Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH OSEANOGRAFI

“Geomorfologi dan Asal Mula Dasar Laut”

Disusun Oleh:
Nama : Yohanes Angwarmase
NIM : 201963019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk ujian tengah semester pada mata
kuliah Oseanografi dengan baik.
Penulis tulus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga bagi pihak –
pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritikan dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait.

Ambon, 13 April 2020

Penulis,

Yohanes Angwarmase

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Teori Plate Tectonics ......................................................................... 3
B. Teori Sea Floor Spreading ................................................................. 8
C. Deep Ocean Basin .............................................................................. 14
BAB III Penutup ............................................................................................ 23
A. Kesimpulan......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laut merupakan bagian ekosistem kehidupan manusia. Laut tidak lepas
dari pembentukan bumi. Hal ini melihat latar belakang laut maupun prosesnya
menjadi suatu perjalanan proses alam yang masih terus – menerus berlangsung.
Laut merupakan lapisan bumi yang tidak ada bedanya dengan bagian daratan
memiliki beraneka ragam bentuk di lautan, yaitu permukaan dasar laut.
Morfologi dasar laut dapat dilihat dari asal mula laut dan morfologi
permukaan dasar laut. Adapun gambaran morfologi permukaan dasar laut,
seperti pegunungan, gunung api, lereng, dataran, lembah, parit dan channel. Hal
tersebut berhubungan dengan proses geologi, yang mana pergerakan lempeng –
lempeng di bumi membentuk relief dari hasil pembentukan dan perkembangan
yang baik secara sendiri maupun kelompok. Keadaan tersebut akibat dari
pergeseran atau erosi dan pengupasan olah arus laut.
Banyak para ahli melakukan ekspedisi untuk meneliti permukaan bumi,
diantaranya permukaan laut yang terpisah dari daratan dan bahkan asal mula
muncul laut dan morfologi dasar laut. Diantaranya muncul beberapa hipotesis
atau teori asal mula dasar laut, yaitu teori continental drift oleh Alfred Lohtar
Wegener, kemudian teori sea floor spreading oleh Harry Hammond Hess
bahkan teori tektonik lempeng yang merupakan suatu teori modern yang di latar
belakang dari dua teori di atas serta beberapa teori dan morfologi dasar laut
lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengaji Geomorfolog dan asal mula
muncul dasar laut dari ketiga tolak ukur yakni teori tektonik lempeng, teori sea
floor spreading dan morfologi deep ocean basin.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urian di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana asal mula dan proses terjadinya dasar laut
berdasarkan teori tektonik lempeng, teori sea floor spreading dan deep ocean
basin?.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami tentang asal mula
dan proses terjadi dasar laut berdasarkan teori tektonik lempeng, teori sea floor
spreading dan morfologi deep ocean basin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Plate Tectonics


Teori plate tectonics muncul dari hasil pengembangan hipotesis
continental drift oleh Alfred Lohtar Wegener (1912) di dalam bukunya berjudul
die entstehung der kontinente und ozeane yang terbit pada tahun 1951. Alfred L.
Wegener menanggap bahwa pernah ada super kontinen, yang dinamakan
Pangaea, artinya semua daratan. Hal ini sesuai dengan bukti – bukti segala
bidang yang mengenai adanya super kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang
lalu dengan fakta – fakta yang ada (Pichon, 1968; Djauhari, 2014; Nelson, 2015;
Noverma, 2017).
Teori tektonik lempeng sebagai konsep ilmu geologi yang relatif baru
dan diperkenalkan sekitar tahun 1960an (Djauhari, 2014). Teori tektonik
lempeng mampu menjelaskan proses bumi mengalami dinamika dalam
pembentukan akses pegunungan, gunung api, gempa bumi dan cekungan
endapan di muka bumi yang disebabkan oleh pergerakan atau pergeseran
lempengan (Zakaria, 2007). Artinya teori ini sebagai teori yang menjelaskan
sifat – sifat bumi yang dinamis disebabkan adanya gaya endogen berasal dari
dalam bumi sendiri (Noverma, 2017).
Konsep tektonik lempeng berasal dari lapisan kerak bumi yang disebut
litosfer dimana terpecah menjadi 13 lempeng bear dan lempeng kecil. Lempeng
besar adalah lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, lempeng India – Australia,
lempeng Afrika, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan dan
lempeng Antartika. Sedangkan lempeng berbentuk kecil terdiri dari lempeng
Nasca, lempeng Arab, lempeng Karibia, lempeng Philipines, lempeng Scotia dan
lempeng Cocos (Djauhari, 2014; Noverma, 2017).
Ketiga belasan lempeng memiliki batas – batas yang dapat dibedakan
atas interaksi antara lempeng, antara lain (Zakaria, 2007; Djauhari, 2014;
Nelson, 2015; Noverma, 2017):

3
1. Batas divergen, merupakan batas atas lempeng sangat jauh dari lainnya.
Adanya gaya tarik (tensional force) membuat magma naik ke permukaan dan
membentuk material baru yang berupa lava sehingga lempeng saling menjauh
yakni terjadi pemisahan. Berikut ini ilustrasi terjadi batas divergen di bawah
ini (Nelson, 2015).

