DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan perintah Allah SWT. Kita diwajibkan mengenal betul tentang
agama Islam. Hal ini dimaksudkan agar perintah yang dikerjakan mendapatkan pahala
disisi Allah SWT. Adapun perintah yang harus kita pahami yaitu,Zikir dan Do’a. Dalam
melaksanakan Ketiga Perintah diatas,kita harus mengetahui tatacara mengerjakannya
waktu yang mustajab serta bilangan rakaat dalam saholat ,bilangan – bilangan dalam zikir
dan tempat yang tepat dalam pelaksanaannya.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Arti Dzikir yang sebenarnya adalah suatu cara / media untuk menyebut/mengingat nama
Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah
dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha : 14), tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi
dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab : 41).
(QS. Al Baqarah : 152).
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang
digunakan dalam keadaan tertentu
Pemberi nama dalam dzikir biasanya diberikan nama orang yang pertama mendapatkan
dzikir atau orang yang yang menyusun dzikir-dzikir dalam satu susunan, seperti Hijib
Nawawi dzikir yang ditulis oleh Syeikh Nawawi Al-Bantany, Ratib Al-Haddad dzikir
yang disusun oleh Al Habib Alawi Al Haddad, Ratib Al-Aththas dzikir yang disusun oleh
Al Habib Ali bin Husain Al Aththas..
Pada hakikatnya semua anggota tubuh manusia dapat digunakan sebagai dzikir asalkan
digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Alloh, seperti shalat ,puasa dan
pergi haji . Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :
1. Dzikir Billisan :
ً صالَةَكَانَ ْت َعلَىا ْل ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابا ً َّم ْوقُوتا َّ ىجنُوبِ ُك ْمفَِإ َذاا ْط َمْأنَنتُ ْمفََأقِي ُمو ْاال
َّ صالَةَِإنَّال ْ َصالَةَف
ُ َاذ ُك ُرو ْااللّ َهقِيَاما ً َوقُ ُعوداً َو َعل َ َ"فَِإ َذاقMaka
َّ ض ْيتُ ُمال
apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."(QS. Annisa : 103).
Mu'az bertanya kepada Nabi tentang amal yang paling utama. Nabi menjawab :
"Sampai mati lidahmu basah dengan berdzikir kepada Alloh". (HR. Al Baihaqi). Dalam
Hadits Qudsi dikatakan : "AKU selalu bersama hambaKU apabila ia mengingatKU dengan
menggerakkan kedua bibirnya".
Pertama : Sir : berdzikir dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oleh telinga
orang yang berdzikir, orang tasauf menamakan dzikir ini adalah "Azzikru Bissirry" yang
merupakan cara berdzikir yang paling Afdhol.
َ ض ُّرعا ً َو ِخيفَةً َودُونَا ْل َج ْه ِر ِمنَا ْلقَ ْولِبِا ْل ُغ ُد ِّو َو
َاآلصالِ َوالَتَ ُكن ِّمنَا ْل َغافِلِين ِ َو ْاذ ُكر َّربَّ َكفِينَ ْف
َ َس َكت
"Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al Araf : 205).
Kedua :Jahar : berdzikir dengan suara keras sekira terdengar telinga orang yang berdzikir
dan orang yang didekatnya.
2. Dzikir Bilqolbi :
Berzikir dengan menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar oleh telinga. (QS. Ali
Imran : 135).
ُ ُالَّ ِذينَآ َمنُو ْا َوتَ ْط َمِئنُّقُلُوبُ ُهمبِ ِذ ْك ِراللّ ِهَأالَبِ ِذ ْك ِراللّ ِهتَ ْط َمِئنُّا ْلقُل
وب
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram"
(QS. Ar-Rad : 28)
Setiap zikir Billisan dan Bilqolbi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Zikir
billisan dengan suara jahar kelebihannya disamping berzikir secara tidak langsung dapat
mengajarkan orang yang disekitarnya untuk mengikuti zikirannya seperti zikir sesudah
shalat Fardhu yang dipandu oleh imam.
Pada hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan sampai lalai
kepadaNya dalam sedetikpun.
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir
yang sebanyak-banyaknya" (QS. AL Ahzab : 41)
"Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang " (QS. AL Ahzab : 42)
Bahkan termasuk golongan orang munafik yang sedikit zikirnya. tetapi ada zikir
yang dibatasi dengan jumlah tertentu karena mempunyai keistimewaan dan ada maksud
tertentu. Sabda Nabi :"Aku ber-Istigfar sehari semalam 100 kali ".
