Anda di halaman 1dari 3

*Berfikir itu Terpuji*

Berfikir, merenungkan ayat-ayat Allah, dalam rangka semakin mengagungkan Allah, adalah perbuatan
yang terpuji. Allah memujinya dalam al-Quran, diantaranya,

َ ‫ن فِي خَلْق السماو ِ أْل‬


َ ‫ما خَلَق‬
‫ْت‬ َ ‫ض َربَّنَا‬
ِ ‫ات وَا ْر‬ َ َ َّ ِ َ ‫م وَيَتَفَك َّ ُرو‬ ُ ‫ما وَقُعُودًا وَع َلَى‬
ْ ِ‫جنُوبِه‬ َ َّ ‫ن الل‬
ً ‫ه قِيَا‬ َ ِ ‫الَّذ‬
َ ‫ين يَذ ْك ُ ُرو‬
َ ‫ك فَقِنَا عَذ‬
ِ‫َاب النَّار‬ َ َ ‫حان‬ ُ ‫هَذ َا بَاطِاًل‬
َ ْ ‫سب‬

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali
Imran: 191).

Syaikhul Islam mengatakan,

‫النظر إلى المخلوقات العلوية والسفلية على وجه التفكر واالعتبار مأمور به مندوب إليه‬

“Merenunngkan penciptaan makhluk baik yang di atas maupun yang di bawah, dalam rangka mengambil
pelajaran, diperintahkan dan dianjurkan.” (Majmu’ al-Fatawa, 15/343)

Karena itulah, para sahabat menyukai berfikir. Merenungkan ayat Allah, baik ayat kauniyah (ciptaan
Allah) atau ayat Syar’iyah (aturan syariat).

Ayat kauniyah menunjukkan betapa sempurna kekuasaan dan kebesaran Allah dalam menciptakan..

Ayat syar’iyah menunjukkan betapa adil dan bijaksananya Allah dalam menetapkan aturan.

Kita akan simak pengakuan para salaf (orang soleh masa silam):
[1] Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‫تفكر ساعة خير من قيام ليلة‬

Berfikir sesaat lebih baik dari pada qiyamullail (al-Adzamah, 1/297).

Ibnu Abbas juga mengatakan,

‫تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها‬

“Belajar beberapa saat di malam hari, lebih aku sukai dari pada menghabiskan seluruh malam untuk
shalat.” (Mushannaf Abdurrazaq, 11/253).

[2] Abu Darda radhiyallahu ‘anhu,

‫مذاكرة العلم ساعة خير من قيام ليلة‬

“Mengkaji ilmu syariat sesaat lebih baik dari pada shalat malam”

[3] Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

‫ألن أفقه ساعة أحب إلي من أن أحيي ليلة أصليها حتى أصبح‬

“Saya belajar sesaat lebih saya cintai dari pada saya habiskan waktu malam untuk shalat sampai subuh.”
Abu Hurairah juga mengatakan,

‫ألن أعلم بابا ً من العلم في أمر أو نهي أحب إلي من سبعين غزوة في سبيل الله عز وجل‬

“Saya memahami satu masalah ilmu, baik terkait perintah, ataupun larangan, lebih aku cintai dari pada
70 kali perang di jalan Allah.”

[4] Abu Musa al-Asy’ari:

‫لمجلس أجلسه مع عبد الله بن مسعود أوثق في نفسي من عمل سنة‬

“Aku duduk belajar bersama Ibnu Mas’ud, itu lebih menenangkan hatiku dari pada beramal satu tahun.”

[5] Hasan al-Bashri :

‫ألن أتعلم بابا ً من العلم فأعلمه مسلما ً أحب إلي من أن تكون لي الدنيا كلها أجعلها في سبيل الله عز‬
‫وجل‬

“Aku memahami satu masalah ilmu syariah, kemudian aku ajarkan ke muslim yang lain, lebih aku sukai
dari pada aku memiliki dunia seisinya yan aku jadikan untuk infak fi sabilillah.”

Allahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai