Spesies  : Sitophilus oryzae L.                                                               
(Borror, 1992)
2.2.3        Daur Hidup
Masa hidup Sitophilus oryzae  relatif cukup lama. Pada kumbang betina
mampu bertahan selama 36 hari tanpa makanan, sedangkan bila
makanan terpenuhi mencapai tiga atau lima bulan (Kalshoven, 1981).
Daur hidup Sitophilus oryzaeberkisar antara 28-30 hari atau rata-rata
4,5 minggu. Perkembangbiakan diawali dengan peristiwa kopulasi
antara serangga jantan dan betina. Aktivitas kopulasi relatif lebih lama
dibanding serangga pasca panen lainnya. Aktivitas ini biasanya terjadi
pada malam hari. Sitophilus oryzae mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola), yaitu perkembangannya melalui bentuk
telur, larva, pupa, dan imago (Mangudiharjo, 1978). Tiap stadium
berlangsung pada biji.
Stadium telur. Telur mempunyai bentuk lonjong. Dengan satu kutub
yang lebih kecil dan mempunyai penutup telur. Tiap biji biasanya
untuk meletakkan satu telur, tapi pada biji yang besar dapat mencapai
dua atau lebih. Produksi telur dapat mencapai maksimum 575 butir
selama tiga sampai lima bulan (Kalshoven,1981). Stadium telur
berlangsung tiga sampai tujuh hari (Bejo, 1962).
Stadium larva. Larva tidak berkaki (apodus) berwarna putih
kekuningan, bentuk bulay serta aktif bergerak. Stadium larva
berlangsung 18 hari dan mengalami tiga kali instar. Tiap instar diikuti
dengan eksdisis (Mangudiharjo, 1978).
Stadium pupa. Larva yang akan berubah menjadi pupa membuat
rongga dalam biji. Pupa berwarna kecoklatan, bentuk seperti keadaan
dewasa yang tidak aktif. Bagian kaki dan moncong masih menyatu.
Stadium ini berlangsung 5-7 hari (Mangudiharjo, 1978 dan Bejo,
1962). Stadium pupa merupakan stadium yang tidak aktif menggerek
biji.
Imago. Perkembangan pupa berlanjut menjadi kumbang dewasa atau
imago. Imago yang baru terbentuk akan tetap berada didalam biji
untuk beberapa waktu. Menurut Sutyoso 1964, Kartasapoerta, 1967)
imago yang baru akan berada dalam biji kira-kira lima hari. Masa
imago keluar sampai bertelur disebut masa pre-oviposisi. Pada masa
ini imago mengalami pemantangan seksual dan melakukan
perkawinan. Masa pre-oviposisi ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban
dan media (Kartasapoerta, 1967).
2.2.4        Cara Pengendalian
 Insektisida Botani
Karena diperlukan  upaya pengendalian hama secara ramah
lingkungan, seperti pestisida nabati atau biopestisida.
 Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indicaL) terdapat 3 golongan penting yaitu :
azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok
tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin.
Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan,
pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual.
 Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut
merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama.
 Penjemuran produk simpanan pada terik matahari merupakan salah satu cara
pengendalian yang baik, karena dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat
terbunuh, dengan pengaturan tempat.

dengan pengaturan tempat penyimpanan.


 melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan. penyimpanan yang baik yang di
tunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya.

 
2.3   Kutu Kacang Hijau (Callosobruchus maculatus)
2.3.1        Morfologi
. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang
pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh
kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya
bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap
depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan
pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kegelapan. Pada
kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm – 3 mm sedangkan
kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm.
(Anonim, 2014b)
2.3.2        Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :Coleoptera
Family: Bruchidae
Genus :Callosobruchus
Spesies :Callosobruchus mulatus.
(Anonim, 2014b)
2.3.3        Daur Hidup
Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur
berbentuk lonjong agak gelap atau berwarna coklat kegelapan.
Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan
rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada
permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.
(Anonim, 2014b)
2.3.4        Cara Pengendalian
Pengendalian umumnya dilakukan dengan penggunaan bahan
kimia.  Namun cara tersebut menyebabkan pangan yang tersimpan
terkontaminasi dengan residu bahan kimia berbahaya.  Oleh sebab itu
perlu pengadaan insektisida alternatif yang lebih aman.  Salah satu
cara dengan memanfaatkan ekstrak tumbuhan yang aman dan ramah
lingkungan (Hermawati, 2004).
Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT).  Insektisida nabati berfungsi
sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), racun kontak,
racun perut dan aktivitas lainnya.
 