Istigfar ini menunjukkan rasa syukurnya beliau dijadikan Nabi yang Makshum (terbebas
dari dosa). "Siapa yang membaca :Laa ilaaha illalloh wahdahu laasyariilalah lahul mulku
wahul hamdu wahuwa alaa kulli syai'in qodiir.sehari 200 kali maka orang-orang yang
sesudah dan sebelum-mu selalu berbuat baik kepadamu".
Jumlah zikir dengan bilangan tertentu sering dipakai oleh para Ahli Thariqah dan Ahli
Hikmah, karena mempunyai kelebihan dan tujuaan tertentu, seperti membaca Shalawat
"Kamilah" 4444 kali dengan maksud keselamatan dan bentang dari musuh.Angka-angka
yang mereka tentukan berdasarkan dari hasil Mujahadah (kesungguhan jiwa) dan
Riyadhah (latihan jiwa) dalam menjalankan tasauf .
5. Sikon dalam ber-Dzikir dan larangannya :
Pada dasarnya berzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat kepada
Sang Pencipta tidak boleh dibatasi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentu yang dilarang
untuk mengerjakannya.
ً صالَةَكَانَ ْت َعلَىا ْل ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابا ً َّم ْوقُوتا َّ ىجنُوبِ ُك ْمفَِإ َذاا ْط َمْأنَنتُ ْمفََأقِي ُمو ْاال
َّ صالَةَِإنَّال ْ َصالَةَف
ُ َاذ ُك ُرو ْااللّ َهقِيَاما ً َوقُ ُعوداً َو َعل َ َفَِإ َذاق
َّ ض ْيتُ ُمال
Ibnu Abbas berkata : "Ayat ini mengandung pengertian boleh berzikir pada waktu
siang atau malam, didaratan atau dilautan, sedang bepergian dalam kendaraan atau disuatu
tempat dan dalam kondisi apapun seperti, sakit atau sehat, sendiri atau ramai ".
Zikir Bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi zikir Billisan mempunyai larangan
tertentu :
2. Wanita yang sedang Haidh atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarang
membaca sesuatu yang diambil dari Al Quran, seperti Basmalah atau Innalillahi wainna
ilahi raajiun dengan maksud membaca Al Quran.
3. Orang yang sedang menjalankankan maksiat kepada Alloh , seperti sedang berjudi,
berzina atau meminum- minuman keras dengan maksud mengejek Alloh.
6. Mashdar Dzikir :
Mashdar zikir artinya tempat / sumber pengambilan zikir yang kita peroleh dan kita
amalkan.Mashdar zikir ada dua :
1. Ma'tsur yaitu sumber pengambilan zikir dari Al Quran atau Assunah. Banyak zikir-zikir
atau doa yang tertera didalam Al Quran dan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.seperti
(QS. Al Baqarah : 156) dan Hadits diatas. Berzikir secara Ma'tsur lebih utama daripada
yang bukan Ma'tsur, karena sumbernya langsung dari Alloh dan Rasul.
2.Gairu Ma'tsur yaitu sumber pengambilan zikir dari para ulama tasauf atau Ahli Hikmah
yang tidak ada didalam Al Quran atau Assunah, seperti zikir Asmaul A'dzom, hizib.
Mengamalkan zikir Gairu Ma'tsur sebaiknya dengan memakai Ijazah (QS. Al Fathu : 10)
agar silsilahnya sampai kepada Nabi yang Ma'tsur, karena pada umumnya para ahli tasauf
mendapatkan zikir dari Nabi secara gaib walaupun secara fisik Nabi sudah wafat, tetapi
pada Hakikatnya beliau masih hidup
Meskipun manusia diciptakan Alloh dengan sempurna, tetapi ada manusia yang paling
mulia disisiNYa yaitu manusia yang paling bertaqwa. (QS. Al Hujarat : 15) dan mereka
yang mendapatkan warisan ilmu dari Alloh. (QS. Al Mujadalah : 11). Sabda Nabi : "Siapa
yang mengamalkan sesuatu yang ia dapatkan (dari Allah dan Rasul) maka Alloh wariskan
pengetahuan yang tidak pernah diketahui (orang)".
Pertama : Orang Awam yaitu golongan yang derajatnya belum mencapai Ma'rifat,
golongan awam zikirnya hanya sebatas menyebut / mengingat Allah semata.
