Disusun Oleh:
Nama : Yohanes Angwarmase
NIM : 201963019
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk ujian tengah semester pada mata
kuliah Oseanografi dengan baik.
Penulis tulus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga bagi pihak –
pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritikan dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait.
Penulis,
Yohanes Angwarmase
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Teori Plate Tectonics ......................................................................... 3
B. Teori Sea Floor Spreading ................................................................. 8
C. Deep Ocean Basin .............................................................................. 14
BAB III Penutup ............................................................................................ 23
A. Kesimpulan......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut merupakan bagian ekosistem kehidupan manusia. Laut tidak lepas
dari pembentukan bumi. Hal ini melihat latar belakang laut maupun prosesnya
menjadi suatu perjalanan proses alam yang masih terus – menerus berlangsung.
Laut merupakan lapisan bumi yang tidak ada bedanya dengan bagian daratan
memiliki beraneka ragam bentuk di lautan, yaitu permukaan dasar laut.
Morfologi dasar laut dapat dilihat dari asal mula laut dan morfologi
permukaan dasar laut. Adapun gambaran morfologi permukaan dasar laut,
seperti pegunungan, gunung api, lereng, dataran, lembah, parit dan channel. Hal
tersebut berhubungan dengan proses geologi, yang mana pergerakan lempeng –
lempeng di bumi membentuk relief dari hasil pembentukan dan perkembangan
yang baik secara sendiri maupun kelompok. Keadaan tersebut akibat dari
pergeseran atau erosi dan pengupasan olah arus laut.
Banyak para ahli melakukan ekspedisi untuk meneliti permukaan bumi,
diantaranya permukaan laut yang terpisah dari daratan dan bahkan asal mula
muncul laut dan morfologi dasar laut. Diantaranya muncul beberapa hipotesis
atau teori asal mula dasar laut, yaitu teori continental drift oleh Alfred Lohtar
Wegener, kemudian teori sea floor spreading oleh Harry Hammond Hess
bahkan teori tektonik lempeng yang merupakan suatu teori modern yang di latar
belakang dari dua teori di atas serta beberapa teori dan morfologi dasar laut
lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengaji Geomorfolog dan asal mula
muncul dasar laut dari ketiga tolak ukur yakni teori tektonik lempeng, teori sea
floor spreading dan morfologi deep ocean basin.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urian di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana asal mula dan proses terjadinya dasar laut
berdasarkan teori tektonik lempeng, teori sea floor spreading dan deep ocean
basin?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami tentang asal mula
dan proses terjadi dasar laut berdasarkan teori tektonik lempeng, teori sea floor
spreading dan morfologi deep ocean basin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Batas divergen, merupakan batas atas lempeng sangat jauh dari lainnya.
Adanya gaya tarik (tensional force) membuat magma naik ke permukaan dan
membentuk material baru yang berupa lava sehingga lempeng saling menjauh
yakni terjadi pemisahan. Berikut ini ilustrasi terjadi batas divergen di bawah
ini (Nelson, 2015).
2. Batas konvergen, merupakan batas lempeng yang bergerak ke arah satu sama
lain. Batas lempeng konvergen berupa batas subduksi yakni suatu tumbukan
4
lempeng salah satu lempeng yang menyusup ke dalam perut bumi dan
lempeng lain terangkat ke permukaan. Salah satu contoh batas lempeng
konvergen berupa subduksi adalah kepulauan Indonesia yang mana terdapat
bagian lempeng benua Asia Tenggara dan lempeng Samudera Hindia –
Australia sebelah selatan pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur, yang mana zona subduksi terletak di laut berbentuk
palung yang memanjang dari keempat pulau tersebut. Berikut ini ilustrasi
terjadi batas konvergen di bawah ini (Djauhari dalam Noverma, 2017).
3. Batas transform, merupakan suatu batas antar lempeng saling berpapasan dan
salin bergeser satu sama lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis
strike slip fault. Salah satu contoh patahan San Andreas di Amerika Selatan
merupakan pergeseran lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng benua
Amerika Utara. Berikut ini ilustrasi terjadi batas transform di bawah ini
(Nelson, 2015).