Gambar. Terjadi batas divergen


Salah satu contoh batas lempeng jenis batas divergen yaitu rifting yang terjadi
antara benua Afrika dengan Arab membentuk laut Merah serta rafting terjadi
di Afrika Timur Bagian Utara, yang dapat diilustrasikan dibawah ini
(Djauhari, 2014).

Gambar. Pembentukan rift di benua Afrika Timur Bagian Utara

2. Batas konvergen, merupakan batas lempeng yang bergerak ke arah satu sama
lain. Batas lempeng konvergen berupa batas subduksi yakni suatu tumbukan

4
lempeng salah satu lempeng yang menyusup ke dalam perut bumi dan
lempeng lain terangkat ke permukaan. Salah satu contoh batas lempeng
konvergen berupa subduksi adalah kepulauan Indonesia yang mana terdapat
bagian lempeng benua Asia Tenggara dan lempeng Samudera Hindia –
Australia sebelah selatan pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur, yang mana zona subduksi terletak di laut berbentuk
palung yang memanjang dari keempat pulau tersebut. Berikut ini ilustrasi
terjadi batas konvergen di bawah ini (Djauhari dalam Noverma, 2017).

Gambar. Terjadi batas konvergen

3. Batas transform, merupakan suatu batas antar lempeng saling berpapasan dan
salin bergeser satu sama lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis
strike slip fault. Salah satu contoh patahan San Andreas di Amerika Selatan
merupakan pergeseran lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng benua
Amerika Utara. Berikut ini ilustrasi terjadi batas transform di bawah ini
(Nelson, 2015).

5
Gambar. Terjadi batas transform
Berdasarkan teori tektonik lempeng yang mana lempeng – lempeng
saling bergerak dan berinteraksi satu sama lainnya. Secara tidak langsung
dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya, dimana kecepatan rotasi tersebut
akan semakin cepat ke ara ekuator. Berikut ini ilustrasi batas – batas lempeng
konvergen, divergen dan transforms (Djauhari, 2014).

Gambar. Batas – batas lempeng konvergen, divergen dan transforms

Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di batas lempeng


tektonik Eurasia dan Samudera Hindia – Australia. Jenis batas antara kedua
lempeng yang berada di sepanjang kepulauan Indonesia adalah batas konvergen.
Lempeng Samudera Hindia – Australia merupakan lempeng yang menunjam ke
bawa lempeng Eurasia. Kemudian di bagian timur bertemu tiga lempeng

6
tektonik, yaitu lempeng Philipina, Pasifik dan Hindia – Australia (Zakaria,
2007). Sub duksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan
gunung berapi dan parit samudera. Hal ini menyebabkan terbentuk deretan
gunung berapi antara lain Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung
berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok serta parit samudera adalah
Parit Jawa (Sunda) (Alzwar dkk, 1987 dalam Zakaria, 2007).
Lempeng tektonik tersebut bergerak terus – menerus sehingga dapat
terjadi gesekan atau benturan yang cukup keras maka menimbulkan gempa dan
gelombang tsunami serta meningkatnya magma naik ke permukaan. Pandangan
ini sesuai teori tektonik lempeng yang merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yakni teori continental drift dan sea floor spreading (Adriyani,
Kabar, Awaluddin & Meilano, 2012). Dengan demikian, adanya gempa yang
berasal dari dasar Samudera Hindia yang sering kali bersamaan dengan tsunami
dan aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatera dan Jawa turut
meningkat (Zakaria, 2007).
Diketahui bahwa litosfer merupakan batuan yang dingin dan padat –
kaku, namun di bawah litosfer terdapat mantel. Lapisan ini akan lama kelamaan
menjadi panas menimbulkan aliran konveksi sehingga mantel ikut bererak satu
sama lain, dengan kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif
terhadap lempeng lainnya. Jika kedua lempeng saling menjauhi (spreading),
saling mendekati (collision) dan saling geser (transform). Gerakan tersebut
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia, tetapi dapat terukur
setiap tahun atau gerakan tersebut macet dan saling mengunci membuat
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai suatu saat batuan pada
lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga
terjadi pelepasan mendadak atau dikenal dengan sebutan gempa bumi (Adriyani,
Kabar, Awaluddin & Meilano, 2012).