Kedua : Orang Arifin yaitu golongan yang derajatnya sudah mencapai Ma'rifat, bagi orang
Arifin berzikir wajib hukumnya, bila sekejap mereka lupa kepada Alloh maka berdosa
baginya dan zikirnya bukan sekedar menyebut / mengingat Alloh akan tetapi mendekatkan
diri kepada yang Zat yang Maha Esa.seperti Zikir Asma'ul ‘Adzom dan zikir Nafi - Itsbat.
Seorang sufi berkata : "Jika keinginanku terlintas bukan kepada-MU dan hatiku lalai akan
zat-Nya maka aku hukumkan diriku telah murtad"
Salah satu cara untuk mendawamkan (kontinyu) berzikir dengan membuat Halaqah
(Forum) atau Majlis zikir, minimal dua orang atau lebih. Majlis zikir disamping untuk
memberi semangat dalam berzikir juga mengajak orang lain untuk berzikir.
Para sufi apabila ingin berzikir sendiri maka ia membuat "Jawiyah" yaitu tempat / pojok
khusus untuk berzikir dan bila berzikir dilakukan bersama-sama maka mereka membuat
"Ribath" yaitu majlis / pesantren khusus untuk zikir bersama.
9. Faidah ber-Dzikir :
Setiap zikir yang dibaca oleh seseorang mempunyai manfaat yang besar didunia dan
akhirat. Diakhirat mendapat pahala sebagai balasannya adalah Syurga. Didunia zikir dapat
menenangkan jiwa dan dapat dijadikan sebagai renungan yang aplikasinya adalah taqwa.
(QS. Ar-Rad : 30). (QS. Az-Zariyat : 55). (QS. Al'Ala : 9).
Menurut ahli kebathinan (ahli Hikmah) orang yang berzikir dengan khusyu dan memakai
ritual tertentu zikir tersebut mempunyai pengaruh besar pada raganya, sehingga seseorang
yang berzikir jasadnya kuat atau dapat melambung keatas. Umar bin Khaththab ketika
beliau terkena anak panah kakinya pada suatu peperangan maka dicabut anak panah
tersebut pada waktu beliau sedang shalat agar tidak terasa sakit .
Kata orang Hikmah: Asma Alloh atau Al Quran setiap hurufnya mempunyai khadam
yang tersembunyi didalamnya yang suatu saat khadamnya dapat dipanggil dan diperintah
oleh orang yang berzikir. "Jangan engkau katakan "ALIF-LAM-MIM" satu rangkaian
huruf akan tetapi Alif Lam Mim adalah Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu
huruf "Nabi menjelaskan wahwa setiap satu huruf Al Quran yang dibaca mengandung
pahala jika dibaca dengan benar, jika dibaca dengan salah maka Al Quran tersebut malah
mengutuknya.
Yang sebenarnya khadam yang ada pada zikir adalah para Malaikat yang selalu mendekati
orang yang sedang berzikir. "Tidaklah sekelompok orang berzikir kepada Alloh didalam
majlis melainkan mengelilingi para Malaikat sambil menurunkan rahmat kepada mereka,
Alloh selalu ingat kepada mereka siapa saja yang ada disisiNya". Saya (penulis) yaqin
para Malaikat itu dapat kita panggil dan berdialog untuk meminta sesuatu asalkan kita
selalu berzikir dan tahu cara bertemunya.
Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah
untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang
diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap
agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang
hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh
Allah dan Rasul–Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau
kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati
menjadi tenang.
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut
nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.
6.Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik,
karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya
sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar
Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan
Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004
M, hal. 158).
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :
- Membaca basmillah ketika akan makan / minum
- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi
- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang
- Membaca doa keluar / masuk rumah
- Membaca doa ketika turun hujan
- Membaca dzikir setelah hujan turun
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid
- Membaca hamdalah ketika bersin
- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur
- Membaca doa ketika bangun tidur
Dan lain–lain banyak sekali amalan yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka
rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh
padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar
mandi dalam sehari?
Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada
dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam
jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir
ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal
bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca
tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu
tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh
Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena
sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan
oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain
jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak,
karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah
diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam
B. Pengertian Doa
Sejarah Do’a
Do’a telah dikenal sejak petamakali diciptakan manusia yaitu Nabi Adam. Dalam
Kitab “Khazinatul Asrar” diterangkan sesudah Nabi Adam diciptakan dan ditiupkan ruh,
beliau berDo’a kepada Allah “ Wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yag telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka
yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” yang terkandung dalam
Surat Al Faatihah. Mulai saat itu Do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian umatnya,
mereka senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dengan memanjatkan Do’a
kepadaNya.