 
 
 
 
 
BAB III
METODOLOGI
 
3.1 Waktu dan tempat
Pada praktikum Teknologi Produksi Benih aspek HPT, melakukan
pengamatan hama pasca panen dan patogen yang berada dalam
benih. Pada praktikum hama gudang dimulai tanggal 21 April 2014,
Yang semua itu dilaksanakan di laboratorium Virologi gedung HPT.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
 fial plastik
 kuas gambar
 kain kasa
 lup
  karet gelang
 kertas label.

3.2.2        Bahan:
 Sitophilus oryzae
 beras IR64
 beras jatah raskin
 beras pandan wangi
 kacang hijau
 Callosobruchus maculatus

 
 
 
 
 
 
3.3  Cara Kerja (Diagram alir)
Ambil 2000 butir beras dan kacang hijau untuk tiap jenis beras, lalu
timbang berat awal
 
Sediakan 5 gelas plastik isi masing-masing dengan 3 jenis beras
berbeda, dan 2 untuk tempat kacang hijau
Masukkan 20 Sitophilus oryzae dan Collosbruchus mulatus ke dalam
masing-masing fial plastik yang berisi butir beras dan kacang hijau
Berilah label untuk masing-masing jenis beras dan kacang hijau
 
Tutup gelas plastik dengan kain kasa dan ikat dengan karet gelang
 
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali sampai dengan 4 kali
pengamatan
 
amati jumlah dan bobot beras dan kacang hijau utuh, jumlah telur
hama, jumlah hama
 
Dokumentasi pengamatan
3.4  Analisa Perlakuan
Siapkan beras IR64, Raskin dan  pandan wangi sebanyak 2000 butir
serta siapkan 2000 dan 4000 butir kacang hijau selanjutnya ditimbang
berat masing-masing jenis beras dan kacang hijau. Kemudian letakkan
pada gelas plastik (5 gelas plastic) dan berikan 20 ekor
hama Sithopilus oryzae  pada masing-masing beras dan collosobruchus
mulatus pada masing-masing kacang hijau. Setelah itu tutup bagian
atas gelas plastik dengan kain kasa agar hama yang berada dalam
gelas plastik tetap hidup dan berkembang. Amati seminggu sekali
dalam 4 minggu, lihat perkembangan yang terjadi pada
hama Sithopilus oryzae  pada masing-masing beras dan collosobruchus
mulatus pada masing-masing kacang hijau. Hitung jumlah bobot dan
jumlah telur dan hama yang terdapat pada masing-masing perlakuan
dan kemudian dokumentasikan.
 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil (Berupa tabel dan grafik)
1. Beras
Varietas
Berat Beras (gr)  Tabel 1.
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari Hasil
Beras IR.64 37,7 31,85 31,9 31,8 33,8
Beras Jatah (raskin) 36,8 36,95 36,56 36,3 38,1
Beras Pandan Wangi 41,15 42,8 42,77 42,5 44,3
Pengamatan Berdasarkan Kualitas Beras
Varietas
Jumlah Hama (ekor)  Tabel
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari 2. Hasil
Beras IR.64 20 11 8 7 7
Beras Jatah (raskin) 20 18 20 29 29
Beras Pandan Wangi 20 15 15 16 16
Pengamatan Jumlah Hama
1. Kacang Hijau

Varietas
Berat Kacang Hijau (gr) Tabel 3.
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari Hasil
Kacang Hijau 1 120,3 125,75 94,5 122,75 122,4
Kacang Hijau 2 123,1 124,75 91,9 125,15 125,3

Pengamatan Berdasarkan Kualitas Kacang Hijau


Varietas
Jumlah Hama (ekor)  
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari Tabel 4.
Kacang Hijau 1 20 1 Mati 2 5
Hasil
Kacang Hijau 2 10 1 Mati 2 31
Pengamatan Jumlah Hama
 
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Beras
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama Sitophilus
oryzae
 
 
 
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Kacang Hijau
 
 
 
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah
Hama Callosobruchus maculatus
 