7
B. Teori Sea Floor Spreading
Nelson (2015) dalam studi tentang continental drift, sea floor spreading
and plate tectonics menjabarkan bahwa selama perang dunia II berlangsung,
para ahli geologi dipekerjakan oleh militer untuk melakukan studi tentang dasar
bagian dari bumi, sehingga hal ini telah menambah studi ilmiah. Tujuan dari
penelitian diadakan untuk menemukan tempat persembunyian bagi sekutu dan
musuh di kapal selam. Studi topografi melibatkan pengukuran ke dalam dasar
laut. Untuk itu, ada dua fitur topografi yang penting dari dasar laut, yaitu oceanic
ridges dan oceanic trenches.
Salah satu konsep studi yang menjelaskan adalah teori sea floor
spreading dikenal dengan sebutan teori pemekaran lantai samudera. Teori sea
floor spreading awalnya dikemukakan oleh Harry Hammond Hess. Teori ini
diungkap pada tahun 1960 di dalam tulisan Harry Hammond Hess yang berjudul
“Essay in Geopoetry Describing Evidence for Sea-Floor Spreading” (Noverma,
2017).
Riwayat kehidupan Harry Hammond Hess penemu teori sea floor
spreading, lahir tanggal 24 Mei 1906 dan meninggal pada tanggal 25 Agustus
1969. Harry H. Hess adalah seorang ahli geologi kelautan yang bekerja sebagai
perwira angkatan laut Amerika pada peran dunia kedua. Harry H. Hess ikut serta
di sebuah universitas, yaitu Universitas Princeton pada tahun 1934. Selanjutnya
Harry H. Hess diangkat menjadi ketua departemen geologi di Universitas
Princeton (Djauhari, 2014).
Djauhari (2014) menguraikan tentang asal mula dasar laut berdasarkan
teori sea floor spreading dari Harry H. Hess mengungkapkan bahwa ada suatu
dasar yang mana muncul suatu hipotesis yang beranggapan bahwa terjadi
pemekaran bagian kulit bumi yang terdapat di dasar samudera Atlantik yang
tepatnya di pematang tengah samudera yang mengalami pemekaran, hal ini
diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakkan oleh arus
konveksi yang berada di bagian mantel bumi yang disebut astenosfer.

8
Pemekaran yang terjadi di sepanjang sumbu pematang tengah samudera
berdampak pada muncul magma yang berasal dari astenosfer kemudian naik dan
membeku. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Djauhari, 2014).

Gambar Ilustrasi Area mantel luar (bagian cair) mengalami arus konveksi
akibat adanya aliran panas ke arah kulit bumi (bagian padat) sehingga
terjadi pemekaran (spreading)

Selain itu, adanya konveksi yang berasal dari lapisan mantel bumi
(astenosfer) menimbulkan pergerakan lantai samudera yang dikenal sebutan
litosfer ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu pemekaran pematang tengah
samudera. Arus konveksi yang menggerakan kerak samudera (lempeng
samudera) yang memiliki fungsi sebagai conveyor belt (atau sebagai ban
berjalan). Berikut ini ilustrasi penampakan pemekaran lantai samudera oleh arus
konveksi yang ada di lapisan mantel bumi atau astenosfer (Djauhari dalam
Noverma, 2017).

Gambar. Arus konveksi yang menggerakan lantai samudera, pembentukan


material baru di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge) dan

9
penyusupan lantai samudera ke dalam mantel bumi (astenosfer) pada zona
subduksi

Harry H. Hess dalam teori sea floor spreading menunjukkan bukti lain
yakni guyots. Guyot yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan
seamount tetapi bagian puncaknya datar (Noverma, 2017). Area lempeng yang
masuk ke dalam zona subduksi pada astenosfer akan terus tenggelam. Karena
waktu yang lama berjuta tahun dan ditambah pemanasan yang kuat dari dalam
membuat bagian yang menekuk awalnya kemiringan sudut kira-kira 45 derajat
lama kelamaan menjadi pecah, hancur, lebur dan kembali menjadi bagian dalam
bumi. Bagian litosfer yang bergerak atau retak atau runtuh sangat
membahayakan dan membuat wilayah tersebut paling labil. Hal ini
menyebabkan terjadinya gempa dan dapat memungkinkan naiknya magma
mencapai permukaan bumi dan membangun tubuhnya menjadi gunung api.

Hipotesis teori sea floor spreading didukung oleh data hasil pengukuran
kemagnetan purba (paleomagnetism) dan penentuan umur bantuan (rock dating).
Kemagnetan purba merupakan studi yang mengenai polaritas arah magnet bumi
yang terekam oleh mineral yang ada dalam batuan saat membeku. Mineral –
mineral yang menyusun bantuan seperti mineral magnetik akan merekam arah
magnet bumi saat mineral tersebut terbentuk dengan temperatur kira-kira 580
derajat celcius. Berdasarkan hasil penelitian paleomagnetism dilakukan terhadap
sampel batuan yang berasal dari bagian pematang tengah samudera sampai
bagian tepi benua, menujukkan bahwa terjadi polaritas arah magnet bumi yang
berubah dalam selang waktu setip 400 ribu tahun sekali. Hal tersebut dapat
dilihat ilustrasi di bawah ini (Djauhari, 2014).