Pertamakarena panggilan jiwa, sedang mendapat kesulitan yang belum ada jalan
keluarnya.
Artinya : Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya
dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada
mereka barang sedikit rahmat dari pada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka
mempersekutukan Tuhannya. QS. Ar Rum : 33.
Ketiga, karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah, sesuai dalam Al Qur’an QS An
Nisa Ayat : 28
Pengertian Do’a
Menurut bahasa Do’a berasal dari Bahasa Arab دعاءPP الyang merupakan bentuk
masdar dari mufrad داعىyang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab
di bawah judul huruf و, ع, دdisebutkan sebagai berikut:
1. دعوة, يدعو, داعىartinya menyeru, memanggil.
6. داعartinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.
7. Dan دعاءPP الadalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu
keinginan yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.
Sedang menurut istilah Do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari
kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya.
Do’a juga dapat diartikan permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan
Dasar Hukum
Menurut ajaran Islam, berDo’a termasuk salah satu ibadah dan pengabdian kepada Allah
SWT. Yang menjadi dasar adalah :
3. Dari Nu’man Ibnu Basyir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Sesungguhnya Do’a adalah ibadah.” Riwayat Imam Empat. Hadits
shahih menurut Tirmidzi.
4. Barangsiapa tidak (pernah) berdo’a kepada Allah maka Allah murka kepadanya.
(HR. Ahmad)
Syarat-syarat berDo’a
Artinya :
10. Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat,12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-
sungai.
1. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT(QS.AL
Mukmin:60)
2. Berdo’a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra’du:11)
Adab Berdo’a
1. Mangangkat tangan ketika berdo’a. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan
Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan
tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa. (HR.
Al Hakim) (HR.Ibnu Majah)
2. Memulai dengan memuji Alloh SWT dan bershalawat atas nabi Muhammad
SAW serta menutup dengan Hamdallah.(HR.Ashabud sunan dengan lafadz
dari Abu Daud)
3. Berdo’a dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan suara perlahan.(QS.Al-
A’rof:55)
4. Menutup dengan hamdallah.(QS.Yunus :10)
Ada tiga orang yang tidak ditolak Do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia
berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan Do’a orang yang dizalimi (teraniaya).
Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan
Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu)
meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)
Tiga macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang yang dizalimi, Do’a
kedua orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan
baik). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Setiap do’a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa cara mengabulkanya,
baik secara langsung maupun ditangguhkan/ ditunda.
Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu Do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia
memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia,
disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari
musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)
Lafadz-lafadz Do’a
Pada prinsipnya lafadz-lafadz do’a yang dapat dan baik digunakan untuk berdo’a adalah
do’a yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Maqbukllah (Shahihah). Ini berkaitan
do’a sebagai salah satu ibadah,kecuali untuk do’a-do’a tertentu yang memang tidak di
temukan dalam Al-Quran dan Sunnah maqbullah , maka boleh menggunakan lafadz dan
bahasa yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan berhadap hati kepada Allah SWT sebagai ibadah dan bentuk
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhir dengan salam.
Shalat fardu adalah shalat yang diwajibkan kepada kaum muslimin yang sudah mukallaf.
Apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Shalat
sunnat apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits melaksanakan shalat baik shalat wajib maupun
shalat sunnat mempunyai tata cara pelaksanaannya baik dari rukun-rukun shalat, bilangan
rakaat serta waktu pelaksanaannya.
Do’a adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah. (HR. Tirmidzi) selain itu
Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.
(HR. Abu Ya’la).
Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan
melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak
dalam menghadapi permasalahan yang rumit
Zikir merupakan suatu bentuk ibadah yang mendekatkan seorang hamba dengan
TuhanNya. Semakin banyak seseorang melakukan zikir, semakin terasa manis,semakin
terasa dekat dia dengan KhalikNya,bahkan lebih dekat dari pada Urat Lehernya.
B. Saran
Dalam mengerjakan ibadah, baik shalat, maupun Zikir haruslah benar – benar
Ikhlas semata – mata karena Allah SWT,serta belajar mengetahui dan mempelajari tata
cara pelaksanaannya. Agar ibadah shalat dan zikir yang kita kerjakan itu betul-betul
khusu’dan khudu’ dan mendapat pahala disisi Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA