Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH HIPERKES

20 KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIZI KERJA

DAN PRODUKTIVITAS KERJA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7

1. PUJI WIJAYANTI 1511020120


2. ESTI RAHAYU 1511020127
3. FATIHAH NUR FITRIYANI 1511020128
4. MELA AYU ULFANI FAUZIA 1511020129
5. JIMI ILHAM DIKA 1511020134
6. AFIF AGUNG NUGROHO 1511020141
7. IRMA YULIANA 1511020142

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
1. KASUS 1 : Vol 1, no 1, (2016) Suryani
- Judul : HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS
PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN
- Hasilnya : Menurut Ramayulis (2016) Produktivitas kerja suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yang berperan penting adalah
kecukupan gizi.Seorang karyawan dengan gizi kurang akan mempunyai angka
kesakitan yang tinggi sehingga sering tidak masuk kerja. Selain itu seseorang
dengan gizi kurang mempunyai daya kerja fisik yang rendah sehingga tidak akan
mungkin bekerja dengan hasil yang maksimal.
- Dapus : Suryani, Lilis, et al. 2016. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Status
Pernikahan, Status Gizi Dan Kejadian Anemia Terhadap Produktivitas Kerja
Buruh Pabrik Perempuan. Prodi Diploma III Kebidanan Unsika
2. KASUS 2 : Vol 5, No 1 (2016) Farikha
- Judul : HUBUNGAN STATUS GIZI, KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN
PRODUKTIVITAS PEKERJA SORTING DAN PACKING
- Hasilnya : Status gizi kurang atau berlebih memiliki kemampuan fisik kurang,
kurang motivasi, dan semangat, lamban, dapat mengurangi produktivitas kerja
(Anderson dan Krathwohl, 2009).
- Dapus : Farikha, Rizqi Riyani Putri, et al. 2016. Hubungan Status Gizi,
Karakteristik Individu Dengan Produktivitas Pekerja Sorting Dan Packing.
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
3. KASUS 3 : Vol 2, No 1 (2018) Khasanah
- Judul : Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas
Pekerja Wanita di Bagian Percetakan dan Pengemasan di UD X Sidoarjo
- Hasilnya : Status gizi dapat dijadikan sebagai penentu kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas. Seorang pekerja akan memiliki kapasitas kerja dan daya tahan
tubuh lebih baik jika keadaan gizinya normal26. Terdapatnya hubungan status gizi
dengan produktivitas kerja pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
status gizi pekerja, produktivitasnya semakin baik. Hal ini dikarenakan pekerjaan
yang dilakukan pada bagian percetakan dan pengemasan krupuk dibutuhkan
kekuatan fisik yang baik untuk mengangkat beban yang cukup berat sehingga
pekerja yang memiliki status gizi lebih lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya.
Status gizi dapat dipengaruhi oleh setiap jenis zat gizi dari asupan makan
mempunyai fungsi utama sebagai zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur18.
Bagi tenaga kerja, kecukupan energi dan gizi seimbang merupakan penentu utama
derajat produktivitas kerja27. Asupan energi serta zat gizi seimbang mempunyai
peran penting dalam peningkatan ketahanan fisik, jika asupan energi meningkat
akan mengakibatkan tubuh menjadi lebih aktif dan kemampuan melakukan
aktivitas juga meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan produktivitas kerja
seseorang28.
- Dapus : Khasanah, Uswatun, Triska Susila Nindya, 2018. Hubungan Antara Kadar
Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian Percetakan
dan Pengemasan di UD X Sidoarjo. Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga
4. KASUS 4 : Volume 02, Nomor 02 (2018). Suwignyo, S. & Saputri, A.
- Judul : HUBUNGAN GIZI KERJA, TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN DAN
MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN
KELAPA SAWIT PT. SINERGI AGRO INDUSTRI KECAMATAN
SANDARAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
- Hasil : berdasarkan hasil penelitian terhadap 59 responden diperoleh diantaranya
12 responden yang gizi kerja tidak normal sebagian besar kurang produktif dalam
bekerja yaitu 10 responden (16,9%). Hal ini dikarenakan IMT pekerja pada batas
tidak normal yaitu ada yang mengalami kelebihan berat badan sehingga
mengganggu aktivitas pemanen kelapa sawitdalam bekerja. Adapun dari 47
responden gizi kerja normal yang produktif dalam bekerja yaitu 19 responden
(32,2%). Hal ini dikarenakan tercukupinya kebutuhan kalori setiap harinya
membuat kondisi tubuh pekerja fit sehingga tidak mengganggu aktivitas pemanen
kelapa sawitdalam bekerja. Terdapat pula responden yang gizi kerja tidak normal
akan tetapi produktif dalam bekerja yaitu 2 responden (3,4%). Hal ini dikarenakan
motivasi pekerja yang baik dalam bekerja, ditunjang teknologi yang digunakan
memadai dalam beraktivitas untuk memanen kelapa sawit. Terdapat pula
responden yang gizi kerja tidak normal akan tetapi produktif dalam bekerja yaitu 2
responden (3,4%). Hal ini dikarenakan motivasi pekerja yang baik dalam bekerja,
ditunjang teknologi yang digunakan memadai dalam beraktivitas untuk memanen
kelapa sawit. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan Tidak berhubungan gizi kerja
dengan produktivitas kerja pada penelitian ini dikarenakan sebagian besar
karyawan baik produktif maupun tidak produktif memiliki gizi kerja yang normal,
yang berarti berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan
semakin baik gizi kerja akan diikuti semakin produktifnya karyawan. Hal ini
dikarenakan karyawan tinggal di Desa Susuk yang banyak terdapat hasil pertanian
dan laut. Karyawan setiap hari mengkonsumsi sayur mayur dan ikan yang mudah
didapatkan di Desa Susuk, sehingga walaupun makanan tidak disiapkan catering
dari perusahaan maka gizi kerja tetap terjaga. Namun gizi kerja yang terjaga
tersebut tidak diimbangi dengan produktivitas kerja, yang mana banyak karyawan
yang kurang motivasi dalam bekerja untuk mencapai target per harinya.
- Dapus : Suwignyo, S., & Saputri, A. (2018). HUBUNGAN GIZI KERJA,
TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. SINERGI AGRO
INDUSTRI KECAMATAN SANDARAN KABUPATEN KUTAI
TIMUR. KESMAS UWIGAMA, 4(1), 9-18.
5. KASUS 5 : Doctoral dissertation (2018) Sampurno, T. S
- Judul : Hubungan Status Gizi dan Kebugaran Jasmani Dengan Produktivitas Kerja
Tenaga Kerja Wanita Bagian Pelinting Rokok PT TUNAS MANDIRI PACITAN
- Hasil : peneliti meniliti pada tenaga kerja wanita di bagian pelinting rokok yang
berjumlah 35 orang responden dengan hasil analisa menunjukan bahwa adanya
korelasi yang cukup kuat antara status gizi dengan produktivitas kerja hal ini
dikarenakan bahwa semakin baik status gizi tenaga kerja maka akan semakin
produktivitas kerjanya.
- Dapus : SAMPURNO, T. S. B. (2018). HUBUNGAN STATUS GIZI DAN
KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KERJA
WANITA BAGIAN PELINTING ROKOK PT TUNAS MANDIRI
PACITAN (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
6. KASUS 6 : Doctoral dissertation. (2018). Azizah, L. A
- Judul : Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Dan Status Gizi Dengan
Produktivitas Pada Tenaga Kerja Wanita Departemen Food Production-1 Di PT
AJINOMOTO INDONESIA Mojokerto
- Hasil : Peneliti melakukan penelitian di PT Ajinomoto Indonesia terhadap 20
orang pekerja wanita yang dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00
menghasilkan bahwa hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja
menunjukan terdapat hubungan yang sedang diantara keduanya dengan hasil r
0,512. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa salah satu variabel yaitu status gizi