10
Gambar. Perekaman arah magnet bumi pada batuan lava ketika
pembentukan lava dalam selang waktu 400 ribu tahun.

Polaritas arah magnet yang terekam dapat digunakan untuk


merekonstruksi posisi dan proses pemisahan antara benua Amerika dan Afrika
yang semula berimpit. Selain itu, data tersebut dapat digunakan untuk melihat
hasil penentuan umur batuan yang menunjukkan umur yang semakin mudah ke
arah pematang tengah samudera. Oleh karena itu, hipotesis pemekaran lantai
samudera merupakan volume bumi tetap dan tidak semakin besar dengan
bertambah luasnya lantai samudera, artinya ada bagian lain dari kulit bumi
dimana kerak samudera mengalami penyusupan kembali ke dalam perut bumi.

Pertanyaan dan Jawaban:


1. Teori penyebaran dasar laut dikembangkan pada awal 1960-an untuk
menjelaskan garis-garis simetris …… melintasi pegunungan mid-ocean.
Jawaban: Anomali magnetic
(Teori penyebaran dasar laut menjelaskan garis-garis simetris anomali
magnetik yang dihasilkan dari dasar laut yang diciptakan dan menyebar jauh
dari pegunungan tengah laut)
2. Jarak antara Amerika Serikat dan Eropa terus meningkat dikarenakan …..
Jawaban: Sea floor spreading
(Dasar laut menyebar di Mid-Atlantic Ridge dengan batas yang berbeda
menjelaskan mengapa lempeng Amerika Utara dan Eropa terus bergerak

11
terpisah. Tingkat penyebaran sekitar 2 -4 cm per tahun, dianggap lambat
dibandingkan dengan tingkat penyebaran beberapa pegunungan lainnya)
3. Sumber dari sifat magnetik dasar lautan adalah magma kaya besi yang berasal
dari bumi …..
Jawaban: Mantel bumi
(Mantel bumi adalah sumber magma kaya besi yang meletus sebagai lava di
pegunungan tengah laut. Kristal magnetit kaya-besi yang dari saat lava
mendingin, arahkan ke arah medan magnet bumi)
4. Menurut teori Harry Hess, kerak samudera dan sedimen laut bergerak
melintasi dasar samudera dalam dalam gerakan seperti konveyor, sebagian
karena ....
Jawaban: Arus konveksi di asthenosphere
(Dalam model penyebaran dasar laut yang dikemukakan oleh Harry Hess,
aliran konvektif dalam asthenosphere yang mirip plastik adalah mekanisme
yang menggerakkan kerak samudera dan sedimen menjauh dari pegunungan
tengah laut)
5. Sedimen laut menjadi progresif ....... saat mereka bergerak menjauh dari
punggung laut tengah.
Jawaban: Lebih tebal dan lebih tua
(Akumulasi sedimen menjadi lebih tebal dan lebih tua, ketika kerak samudera
bergerak menjauh dari pegunungan tengah laut)
6. Lapisan ...... sedikit kerak samudera ditemukan di dekat puncak-puncak
pegunungan mid-samudera.
Jawaban: Lebih tipis dan lebih muda
(Magma menyusup ke panggungan laut tengah dan meletus di dasar laut
membentuk kerak yang terbaru, terpanas, dan paling tipis. seiring waktu,
kerak mendingin dan mengental saat bergerak menjauh dari puncak
punggung bukit)
7. Anomali magnetik terjadi dalam garis-garis yang ....... mid-ocean ridges dan
berada di sepanjang transform fault.
Jawaban: Jalankan paralel kerak baru

12
(Kerak baru terbentuk dari magma yang mengganggu dan lava yang meletus,
bergerak menjauh dari puncak bukit di setiap sisi, membentuk anomali
magnetik simetris)
8. Peta garis-garis magnetik di dasar laut pertama kali di verifikasi dengan
menganalisis ....... pulih selama perjalanan Glomar Challenger.
Jawaban: Sampel inti sedimen
(Hipotesis revolusioner dari penyebaran dasar laut diuji dengan mengupas
sedimen dan basal di laut dalam. Sampel inti mengkonfirmasi keberadaan
anomali magnetik serta usia yang disediakan dan pola anomali magnetik
dalam sedimen yang cocok dengan yang diprediksi oleh hipotesis.
penyebaran dasar laut kemudian menjadi diterima secara luas sebagai valid
dan sekarang merupakan bagian dari teori tektonik lempeng pemersatu)
9. Proses penyebaran dasar laut dan ...... menjelaskan mengapa kerak samudera
tertua berusia sekitar 180 juta tahun.
Jawaban: Subduksi
(Penyebaran dasar laut menciptakan kerak samudera baru sementara kerak
samudera lama dapat tenggelam ke dalam mantel di zona subduksi. Oleh
karena itu, kerak samudera terus-menerus dibuat kembali dan jauh lebih muda
dari benua)
10. Pembalikan magnetik terjadi dalam pola yang dapat diprediksi sepanjang
sejarah bumi.
Jawaban: Salah
(Hipotesis revolusioner dari penyebaran dasar laut diuji dengan mengupas
sedimen dan basal di laut dalam. Sampel inti mengonfirmasi keberadaan
anomali magnetik serta usia yang disediakan dan patters anomali magnetik
dalam sedimen yang cocok dengan diprediksi oleh hipotesis. Penyebaran
dasar laut kemudian menjadi diterima secara luas sebagai valid dan sekarang
merupakan bagian dari teori tektonik lempeng unifying)