 
4.2  Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
Dari hasil yang kami dapat saat praktikum bahwa hasilnya bermacam-
macam dan terjadi fluktuasi baik pada banyaknya hama serta berat
bahan (kacang hijau dan beras). Pada beras ada 3 macam yang
diamati yaitu beras jatah, IR 46, dan pandan wangi, sedangkan pada
kacang hijau menggunakan jenis sama akan tetapi yang membedakan
hama yang diberikan pada setiap kacang yang diamati yaitu 10 dan 20
hama.
Pada beras IR 46 ketika ditimbang setiap minggunya yaitu dari minggu
1 sampai minggu 4 mendapatkan hasil berat beras 37,7 gr, 31,85 gr,
31,9 gr, dan 31,8 gr serta hama yang ada di dalam yaitu 20 imago; 11
hidup, 9 mati; 8 hidup, 3 mati; 7 hidup, 1 mati; 7 hidup. Dari hasil
yang didapat, beras IR 46 mampu menekan laju hama gudang yang
disebabkan oleh kerasnya kandungan beras yang ada didalamnya
sehingga hama yang berada beras IR 46 tidak mampu bertahan hidup
karena kekurangan makanan.
Pada beras Jatah ketika ditimbang setiap minggunya yaitu dari minggu
1 sampai minggu 4 mendapatkan hasil berat beras 36,8 gr, 36,95 gr,
36,56 gr, 36,3, dan 38,1 gr. Serta hama yang berada didalam 20
imago; 18 hidup, 2 mati; 20 hidup; 29 hidup; dan 29 hidup. Pada
beras jatah, populasi hama semakin meningkat yaitu diakibatkan
karena mudah dihancurkannya oleh hama gudang sehingga menjadi
supplay makanan pada hama gudang dan tidak mampu menekan
bertambahnya hama bahkan menjadi semakin besarnya hama yang
ada.
Pada beras Pandan Wangi ketika ditimbang setiap minggunya yaitu
dari minggu 1 sampai minggu 4 mendapatkan hasil berat beras 41,15
gr, 42,80 gr, 42,77 gr, 42,5 gr, dan 44,3 gr. Serta hama yang berada
didalam 20 imago; 15 hidup, 5 mati; 15 hidup; 16 hidup dan 16 hidup.
Pada hasil yang didapat bahwa hama gudang mampu bertahan pada
beras Pandan Wangi, akan tetapi tidak seperti beras jatah yang
mampu diserang dengan mudah oleh hama.
Dari hasil yang didapat dari antara beras IR 64, beras Jatah dan beras
Pandan Wangi yaitu untuk masalah ketahanan pada hama gudang
yang pertama adalah beras IR64, beras Pandan Wangi dan kemudian
terakhir beras Jatah.
Pada kacang hijau hama 20 ketika ditimbang setiap minggunya yaitu
dari minggu 1 sampai minggu 4 mendapatkan hasil berat kacang hijau
120,3 gr, 125,75 gr, 94,5,8 gr, 122,75 gr, dan 122,4 gr. Serta hama
yang berada di dalam 10 imago, 1 hidup, mati , 2 hidup, dan 5 hidup.
Dari hasil yang didapat pada kacang hijau hama isi 10 ini setelah induk
meletakkan telurnya di daerah kacang hijau, kebanyakan mati di
sebabkan oleh banyaknya kacang hijau yang terlalu rapat sehingga
ruang gerak hama berkurang. Dan pada minggu keempat telur hama
menetas sehingga hama baru muncul dengan sekala banyak.
Pada kacang hijau hama 10 ketika ditimbang setiap minggunya yaitu
dari minggu 1 sampai minggu 4 mendapatkan hasil berat kacang hijau
123,1 gr, 124,75 gr, 91,9 gr, 125,15 gr, dan 125,1 gr. Serta hama
yang berada di dalam 20 imago, 1 hidup, mati semua, 2 hidup dan 31
hidup. . Dari hasil yang didapat pada kacang hijau hama isi 10 ini
setelah induk meletakkan telurnya di daerah kacang hijau, kebanyakan
mati di sebabkan oleh banyaknya kacang hijau yang terlalu rapat
sehingga ruang gerak hama berkurang. Dan pada minggu keempat
telur hama menetas sehingga hama baru muncul dengan sekala
banyak.
Menurut literatur yang didapat menyatakan bahwa, Daya antifeedan
tidak bersifat membunuh, menangkis atau menjerat, tetapi bersifat
mencegah atau menghalangi kegiatan makan dari serangga, hal ini
dikemukakan oleh Kilgore (1967). Dengan demikian  apabila serangga
dewasa akan meletakan telurnya pada kondisi media yang sekaligus
sebagai sumber nutrisinya tidak sesuai, maka serangga akan menahan
proses bertelurnya bahkan pada kondisi ektrim telur tersebut akan
diserap kembali. Lamanya stadium larva disebabkan oleh
terhambatnya aktivitas makan dari larva. Padahal stadium larva
merupakan stadium yang paling banyak membutuhkan makanan
sehingga disebut juga stadium makan. Menurut Cotton (1963)
serangga paling aktif dalam merusak biji-bijian adalah pada stadium
larva. Dengan terhambatnya stadium larva maka pertumbuhan dan
perkembangan larva menjadi terhambat, sehingga serangga yang
berkembang pada media tersebut menjadi semakin sedikit.
4.3  Pembahasan Soal
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae  pada
ketiga jenis beras? mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan bahwa
varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?

Ada penambahan dan juga ada pengurangan di tiga beras tersebut.


Adanya pengurangan yaitu disebabkan karena kurangnya penyesuaian
dengan lingkungan disekitar serta penyesuaian dengan beras yang
akan dikonsumsinya. Dari hasil yang kami amati hama mampu
beradaptasi dengan baik yaitu pada beras jatah yang mampu
dihancurkan dengan mudah dan mengandung nutrisi yang dibutuhkan
oleh hama. Dan untuk selanjutnya yaitu yang disukai adalah beras
pandan wangi dan terakhir IR 46.
Pada lieteratur juga menjelaskan bahwa kekerasan beras pecah kulit
berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap  Sitophi lus sp.
(Juliano, 1972). Beras yang lunak akan lebih banyak  dikonsumsi oleh
serangga dibandingkan beras yang bening, hal ini memungkinkan
peningkatan populasi S. zeamais apabila butir beras besar dan
mengapur. Apabila kelembapan relatif melebihi 15% kumbang bubuk
ini sudah akan berkembang cepat. Yang disenangi kumbang jenis
beras pecah kulit, sedang yang sudah diselep sampai putih kurang
disukai.
 
1. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai
oleh Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus oryzae?
Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir pengamatan?

Dari kualitas yang disukai oleh hama merupakan beras yang mudah
pecah dan menghasilkan supply protein bagi hama, yang disukai yang
pertama adalah beras jatah, beras pandan wangi dan terakhir IR46.
Menurut literatur (Lopulalan,2010) Beras yang lunak akan lebih
banyak  dikonsumsi oleh serangga dibandingkan beras yang bening,
hal ini memungkinkan peningkatan populasi S. zeamais apabila butir
beras besar dan mengapur. Apabila kelembapan relatif melebihi 15%
kumbang bubuk ini sudah akan berkembang cepat. Yang disenangi
kumbang jenis beras pecah kulit, sedang yang sudah diselep sampai
putih kurang disukai.
1. Berdasarkan hasil pengamatan Callosobruchus maculatus bagaimana hubungannya jumlah
populasi hama terhadap penurunan kualitas benih kacang hijau? Jelaskan pula faktor apa saja
yang mempengaruhinya!

Dari jumlah populasi sebenarnya berpengaruh sangat besar, akan


tetapi dari percobaan yang dilakukan tidak menyatakan seperti halnya
yang diperkirakan. Hama banyak yang mati pada minggu ke 2 dimana
faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut yaitu 1. Kurang
sesuainya lingkungan yang ada. 2 tertimbunnya oleh kacang hijau
sehingga banyaknya hama yang mati.
Menurut literatur Penurunan tingkat produksi kacang hijau salah
satunya disebabkan oleh serangan hama dan  penyakit.  Kerusakan
yang ditimbulkan tidak terbatas pada tanaman yang masih ada di
lapang, tetapi juga dapat merusak biji yang ada di
penyimpanan.  Salah satu hama pasca panen yang sering
menimbulkan kerusakan pada kacang hijau adalah Callosobruchus  sp
(Sarah,2010).
DAFTAR PUSTAKA
b
Anonim, 2014 . Morfologi Collosobruchus muculatus. (online).
http://rhetnozsahri.blogspot.com/2013/05/hama-gudang_18.html.
diakses pada tanggal 31 Mei 2014.
Bejo, A.Y. 1991. Pengaruh Kadar Air Dan Kerusakan Awal Biji Pada
Jagung Terhadao Laju Infestasi Kumbang Bubuk. Balai penelitian
Tanaman Pangan, Malang.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson. 1996. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Ed. 6. Penerjemah: S. Partosoedjono. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hermawati, Darsih. 2004. Pengujian aktivitas biologi campuran
ekstrak tumbuhan terhadap Callosobronchus sp. (Coleoptera :
Bruchidae).Skripsi. IPB. Bogor
Kalshoven, 1981. Providing Agricultural Services in Rice Farming
Areas: Malaysian and Surinam Experiences. Agricultural University.
Kartasapoetra. 1967.  Hama Hasil  Tanaman Pangan Dalam Gudang.
Jakarta: Bina Aksara.
Mangudiharjo, S. 1978. Hama-Hama Pertanian Di Indonesia III (Pada
Bahan Dalam Simpanan). Yayasam Pembina Fak. Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Rismunandar, 1986. Hama Hasil Tanaman Pangan dan Pembasminya.
Penerbit Sinar Baru, Jakarta.
Sarah, Mardiah dkk. 2010.  Pengaruh Lama Perendaman Ekstrak Kulit
Batang
“Kaju Ba’i” (Aglaia Tomentosa) Terhadap Efektivitas Insektisida
Nabati Pada Hama Gudang Kacang Hijau Callosobruschus sp
(Coleoptera : Bruchidae). Fakultas Pertanian. Universitas Flores
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada
Beberapa Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Bogor.
William. J.O.1990. Influence Of Mechanical Damage And Respected
Infestation Of Sorghum On Its Resistence To S. oryzae  L., J. Stor.
Prod. Res 16(2).
 

Anda mungkin juga menyukai