menentukan tingginya produktivitas kerja. Sebaiknya pekerja melakukan
kebiasaan sarapan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang,
dan memperhatikan status gizi setiap kali dilakukan cek kesehatan berkala,
sehingga kebutuhan energi dapat terpenuhi dengan baik dan dapat meningkatkan
produktivitas pekerja.
- Dapus : AZIZAH, L. A. (2018). HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN
DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA
WANITA DEPARTEMEN FOOD PRODUCTION-1 DI PT AJINOMOTO
INDONESIA MOJOKERTO FACTORY (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).
7. KASUS 7 : Jeong Harin, Sujin Hong, et al. (2014).
- Judul : Vitamin D Status and Associated Occupational Factors in Korean
Wage Workers: Data from the 5th Korea National Health and Nutrition
Examination Survey (KNHANES 2010-2012).
- Hasil : Temuan dalam penelitian ini yaitu prevalensi kekurangan vitamin D
di kalangan pekerja berupah atau bayaran di Korea sangat tinggi yaitu pada
pekerja berupah pria yaitu 69,5% dan pada wanita 83,1%. Kekurangan vitamin D
ini yaitu pada pekerja shif, pekerja kantor, dan pekerja tetap yang tidak terkena
matahari. Hal inbi diakibatkan karena pekerja-pekerja seperti ini tidak sering
terkena paparan sinar matahari. Pada dasarnya pekerja upahan seperti ini
membutuhkan lebih banyak aktivitas diluar ruangan dan menejemen nutrisi untuk
mempertahankan tingkat vitamin D yang cukup agar produktivitas kerja baik.
- Dapus : Jeong Harin, Sujin Hong, et al. (2014). Vitamin D Status and
Associated Occupational Factors in Korean Wage Workers: Data from the 5th
Korea National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES 2010-
2012). Annal of Occupational and Environmental Medicine.
8. KASUS 8 : Begendi Fatma. (2015).
- Judul : Effects of Occupational Health and Safety on Health Lifestyle
Behaviors of Workers Employed in a Private Company in Turkey.
- Hasil : Temuan dalam penelitian ini adalah pekerja konstruksi di sebuah
perusahaan swasta di Turki, pekerja laki-laki 41,9% menerima pelatihan
profesional dan K3 (65,7% dan 79,2%). Para pekerja yang sudah paham dengan
pelatihan-pelatihan ini memiliki pemikiran positif tentang pekerjaannya
menunjukkan gaya hidup yang sehat antara lain makan-makanan yang sehat yang
telah disesiakan dari perusahaan, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok saat
sedang bekerja. Temuan dalam penelitian ini pekerja yang mengalami stress
akibat jenis pekerjaannya juga kecil yaitu 38,1 % dibandingkan yang tidak
mengalami stress yaitu 61,9%. Kemudian, pikiran positif mereka salah satunya
adalah tentang peningkatan produktifitas yang mengatakan cukup ada 70,4%
sedangkan yang mengatakan tidak cukup yaitu 29,6%.
- Dapus : Begendi Fatma. (2015). Effects of Occupational Health and Safety on
Health Lifestyle Behaviors of Workers Employed in a Private Company in
Turkey. Volume 81, Issue 4.
9. Kasus 9 : Bardosono S & Ermita Ilyas. (2014).
- Judul : Health, Nutrition and Hydration Status of Indonesian Workers: a
preliminary Study in Two Different Environment.
- Hasil : Pekerja yang terpapar panas beresiko lebih mengalami dehidrasi
dibanding dengan yang tidak terpapar panas, terlihat dari tingginya beberapa
oenanda status hidrasi secara bermakna, yaitu kadar hemoglobin (15,6 vs 14,8
mg/dL), kadar natrium darah (140 vs 138 mEq/L). Pekerja di dua lingkungan kerja
berbeda (panas dan sejuk) beresiko terhadap masalah kesehatan dan beresiko
terhadap tingkat produktivitasnya, maka dari itu masalah gizi dan dehidrasi perlu
di perhatikan secara khusus.
- Dapus : Bardosono S & Ermita Ilyas. (2014). Health, Nutrition and Hydration
Status of Indonesian Workers: a preliminary Study in Two Different Environment.
Department Nutrition, Faculty of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai