Anda di halaman 1dari 56

KELAS PELECYPODA (BIVALVIA)

Kelas Pelecypoda ialah berbagai jenis


kerang, remis dan kijing. Kebanyakan hidup
di laut terutama di daerah littoral, beberapa
di daerah pasang surut dan air tawar.
Beberapa jenis dari laut hidup pada
kedalaman sampai 5.000 m.
Umumnya terdapat di dasar perairan yang
berlumpur atau berpasir, beberapa hidup
pada substrat yang lebih keras seperti
lempung, kayu atau batu (Gambar 1).
Gbr.1 Posisi berbagai bivalvia dalam habitatnya
Anatomi
• Pada dasarnya tubuh pelecypoda pipih secara lateral dan
seluruh tubuh tertutup dua keping cangkang yang
berhubungan di bagian dorsal dengan adanya "hinge ligament"
(Gambar 18-30), yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari
bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin) sama dengan
periostrakum, bersambungan dengan periostrakum cangkang.
Kedua keping cangkang pada bagian dalamnya juga ditautkan
oleh sebuah otot aduktor anterior dan sebuah otot aduktor
posterior yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligamen.
Bila otot aduktor rileks, ligamen berkerut, maka kedua keping
cangkang akan terbuka, demikian pula sebaliknya. Pada
kebanyakan pelecypoda, untuk mempererat sambungan kedua
keping cangkang, di bawah hinge ligamen terdapat gigi atau
tonjolan pada keping yang satu dan lekukan atau alur pada
keping yang lain (Gambar 18-30 B).
Anatomi dalam a.Mytilus edulis ,b. sistem pencernaan blue mussel (clam
cangkang lunak)
Anatomi dalam dr Yoldia eightsi
Anatomi dalam dr clam cangkang keras Mercenaria mercenaria
Anatomi dalam dari tiram amerika Crassostrea virginica
• Periostrakum merupakan lapisan cangkang
pelecypoda paling luar, dan menutupi dua
lapisan kapur atau lebih di bawahnya (di dalam).
Lapisan kapur tersebut terdiri dari aragonit atau
campuan aragonit dan calcite, yang tersusun
sebagai bentuk prisma, bilah-bilah (lath), atau
lembaran-lembaran (mutiara, nacre), bentuk
lensa atau bentuk lain yang lebih kompleks
(Gambar 18-31). Semua bentuk-bentuk tersebut
selalu tertanam dalam suatu kerangka organik
(seperti disemen).
Lapisan cangkang
• Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis
dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di
bawah cangkang. Pada tepi mantel terdapat tiga
lipatan dalam, tengah dan luar (Gambar 18-33).
Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi
otot radial dan otot melingkar. Lapisan tengah
mengandung alat indera. Lapisan luar sebagai
penghasil cangkang.
• Permukaan dalam lapisan luar menghasilkan
periostrakum, dan permukaan luarnya menghasilkan
lapisan kapur. Antara epitel mantel dan permukaan
cangkang bagian dalam terdapat rongga (kecuali pada
tempat melekatnya otot palial), yang terisi cairan
ekstrapalial, yang kemudian mengendap menjadi
butiran-butiran kapur serta kerangka organiknya
(Gambar 18-34).
Cangkang dan mantel bivalvia
Proses pembentukan cangkang
• Tempat melekatnya otot palial di sepanjang dekat
tepi cangkang meninggalkan bekas berupa garis
palial (Gambar 18-33 dan 18-30 B). Meskipun ada
otot palial, adakalanya benda asing seperti butir pasir
atau parasit yang masuk ke dalam tubuh kerang
terperangkap di dalam rongga di antara mantel dan
cangkang. Benda asing dalam rongga tersebut
berada dalam cairan ekstrapalial, sehingga terjadi
pengendapan (penempelan) lapisan-lapisan mutiara
di sekitar benda tersebut, yang makin lama makin
tebal (Gambar 18-35).
• Mutiara bukanlah bagian dari kehidupan tiram,
tetapi merupakan respon terhadap kehadiran
pengganggu (benda asing), apabila tiram tersebut
gagal mengeluarkannya supaya tidak
membahayakan dirinya.
Proses terjadinya mutiara
• Rongga mantel luas dan insang biasanya besar
sekali karena selain berfungsi sebagai alat
pernapasan, juga sebagai pengumpul makanan.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan
bagian cangkang yang paling tua.
• Garis-garis melingkar sekitar umbo
menunjukkan garis pertumbuhan cangkang.
Bentuk, ukuran dan warna cangkang sangat
bervariasi, sehingga penting untuk identifikasi.
Beberapa jenis dari famili Sphaeriidae berukuran
2 mm, sedangkan Tridacna dapat mencapai
lebih dari satu meter dengan berat lebih dari
1.100 kg (Gambar 3.2).
Gbr 3.2
• Pada dasarnya tepi mantel hanya menyatu
di bagian dorsal saja, sedangkan tepi
lainnya bebas. Namun dalam evolusinya
terjadi pernyatuan di beberapa tepi yang
lain untuk efisiensi aliran air melalui
insang, hingga berbentuk sifon air masuk
dan sifon air keluar. Sifon ada yang
pendek atau panjang, tergantung spesies