5
Gambar. Terjadi batas transform
Berdasarkan teori tektonik lempeng yang mana lempeng – lempeng
saling bergerak dan berinteraksi satu sama lainnya. Secara tidak langsung
dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya, dimana kecepatan rotasi tersebut
akan semakin cepat ke ara ekuator. Berikut ini ilustrasi batas – batas lempeng
konvergen, divergen dan transforms (Djauhari, 2014).
6
tektonik, yaitu lempeng Philipina, Pasifik dan Hindia – Australia (Zakaria,
2007). Sub duksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan
gunung berapi dan parit samudera. Hal ini menyebabkan terbentuk deretan
gunung berapi antara lain Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung
berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok serta parit samudera adalah
Parit Jawa (Sunda) (Alzwar dkk, 1987 dalam Zakaria, 2007).
Lempeng tektonik tersebut bergerak terus – menerus sehingga dapat
terjadi gesekan atau benturan yang cukup keras maka menimbulkan gempa dan
gelombang tsunami serta meningkatnya magma naik ke permukaan. Pandangan
ini sesuai teori tektonik lempeng yang merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yakni teori continental drift dan sea floor spreading (Adriyani,
Kabar, Awaluddin & Meilano, 2012). Dengan demikian, adanya gempa yang
berasal dari dasar Samudera Hindia yang sering kali bersamaan dengan tsunami
dan aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatera dan Jawa turut
meningkat (Zakaria, 2007).
Diketahui bahwa litosfer merupakan batuan yang dingin dan padat –
kaku, namun di bawah litosfer terdapat mantel. Lapisan ini akan lama kelamaan
menjadi panas menimbulkan aliran konveksi sehingga mantel ikut bererak satu
sama lain, dengan kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif
terhadap lempeng lainnya. Jika kedua lempeng saling menjauhi (spreading),
saling mendekati (collision) dan saling geser (transform). Gerakan tersebut
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia, tetapi dapat terukur
setiap tahun atau gerakan tersebut macet dan saling mengunci membuat
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai suatu saat batuan pada
lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga
terjadi pelepasan mendadak atau dikenal dengan sebutan gempa bumi (Adriyani,
Kabar, Awaluddin & Meilano, 2012).
7
B. Teori Sea Floor Spreading
Nelson (2015) dalam studi tentang continental drift, sea floor spreading
and plate tectonics menjabarkan bahwa selama perang dunia II berlangsung,
para ahli geologi dipekerjakan oleh militer untuk melakukan studi tentang dasar
bagian dari bumi, sehingga hal ini telah menambah studi ilmiah. Tujuan dari
penelitian diadakan untuk menemukan tempat persembunyian bagi sekutu dan
musuh di kapal selam. Studi topografi melibatkan pengukuran ke dalam dasar
laut. Untuk itu, ada dua fitur topografi yang penting dari dasar laut, yaitu oceanic
ridges dan oceanic trenches.
Salah satu konsep studi yang menjelaskan adalah teori sea floor
spreading dikenal dengan sebutan teori pemekaran lantai samudera. Teori sea
floor spreading awalnya dikemukakan oleh Harry Hammond Hess. Teori ini
diungkap pada tahun 1960 di dalam tulisan Harry Hammond Hess yang berjudul
“Essay in Geopoetry Describing Evidence for Sea-Floor Spreading” (Noverma,
2017).
Riwayat kehidupan Harry Hammond Hess penemu teori sea floor
spreading, lahir tanggal 24 Mei 1906 dan meninggal pada tanggal 25 Agustus
1969. Harry H. Hess adalah seorang ahli geologi kelautan yang bekerja sebagai
perwira angkatan laut Amerika pada peran dunia kedua. Harry H. Hess ikut serta
di sebuah universitas, yaitu Universitas Princeton pada tahun 1934. Selanjutnya
Harry H. Hess diangkat menjadi ketua departemen geologi di Universitas
Princeton (Djauhari, 2014).
Djauhari (2014) menguraikan tentang asal mula dasar laut berdasarkan
teori sea floor spreading dari Harry H. Hess mengungkapkan bahwa ada suatu
dasar yang mana muncul suatu hipotesis yang beranggapan bahwa terjadi
pemekaran bagian kulit bumi yang terdapat di dasar samudera Atlantik yang
tepatnya di pematang tengah samudera yang mengalami pemekaran, hal ini
diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakkan oleh arus
konveksi yang berada di bagian mantel bumi yang disebut astenosfer.
8
Pemekaran yang terjadi di sepanjang sumbu pematang tengah samudera
berdampak pada muncul magma yang berasal dari astenosfer kemudian naik dan
membeku. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Djauhari, 2014).
Gambar Ilustrasi Area mantel luar (bagian cair) mengalami arus konveksi
akibat adanya aliran panas ke arah kulit bumi (bagian padat) sehingga
terjadi pemekaran (spreading)
Selain itu, adanya konveksi yang berasal dari lapisan mantel bumi
(astenosfer) menimbulkan pergerakan lantai samudera yang dikenal sebutan
litosfer ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu pemekaran pematang tengah
samudera. Arus konveksi yang menggerakan kerak samudera (lempeng
samudera) yang memiliki fungsi sebagai conveyor belt (atau sebagai ban
berjalan). Berikut ini ilustrasi penampakan pemekaran lantai samudera oleh arus
konveksi yang ada di lapisan mantel bumi atau astenosfer (Djauhari dalam
Noverma, 2017).
9
penyusupan lantai samudera ke dalam mantel bumi (astenosfer) pada zona
subduksi
Harry H. Hess dalam teori sea floor spreading menunjukkan bukti lain
yakni guyots. Guyot yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan
seamount tetapi bagian puncaknya datar (Noverma, 2017). Area lempeng yang
masuk ke dalam zona subduksi pada astenosfer akan terus tenggelam. Karena
waktu yang lama berjuta tahun dan ditambah pemanasan yang kuat dari dalam
membuat bagian yang menekuk awalnya kemiringan sudut kira-kira 45 derajat
lama kelamaan menjadi pecah, hancur, lebur dan kembali menjadi bagian dalam
bumi. Bagian litosfer yang bergerak atau retak atau runtuh sangat
membahayakan dan membuat wilayah tersebut paling labil. Hal ini
menyebabkan terjadinya gempa dan dapat memungkinkan naiknya magma
mencapai permukaan bumi dan membangun tubuhnya menjadi gunung api.
Hipotesis teori sea floor spreading didukung oleh data hasil pengukuran
kemagnetan purba (paleomagnetism) dan penentuan umur bantuan (rock dating).
Kemagnetan purba merupakan studi yang mengenai polaritas arah magnet bumi
yang terekam oleh mineral yang ada dalam batuan saat membeku. Mineral –
mineral yang menyusun bantuan seperti mineral magnetik akan merekam arah
magnet bumi saat mineral tersebut terbentuk dengan temperatur kira-kira 580
derajat celcius. Berdasarkan hasil penelitian paleomagnetism dilakukan terhadap
sampel batuan yang berasal dari bagian pematang tengah samudera sampai
bagian tepi benua, menujukkan bahwa terjadi polaritas arah magnet bumi yang
berubah dalam selang waktu setip 400 ribu tahun sekali. Hal tersebut dapat
dilihat ilustrasi di bawah ini (Djauhari, 2014).
10
Gambar. Perekaman arah magnet bumi pada batuan lava ketika
pembentukan lava dalam selang waktu 400 ribu tahun.
11
terpisah. Tingkat penyebaran sekitar 2 -4 cm per tahun, dianggap lambat
dibandingkan dengan tingkat penyebaran beberapa pegunungan lainnya)
3. Sumber dari sifat magnetik dasar lautan adalah magma kaya besi yang berasal
dari bumi …..
Jawaban: Mantel bumi
(Mantel bumi adalah sumber magma kaya besi yang meletus sebagai lava di
pegunungan tengah laut. Kristal magnetit kaya-besi yang dari saat lava
mendingin, arahkan ke arah medan magnet bumi)
4. Menurut teori Harry Hess, kerak samudera dan sedimen laut bergerak
melintasi dasar samudera dalam dalam gerakan seperti konveyor, sebagian
karena ....
Jawaban: Arus konveksi di asthenosphere
(Dalam model penyebaran dasar laut yang dikemukakan oleh Harry Hess,
aliran konvektif dalam asthenosphere yang mirip plastik adalah mekanisme
yang menggerakkan kerak samudera dan sedimen menjauh dari pegunungan
tengah laut)
5. Sedimen laut menjadi progresif ....... saat mereka bergerak menjauh dari
punggung laut tengah.
Jawaban: Lebih tebal dan lebih tua
(Akumulasi sedimen menjadi lebih tebal dan lebih tua, ketika kerak samudera
bergerak menjauh dari pegunungan tengah laut)
6. Lapisan ...... sedikit kerak samudera ditemukan di dekat puncak-puncak
pegunungan mid-samudera.
Jawaban: Lebih tipis dan lebih muda
(Magma menyusup ke panggungan laut tengah dan meletus di dasar laut
membentuk kerak yang terbaru, terpanas, dan paling tipis. seiring waktu,
kerak mendingin dan mengental saat bergerak menjauh dari puncak
punggung bukit)
7. Anomali magnetik terjadi dalam garis-garis yang ....... mid-ocean ridges dan
berada di sepanjang transform fault.
Jawaban: Jalankan paralel kerak baru
12
(Kerak baru terbentuk dari magma yang mengganggu dan lava yang meletus,
bergerak menjauh dari puncak bukit di setiap sisi, membentuk anomali
magnetik simetris)
8. Peta garis-garis magnetik di dasar laut pertama kali di verifikasi dengan
menganalisis ....... pulih selama perjalanan Glomar Challenger.
Jawaban: Sampel inti sedimen
(Hipotesis revolusioner dari penyebaran dasar laut diuji dengan mengupas
sedimen dan basal di laut dalam. Sampel inti mengkonfirmasi keberadaan
anomali magnetik serta usia yang disediakan dan pola anomali magnetik
dalam sedimen yang cocok dengan yang diprediksi oleh hipotesis.
penyebaran dasar laut kemudian menjadi diterima secara luas sebagai valid
dan sekarang merupakan bagian dari teori tektonik lempeng pemersatu)
9. Proses penyebaran dasar laut dan ...... menjelaskan mengapa kerak samudera
tertua berusia sekitar 180 juta tahun.
Jawaban: Subduksi
(Penyebaran dasar laut menciptakan kerak samudera baru sementara kerak
samudera lama dapat tenggelam ke dalam mantel di zona subduksi. Oleh
karena itu, kerak samudera terus-menerus dibuat kembali dan jauh lebih muda
dari benua)
10. Pembalikan magnetik terjadi dalam pola yang dapat diprediksi sepanjang
sejarah bumi.
Jawaban: Salah
(Hipotesis revolusioner dari penyebaran dasar laut diuji dengan mengupas
sedimen dan basal di laut dalam. Sampel inti mengonfirmasi keberadaan
anomali magnetik serta usia yang disediakan dan patters anomali magnetik
dalam sedimen yang cocok dengan diprediksi oleh hipotesis. Penyebaran
dasar laut kemudian menjadi diterima secara luas sebagai valid dan sekarang
merupakan bagian dari teori tektonik lempeng unifying)
13
C. Deep Ocean Basins
Deep ocean basins (cekungan dasar laut) merupakan salah satu bentuk
dari morfologi dasar laut. Deep ocean basins adalah dasar laut yang berbentuk
bulat cekung dan terjadi karena ingresi (Noverma, 2017). Berikut ini ilustrasi
morfologi dasar laut (Noverma, 2017).
14
Lerengan curam dan kemiringan lereng yang terbesar terdapat di tengah
trench mencapai 45 derajat.
3. Sub marine ridge atau panggungan dasar laut / ambang laut, merupakan dasar
laut yang dangkal, panjang dan memisah laut yang dalam. Bilamana lerang
tersebut tidak terlampau terjadi disebut ocean cerise, yang mana sub ini
bersambungan di semua lautan di dunia. Sub marine ridge ini tersebut lebih
dari 40.000 mil, lebar antara 600 – 250 mil dan tinggi 6500 – 13.000 kaki dari
dasar abysal plain. Pada beberapa tempat puncak mid oceanic ridge muncul
sampai di atas permukaan laut dan bagian tengah membujur terdapat lembah
patahan dengan arah tegak lurus. Mid oceanic ridge merupakan jalur yang
bersifat vulkanik dan seismik di lautan. Sifat dari mid oceanic ridge ini
lahirnya teori sea floor spreading. Sedangkan ambang di Indonesia terdapat
di ambang Laut Sulu, ambang Laut Sulawesi dan ambang Laut Gibraltar.
4. Submarine plateau, merupakan dasar laut yang datar dan lebih dangkal
dibandingkan abysal plain yang ukuran sangat luas. Contoh plateau Teleggraf
di Atlantik Utara dan plateui Albatros di bagian timur Pasifik.
5. Seamount dan guyot, merupakan gunung api yang muncul di dasar laut
dengan puncak berada di bawah permukaan laut. Sedangkan puncak gunung
datar disebut guyot. Puncak yang datar dikarenakan bilamana puncak
seamount hampir mencapai permukaan laut mengalami erosi gelombang laut.
Berikut ilustrasi penampakan seamount dan goyut.
15
Deep ocean basin dasarnya sebuah lembah di dasar laut yang berbentuk
membulat, dalam dan luas. Deep ocean basin terjadi karena pemerosotan dasar
laut, salah satu contoh adalah lubuk Laut Sulawesi dan lubuk laut Banda
(Tapilatu, 2016).
16
5. Endapan dekat ventilasi hidrotermal kadang – kadang mencakup loam mulia
beserta mineral yang penting untuk mempertahankan kehidupan di cekungan
samudera.
Jawaban: Benar
(Benar, Air super panas yang keluar dari ventilasi hidrotermal terkadang
mengandung logam konsentrasi tinggi dan mineral terlarut dan mengendap
ketika air panas bercampur dengan air laut dingin. Nilai ekonomi logam-
logam ini dan mempelajari keanekaragaman hayati kehidupan yang ditopang
oleh mineral adalah dua alasan mengapa begitu banyak penelitian telah
dilakukan di bidang ventilasi).
Bagian B
1. Apa perbedaan dan persamaan dari ciri – ciri geologis di dasar samudera
dalam dan benua?
Jawaban:
Menurut teori tektonik, lempeng, tepi benua aktif terjadi pada batas lempeng
konvergen. Hasil dari dua lempeng yang konvergen adalah zona penunjaman
(sub duction zone) yang menghasilkan busur kepulauan vulkanik (Island Arc)
dan palung (trench). Sedimen yang terjadi antara dua lempeng konvergen
dapat membentuk pegunungan. Tepi benua pasif terbentuk di sisi jauh dari
lempeng divergen. Seiring dengan lempeng bergerak menjauhi pusat
pemekaran, sedimen diendapkan di dasar laut yang berdampingan dengan
pantai. Pada saat yang bersamaan, kerak samudera mendingin, mengkerut dan
tenggelam. Akumulasi sedimen di sepanjang tepi benua pasif menghasilkan
paparan benua yang lebar.
Berikut perincian perbedaan dan persamaan ciri geologis di dasar samudera
dalam dan benua.
17
A. Perbedaan ciri geologis di dasar samudera dalam dan benua
Geologis di dasar samudera
1. Gunung laut Gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya
muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Gunung laut dapat membentuk rantai panjang pulau dan gunung
laut membentang ribuan kilometer dari barat laut Hawaii,
Islandia. Terbentuknya Gunung laut adalah akibat adanya
kegiatan vulkanisme yang terjadi di bawah permukaan laut
berjuta tahun yang lalu, yang kemudian naik secara tiba-tiba dari
dasar laut ke permukaan dengan tinggi sekitar 1000 s/d 4000
meter. Contoh: gunung Krakatau, Loihi di Kepulauan Hawaii.
2. Seamount Gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing dengan ketinggian sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai ke permukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da
Ascension di laut atlantik.
3. Guyot Gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount
tetapi bagian puncaknya datar dan banyak terdapat di lautan
Pasifik.
4. Punggung Punggung pegunungan yang ada di dasar laut. Contoh: punggung
laut (ridge) laut Sibolga.
5. Ambang laut Pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
(drempel) Contoh: ambang laut Sulu, ambang laut Sulawesi.