13
C. Deep Ocean Basins
Deep ocean basins (cekungan dasar laut) merupakan salah satu bentuk
dari morfologi dasar laut. Deep ocean basins adalah dasar laut yang berbentuk
bulat cekung dan terjadi karena ingresi (Noverma, 2017). Berikut ini ilustrasi
morfologi dasar laut (Noverma, 2017).

Gambar. Morfologi dasar laut

Cekungan dasar laut atau cekungan dasar samudera memiliki tipe


topografi khusus, yaitu abysal plain dan abysal hill, trench, sub marine ridge,
sub marine plateau, seamount dan guyot (Pradana & Sutedjo, 2018).
1. Abysal plain dan abysal hill, merupakan bagian dari topologi dasar laut.
Abysal plain sebagai bagian terbesar di topografi dasar laut, yang mana ke
arah benua abysal plain biasanya bersambungan langsung dengan continental
ride. Abysal plain paling rata dibandingkan dengan bentuk-bentuk topografi
dasar laut yang lain. Ada pula bagian tertentu terdapat abysal yang eliefnya
lebih besar disebut abysal hill.
2. Trench atau trough (palung laut), merupakan dasar laut yang sangat dalam,
sempit bahkan panjang. Palung laut terkadang permukaan rata bilamana berisi
sedimen, yang mana mengendap akibat munculnya turbidity current. Palung
laut pada dasarnya terbentuk dan terdapat dekat kontinen atau sejajar dengan
pulau-pulau dan deretan pegunungan yang bersifat vulkanik dan seismik.

14
Lerengan curam dan kemiringan lereng yang terbesar terdapat di tengah
trench mencapai 45 derajat.
3. Sub marine ridge atau panggungan dasar laut / ambang laut, merupakan dasar
laut yang dangkal, panjang dan memisah laut yang dalam. Bilamana lerang
tersebut tidak terlampau terjadi disebut ocean cerise, yang mana sub ini
bersambungan di semua lautan di dunia. Sub marine ridge ini tersebut lebih
dari 40.000 mil, lebar antara 600 – 250 mil dan tinggi 6500 – 13.000 kaki dari
dasar abysal plain. Pada beberapa tempat puncak mid oceanic ridge muncul
sampai di atas permukaan laut dan bagian tengah membujur terdapat lembah
patahan dengan arah tegak lurus. Mid oceanic ridge merupakan jalur yang
bersifat vulkanik dan seismik di lautan. Sifat dari mid oceanic ridge ini
lahirnya teori sea floor spreading. Sedangkan ambang di Indonesia terdapat
di ambang Laut Sulu, ambang Laut Sulawesi dan ambang Laut Gibraltar.
4. Submarine plateau, merupakan dasar laut yang datar dan lebih dangkal
dibandingkan abysal plain yang ukuran sangat luas. Contoh plateau Teleggraf
di Atlantik Utara dan plateui Albatros di bagian timur Pasifik.
5. Seamount dan guyot, merupakan gunung api yang muncul di dasar laut
dengan puncak berada di bawah permukaan laut. Sedangkan puncak gunung
datar disebut guyot. Puncak yang datar dikarenakan bilamana puncak
seamount hampir mencapai permukaan laut mengalami erosi gelombang laut.
Berikut ilustrasi penampakan seamount dan goyut.

Gambar. Penampakan seamount (kiri) dan goyut (kanan)

15
Deep ocean basin dasarnya sebuah lembah di dasar laut yang berbentuk
membulat, dalam dan luas. Deep ocean basin terjadi karena pemerosotan dasar
laut, salah satu contoh adalah lubuk Laut Sulawesi dan lubuk laut Banda
(Tapilatu, 2016).