kerang berkaitan dengan habitatnya. Sifon
pendek misalnya pada Anodonta (Gambar
18-41) dan sifon panjang pada Mya dan
Tagelus (Gambar 18-29).
Gbr 18-29 :Mya, Tagelus,& Nucula
• Pada jenis primitif seperti Nucula (Gambar 18-29), air
masuk dari anterior, melewati filamen insang, dan
keluar dari posterior. Namun pada kebanyakan
pelecypoda, air masuk melalui sifon aliran masuk
(inhalant siphon, incurrent siphon) di posterior.
• Hal ini disebabkan umumnya kedudukan kerang dalam
substrat lumpur atau pasir dengan bagian posterior
tersembul di atas permukaan substrat (Gbr 18-36).
• Beberapa kerang yang mempunyai byssus sempurna
biasanya hidup menempel, penyatuan tepi mantel
sangat minimum atau bebas, bahkan tidak
mempunyai sifon. Dalam hal ini air masuk melalui
tepi mantel dan keluar di bagian dorsal, baik anterior
maupun posterior, misalnya pada Ostrea.
Fisiologi bivalvia
• Pada umumnya kaki kerang berbentuk pipih secara
lateral dan mengarah ke anterior sebagai adaptasi
untuk meliang. Gerak kaki menjulur diatur oleh
kombinasi tekanan darah dan otot protraktor anterior,
dan gerak menarik kaki ke dalam cangkang oleh
sepasang otot retraktor anterior dan posterior
(Gambar 18-30 B), untuk merayap dalam substrat
lumpur dan pasir.
• Beberapa cara hidup kerang yang tidak meliang ialah
menempel erat pada benda padat sebagai epifauna,
hidup bebas di atas permukaan dasar perairan,
pengebor benda padat, komensal dan parasit. Sebagai
epifauna, kerang hidup menempel dengan erat pada
benda seperti kayu, batu,cangkang moluska,jembatan
• Termasuk epifauna antara lain famili Mytilidae,
Arcidae, dan Atrina rigida. Kerang menempel dangan
adanya byssus (Gambar 18-37 A dan D) atau dengan
salah satu keping cangkangnya tumbuh menyatu
dengan substrat seperti pada Crassostrea (Gambar
18-37 A).
• Benang byssus terdiri dari zat tanduk yang kuat,
dihasilkan oleh kelenjar dalam kaki. Kerang dapat
berpindah tempat dengan menarik byssus dari
tempatnya menempel dengan menggunakan otot
retraktor byssus.
• jenis-jenis dari fam Ostreidae tidak dapat berpindah
tempat, karena dalam proses pembentukan cangkang,
tepi mantel menghasilkan perekat untuk melekatkan
cangkang ke substrat yang kemudian mengeras.
• Jenis kerang yang hidup bebas di atas permukaan
dasar perairan antara lain scallop (simping) dari famili
Pectinidae (Gambar 18-38 B) dan famili Limidae.
Dalam keadaan tenang, tubuh scallop tergeletak pada
salah satu keping cangkangnya. Bila terganggu,
misalnya oleh predator maka scallop menghindar
dengan cara berenang untuk jarak sekitar 1 m.
Caranya dengan menyemprotkan air dari rongga
mantel dengan cepat serta mengepakkan kedua
keping cangkangnya, maka kerang dapat berenang.
Adapula yang dapat bergerak dengan cara melompat-
lompat seperti halnya Cardium. Beberapa jenis dari
famili Tridacnidae tinggal di atas dasar perairan
dengan cangkang membuka ke atas, dan mantel
melebar menutup tepi cangkang guna mendapatkan
sinar matahari semaksimal mungkin. Jaringan mantel
mengandung ganggang yang bersimbiosis dengan
kerang tersebut.(Gbr 18-39)
• Kerang pengebor (Gambar 18-40) mampu menggali
lubang dan membuat terowongan panjang, berliku-
liku ke dalam benda padat seperti kayu, tanah liat,
cangkang dan koral seperti rayap merusak kayu.
• Kerang mulai menggali lubang sejak larva menempel
pada substrat sehingga dengan tumbuhnya kerang,
lubang (terowongan) makin lama makin besar dan
dalam. Seumur hidup kerang terkurung dalam
lubangnya, dan hanya sifonnya saja yang tersembul di
atas lubang kecil di permukaan substrat. Jika kerang
pengebor dikeluarkan dari lubangnya, ia tidak dapat
membuat lubang baru. Kerang mengebor dengan
menggunakan ujung anterior cangkang yang biasanya
bergerigi (Gambar 18-40 A dan B).
Gbr 18-40.A=pengebor kayu,Fam Terenidae,B=Bankia, pjg 23 cm
Pernapasan
• Kerang bernapas dengan sepasang insang (ctenidia)
dan mantel. Masing-masing filamen insang disangga
oleh sumbu insang.
• Jika insang kerang tampak seperti 2 pasang,
sebenarnya dalam evolusinya terjadi pelebaran
filamen dan pelipatan insang asli (Gambar 18-41).
• Insang membagi rongga mantel menjadi 2 bagian,
bagian ventral yang luas dan bagian dorsal yang
sempit
• Bentuk dan fungsi ctenidia dipakai sebagai dasar
pembagian kelas Pelecypoda menjadi 3 subkelas, yaitu
Protobranchia yang berarti insang pertama,
Lamellibranchia dan Septibranchia.
• Sepasang ctenidia paling primitif terdapat pada jenis-
jenis Nuculacea dari subkelas Protobranchia (Gambar
18-41 A) yang terletak di bagian posterior, jumlah