6. Lubuk laut Dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena
ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
(basin)
7. Palung laut Lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena
(trog) ingresi. Palung laut atau trench, adalah dasar laut yang sangat
dalam, sempit, mempunyai dinding yang terjal dan curam
dengan kedalaman lebih dari 5.000 m. Contoh: Palung laut
Mindanau. Guyot merupakan bekas gunung api yang puncaknya
datar dan tenggelam karena tererosi. Lubuk laut adalah dasar laut
18
yang bentuknya cekung seperti lembah di dasar laut. Contoh
Palung Sunda, Palung Mindanao dan Palung Mariana.
19
laku erupsi gunung api. Meskipun proses-proses yang terjadi
setelahnya dapat mengubah bentuk.
20
4. Abyssal Kawasan yang luas dan agak datar dengan kedalaman dengan
plains kedalaman berkisar dari 4000 sampai 5000 meter yang dibatasi
(dataran oleh pematang samudera atau benua. Dataran abisal umumnya
abisal) tertutup oleh sedimen pelagis. Di kawasan yang berbatasan
dengan lereng benua, bila terdapat alur bawah laut di lereng
benua, maka akan terbentuk kipas bawah laut (submarine fan)
atau kipas laut dalam
(deep-sea fan)
5. Submarine Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada
canyon pada ngarai bawah laut (submarine canyon). Submarine canyon
berbentuk seperti lembah yang memotong lereng benua
(continental slope) dan membentang pada bagian landasan benua
(continental shelf) dan continental rise. Lembah dari submarine
canyon biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam. Jalur
dari lembah submarine canyon mungkin bisa lurus atau mungkin
juga berliku-liku. Submarine canyon adalah jalur utama dari
sedimen untuk dibawa atau mengalami transportasi dari benua
ke lingkungan laut dalam.
21
Hawaii adalah contoh lain dari aktivitas magma yang terjadi di sepanjang
batas lempeng (transforms). Produk dari aktivitas magma dapat
menghasilkan batuan beku, baik batuan beku intrusive dan batuan beku
ekstrusive.
✓ Gaya eksogen, merupakan gaya yang bekerja di permukaan bumi, seperti
pelapukan, erosi dan mass-wasting serta sedimentasi.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di pembahasan dapat disimpulkan asal mula dan
proses terbentuk dasar laut dari ketiga sumber, yaitu teori plate tectonic, teori
sea floor spending dan morfologi deep ocean basins menjelaskan sesuai dengan
hipotesis yang diajukan masing – masing teori.
Teori plate tectonic merupakan teori yang di latar belakang dari teori
continental drift dan sea floor spending. Teori tektonik lempeng menjelaskan
bahwa proses bumi mengalami dinamika dalam pembentukan akses
pegunungan, gunung api, gempa bumi dan cekungan endapan di muka bumi
yang disebabkan oleh pergerakan atau pergeseran lempengan. Teori sea floor
spending menjelaskan dugaan, yaitu adanya pemekaran lantai samudera yang
terjadi di pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), guyots, serta umur
kerak samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun. Sedangkan morfologi deep
ocean basins adalah sebuah lembah di dasar laut yang berbentuk membulat
cekung, dalam dan luas yang terjadi karena ingresi.
B. Saran
Berdasarkan penjelasan di atas dapat membantu memahami asal mula
dasar laut dan dapat menjadi dasar pengembangan penelitian selanjutnya
berhubungan dengan geologi kelautan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, G., Kahar, S., Awaluddin, M., & Meilano, I. (2012). Kajian regangan
Selat Bali berdasarkan data GNSS kontinu tahun 2009 - 2011. Jurnal
Geodesi UNDIP, 1 (1), 1 – 12.
Nelson, S. A. (2015). Continental drift, sea floor spreading and plate tectonics.
Plate Tectonics, 1 – 13. Diunduh dari
https://www.tulane.edu/~sanelson/eens1110/pltect.pdf tanggal 12 April
2020.
Noverma. (2017). Bahan ajar: Oseanografi geologi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Diunduh dari
http://digilib.uinsby.ac.id/21692/1/Diktat%20Oceanografi%20Geologi.pdf
tanggal 12 April 2020.
Zakaria, Z. (2007). Aplikasi tektonik lempeng dalam sumber daya mineral, energi
dan kewilayahan. Bulletin of Scientific Contribution, 6 (2), 123 – 131.
24