Pertanyaan dan Jawaban:


Bagian A
1. Fitur yang relatif curam, sempit yang disebut landas kontinen menandai batas
dimana kerak bumi berubah dari benua ke batuan dasar laut.
Jawaban: Salah
(Salah, cekungan laut dalam mulai di lereng benua, fitur sempit curam yang
menandai perubahan dari benua ke kerak samudera. landas kontinen, yang
landai dengan lembut dari garis pantai ke patahan rak, masih merupakan
bagian dari kerak benua)
2. Dataran abyssal berkemban diantara tepi benua dan pegunungan tengah laut.
Jawaban: Betul
(Betul, dataran abyssal hampir selalu berkembang antara naik benua dan
pegunungan tengah laut. biasanya, daerah tersebut agak jauh dari punggung
bukit di daerah di mana amblesan kerak samudera baru berkurang)
3. Kebanyakan parit samudera terjadi di Samudera Pasifik.
Jawaban: Betul
(Betul, parit adalah fitur lempeng penunjaman, aktivitas tektonik yang terjadi
sebagian besar di margin aktif samudera pasifik)
4. Punggungan fsamudera yang menyebar cepat seperti East Pacific Rise
cenderung memiliki kemiringan yang curam dan sejumlah kecil magma yang
mendingin dengan cepat dan mereda dekat dengan puncak punggungan.
Jawaban: Salah
(Salah, Punggungan yang menyebar cepat seperti East Pacific Rise ditandai
oleh lereng yang lembut, yang dihasilkan dari magma keluaran tinggi yang
membutuhkan waktu lebih lama untuk mendingin dan mereda)

16
5. Endapan dekat ventilasi hidrotermal kadang – kadang mencakup loam mulia
beserta mineral yang penting untuk mempertahankan kehidupan di cekungan
samudera.
Jawaban: Benar
(Benar, Air super panas yang keluar dari ventilasi hidrotermal terkadang
mengandung logam konsentrasi tinggi dan mineral terlarut dan mengendap
ketika air panas bercampur dengan air laut dingin. Nilai ekonomi logam-
logam ini dan mempelajari keanekaragaman hayati kehidupan yang ditopang
oleh mineral adalah dua alasan mengapa begitu banyak penelitian telah
dilakukan di bidang ventilasi).

Bagian B
1. Apa perbedaan dan persamaan dari ciri – ciri geologis di dasar samudera
dalam dan benua?
Jawaban:
Menurut teori tektonik, lempeng, tepi benua aktif terjadi pada batas lempeng
konvergen. Hasil dari dua lempeng yang konvergen adalah zona penunjaman
(sub duction zone) yang menghasilkan busur kepulauan vulkanik (Island Arc)
dan palung (trench). Sedimen yang terjadi antara dua lempeng konvergen
dapat membentuk pegunungan. Tepi benua pasif terbentuk di sisi jauh dari
lempeng divergen. Seiring dengan lempeng bergerak menjauhi pusat
pemekaran, sedimen diendapkan di dasar laut yang berdampingan dengan
pantai. Pada saat yang bersamaan, kerak samudera mendingin, mengkerut dan
tenggelam. Akumulasi sedimen di sepanjang tepi benua pasif menghasilkan
paparan benua yang lebar.
Berikut perincian perbedaan dan persamaan ciri geologis di dasar samudera
dalam dan benua.

17
A. Perbedaan ciri geologis di dasar samudera dalam dan benua
Geologis di dasar samudera
1. Gunung laut Gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya
muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Gunung laut dapat membentuk rantai panjang pulau dan gunung
laut membentang ribuan kilometer dari barat laut Hawaii,
Islandia. Terbentuknya Gunung laut adalah akibat adanya
kegiatan vulkanisme yang terjadi di bawah permukaan laut
berjuta tahun yang lalu, yang kemudian naik secara tiba-tiba dari
dasar laut ke permukaan dengan tinggi sekitar 1000 s/d 4000
meter. Contoh: gunung Krakatau, Loihi di Kepulauan Hawaii.
2. Seamount Gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing dengan ketinggian sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai ke permukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da
Ascension di laut atlantik.
3. Guyot Gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount
tetapi bagian puncaknya datar dan banyak terdapat di lautan
Pasifik.
4. Punggung Punggung pegunungan yang ada di dasar laut. Contoh: punggung
laut (ridge) laut Sibolga.
5. Ambang laut Pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
(drempel) Contoh: ambang laut Sulu, ambang laut Sulawesi.
6. Lubuk laut Dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena
ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
(basin)
7. Palung laut Lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena
(trog) ingresi. Palung laut atau trench, adalah dasar laut yang sangat
dalam, sempit, mempunyai dinding yang terjal dan curam
dengan kedalaman lebih dari 5.000 m. Contoh: Palung laut
Mindanau. Guyot merupakan bekas gunung api yang puncaknya
datar dan tenggelam karena tererosi. Lubuk laut adalah dasar laut

18
yang bentuknya cekung seperti lembah di dasar laut. Contoh
Palung Sunda, Palung Mindanao dan Palung Mariana.