filamen relatif sedikit dan pendek. Hubungan antar
filamen sangat longgar, hanya terdapat beberapa
tempat pelekatan oleh rumpun cilia.
• Insang tipe primitif terutama berfungsi sebagai alat
pernapasan, sedangkan pengumpulan makanan
dilakukan oleh palp besar (Gambar 18-42 A).
Sebagai deposit feeder, makanan didapat dengan
menjulurkan tentakel (proboscides) atau pelebaran
tepi mulut ke sedimen substrat. Butir-butir makanan
yang menempel di permukaan tentakel dialirkan oleh
cilia ke palp untuk disortir. Butiran yang sesuai
dialirkan ke mulut, sedang yang ditolak dibuang ke
rongga mantel.
• Beberapa jenis protobranchia dan semua
lamellibranchia hidup sebagai filter feeder. Dalam hal
ini insang berfungsi sebagai alat pernapasan dan
penyaring makanan.
• Insang tampak seperti dua pasang, demibranchia,
jumlah filamen banyak sehingga insang memanjang
dari posterior ke anterior dan melebar ke ventral
(Gambar 18-32) membentuk 4 lembaran insang yang
merupakan asal kata Lamellibranchia.
• Potongan insang lamellibranchia berbentuk seperti
huruf W (Gambar 18-41 B dan C). Atas dasar
pertautan (hubungan) antar masing-masing filamen
insang lamellibranchia dibedakan menjadi filibranchia
dan eulamellibranchia
• Pada filibranchia, pertautan antar filamen masih
longgar, masing-masing dihubungkan oleh beberapa
rumpun cilia (Gambar 18-41 F dan G).
• Pada eulamellibranchia, seperti Corbicula, pertautan
antar filamen menjadi permanen pada tempat-tempat
tertentu, dengan adanya jaringan, sehingga jajaran
filamen membentuk suatu lembaran selaput yang
berlubang-lubang atau ostia (Gambar 18-41 H dan I).
• Air masuk ke dalam tubuh kerang melalui sifon
inhalant di ujung posterior, dan mengalir di antara dua
lamella atau saluran air menuju rongga suprabranchia,
dan akhirnya keluar tubuh melalui sifon ekshalant di
ujung posterior . Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi pada saat air mengalir melalui
saluran air ke arah dorsal.
Makanan dan pencernaan
• Sebagian besar kerang merupakan ciliary feeder, karena
sebagai deposit feeder maupun filter feeder, cilia memegang
peran penting dalam mengalirkan makanan ke mulut. Sebagai
filter feeder semua kerang lamellabranchia dan beberapa
protobranchia menyaring makanannya mengguna insang yang
berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah plankton,
terutama fitoplankton.
• Susunan cilia pada filamen insang kerang filter feeder berbeda
dengan kerang lain. Cilia frontal berfungsi untuk mengangkut
partikel makanan yang melekat pada lendir di permukaan
insang ke alur makanan (food groove) di tepi ventral insang
(Gambar 18-41 B, C, G dan I). Namun pada beberapa jenis
kerang seperti Pecten dan Arcidae mempunyai alur makanan di
bagian dorsal. Cilia lateral untuk menyaring dan untuk
mengalirkan air ke dalam insang. Cilia latero-frontal (cirri)
menyaring partikel dari air yang mengalir ke dalam insang dan
menyalurkannya ke cilia frontal. Dalam beberapa kasus, partikel
makanan sekecil 5 um tersaring oleh latero-frontal cirri.
• Partikel makanan dalam alur makanan dialirkan ke anterior
menuju palp (Gambar 18-42 B). Palp lebih kecil daripada
insang, berbeda dengan palp protobranchia. Palp melakukan
seleksi, makanan yang sesuai dilanjutkan ke mulut, yang tidak
sesuai dibuang ke tepi mantel sebagai tinja semu (pseudo
feces).
• Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus yang pendek,
lambung yang dikelilingi kelenja pencernaan, usus, rektum dan
anus (Gambar 18-32 A). Semua pelecypoda tidak mempunyai
radula karena semua makanan yang masuk sudah disortir oleh
palp. Makanan yang terbungkus lendir, dari mulut masuk
lambung melalui esofagus.
• Lambung terbagi dua, bagian dorsal yang berhubungan dengan
esofagus dan kelenjar pencernaan, pada bagian ventral
terdapat suatu kantung style. Lambung berfungsi memisahkan
makanan dari gulungan lendir. Partikel makanan yang halus
mula mula dicerna dengan amilase untuk dilanjutkan dengan
pencernaan intracellular. Kantung crystalline style merupakan
sumber amilase.
• Makanan yang tidak dapat dicerna disalurkan
oleh minor typhosole ke usus.
• Usus biasanya panjang dan melingkar-lingkar
melalui bagian dalam kaki dan gonad.
• Rektum memanjang ke posterior melalui bilik
(ventricle) dan bagian dorsal otot aduktor
posterior.
• Usus dan rektum berfungsi menjadikan sisa
pencernaan (feces) ke dalam bentuk pelet.
Pada dinding usus dan rektum tidak terjadi
absorpsi makanan. Pelet dibuang keluar melalui
sifon ekshalant.
Peredaran darah

