Pernyataan ini benar, tapi tak jarang disalahgunakan. Suatu amalan yang
pernah dikerjakan Nabi atau belum pernah itu, bukan standar satu-satunya
sebuah amalan dikatakan boleh atau tidak boleh.
Justru kesalahan logika yang fatal, jika membuat sebuah kaidah ushul fiqih
baru bahwa, amalan yang tak pernah dijalankan Nabi pasti semuanya bid’ah
yang haram.
Tentu jika orang awam yang ditanya, “Memang Nabi pernah melakukannya?”
pasti akan melongo, tak bisa jawab. Seolah dalil satu-satunya adalah ‘pernah
dijalankan Nabi’. Padahal ada hal yang penting untuk dibahas terlebih dahulu,
yaitu mendefiniskan apa itu dalil, berikut kriteria dan macam-macam dalil itu.
Kembali kepada judul tulisan, jika ingin tahu dalil sampai dan bolehnya
bacaan al-Quran kepada orang yang telah wafat, silahkan digali dari ulama
diatas.
Jika menganggap ulama salaf tak pernah menghadiahkan pahala bacaan al-
Quran, sepertinya harus sekali-kali piknik ke kitabnya Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah (w. 751 H).
Yuk kita piknik ke luasnya samudra ilmu para ulama! Dari situ kita ittiba'
Rasulullah shallaAllahu alaihi wa sallam.
Wallahua'lam bisshawab.
https://www.rumahfiqih.com/y.php?id=374