Geologis dai Benua


1. Morfologi Morfologi perlipatan umumnya dicirikan oleh susunan
lipatan perbukitan dan lembah - lembah yang berpola sejajar, terbentuk
(folding dari batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur sinklin -
mountain antiklin. Genetika pembentukan morfologi perlipatan dikontrol
oleh gaya tektonik yang terjadi pada suatu cekungan sedimen.
2. Bentang Bentang alam yang terjadi di daerah patahan, khusus di wilayah
alam patahan yang terkena sesar mendatar (strike slip fault), antara lain ;
(block Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter
faulting Ridge, Linear valley, Linear ridge, dan Offset River
landforms)
3. Morfologi Bentang alam berbentuk bukit terisolir yang tersusun oleh batuan
intrusi beku dan genesanya dikontrol oleh aktivitas magma. Bukit
(intrusive intrusi pada awalnya dapat berada dibawah permukaan bumi,
landforms) namun seiring dengan berjalannya waktu oleh proses endogenik
(pelapukan dan erosi) maka bagian tanah yang menutupi tubuh
batuan intrusi akan tererosi sedangkan tubuh batuan yang lebih
resisten hanya mengalami erosi yang tidak signifikan. Proses
endogeniknya pada akhirnya akan menyisakan tubuh batuan
beku yang membentuk morfologi yang lebih menonjol
dibandingkan dengan daerah sekitarnya
4. Betang alam Pembentukan bentang alam gunung api sepenuhnya
gunung api dikendalikan oleh proses proses geologi (gaya endogenik) sejak
saat pembentukannya hingga setelah gunung api tersebut
terbentuk. Dengan demikian, bentuk bentuk dan jenis bentang
alam gunung api akan dicirikan oleh material yang membentuk
gunung api tersebut, dimana sebaliknya tergantung pada tingkah

19
laku erupsi gunung api. Meskipun proses-proses yang terjadi
setelahnya dapat mengubah bentuk.

B. Persamaan ciri geologis di dasar samudera dalam dan benua


1. Continental Bagian benua yang tenggelam dengan kemiringan lereng yang
shelf sangat kecil (1 meter per 1000 meter). Landasan benua
(paparan (continental shelf), adalah dataran luas di dasar laut dangkal yang
benua) melandai dengan kedalaman rata-rata 200 m yang terletak di
sepanjang pantai atau di tepi benua. Paparan benua dikontrol
oleh laju sedimentasi bahan – bahan dari daratan ke laut, laju
energi cukup untuk menggerakan sedimen di sekitar dan keluar
paparan serta erosi dan naik – turun muka laut
2. Continental Di kawasan ini banyak terjadi proses longsoran bawah laut
slope (lereng (submarine landslide) dan erosi yang menghasilkan berbagai
benua) kenampakan. Sedimen-sedimen di kawasan ini tersesarkan dan
terlipat. Kenampakan yang sangat mengesankan di kawasan ini
adalah alur bawah laut (submarine canyon).
3. Continental Daerah transisi antara benua dan cekungan samudera. Kawasan
rise ini tersusun oleh material yang tidak terkonsolidasikan
(unconsolidated
materials,yang terdiri dari lumpur, lanau dan pasir yang
diturunkan dari paparan benua atau lereng benua oleh
mekanisme arus turbid (turbidity currents), longsoran bawah
laut, atau proses-proses lain. Pola dari tinggian benua ini
berkaitan dengan gerakan tektonik lempeng. Pada tepi benua
aktif, sedimen-sedimen telah terubah dan
dibawa masuk ke dalam mantel oleh mekanisme menunjaman.
Pada tepi benua pasif, sedimen-sedimen mengendap di lantai
samudera (ocean floor).

20
4. Abyssal Kawasan yang luas dan agak datar dengan kedalaman dengan
plains kedalaman berkisar dari 4000 sampai 5000 meter yang dibatasi
(dataran oleh pematang samudera atau benua. Dataran abisal umumnya
abisal) tertutup oleh sedimen pelagis. Di kawasan yang berbatasan
dengan lereng benua, bila terdapat alur bawah laut di lereng
benua, maka akan terbentuk kipas bawah laut (submarine fan)
atau kipas laut dalam
(deep-sea fan)
5. Submarine Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada
canyon pada ngarai bawah laut (submarine canyon). Submarine canyon
berbentuk seperti lembah yang memotong lereng benua
(continental slope) dan membentang pada bagian landasan benua
(continental shelf) dan continental rise. Lembah dari submarine
canyon biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam. Jalur
dari lembah submarine canyon mungkin bisa lurus atau mungkin
juga berliku-liku. Submarine canyon adalah jalur utama dari
sedimen untuk dibawa atau mengalami transportasi dari benua
ke lingkungan laut dalam.