• Peredaran darah pelecypoda adalah peredaran darah


terbuka yaitu darah dari jantung ke sinus organ,
ginjal, insang dan kembali ke jantung. Jantung
terletak dalam rongga perikardium, dan terdiri atas
sebuah bilik (ventricle) yang berotot dan dua buah
serambi (auricle, atrium). Umumnya pelecypoda
memiliki aorta anterior dan aorta posterior.
• Darah dari aorta menuju ke sinus darah dalam organ
atau jaringan, kemudian darah kembali ke ginjal. Dari
ginjal sebagian darah langsung ke serambi jantung,
dan sebagian lagi ke insang untuk pertukaran gas,
dan akhirnya ke serambi jantung (Gambar 18-43).
Dengan demikian dalam jantung terdapat campuran
darah yang mengandung oksigen dan yang tidak
mengandung oksigen.
Gambar 18-43. Sistem peredaran darah pada pelecypoda. Tanda panah
menunjukkan aliran darah dari jantung - organ - ginjal -insang - jantung; serta
jantung - mantel - jantung (Storer dkk., 1983)
• Kebanyakan darah dari jantung ke mantel akan
langsung kembali ke jantung, namun pada
beberapa jenis kerang terdapat perbedaan.
Pada septibranchia, dimana insang sudah
menghilang, mantel menggantikan fungsi
insang sebagai tempat pertukaran gas.
• Darah pelecypoda biasanya tidak berwarna,
karena terdiri dari beberapa macam amebocyte
yang tidak berwarna. Namun ada beberapa
jenis kerang seperti Anadara, famili Arcidae,
mempunyai sel darah yang mengandung
hemoglobin.
Sistem saraf

• Sistem saraf pada pelecypoda lebih


sederhana daripada gastropoda, terdiri atas
tiga pasang ganglia beserta saraf
penghubung yang berkaitan (Gambar 18-32
A). Sepasang ganglia cerebro-pleura yang
dihubungkan oleh saraf penghubung,
terletak dekat esofagus. Dari masing-masing
ganglia tersebut terdapat saraf penghubung
ke posterior yang bergabung dengan ganglia
visceral, dan sepasang lainnya ke bagian
ventral bergabung dengan ganglia pedal.
Gmbr. 1Sistem saraf bivalvia
Alat indera

• Alat indera yang utama pada pelecypoda terletak di tepi


mantel, terutama pada lipatan tengah (Gambar 18-33), bukan
di kepala seperti halnya moluska lain karena pelecypoda telah
kehilangan bentuk kepala serta bagian-bagiannya yang terkait.
Tepi mantel pada beberapa jenis kerang Uma dan Pecten
(Gambar 18-38 B) mengandung tentakel sebagai indera (alat)
peraba. Alat berbentuk tentakel juga umum terdapat pada sifon
inhalant dan ekshalant, bahkan Nuculidae, seperti Malktia dan
Yoldia (Gambar 18-29) mempunyai sebuah tentakel yang
panjang terletak di pangkal kedua sifon yang menyatu.
• Alat indera berupa sepasang statocyst yang biasanya terdapat
di kaki, terletak dekat ganglion kaki. Selain itu terdapat ocelli,
untuk mendeteksi perubahan intensitas cahaya, adakalanya
terdapat disepanjang tepi mantel (Gambar 18-38 B) atau pada
sifon. Ocelli pada Pecten tampak sebagai bintik- bintik biru
berkilauan. Di dalam sifon ekshalant terdapat osphradia, namun
fungsinya sebagai alat indera untuk mendeteksi partikel-partikel
di dalam air masih diragukan.
Ekskresi
• Sepasang nephridia pada pelecypoda terletak di
bawah rongga perikardium (Gambar 18-32).
• Masing-masing mempunyai nephrostome dalam
rongga perikardium dan nephridiopore untuk
membuang hasil ekskresi ke rongga
suprabranchia. Hasil buangan yang utama
adalah amonia dan urea, keluar dari tubuh
melalui sifon ekshalant.
Reproduksi
• Pelecypoda umumnya dioecious, mempunyai sepasang gonad
yang terletak berdampingan dengan usus (Gambar 18-32),
kopulasi tidak ada. Pada protobranchia, gonoduct bermuara
dalam ginjal, dan telur serta sperma dikeluarkan melalui
nephridiopore. Pada lamellibranchia, gonoduct bermuara dalam
rongga suprabranchia.
• Beberapa jenis pelecypoda bersifat hermafrodit, menghasilkan
telur dan sperma pada bagian yang berbeda dalam gonad yang
sama dan mempunyai gonoduct yang sama.
• Keadaan ini terdapat pada Tridacnidae, Pectinidae, Teredinidae,
Sphaeriidae air tawar. Gonad pada Pecten terbagi dua, di
bagian ventral terdapat ovari dan di bagian dorsal terdapat
testis (Gambar 18-38 B). Ostrea edulis dan Crassostrea
virginica bersifat hermafrodit protandri, bahkan 0. edulis dapat
berubah kembali dari betina menjadi jantan.
• Pembuahan umumnya eksternal, gamet dikeluarkan
melalui sifon ekshalant. Faktor yang mempengaruhi
pemijahan antara lain ialah suhu air, pasang surut dan
zat yang dihasilkan oleh gamet dari lawan jenisnya.
Pembuahan eksternal, merupakan kekhasan
pelecypoda laut, menghasilkan larva trochophore,
kemudian menjadi veliger yang berenang bebas
sebagai meroplankton. Veligernya mempunyai 2
keping cangkang (Gambar 18-44).
• Pada beberapa jenis kerang, pembuahan terjadi dalam
rongga suprabranchia, dimana sperma dibawa aliran
air masuk melalui sifon inhalant. Famili Teredinidae
mengerami telurnya dalam rongga suprabranchia,
sedangkan oyster, Unionidae dan Sphaeriidae dalam