2. Proses apakah yang menciptakan corak dasar laut?


Jawaban: Bentuk atau corak dasar laut sangat berkaitan dengan proses geologi
yang terjadi baik dipengaruhi oleh gaya endogen maupun gaya eksogen
✓ Gaya endogen merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi, seperti
orogenesa dan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas vulkanisme.
Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-
lempeng yang ada pada kerak bumi (lithosphere). Hasil dari tumbukan
antar lempeng dapat menghasilkan gempa bumi, pembentukan
pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis atau aktivitas gunung api
(volcanism). Aktivitas magmatis adalah segala aktivitas magma yang
berasal dari dalam bumi. Hakikat aktivitas magmatis dipengaruhi oleh
aktivitas tektonik, seperti tumbukan lempeng baik secara convergent,
divergent dan atau transform. Pembentukan material kulit bumi (batuan)
yang terjadi di Pematang tengah samudera adalah salah satu contoh dari
aktivitas magma, sedangkan pembentukan gunung api di kepulauan

21
Hawaii adalah contoh lain dari aktivitas magma yang terjadi di sepanjang
batas lempeng (transforms). Produk dari aktivitas magma dapat
menghasilkan batuan beku, baik batuan beku intrusive dan batuan beku
ekstrusive.
✓ Gaya eksogen, merupakan gaya yang bekerja di permukaan bumi, seperti
pelapukan, erosi dan mass-wasting serta sedimentasi.

3. Apa pentingnya melanjutkan penelitian dasar laut?


Jawaban: Penelitian mengenai dasar laut diperlukan guna menghasilkan
informasi mengenai keragaman oseanografi suatu wilayah perairan laut serta
dapat menyusun strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang
komprehensif.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di pembahasan dapat disimpulkan asal mula dan
proses terbentuk dasar laut dari ketiga sumber, yaitu teori plate tectonic, teori
sea floor spending dan morfologi deep ocean basins menjelaskan sesuai dengan
hipotesis yang diajukan masing – masing teori.
Teori plate tectonic merupakan teori yang di latar belakang dari teori
continental drift dan sea floor spending. Teori tektonik lempeng menjelaskan
bahwa proses bumi mengalami dinamika dalam pembentukan akses
pegunungan, gunung api, gempa bumi dan cekungan endapan di muka bumi
yang disebabkan oleh pergerakan atau pergeseran lempengan. Teori sea floor
spending menjelaskan dugaan, yaitu adanya pemekaran lantai samudera yang
terjadi di pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), guyots, serta umur
kerak samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun. Sedangkan morfologi deep
ocean basins adalah sebuah lembah di dasar laut yang berbentuk membulat
cekung, dalam dan luas yang terjadi karena ingresi.

B. Saran
Berdasarkan penjelasan di atas dapat membantu memahami asal mula
dasar laut dan dapat menjadi dasar pengembangan penelitian selanjutnya
berhubungan dengan geologi kelautan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, G., Kahar, S., Awaluddin, M., & Meilano, I. (2012). Kajian regangan
Selat Bali berdasarkan data GNSS kontinu tahun 2009 - 2011. Jurnal
Geodesi UNDIP, 1 (1), 1 – 12.

Djauhari, N. (2014). Pengantar geologi. e-book. Diakses


https://books.google.co.id/books?id=TRdADAAAQBAJ&pg=PT117&lpg
=PT117&dq=Seafloor+Spreading+mengemukakan+bukti+Guyots&source
=bl&ots=v21XYw0q8M&sig=ACfU3U2erGFDv- tanggal 12 April 2020.

Halmiton, W. (1973). Tectonics of the Indonesian region. Geol Soc Malaysia


Bulletin, 3 – 10, doi: 10.3133/pp1078.

Nelson, S. A. (2015). Continental drift, sea floor spreading and plate tectonics.
Plate Tectonics, 1 – 13. Diunduh dari
https://www.tulane.edu/~sanelson/eens1110/pltect.pdf tanggal 12 April
2020.

Noverma. (2017). Bahan ajar: Oseanografi geologi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Diunduh dari
http://digilib.uinsby.ac.id/21692/1/Diktat%20Oceanografi%20Geologi.pdf
tanggal 12 April 2020.

Pichon, X., L. (1968). Sea-floor spreading and continental drift. Journal of


Geophysicarle Search, 73 (12), 3661 – 3697.

Pradana, S & Sutedjo, A. (2018). Pendalaman materi geologi: Modul 17


Pembentukan benua dan samudera. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Tapilatu, Y. H. (2016). Profil oseanografi biologi Laut Banda: Sebuah tinjauan


kritis. Omni Akuatika, 12 (2), 58–66, doi: 10.20884/1.oa.2016.12.2.100.

Zakaria, Z. (2007). Aplikasi tektonik lempeng dalam sumber daya mineral, energi
dan kewilayahan. Bulletin of Scientific Contribution, 6 (2), 123 – 131.

24

Anda mungkin juga menyukai