insang. Hal ini berkaitan dengan kesulitan dalam
mendapatkan habitat yang sesuai bagi anak-anaknya,
seperti jenis Bankia yang hidup dalam lubang kayu
(Gambar 18-40).
Siklus hidup kelas bivalvia umumnya
• Masa hidup larva veliger sebagai plankton bervariasi
dari beberapa hari sampai beberapa bulan tergantung
spesiesnya, sebelum akhirnya turun ke substrat.
Metamorfosa dicirikan oleh lepasnya velum dengan
tiba-tiba, untuk kemudian tumbuh menjadi kerang
muda. Veliger turun di sembarang substrat dan hanya
sedikit yang menemukan substrat yang cocok, atau
memerlukan pengujian substrat dengan cermat dan
menunda metamorfosa. Misalnya veliger teredinid
hanya mau mendarat pada substrat kayu.
• Proses reproduksi yang demikian menimbulkan resiko
kegagalan atau kematian yang besar, hingga
pelecypoda laut, seperti oyster, menghasilkan 16 juta
sampai 60 juta telur dalam satu musim.
• Pada pelecypoda air tawar dimana pembuahan
terjadi dalam rongga suprabranchia, perkembangan
larva mengalami modifikasi, kecuali Dreissena dan
Nausitoria yang mempunyai veliger berenang bebas.
• Perkembangan embrio langsung terjadi pada kerang
air tawar Sphaeriidae yang mengerami telurnya
dalam saluran air di antara lembaran insang, dan
keluar dari tubuh induknya sebagai anak kerang.
Meskipun disebut perkembangan langsung,
sebenarnya tahapan perkembangan embrionya
mempunyai kesamaan dengan perkembangan larva
kerang laut, tetapi prototroch pada trochophorenya
mengecil dan tidak ada velum pada veliger.
• Pada kerang air tawar famili Unionidae dan
Mutelidae terjadi perkembangan tidak langsung
yang sangat khusus, yaitu telur dalam insang
menetas menjadi larva glochidum, lasidium atau
haustoria (Gambar 18-44), suatu bentuk larva
yang termodifikasi untuk hidup sebagai parasit.
Stadium glochidum setara dengan stadium
veliger, tetapi tidak mempunyai velum dan kaki.
Giochidium berukuran 0,05 mm sampai 0,5 mm.
Tergantung spesiesnya; mempunyai mantel dan
alat indera berbentuk empat rumpun sikat; tali
perekat dan 2 keping cangkang; tidak
mempunyai mulut maupun anus, saluran
pencernaan kurang berkembang.
• Glochidia dari Unionidae dan Anodonta
meninggalkan insang melalui rongga
suprabranchia dan sifon ekshalant, sedangkan
pada Lampsilis melalui bukaan sementara pada
insang. Glochidia yang keluar dari induknya akan
jatuh ke dasar perairan atau terbawa arus air.
Bila ada ikan berenang dekat dasar perairan,
maka glochidia yang berkait akan mengatupkan
kedua keping cangkangnya pada sirip ikan atau
bagian permukaan tubuh ikan. Jenis glochidia
tanpa kait akan menempel pada insang ikan,
yang terbawa oleh aliran saat bernapas (Gambar
18-45).
Anakan

Insang

Mantel

Cangkang

Gambar 19 Anakan kerang Anodontia edentula dalam induknya


TUGAS : Bagi kelompok ( 2-3 org) , buat makalah tentang family dr fylum moluska.
KLAS GASTROPODA:
TROCHIDAE,
NASSARIDAE ,
OLIVIDAE ,
CONIDAE
HALIOTIDAE :
TURBINIDAE :
CYPRAIDAE :
KLAS BIVALVIA
TRIDACNIDAE (2): ( tridacna gigas)
ACRIDAE (2):
OSTREIDAE (2) : ( ostrea)
MYTILIDAE :
TELLINIDAE :
PTERIDAE :
LUCINIDAE :
KLAS CEPHLOPODA:
NAUTILIDAE :
SEPIIDAE :
LOLIGINIDAE :
OCTOPODIDAE :

SISTEMATIKA PENULISAN: 1.PENDAHULUAN, 2.ISI (


ISI:KLASIFIKSI,MORFOLOGI&ANATOMI, ALAT GERAK, MAKANAN&SALURAN
PENCERNAAN, PEREDARAN DARAH, RESPIRASI,EKSKRESI &OSMOREGULASI,
REPRODUKSI &PERKEMBANGAN ), 3.PENUTUP, 4. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai